KEUTAMAAN SYA’BAN DAN NISFU SYA’BAN
==============================
Di antara 12 bulan tidak satupun yang disebut oleh Rasulullah sebagai bulan beliau. Beda halnya dengan bulan Sya’ban. Beliau dengan tegas mengatakan “Bulan Sya’ban bulanku”. Apa istimewanya bulan Sya’ban?
KEISTIMEWAAN BULAN SYA’BAN
Banyak peristiwa yang agung terjadi bulan tersebut. Di antaranya:
1. PERPINDAHAN QIBLAT DARI BAITUL MUQADDAS (MASJIDIL AQSHA) MENJADI KA’BAH DI MASJIDIL HARAM.
Dalam tafsir a-Thobary dijelaskan bahwa ketika Rasulullah berhijrah ke Madinah, sementara kebanyakan penduduknya adalah Yahudi. Maka Allah memerintah menghadap Baitul Muqaddas (sebagai kiblat). Orang Yahudi gembira karena Baitul Muqaddas merupakan kiblat mereka.
Selama berkiblat ke Baitul Muqaddas ini orang-orang Yahudi selalu mencaci maki Rasulullah. Mereka berkata: “Muhammad menyelisihi agama kita tetapi berkiblat kepada kiblat kita” dan masih banyak celotehan mereka. Sikap orang-orang Yahudi tersebut membuat Nabi Muhammad SAW. tidak senang, dan setiap hari beliau berdo’a menengadahkan muka ke atas langit dalam keadaan rindu agar Allah menurunkan wahyu, bahwa kiblat dipindahkan dari Baitul Maqdis ke Ka’bah
Allah mengabulkan doa Rasulullah dengan turunnya surat al-Baqarah ayat 144 yang berisi perintah untuk pindah dari berkiblat kepada Baitul Muqaddas menjadi Ka’bah
قَدْ نَرَى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوا وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ وَإِنَّ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ لَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا يَعْمَلُونَ
Artinya: “Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan” (QS. Al-Baqarah: 144)
Umat Islam shalat menghadap baitul Muqaddas selama 17 bulan lebih 3 hari. Yakni sejak hari Senin, 12 Rabi’ul Awal tahun pertama Hijrrah s.d Selasa 15 Sya’ban tahun kedua Hijrah. Shalat yang pertama kali dilakukan pasca perpindahan qiblat tersebut adalah shalat Asar
Kisah Lain :
Pada malam tanggal 15 Sya’ban (Nisfu Sya’ban) telah terjadi peristiwa penting dalam sejarah perjuangan umat Islam yang tidak boleh kita lupakan sepanjang masa. Di antaranya adalah perintah memindahkan kiblat salat dari Baitul Muqoddas yang berada di Palestina ke Ka’bah yang berada di Masjidil Haram, Makkah pada tahun ke delapan Hijriyah.
Sebagaimana kita ketahui, sebelum Nabi Muhammad hijrah ke Madinah yang menjadi kiblat salat adalah Ka’bah. Kemudian setelah beliau hijrah ke Madinah, beliau memindahkan kiblat salat dari Ka’bah ke Baitul Muqoddas yang digunakan orang Yahudi sesuai dengan izin Allah untuk kiblat salat mereka. Perpindahan tersebut dimaksudkan untuk menjinakkan hati orang-orang Yahudi dan untuk menarik mereka kepada syariat al-Quran dan agama yang baru yaitu agama tauhid.
Tetapi setelah Rasulullah saw menghadap Baitul Muqoddas selama 16-17 bulan, ternyata harapan Rasulullah tidak terpenuhi. Orang-orang Yahudi di Madinah berpaling dari ajakan beliau, bahkan mereka merintangi Islamisasi yang dilakukan Nabi dan mereka telah bersepakat untuk menyakitinya. Mereka menentang Nabi dan tetap berada pada kesesatan.
Karena itu Rasulullah saw berulang kali berdoa memohon kepada Allah swt agar diperkenankan pindah kiblat salat dari Baitul Muqoddas ke Ka’bah lagi, setelah Rasul mendengar ejekan orang-orang Yahudi yang mengatakan, “Muhammad menyalahi kita dan mengikuti kiblat kita. Apakah yang memalingkan Muhammad dan para pengikutnya dari kiblat (Ka’bah) yang selama ini mereka gunakan?”
Ejekan mereka ini dijawab oleh Allah swt dalam surat al Baqarah ayat 143:
وَمَا جَعَلْنَا الْقِبْلَةَ الَّتِى كُنْتَ عَلَيْهَا إلاَّ لِيَعْلَمَ مَنْ يَتَّبِعُ الرَّسُولَ مِمَّنْ يَنْقَلِبُ عَلَى عَقِبَيْهِ.
Dan kami tidak menjadikan kiblat yang menjadi kiblatmu, melainkan agar kami mengetahui siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot…
Dan pada akhirnya Allah memperkenankan Rasulullah saw memindahkan kiblat salat dari Baitul Muqoddas ke Ka’bah sebagaimana firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 144.
Diantara kebiasaan yang dilakukan oleh umat Islam pada malam Nisfu Sya’ban adalah membaca surat Yasin tiga kali yang setiap kali diikuti doa yang antara lain isinya adalah:
“Ya Allah jika Engkau telah menetapkan aku di sisi-Mu dalam Ummul Kitab (buku induk) sebagai orang celaka atau orang-orang yang tercegah atau orang yang disempitkan rizkinya maka hapuskanlah ya Allah demi anugerah-Mu, kecelakaanku, ketercegahanku, dan kesempitan rizkiku..“
2. MALAM PELAPORAN AMAL PERBUATAN
Pada malam nisfu Sya’ban semua amal manusia dilaporkan kepada Allah. Alangkah baiknya jika catatan amal perbuatan kita berupa ibadah. Dalam hadits dijelaskan:
عن أسامة بن زيد رضي الله عنهما قال : قلت : يا رسول الله لم أرك تصوم من شهر من الشهور ما تصوم من شعبان ؟ قال : ” ذاك شهر يغفل الناس عنه بين رجب ورمضان ، وهو شـهر تُرفع فيه الأعمال إلى رب العالمين ، وأحب أن يُرفع عملي وأنا صائم ” قال المنذري: رواه النسائي ( 1) الترغيب والترهيب للمنذري 2/ 48 .
Dalam hadits riwayat Usamah bin Zaid bertanya kepada Rasulullah: Wahai Rasul aku tidak melihatmu puasa pada bulan-bulan lain seperti pada Bulan Sya’ban? Rasul menjawab, “Bulan ini adalah bulan yang dilupakan manusia, antara bulan Rajab dan Ramadhan. Dan bulan ini saat dilaporkannya amal perbuatan (manusia) kepada Tuhan semesta alam. Dan aku senang jika amalku dilaporkan sedangkan aku dalam keadaan puasa”
Saya mengartikan lafadz “turfa’u” dengan kalimat “tu’rodhu” atau bermakna ditampakkan atau ditunjukkan (kepada Allah) saya tidak memaknainya dengan diangkat.
Sebenarnya pelaporan Amal kita ini ada yang harian ada yang mingguan, ada pula yang tahunan. Laporan harian dilakukan Malaikat pada siang hari da malam hari. Yang migguan dilakukan Malaikat setiap Senin dan Kamis. Adapun yang tahunan dilakukan pada setiap Lailatul Qadar dan Malam Nisfu Sya’ban (Hasyiyatul Jamal bab Puasa Tathawwu’)
3. BULAN PENENTUAN UMUR DAN RIZQI
عن عائشة رضي الله عنها قالت: كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يصوم شعبان كله حتى يصله برمضان ولم يكن يصوم شهرا تاما إلا شعبان، فقلت يا رسول الله: إن شعبان لمن أحب الشهور إليك أن تصومه ؟ فقال: نعم يا عائشة إنه ليس نفس تموت في سنة إلا كتب أجلها في شعبان، فأحب أن يكتب أجلي وأنا في عبادة ربي وعمل صالح
Diriwayatkan dari sayyidah Aisyah ra, bahwasannya Rasulullah puasa di bulan Sya’a seluruhnya sampai bertemu dengan Ramadhan. Dan tidaklah Nabi puasa sebulan penuh (selain Ramadhan) kecuali Sya’ban. Sayyidah Aisyah berkata, “Wahai Rasulullah, apakah bulan Sya’ban adalah bulan yang paling engkau sukai untuk berpuasa?” Rasulullah saw menjawab: “Benar wahai Aisyah, tidak ada satupun jiwa yang akan mati pada satu tahun ke depan kecuali ditentukan umurnya pada bulan Sya’ban. Dan senang seandainya ketika umurku ditulis aku dalam keadaan beribadah dan beramal shaleh kepada Tuhanku”
عثمان بن محمد بن المغيرة بن الأخنس قال: إن رسول الله صلى الله عليه وسلّم قال: «تقطع الآجال من شعبان إلى شعبان حتى إن الرجل لينكح ويولد له وقد أخرج اسمه في الموتى» فهو حديث مرسل
Utsman bin Mugirah bin al-Akhnas, berkata bahwasannya Rasulullah saw bersabda: “Ajal seseorang ditentukan dari bulan Sya’ban ke bulan Sya’ban berikutnya, sehingga ada seseorang bisa menikah dan melahirkan, padahal namanya sudah tercantum dalam daftar orang-orang yang mati”. Hadits ini adalah hadits mursal (Tafsir Ibnu Katsir).
قَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم: «يَسِحُّ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ الْخَيْرَ فِي أَرْبَعِ لَيَالٍ سَحًّا: لَيْلَةَ الأَضْحَى وَالْفِطْرِ، وَلَيْلَةَ النصْفِ مِنْ شَعْبَانَ يُنْسَخُ فِيهَا الآْجَالُ وَالأَرْزَاقُ وَيُكْتَبُ فِيهَا الْحَجُّ، وَفِي لَيْلَةِ عَرَفَةَ إِلٰى الأَذَانِ» . (الدَّيلمي عن عائشة رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا
Rasulullah saw bersabda: Allah SWT membuka kebaikan dalam empat malam, 1) malam Idul Adha dan Idul Fitri, 2) Malam nisfu Sya’ban, di mana ditulis ajal dan rizqi serta ditulis juga di malam tersebut haji, 4) malam Arafah sampai adzan
4. MALAM PENUH AMPUNAN DAN RAHMAT
عن علي بن إبي طالب عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: (إذا كان ليلة نصف شعبان فقوموا ليلها، وصوموا نهارها، فإن الله تعالى ينزل فيها لغروب الشمس إلى سماء الدنيا، فيقول: ألا مستغفر فأغفرله, ألا مسترزق فأرزقه، ألا مبتلى فأعافيه، ألا كذا ألا كذا، حتى يطلع الفجر) رواه ابن ماجه
Dari Ali bin Abi Thalib, Rasulullah saw bersabda: “Apabila dating malam Nishfu Sya’ban, maka shalatlah pada malam harinya dan berpuasalah pada siang harinya, karena sesungguhnya Allah akan turun ke dunia pada malam tersebut sejak matahari terbenam dan berfirman: “Adakah orang yang meminta maaf kepadaku, maka akan Aku ampuni. Adakah yang meminta rizqi, maka Aku akan melimpahkan rizqi kepadanya. Adakah orang yang sakit, maka akan Aku sembuhkan”. Dan hal-hal yang lain sampai terbitnya fajar”. (HR. Ibnu Majah).
عن عائشة قالت: فقدت النبي صلى الله عليه وسلم فخرجت فإذا هو بالبقيع رافع رأسه إلى السماء, فقال: (أكنت تخافين إن يحيف الله عليك ورسوله؟) فقلت: يا رسول الله، ظننت أنك أتيت بعض نسائك. فقال: (إن الله تبارك وتعالى ينزل ليلة النصف من شعبان إلى سماء الدنيا فيغفر لأكثر من عدد شعر غنم كلب) رواه أحمد والترمذى وابن ماجه وضعفه الألبانى فى ضعيف الترمذى
Siti Aisyah berkata: “Suatu malam saya kehilangan Rasulullah saw, lalu aku mencarinya. Ternyata beliau sedang berada di Baqi’ sambil menengadahkan wajahnya ke langit. Beliau bersabda: “Apakah kamu (Aisyah) khawatir Allah akan menyia-nyiakan kamu dan RasulNya?” Aku menjawab: “Wahai Rasulullah, saya pikir engkau sedang mendatangi sebagian isteri-isterimu”. Rasulullah saw menjawab : “Sesungguhnya Allah turun ke dunia pada malam Nishfu Sya’ban dan mengampuni ummatku lebih banyak dari jumlah bulu dombanya bani kalb” (HR. Ahmad, Ibn Majah dan Turmidzi).
عن أبي موسى عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: (إن الله ليطلع ليلة النصف من شعبان فيغفر لجميع خلقه، إلا لمشرك أو مشاحن) [رواه ابن ماجه وحسنه الشيخ الألبانى فى صحيح ابن ماجه
Dari Abu Musa, Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya Allah muncul (ke dunia) pada malam Nishfu Sya’ban dan mengampuni seluruh makhlukNya, kecuali orang musyrik dan orang yang saling dengki” (HR. Ibn Majah)
5. BULAN ISTIJABAH
عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: إذا كان ليلة النصف من شعبان نادى مناد: هل من مستغفر فأغفر له؟ هل من سائل فأعطيه؟ فلا يسأل أحد شيئا إلا أعطي إلا زانية بفرجها أو مشركا
Rasulullah saw bersabda: “Apabila datang malam Nishfu Sya’ban, berseru dzat yang berseru (Allah): “Apakah ada orang yang memohon ampun maka Aku akan mengampuninya? Apakah ada yang meminta maka Aku akan memberinya? Tidak ada seseorang pun yang meminta sesuatu kecuali Aku akan memberinya, kecuali wanita pezina atau orang musyrik” (HR. Baihaki)
عن ابن عمر بن الخطاب ، قال: خمس ليال لا يرد فيهن الدعاء ليلة الجمعة، وأول ليلة من رجب، وليلة النصف من شعبان، وليلتا العيد
Dari Ibnu Umar ra berkata, “Terdapat lima malam di mana doa tidak ditolak: 1) Malam Jum’at, 2) malam awal bulan Rajab, 3) malam Nishfu Sya’ban, 4) Malam Idul Fitri, 5) mala idul Adha”. (HR: Baihaqi)
6. BULAN MILIK RASUL
قَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم: «شَعْبَانُ شَهْرِي وَرَمَضَانُ شَهْرُ اللَّهِ، وَشَعْبَانُ الْمُطَّهرُ، وَرَمَضَانُ الْمُكَفرُ» الدَّيلمي عن عائشةَ رضيَ اللَّهُ عنهَا
Rasulullah saw bersabda,” Bulan Sya’ban adalah bulanku, dan bulan Ramadhan adalah bulan Allah. Bulan Sya’ban mensucikan, sedang bulan Ramadhan melebur dosa” hadits ini diriwayatkan ad-Daylami dari Sayyidah Aisyah
Ibnu Shoif al-Yamani menyebutkan bahwasannya Bulan Sya’ban disebut bulannya Rasulullah karena pada bulan tersebut turun ayat perintah membaca shalawat kepada Rasulullah saw. Yakni termaktub pada surat al-Ahzab ayat 56.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
Artinya: “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya” (QS. Al-Ahzab ayat 56).
7. BULAN AL-QUR’AN
Terdapat atsar yang menyebutkan penamaan bulan Sya’ban dengan sebutan sebagai bulan Al-Qur’an. Sebagaimana diketahui bahwa membaca alqur’an dianjurkan pada setiap waktu. Akan tetapi anjuran ini dimua’akkadkan pada waktu-waktu yang berbarokah dan pada tempat-tempat yang mulia semisal Ramadhan dan Sya’ban, serta Makkah Mukarromah dan Raudhoh yang mulia dan pada masa-masa yang diutamakan.
Amalan di Malam Nishfu Sya’ban
mengenai doa dimalam nisfu sya’ban adalah sunnah Rasul saw, sebagaimana hadits2 berikut :
Sabda Rasulullah saw : “Allah mengawasi dan memandang hamba hamba Nya di malam nisfu sya’ban, lalu mengampuni dosa dosa mereka semuanya kecuali musyrik dan orang yg pemarah pada sesama muslimin” (Shahih Ibn Hibban hadits no.5755)
berkata Aisyah ra : disuatu malam aku kehilangan Rasul saw, dan kutemukan beliau saw sedang di pekuburan Baqi’, beliau mengangkat kepalanya kearah langit, seraya bersabda : “Sungguh Allah turun ke langit bumi di malam nisfu sya’ban dan mengampuni dosa dosa hamba Nya sebanyak lebih dari jumlah bulu anjing dan domba” (Musnad Imam Ahmad hadits no.24825)
berkata Imam Syafii rahimahullah : “Doa mustajab adalah pada 5 malam, yaitu malam jumat, malam idul Adha, malam Idul Fitri, malam pertama bulan rajab, dan malam nisfu sya’ban” (Sunan Al Kubra Imam Baihaqiy juz 3 hal 319).
dengan fatwa ini maka kita memperbanyak doa di malam itu, jelas pula bahwa doa tak bisa dilarang kapanpun dan dimanapun, bila mereka melarang doa maka hendaknya mereka menunjukkan dalilnya?,
bila mereka meminta riwayat cara berdoa, maka alangkah bodohnya mereka tak memahami caranya doa, karena caranya adalah meminta kepada Allah,
pelarangan akan hal ini merupakan perbuatan mungkar dan sesat, sebagaimana sabda Rasulullah saw : “sungguh sebesar besarnya dosa muslimin dg muslim lainnya adalah pertanyaan yg membuat hal yg halal dilakukan menjadi haram, karena sebab pertanyaannya” (Shahih Muslim)
disunnahkan malam itu untuk memperbanyak ibadah dan doa, sebagaimana di Tarim para Guru Guru mulia kita mengajarkan murid muridnya untuk tidak tidur dimalam itu, memperbanyak Alqur’an doa, dll
سيدي عبد القادر الجيلاني يقول: ليلة النصف من شعبان هي أفضل الليالي بعد ليلة القدر. اهـــ (كلام الحبيب علوي بن شهاب: 2\390) الفوائد المختارة: 446
كان سيدنا علي بن أبي طالب كرم الله وجهه يفرّغ نفسه للعبادة في أربع ليال من السنة, وهي: أول ليلة من رجب, وليلتا العيدين, وليلة النصف من شعبان. اهــــ (المنهج السوي: 502) ومثله في (تذكير الناس: 185) الفوائد المختارة: 446
AMALAN MALAM NISFU SYA’BAN
Di atas sudah dijelaskan keutamaan dan keagungan malam nisfu Sya’ban. Malam Nisfu Sya’ban adalah malam yang mulya dan penuh barakah. Menghidupkannya malam Nisfu Sya’ban hukumnya mustahab sebagaimana keterangan dari hadits-hadits di atas. Cara menghidupkannya bermacam-macam. Antara lain dengan shalat tanpa ada ketentuan jumlahnya. Juga dengan membaca al-Qur’an dan dzikir serta berdoa kepada Allah. Termasuk di antaranya mentelaah ilmu-ilmu syariat dan amalan-amalan sholeh yang lain.
1. Shalat
Imam al-Ghazali meriwayatkan sebuah hadits tentang shalat Nisfu Sya’ban. Dalam hadits tersebut dijelaskan bhawa shalat Nisfu Sya’ban itu adalah shalat 100 rakaat dengan salam setiap dua rakaatnya. Dalam setiap rakaat setelah baca Fatihah, baca surat al-Ikhlash 11 kali. Bisa juga dilaksanakan 10 rakaat dengan sekali salam setiap dua rakaat, dan setelah fatihah baca surat al-Ikhlash 100 kali. Ulama menamakan shalat ini dengan sebutan shalat raghaib.
Hadits yang diriwayatkan oleh al-Ghazali ini dan juga hadits-hadits lain mengenai shalat Nisfu Sya’ban ini oleh Imam Ibnu Abdis Salam dinyatakan maudhu’. Pendapat ini diikuti oleh Imam Nawawi sebagaimana termaktub dalam kitam Majmu Syarh Muhaddzab. Banyak fuqaha’ yang menukil pendapat Imam Nawawi tersebut. Termasuk di antara Ulama yang mengikuti pendapat Imam Nawawi yang memaudhu’kan hadits ini adalah as-Sayyid Dr. Muhammad Alawi al-Maliki sebagaimana yang beliau tulis dalam kitab beliau berjudul “Ma dza fi Sya’ban”
Sebagian ulama menyatakan bahwa shalat raghaib ini hukumnya mustahab. Pendapat ini didasarkan dari penilaian mereka mengenai hadits malam nisfu sya’ban yang memiliki banyak jalur sanad sehingga kedhaifannya mencapai kadar yang boleh diamalkan terkait dengan fadhailul a’mal. (I’anatut Thalibin)
Bagi kita boleh mengamalkan shalat Nisfu Sya’ban ini lepas dari perselisihan tentang kemaudhu’an haditsnya, dengan landasan bahwa hukumnya sunnah menghidupkan malam Nisfu Sya’ban dengan shalat. Adapun kita melaksanakan shalat 100 rakaat dengan bacaan al-Ikhlash 11 kali atau shalat 10 rakaat dengan surat al-Ikhlash 100 kali, itu hanya karena kita itba’ kepada Imam al-Ghazali yang menghidupkan malam Nisfu Sya’ban dengan cara shalat yang sedemikian. Yang tidak boleh bagi kita (bila mengikuti pendapat Imam yang menyatakan hadits itu maudhu) hanyalah jika beranggapan bahwa kaifiyah shalat yang semacam itu terdapat dalam hadits.
(مسألة): صلاة الرغائب من البدع المنكرة كما ذكره ابن عبد السلام وتبعه النووي في إنكارها، وهي جائزة بمعنى لا إثم على فاعلها، والجماعة فيها جائزة أيضاً، نعم لو صلاها معتقداً صحة أحاديثها الموضوعة أثم. (بغية المسترشدين)
Diantara kebiasaan kaum muslimin pada malam Nisfu Sya’ban adalah melakukan salat pada tengah malam dan datang ke pekuburan untuk memintakan maghfirah bagi para leluhur yang telah meninggal dunia. Kebiasaan seperti ini adalah berdasar dari amal perbuatan atau sunnah Nabi Muhammad saw. Antara lain ada hadist yang diriwayatkan oleh Imam Baihaqi dalam Musnadnya dari Sayidah Aisyah RA, yang artinya kurang lebih sebagai berikut:
“Pada suatu malam Rasulullah saw berdiri melakukan salat dan beliau memperlama sujudnya, sehingga aku mengira bahwa beliau telah meninggal dunia. Tatkala aku melihat hal yang demikian itu, maka aku berdiri lalu aku gerakkan ibu jari beliau dan ibu jari itu bergerak lalu aku kembali ke tempatku dan aku mendengar beliau mengucapkan dalam sujudnya: “Aku berlindung dengan maaf-Mu dari siksa-Mu; aku berlindung dengan kerelaan-Mu dari murka-Mu; dan aku berlindung dengan Engkau dari Engkau. Aku tidak dapat menghitung sanjungan atas-Mu sebagaimana Engkau menyanjung atas diri-Mu.” Setelah selesai dari salat beliau bersabda kepada Aisyah, “Ini adalah malam Nisfu Sya’ban. Sesungguhnya Allah ‘azza wajalla berkenan melihat kepada para hamba-Nya pada malam Nisfu Sya’ban, kemudian mengampunkan bagi orang-orang yang meminta ampun, memberi rahmat kepada orang-orang yang memohon rahmat, dan mengakhiri ahli dendam seperti keadaan mereka.”
Nabi Muhammad saw pada malam Nisfu Sya’ban berdoa untuk para umatnya, baik yang masih hidup maupun mati. Dalam hal ini Sayidah Aisyah RA meriwayatkan hadits:
نَّهُ خَرَجَ فِى هَذِهِ اللَّيْلَةِ إلَى الْبَقِيعِ فَوَجَدْتُهُ يَسْتَغْفِرُ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ وَالشُّهَدَاءِ.
“Sesungguhnya Nabi Muhammad saw telah keluar pada malam ini (malam Nisfu Sya’ban) ke pekuburan Baqi’ (di kota Madinah) kemudian aku mendapati beliau (di pekuburan tersebut) sedang memintakan ampun bagi orang-orang mukminin dan mukminat dan para syuhada.”
Banyak hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad bin Hanbal, at-Tirmidzi, at-Tabrani, Ibn Hibban, Ibn Majah, Baihaqi, dan an-Nasa’i bahwa Rasulullah saw menghormati malam Nisfu Sya’ban dan memuliakannya dengan memperbanyak salat, doa, dan istighfar.
2. Membaca Surat Yasin
ما يفعله عامة الناس من قراءة سورة يس ثلاث مرات : مرة بنية طول العمر مع التوفيق للطاعة ، الثانية بنية العصمة من الآفات والعاهات ونية سعة الرزق ، الثالثة لغنى القلب وحسن الخاتمة ، والصلاة التي يصلّونـها بين الدعاء ، والصلاة بنية خاصة لقضاء حاجة معينة ، كل ذلك باطل لا أصل له ولا تصح الصلاة إلا بنية خالصـة لله تعالى لا لأجل غرض من الأغراض ،
قال تعالى : ﴿ وما أمروا إلا ليعبدوا الله مخلصين له الدين ﴾ (1) سورة البينة ، آية 5
هذا كلام المنكرين .
أقول : إن هذه الدعوى هي بنفسها باطلة لأنـها مبنية على قول لا دليل عليه ، وفيه تحكم وتحجير لفضل الله ورحمته . والحق أنه لا مانع أبداً من استعمال القرآن والأذكار والأدعية للأغراض الدنيوية والمطالب الشخصية والحاجات والغايات والمقاصد بعد إخلاص النية لله في ذلك ، فالشرط هو إخلاص النية في العمل لله تعالى . وهذا مطلوب في كل شئ من صلاة وزكاة وحج وجهاد ودعاء وقراءة قرآن ، فلا بد في صحة العمل من إخلاص النية لله تعالى ، وهو مطلوب لا خلاف فيه بل إن العمل إذا لم يكن خالصاً لله تعالى فإنه مردود ، ، قال تعالى : ﴿ وما أمروا إلا ليعبدوا الله مخلصين له الدين ﴾ ، لكن لا مانع من أن يضيف الإنسان إلى عمله مع إخلاصه مطالبه و حاجاته الدينية والدنيوية ، الحسية والمعنوية ، الظاهرة والباطنة . ومن قرأ سورة يس أو غيرها من القرآن لله تعالى طالباً البركة في العمر والبركة في المال والبركة في الصحة فإنه لا حرج عليه . وقد سلك سبيل الخير بشرط أن لا يعتقد مشروعية ذلك بخصوصه ) فليقرأ يس ثلاثاً أو ثلاثين مرة أو ثلاثمائة مرة ، بل ليقرأ القرآن كله لله تعالى خالصاً له مع طلب قضاء حوائجه وتحقيق مطالبه وتفريج همه وكشف كربه وشفاء مرضه وقضاء دينه
Di antara cara kita menghidupkan malam Nisfu Sya’ban sebagaimana dilakukan para salafus sholeh ialah dengan membaca Surat Yasin tiga kali dengan cara sbb:
Setiap selesai baca yasin diikuti shalat dua rakaat dengan niat semoga hajatnya terkabul lalu diikuti doa khusus sebagaimana dilakukan oleh salafus sholeh.
1. NIAT YANG PERTAMA : BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIIM
Ya Allah Ya Tuhanku ampunilah segala Dosaku dan Dosa ibu bapaku dan Dosa keluargaku dan dosa jiranku dan Dosa muslimin dan muslimat, dan panjangkanlah umurku di dalam tha’at ibadat kepada engkau dan kuatkanlah imanku dengan berkat surat Yasiin.
2. NIAT YANG KE DUA : BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIIM
Ya ALLAH YA TUHANKU ampunilah segala dosaku dan dosa ibu bapaku dan dosa keluargaku dan dosa jiranku dan dosa muslimin dan muslimat, dan peliharakanlah diriku dari segala kebinasaan dan penyakit, dan kabullanlah hajatku dengan berkat surat Yasiin.
3.NIAT YANG KETIGA : BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIIM
YA ALLAH YA TUHANKU ampunilah segala dosaku dan dosa ibu bapaku dan dosa keluargaku dan dosa jiranku dan dosa muslimin dan muslimat, dan kayakanlah hatiku dari segala makhluk dan berilah aku dan kelurgaku dan jiranku HUSNUL KHATIMAH dengan berkat surat Yasiin.
Sebagian dari orang-orang yang mengaku ahli ilmu telah menganggap ingkar perbuatan tersebut, menuduh orang-orang yang melakukannya telah berbuat bid’ah dan melakukan penyimpangan terhadap agama karena doa dianggap ada kesalahan ilmiyah yaitu meminta penghapusan dan penetapan dari Ummul Kitab. Padahal kedua hal tersebut tidak ada tempat bagi penggantian dan perubahan.
Tanggapan mereka ini kurang tepat, sebab dalam syarah kitab hadist Arbain Nawawi diterangkan bahwa takdir Allah swt itu ada empat macam:
1. Takdir yang ada di ilmu Allah. Takdir ini tidak mungkin dapat berubah, sebagaimana Nabi Muhammad saw bersabda:
لاَيَهْلِكُ اللهُ إلاَّ هَالِكًا
“Tiada Allah mencelakakan kecuali orang celaka, yaitu orang yang telah ditetapkan dalam ilmu Allah Taala bahwa dia adalah orang celaka.”
2. Takdir yang ada dalam Lauhul Mahfudh. Takdir ini mungkin dapat berubah, sebagaimana firman Allah dalam surat ar-Ra’du ayat 39 yang berbunyi:
يَمْحُو اللهُ مَا يَشَاءُ وَيُثْبِتُ وَعِنْدَهُ أُمُّ الكِتَابِ.
“Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan apa yang dikehendaki, dan di sisi-Nyalah terdapat Ummul Kitab (Lauhul Mahfudz).”
Dan telah diriwayatkan dari Ibnu Umar, bahwa beliau mengucapkan dalam doanya yaitu “Ya Allah jika engkau telah menetapkan aku sebagai orang yang celaka maka hapuslah kecelakaanku, dan tulislah aku sebagai orang yang bahagia“.
3. Takdir dalam kandungan, yaitu malaikat diperintahkan untuk mencatat rizki, umur, pekerjaan, kecelakaan, dan kebahagiaan dari bayi yang ada dalam kandungan tersebut.
4. Takdir yang berupa penggiringan hal-hal yang telah ditetapkan kepada waktu-waktu yang telah ditentukan. Takdir ini juga dapat diubah sebagaimana hadits yang menyatakan: “Sesungguhnya sedekah dan silaturrahim dapat menolak kematian yang jelek dan mengubah menjadi bahagia.” Dalam salah satu hadits Nabi Muhammad saw pernah bersabda,
إنَّ الدُّعَاءَ وَالبَلاَءَ بَيْنَ السَّمَاءِ والاَرْضِ يَقْتَتِلاَنِ وَيَدْفَعُ الدُّعَاءُ البَلاَءَ قَبْلَ أنْ يَنْزِلَ.
“Sesungguhnya doa dan bencana itu diantara langit dan bumi, keduanya berperang; dan doa dapat menolak bencana, sebelum bencana tersebut turun.”
Adapun doa yang dibaca setiap usai shalat setelah membaca surat yasin ialah:
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ وصَلَّى الله على سيدنا محمد وعلى آله وصـحبه وسـلَّـم اَللَّهُمَّ يَا ذَا الْمَنِّ وَلاَ يُمَنُّ عَلَيْك يَا ذَا الْجَلاَلِ وَاْلاِكْرَامِ يَا ذَا الطَوْلِ وَاْلاِنْعَامِ، لا إلهَ الاَّ اَنْتَ ظَهَرَ اْللاَّجِئِيْنَ وَجَارَ الْمُسْتَجِريْنَ وَمَأمَنَ الْخَائِفِيْنَ. اَللَّهُمَّ اِنْ كُنْتَ كَتَبْتَنِي عِنْدَكَ شَقِيًّا أَوْ مَحْرُوْمَا أَوْ مَطْرُوْدًا أَوْ مُقْتَرًا عَلَيَّ فِي الرِّزْقِ فَامْحُ الَّلهُمَّ بِفَضْلِكَ شَقَاوَتِيْ وَحِرْمَانِي وَطَرْدِيْ وَاِقْتَارَ رِزْقِيْ وَاثْبُتْنِيْ عِنْدَكَ في أم الكتاب سَعِيْدًا مَرْزُوْقًا موفقا لِلْخَيْرَاتِ، فَانَّكَ قُلْتَ وَقَوْلُكَ الْحَقُّ فِي كِتَابِكَ اْلـمُنْزَلِ عَلَى لِسَانِ نَبِيِّكَ اْلـمُرْسَلُ: (يَمْحُو اللهُ مَا يَشَاءُ وَيُثْبِتُ وَعِنْدَهُ أُمُّ الْكِتَابِ) اِلَهِي بِالتَّجَلِّى اْلاَعْظَمِ فِي لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَهْرِ شَعْباَنِ اْلـمُكَرَّمِ الَّتِى يُفْرَقُ فِيْهَا كُلُّ أَمْرٍ حَكِيْمٍ وَيُبْرَمُ، أَسْأَلُكَ يَا أَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ أسألك أَنْ تَكْشِفَ عَنَّا مِنَ الْبَلاَءِ مَا نَعْلَمُ وَمَا لاَ نَعْلَمُ وَمَا اَنْتَ بِهِ أَعْلَمُ، اِنَّكَ أَنْتَ اْلأَعَزُّ اْلاَكْرَمُ وَصَلَّى اللهُ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Ya Allah Yang Maha Pemurah, semoga Allah senantiasa memberi rahmat dan keselamatan kepada gusti kita Muhammad dan keluarganya dan sahabatnya. Duhai dzat yang meiliki anugerah dan tidak diberi anugerah kepadamu. Ya Allah yang maha Agung lagi maha Mulia. Duhai dzat yang memberi anugerah dan kenikmatan.Tiada Tuhan selain Engkau. Engkau yang membantu para pengungsi dan yang minta pertolongan serta tempat aman bagi orang yang ketakutan. Duhai Tuhan-ku, jika telah termaktub bahwa aku bagian orang yang celaka, terhalang atau tertolak dari rahmat-Mu atau sempit dalam rizkiku, maka hapuskanlah dengan fadholmu, nasib burukku, terhalangku (dari rahmatmu) dan kekurangan rizkiku. Ya Allah, mohon aku dicantumkan dalam kitab-Mu sebagai orang yang berbahagia yang diberikan diberi rizki dan diberi pertolongan dalam kebaikan.
Sesungguhnya Engkau berfirman dan firmanmu selalu benar, dalam kitabmu yang diturunkan atas lisan Nabimu yang terutus : yang artinya Allah dapat menghapus yang dikehendaki dan menetapkan yang dikehendaki, dan Allah memiliki ummul kitab. Ya tuhanku, dengan tampaknya keagungan pada malam nisfu Sya’ban yang mulia ini, di mana Engkau memutuskan dan menetapkan nasib. Kami memohon kepadaMu duhai dzat yang maha Pengasih dari yang pengasih. Kami memohon kepadamu agar menjauhkan dari kami dari segala bencana yang kami ketahui dan yang tidak kami ketahui dan Engkau yang mengetahui segalanya. Ya Allah sesungguhnya Engkau yang maha mulia, Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad dan keluarganya. Amin!
Diriwayatkan bahwa barang siapa yang berdoa semacam ini maka akan dilapangkan kehidupannya.
3. DOA NISFU SYA’BAN
اَللَّهُمَّ يَا ذَا الْمَنِّ وَ لا يَمُنُّ عَلَيْكَ يَا ذَا اْلجَلاَلِ وَ اْلاِكْرَامِ ياَ ذَا الطَّوْلِ وَ اْلاِنْعَامِ لاَ اِلهَ اِلاَّ اَنْتَ ظَهْرَ اللاَّجِيْنَ وَجَارَ الْمُسْتَجِيْرِيْنَ وَ اَمَانَ اْلخَائِفِيْنَ . اَللَّهُمَّ اِنْ كُنْتَ كَتَبْتَنِى عِنْدَكَ فِيْ اُمِّ اْلكِتَابِ شَقِيًّا اَوْ مَحْرُوْمًا اَوْ مَطْرُوْدًا اَوْ مُقْتَرًّا عَلَىَّ فِى الرِّزْقِ فَامْحُ اللَّهُمَّ بِفَضْلِكَ فِيْ اُمِّ اْلكِتَابِ شَقَاوَتِي وَ حِرْمَانِي وَ طَرْدِي وَ اِقْتَارَ رِزْقِي وَ اَثْبِتْنِىْ عِنْدَكَ فِي اُمِّ اْلكِتَابِ سَعِيْدًا مَرْزُوْقًا مُوَفَّقًا لِلْخَيْرَاتِ فَإِنَّكَ قُلْتَ وَ قَوْلُكَ اْلحَقُّ فِى كِتَابِكَ الْمُنْزَلِ عَلَى نَبِيِّكَ الْمُرْسَلِ يَمْحُو اللهُ مَا يَشَاءُ وَ يُثْبِتُ وَ عِنْدَهُ اُمُّ اْلكِتَابِ. اِلهِيْ بِالتَّجَلِّى اْلاَعْظَمِ فِي لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَهْرِ شَعْبَانَ الْمُكَرَّمِ الَّتِيْ يُفْرَقُ فِيْهَا كُلُّ اَمْرٍ حَكِيْمٍ وَ يُبْرَمُ اِصْرِفْ عَنِّيْ مِنَ اْلبَلاَءِ مَا اَعْلَمُ وَ مَا لا اَعْلَمُ وَاَنْتَ عَلاَّمُ اْلغُيُوْبِ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَ صَحْبِهِ وَ سَلَّمَ . اَمِيْنَ
Ya Allah, Dzat Pemilik anugrah, bukan penerima anugrah. Wahai Dzat yang memiliki keagungan dan kemuliaan. Wahai dzat yang memiliki kekuasaan dan kenikmatan. Tiada Tuhan selain Engkau: Engkaulah penolong para pengungsi, pelindung para pencari perlindungan, pemberi keamanan bagi yang ketakutan. Ya Allah, jika Engkau telah menulis aku di sisiMu di dalam Ummul Kitab sebagai orang yang celaka atau terhalang atau tertolak atau sempit rezeki, maka hapuskanlah, wahai Allah, dengan anugrahMu, dari Ummul Kitab akan celakaku, terhalangku, tertolakku dan kesempitanku dalam rezeki, dan tetapkanlah aku di sisimu, dalam Ummul Kitab, sebagai orang yang beruntung, luas rezeki dan memperoleh taufik dalam melakukan kebajikan. Sunguh Engkau telah berfirman dan firman-Mu pasti benar, di dalam Kitab Suci-Mu yang telah Engkau turunkan dengan lisan nabi-Mu yang terutus: “Allah menghapus apa yang dikehendaki dan menetapkan apa yang dikehendakiNya dan di sisi Allah terdapat Ummul Kitab.” Wahai Tuhanku, demi keagungan yang tampak di malam pertengahan bulan Sya’ban nan mulia, saat dipisahkan (dijelaskan, dirinci) segala urusan yang ditetapkan dan yang dihapuskan, hapuskanlah dariku bencana, baik yang kuketahui maupun yang tidak kuketahui. Engkaulah Yang Maha Mengetahui segala sesuatu yang tersembunyi, demi RahmatMu wahai Tuhan Yang Maha Mengasihi. Semoga Allah melimpahkan solawat dan salam kepada junjungan kami Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabat beliau. Amin.