Minggu, 24 April 2022

Doa Mohon Panjang Umur Lengkap

Doa Mohon Panjang Umur Lengkap

اَللّٰهُمَّ طَوِّلْ عُمُوْرَنَا وَصَحِّحْ أَجْسَادَنَا وَنَوِّرْ قُلُوْبَنَا وَثَبِّتْ إِيْمَانَنَا وَأَحْسِنْ أَعْمَالَنَا وَوَسِّعْ أَرْزَقَنَا وَإِلَى الْخَيْرِ قَرِّبْنَا وَعَنِ الشَّرِّ اَبْعِدْنَا وَاقْضِ حَوَائِجَنَا فِى الدِّيْنِ وَالدُّنْيَا وَالْاٰخِرَةِ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيْرٌ


Allaahumma thowwil umuurana, wa shohhih ajsaadana, wa nawwir quluubana, wa sabbit iimaananaa wa ahsin a’maalanaa, wa wassi’ arzaqanaa, wa ilal khairi qarribnaa wa ‘anisy-syarri ab’idnaa, waqdhikhawaa-ijana fiddiini waddunyaa wal aakhirati innaka ‘alaa kulli syai-in qadiir

Artinya : “Ya Allah, panjangkanlah umur kami, sehatkanlah jasad kami, terangilah hati kami, tetapkanlah iman kami, baikkanlah amalan kami, luaskanlah rezeki kami, dekatkanlah kami pada kebaikan dan jauhkanlah kami dari kejahatan, kabulkanlah segala kebutuhan kami dalam pada agama, dunia, dan akhirat. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

Selasa, 19 April 2022

MENGUNGKAP HIKMAH DIBALIK MUSIBAH

Rasulullah  bersabda:

 مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ

Barang siapa yang meringankan kesusahan seorang mukmin di antara kesusahan-kesusahan dunia, niscaya Allah akan meringankan kesusahannya di antara kesusahan-kesusahan hari kiamat (HR. Muslim no. 2699).

Bersedekah atau membantu orang lain di kala lapang saja berpahala, apalagi di kala susah. 

لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ

Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat (QS. Ibrahim [14]: 7).

Terkadang kita menjadi sadar akan nikmat sesuatu, setelah nikmat tersebut diambil dari kita. Nikmat sehat akan kita rasakan dan rindukan betul saat kita mengalami rasa sakit. Oleh karenanya, momen musibah sejatinya adalah momen untuk bersyukur pula. 

Kok bisa?

Ibnu Abbas pernah berkata, “Jika musibah yang kau hadapi terasa berat, ketahuilah musibah itu bisa saja lebih berat lagi.” 

Secara implisit, Ibnu Abbas menyarankan agar kita tetap bersyukur sekalipun ada musibah, sebab musibah yang menimpa kita bisa saja diberi oleh Allah lebih dahsyat lagi. Misalnya, seseorang yang dicopet puluhan ribu rupiah dari sakunya, mungkin akan merasa sedih. Namun, ia sejatinya bisa saja kehilangan seluruh isi dompetnya. Pada intinya, sesulit apa pun kondisi masih ada ruang untuk bersyukur. 

Sama seperti seorang pasien kanker yang berterima kasih kepada seorang dokter yang terpaksa mengamputasi bagian tubuhnya. Sebab bila tidak, kanker itu akan membunuh sang pasien. Setelah dioperasi, sang pasien pun berterima kasih kepada dokter yang membantu dia selamat dari ancaman kanker -- kerugian yang jauh lebih besar. 

Nabi  Muhammad ﷺ bersabda

مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلاَ وَصَبٍ وَلاَ هَمٍّ وَلاَ حُزْنٍ وَلاَ أَذًى وَلاَ غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا، إِلاَّ كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ

Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit dan keletihan, kehawatiran dan kesedihan, dan tidak juga gangguan dan kesusahan bahkan duri yang melukainya melainkan Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya (HR. Bukhari no. 5641, 5642).

Dengan kata lain, apa pun yang diderita oleh seorang muslim merupakan pengurangan dosa-dosanya. Oleh karenanya, salah satu hikmah di balik musibah adalah Allah mengurangi dosa-dosa mereka yang tertimpa musibah. Bahkan, mereka yang meninggal karena musibah disebut sebagai orang yang mati syahid akhirat. 

Hal ini didasarkan pada hadis Nabi Muhammad ﷺ:

‏ الشُّهَدَاءُ خَمْسَةٌ الْمَطْعُونُ، وَالْمَبْطُونُ، وَالْغَرِقُ وَصَاحِبُ الْهَدْمِ، وَالشَّهِيدُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ

Syuhada itu ada lima, orang yang terkena wabah, orang yang sakit perut, orang yang tenggelam, orang yang terkena robohnya bangunan, dan syahid di jalan Allah. (HR. Bukhari no. 2829).

Tidak hanya itu, mereka yang sabar dalam menerima musibah dan kemudian selamat, mereka pun mendapatkan pahala sebagaimana orang syahid. 

 Nabi  Muhammad ﷺ bersabda: 

فَلَيْسَ مِنْ رَجُلٍ يَقَعُ الطَّاعُونُ فَيَمْكُثُ فِي بَيْتِهِ صَابِرًا مُحْتَسِبًا يَعْلَمُ أَنَّهُ لَا يُصِيبُهُ إِلَّا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَهُ إِلَّا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ الشَّهِيدِ

Tidaklah seseorang yang berada di  wilayah yang terjangkit penyakit tha'un (wabah), kemudian ia tetap tinggal di rumahnya, sabar dan mengharap pahala Allah, ia mengetahui bahwa ia tidak akan menjangkitinya kecuali apa yang telah Allah tetapkan kepadanya, kecuali baginya seperti pahalanya orang yang mati syahid (HR. Ahmad no. 24943).

Kamis, 07 April 2022

DOA SHALAT SUNNAH TASBIH

DOA SHALAT SUNNAH TASBIH 
 

Apalagi dengan sembahyang. Hubungan keduanya sulit dipisahkan. Demikian juga dengan sembahyang tasâbih atau lebih lazim disebut shalat tasbih. Berikut ini merupakan doa shalat tasbih. Selain membaca tasbih sebanyak 300 kali, kita juga dianjurkan membaca doa berikut ini.  

اَللّٰهُمَّ إنِّي أَسْأَلُكَ تَوْفِيْقَ أَهْلِ الْهُدَى وَأَعْمَالَ أَهْلِ الْيَقِينِ وَمُنَاصَحَةَ أَهْلِ التَّوْبَةِ وَعَزْمَ أَهْلِ الصَّبْرِ وَوَجَلَ أَهْلِ الْخَشْيَةِ وَطَلَبَ أَهْلِ الرَّغْبَةِ وَتَعَبُّدَ أَهْلِ الْوَرَعِ وَعِرْفَانَ أَهْلِ الْعِلْمِ حَتَّى أَخَافَك اَللّٰهُمَّ إنِّي أَسْأَلُكَ مَخَافَةً تَحْجِزُنِيْ عَنْ مَعَاصِيْكَ حَتَّى أَعْمَلَ بِطَاعَتِكَ عَمَلًا أَسْتَحِقُّ بِهِ رِضَاكَ وَحَتَّى أُنَاصِحَكَ بِالتَّوْبَةِ خَوْفًا مِنْكَ حَتَّى أَخْلُصَ لَكَ النَّصِيحَةَ حَيَاءً مِنْكَ وَحَتَّى أَتَوَكَّلَ عَلَيْكَ فِي الْأُمُورِ كُلِّهَا وَحَتَّى أَكُوْنَ أُحْسِنَ الظَنَّ بِكَ، سُبْحَانَ خَالِقِ النُّورِ. ا هـ وَفِي رِوَايَةٍ خَالِقِ النَّارِ  

 Allâhumma innî as’aluka taufîqa ahlil hudâ, wa a‘mâla ahlil yaqîn, wa munâshahata ahlit taubah, wa ‘azma ahlis shabri, wa wajala ahlil khasyyah, wa thalaba ahlir raghbah, wa ta‘abbuda ahlil wara‘i, wa ‘irfâna ahlil ‘ilmi hattâ akhâfak. 

Allâhumma innî as’aluka makhâfatan tahjizunî ‘an ma‘âshîka hattâ a‘mala bi thâ‘atika ‘amalan astahiqqu bihî ridhâka wa hattâ unâshihaka bit taubah, khaufan minka hattâ akhlusha lakan nashîhata hayâ’an minka wa hattâ atawakkala ‘alaika fil ’umûri kullihâ wa hattâ akûna ’uhsinuz zhanna bika, subhâna khâliqin nûr (lain riwayat khâliqin nâr).

Artinya, “Ya Allah, kepada-Mu aku meminta petunjuk mereka yang terima hidayah, amal-amal orang yang yakin, ketulusan mereka yang bertobat, keteguhan hati mereka yang bersabar, kekhawatiran mereka yang takut (kepada-Mu), doa mereka yang berharap, ibadah mereka yang wara’, dan kebijaksanaan mereka yang berilmu agar aku menjadi takut kepada-Mu. Ya Allah, masukkanlah rasa takut di kalbuku yang dapat menghalangi diri ini untuk mendurhakai-Mu. Dengan demikian aku dapat beramal saleh yang mengantarkanku pada ridha-Mu, dan aku bertobat setulusnya karena takut kepada-Mu. Dengan itu pula aku beribadah secara tulus karena malu kepada-Mu. Dengan rasa takut itu aku menyerahkan segala urusanku kepada-Mu. Karena itu juga aku dapat berbaik sangka selalu kepada-Mu. Mahasuci Engkau Pencipta cahaya (lain riwayat, Pencipta api).”

Doa ini dikutip dari kitab Nihayatuz Zain karya Syekh Muhammad Nawawi Tanara Serang Al-Bantani.

Menurutnya, doa ini dibaca setelah tasyahhud akhir, tetapi sebelum salam. Semoga Allah mengangkat derajat kita semua dan menempatkan kita di jalan yang Dia restui. 

Wallahu a‘lam.