Sabtu, 17 Februari 2018

ASAL USUL BACAAN DALAM SHALAT


ASAL USUL BACAAN DALAM SHALAT

Asal usul bacaan dalam shalat

terkaitan dengan sholat dan bacaan-bacaannya, Rasulullah SAW telah berwasiat kepada kita semuanya, dalam sebuah hadits yang sangat terkenal:

وَصَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي

"Dan shalatlah kalian, sebagaimana kalian melihat aku shalat."

Hadits ini shahih, diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dan selainnya (semoga Allah SWT merahmati mereka semuanya).

Selanjutnya, bagaimanakah dengan bacaan-bacaan shalat Rasulullah SAW menurut hadits shahih…???

Berikut ini ana akan paparkan hal tersebut:

1) Niat

Dalam hal niat, Nabi SAW tidak pernah memberikan contoh mengenai lafaznya dalam semua ibadah, sebab niat adalah urusan hati dan tidak tergantung pada ucapan. Hal ini kemudian melahirkan perbedaan pendapat dan ijtihad di kalangan ulama fiqh, ada yang berpendapat bahwa niat itu perlu diucapkan meskipun hal itu tidaklah wajib, dan ada yang berkata bahwa tidak perlu mengucapkannya. Namun satu hal yang ingin ana ingin tekankan adalah ini hanyalah ijtihad, jika antum/antunna setuju dengan melafazkan niat, maka silahkan diamalkan. Jika antum/antenna tidak setuju dengan melafazkan niat, maka tinggalkan.

Ana juga ingin sampaikan kepada kaum muslimin khususnya para aktivis dakwah dari semua kalangan dan golongan bahwa tidak perlu mempersoalkan hal ini hingga saling mencela sesama muslim, karena mempersoalkan hal-hal seperti ini dengan menyulut permusuhan dan pertentangan di kalangan kaum muslimin adalah satu di antara tanda ketidakfahaman dan kesempitan ilmu seorang dai. 

2) Bacaan Iftitah

Bacaan iftitah dalam hadits shahih sangatlah beragam, namun yang sangat terkenal adalah:

وَجَّهْتُ وَجْهِىَ لِلَّذِى فَطَرَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ إِنَّ صَلاَتِى وَنُسُكِى وَمَحْيَاىَ وَمَمَاتِى لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ.

Doa ini adalah doa yang bersumber dari hadits shahih. Sebenarnya doa ini sangat panjang, namun para ulama kita sangat bijaksana dan tidak ingin mempersulit orang-orang yang belajar shalat untuk pertama kalinya dari kalangan kaum muslimin, hingga mereka berijtihad bahwa doa iftitah sudah cukup meskipun hanya dengan lafaz di atas.

Lanjutan dari doa di atas secara lengkap adalah:

 اللَّهُمَّ أَنْتَ الْمَلِكُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ. أَنْتَ رَبِّى وَأَنَا عَبْدُكَ ظَلَمْتُ نَفْسِى وَاعْتَرَفْتُ بِذَنْبِى فَاغْفِرْ لِى ذُنُوبِى جَمِيعًا إِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ أَنْتَ وَاهْدِنِى لأَحْسَنِ الأَخْلاَقِ لاَ يَهْدِى لأَحْسَنِهَا إِلاَّ أَنْتَ وَاصْرِفْ عَنِّى سَيِّئَهَا لاَ يَصْرِفُ عَنِّى سَيِّئَهَا إِلاَّ أَنْتَ لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ وَالْخَيْرُ كُلُّهُ فِى يَدَيْكَ وَالشَّرُّ لَيْسَ إِلَيْكَ أَنَا بِكَ وَإِلَيْكَ تَبَارَكْتَ وَتَعَالَيْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ ».

Doa ini berasal dari hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, An-Nasa'I, Imam Ahmad, Abdurrazaq, Ibnu Abi Syaibah, dan masih banyak lagi imam hadits yang lain melalui jalur riwayat yang disampaikan oleh Ali bin Abi Tahlib (semoga Allah merahmati mereka semuanya).

Di dalam doa iftitah yang di ajarkan di buku-buku panduan sholat diawalnya terdapat kalimat:

اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلاً

Doa ini adalah doa yang bersumber dari hadits shahih. Berkaitan dengan doa ini, Imam Muslim menyebutkan dalam kitab Shahihnya sebuah riwayat yang bersumber dari Ibnu Umar, bahwa suatu ketika para sahabat shalat berjamaah bersama Rasulullah SAW, ketika usai takbiratul ihram, seorang laki-laki dengan suara yang agak keras membaca potongan doa di atas hingga terdengar oleh Rasulullah SAW. Setelah shalat usai, Rasulullah SAW bertanya kepada para sahabat mengenai siapa yang membaca doa tersebut. Maka laki-laki yang membaca doa tersebut menjawab,"Aku ya Rasulullah!" Rasulullah SAW bersabda,"Aku kagum terhadap doa ini, karena pintu-pintu langit terbuka untuknya." Ibnu Umar kemudian berkata,"Sejak mendengar perkataan Rasulullah SAW tersebut, aku tidak pernah meninggalkan membacanya (dalam setiap shalat)."

Ana katakan kepada antum/antunna semua, inilah potongan doa yang kemudian disatukan dengan doa sebelumnya hingga terbentuk doa iftitah sebagaimana yang sangat dikenal di kalangan masyarakat kita saat ini dengan susunan lafaz:

اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلاً. (إني) وَجَّهْتُ وَجْهِىَ لِلَّذِى فَطَرَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ إِنَّ صَلاَتِى وَنُسُكِى وَمَحْيَاىَ وَمَمَاتِى لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ.

3) Bacaan Ruku', I`tidal (bangun dari ruku'), dan sujud

Bacaan ruku, I`tidal (bangun dari ruku'), dan sujud dalam hadits yang shahih adalah sebagai berikut:

عن حُذَيْفَةَ قَالَ صَلَّيْتُ مَعَ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- ذَاتَ لَيْلَةٍ فَافْتَتَحَ الْبَقَرَةَ فَقُلْتُ يَرْكَعُ عِنْدَ الْمِائَةِ. ثُمَّ مَضَى فَقُلْتُ يُصَلِّى بِهَا فِى رَكْعَةٍ فَمَضَى فَقُلْتُ يَرْكَعُ بِهَا. ثُمَّ افْتَتَحَ النِّسَاءَ فَقَرَأَهَا ثُمَّ افْتَتَحَ آلَ عِمْرَانَ فَقَرَأَهَا يَقْرَأُ مُتَرَسِّلاً إِذَا مَرَّ بِآيَةٍ فِيهَا تَسْبِيحٌ سَبَّحَ وَإِذَا مَرَّ بِسُؤَالٍ سَأَلَ وَإِذَا مَرَّ بِتَعَوُّذٍ تَعَوَّذَ ثُمَّ رَكَعَ فَجَعَلَ يَقُولُ « سُبْحَانَ رَبِّىَ الْعَظِيمِ ». فَكَانَ رُكُوعُهُ نَحْوًا مِنْ قِيَامِهِ ثُمَّ قَالَ « سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ ». ثُمَّ قَامَ طَوِيلاً قَرِيبًا مِمَّا رَكَعَ ثُمَّ سَجَدَ فَقَالَ « سُبْحَانَ رَبِّىَ الأَعْلَى ». فَكَانَ سُجُودُهُ قَرِيبًا مِنْ قِيَامِهِ. قَالَ وَفِى حَدِيثِ جَرِيرٍ مِنَ الزِّيَادَةِ فَقَالَ « سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ ».

"Dari Abu Huzaifah, ia berkata, suatu ketika pada malam hari aku shalat bersama Rasulullah SAW, beliau membaca surat al-Baqarah (dari ayat pertama). Maka aku berkata dalam hati bahwa beliau akan ruku' pada ayat yang ke-100. Kemudian sampai pada ayat yang ke-100 beliau tetap melanjutkan bacaannya. Aku berkata dalam hati, beliau akan ruku' setelah menyelesaikannya. Setelah selesai surat al-Baqarah, beliau melanjutkan bacaannya ke surat an-Nisa, lalu ke surat Ali Imran, beliau membaca dengan bacaan yang tersambung jelas. Jika beliau melewati ayat tasbih, maka beliau bertasbih, jika melewati ayat-ayat tentang doa, beliau berdoa, dan jika melewati ayat-ayat yang perlu perlindungan, beliau memohon perlindungan. Kemudian beliau ruku' dan membaca,"Subhana rabbiyal-`Azhim." Beliau ruku' dengan lama, sebagaimana beliau berdiri. Kemudian beliau bangun dari ruku dan membaca,"Sami'allahu liman hamidah."Kemudian beliau tetap berdiri sebagaimana lamanya beliau ruku. Kemudian beliau sujud dan membaca,"Subhana rabbiyal A`la,".Beliau sujud dengan lama, sebagaimana lamanya beliau berdiri. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Jarir, terdapat tambahan kalimat,"Sami`allahu liman hamidah rabbana lakalhamdu,".

Hadits ini shahih, diriwayatkan oleh Imam Muslim. Dalam hadits ini, ada beberapa hal yang ana garis bawahi:

·         Bacaan ruku' dan sujud hanya sekali, bukan tiga kali sebagaimana yang beredar di masyarakat kita;

·      Bacaan ruku dan sujud tidak terdapat padanya tambahan kalimat "wabihamdih",sebagaimana yang disebutkan dalam buku-buku panduan sholat yang beredar di masyarakat kita.

Melihat hal ini, mungkin akan lahir pertanyaan, bagaimanakah status hadits tentang pengucapan doa ruku' dan sujud yang masing-masing tiga kali…???

Ana katakan bahwa jawabannya adalah pengucapan doa ruku' dan sujud dengan masing-masing tiga kali juga bersumber dari hadits yang shahih. Sebagaimana yang disebutkan dalam Sunan Ibnu Majah:

عن حذيفة بن اليمان: - أنه سمع رسول الله صلى الله عليه و سلم يقول إذا ركع ( سبحان ربي العظيم ) ثلاث مرات وإذا سجد قال ( سبحان ربي الأعلى ) ثلاث مرات .

"Dari Hudzaifah, bahwa ia mendengar Rasulullah SAW membaca ketika ruku,"Subhana rabbiyal-`Azhim' tiga kali, dan jika beliau SAW sujud, beliau membaca,"Subhana rabbiyal-A`la, tiga kali.

Hadits ini shahih, diriwayatkan oleh Ibnu Majah dalam bab al-Tasbih fi al-Ruku`.

Tersisa satu pertanyaan lagi yang mungkin akan muncul dari benak kaum muslimin, yaitu bagaimanakah status tambahan kata"Wabihamdih" dalam doa ruku` dan sujud…???

Tambahan kata "wabihamdih" pada doa ruku' dan sujud dalam hadits diriwayatkan oleh Imam Syafi'i dalam kitabnya al-Umm,Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah.

 Hanya saja, ketika mengkonfirmasi riwayat tersebut ke kitab al-Umm karya Imam Syafi'i, ana menemukan bahwa Imam Syafi'i sendiri ragu terhadap keshahihan hadits ini, karena di akhir perkataanya setelah menyebutkan hadits tersebut beliau berkata,"Jika saja seandainya hadits ini kuat/shahih."

Imam Abu Dawud berkata,"Kalimat ini adalah kalimat tambahan (yang bukan bersumber dari hadits), dan kami khawatir jika kalimat ini menjadi bagian dari hafalan doa (yang dihafalkan oleh kaum muslimin)."

Al-Hafiz Ibnu Hajar dalam kitabnya al-Talkhis al-Habir, menyebutkan bahwa semua hadits yang menyebutkan tambahan kata"wabihamdih" dalam ruku' dan sujud, semuanya berderajat dha`if dan tidak bisa dijadikan hujjah/dalil. Hal ini disebutkan pula oleh al-Hafiz Ibnu al-Mulaqin dalam kitabnyaal-Badr al-Munir.

4) Doa I`tidal (bangun dari ruku') versi buku-buku panduan shalat

Doa bangun dari ruku' yang tertulis di banyak duku panduan shalat adalah:

رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ مِلْءَ السَّمَوَاتِ وَمِلْءَ الأَرْضِ وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَىْءٍ بَعْدُ

Doa ini adalah doa yang bersumber dari hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi dan yang lainnya.

Dalam riwayat yang lain, dalam kitab shahih Muslim, terdapat tambahan kalimat lain yang bersatu dengan doa di atas, yaitu: 

رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ مِلْءَ السَّمَوَاتِ وَمِلْءَ الأَرْضِ وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَىْءٍ بَعْدُ أَهْلَ الثَّنَاءِ وَالْمَجْدِ لاَ مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ وَلاَ مُعْطِىَ لِمَا مَنَعْتَ وَلاَ يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ.

5) Duduk antara Dua sujud

Dalam hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, doa duduk di antara dua sujud adalah sebagai berikut:

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِى وَارْحَمْنِى وَاهْدِنِى وَعَافِنِى وَارْزُقْنِى

Dalam riwayat shahih yang lain yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah:

اللَّهُمَّ اغْفِر لي واجبرني وَعَافنِي وارزقني واهدني وَارْفَعْنِي

Dua susunan inilah yang paling shahih mengenai doa di antara dua sujud.

Kedua doa di atas kemudian dicampur dalam satu doa, sehingga melahirkan doa duduk di antara dua sujud sebagaimana yang disebutkan dalam buku-buku panduan shalat, yaitu:

اللَّهُمَّ اغْفِرلي وَارْحَمْنِى واجبرني وَارْفَعْنِيوَارْزُقْنِى وَاهْدِنِى وَعَافِنِى

وَاعْفُ عَنِّى

Selain itu, ada hal yang ana harus sampaikan bahwa dalam doa duduk di antara dua sujud yang dicantumkan di buku-buku panduan ibadah lengkap sebagaimana di atas, ada kalimat yang sebenarnya bukan berasal dari doa duduk di antara dua sujud, dan merupakan selipan yang tidak diketahui orang yang pertama kali menyelipkannya yaitu kata:

وَاعْفُ عَنِّى

Dalam Sunan al-Kubra, Imam al-Baihaqi menyebutkan kalimat yang satu ini memang disandingkan dengan doa di antara dua sujud, namun kemunculannya bukan pada konteks doa duduk di antara dua sujud, melainkan dalam konteks yang lain, sebagai dalam hadits berikut:

عَنِ ابْنِ أَبِى أَوْفَى قَالَ : جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّى لاَ أُحْسِنُ شَيْئًا مِنَ الْقُرْآنِ ، فَعَلِّمْنِى مَا يَجْزِينِى مِنْهُ. قَالَ :« قُلْ سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحْمُدُ لِلَّهِ ، وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ ». فَذَهَبَ ثُمَّ رَجَعَ فَقَالَ : هَؤُلاَءِ لِرَبِّى فَمَا لِى؟ قَالَ :« قُلِ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِى وَارْحَمْنِى ، وَاهْدِنِى وَارْزُقْنِى ، وَعَافِنِى وَاعْفُ عَنِّى ». فَلَمَّا وَلَّى الرَّجُلُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- :« أَمَّا هَذَا فَقَدْ مَلأَ يَدَهُ مِنَ الْخَيْرِ ».

"Dari Ibnu Abi Aufa,"Suatu ketika seorang laki-laki datang kepada Nabi SAW dan berkata,"Ya Rasulullah, sesungguhnya aku tidak mengetahui sesuatupun tentang Al-Qur'an, ajarkanlah kepadaku sesuatu yang aku bisa mendapat pahala dengannnya. Rasulullah SAW bersabda,"Bacalah,Subhanallah, walhamdulillah, wa laailahaillallah, wallahu akbar, wa laahaula walaa Quwwata Illa billah. Kemudian laki-laki tersebut pergi, lalu kembali lagi mendatangi Rasulullah SAW dan berkata,"Semua ini adalah kalimat untuk Tuhanku, maka apakah bacaan untukku." Rasulullah SAW menjawab,"Bacalah, Allahummagfirli, warhamni, wahdini warzuqni, wa `Afini wa`fu'anni. Ketika laki-laki tersebut berlalu, Rasulullah SAW bersabda,"Adapun laki-laki ini, maka ia telah memenuhi kedua tangannya dengan kebaikan.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar