Senin, 30 April 2018

NAFSU MUTHMAINNAH


NAFSU MUTHMAINNAH

A’uudzu billaahi minasysyaithaanir rajiim

Bismillahirrahmaniraahim...

Assalamu’alaikum Warohmatullaahi Wabarokaatuhu ,

Perjuangan para hamba ALLAH yang mencari keutamaan berakhir pada hawa nafsunya. Maka barang siapa yang mampu menundukkan hawa nafsunya (Taat dan Ridho terhadap apa yang telah ALLAH berikan , berbagai macam ujian kehidupan di hadapi tetap dalam keimanan , ke qana’ah’an dan ketaatan (ber-amal Sholeh) maka ia akan berbahagia karena telah mendapatkan kemenangan = Ridho ALLAH Subhana Wa Ta’ala => Surga Ad’n , jadi yang di perjuangkan hamba ALLAH yang beriman , yang faham dengan segala amal Sholeh/a nya itu , bukan lah menjemput Surga yang dijanjikan ALLAH Subhana Wa Ta’ala tapi menjemput ridho-Nya , dengan Ridho-nya ALLAH itu lah hamba ALLAH itu bisa menempati Surga yang dijanjikan. 

Nafsu Muthmainnah (مطمئنّة) adalah peringkat nafsu yang tertinggi yang perlu kita berusaha untuk mencapainya.

Ibnu Abbas berkata, “nafsu muthmainnah ialah nafsu yang membenarkan”.

Dalam arti kata lain, perkataan beliau mungkin bermakna nafsu yang membenarkan dan yakin dengan segala yang dibawa oleh Rasulullah s.a.w.

Sheikh Dr. Ahmad Farid mengulas tentang ciri-ciri nafsu muthmainnah: “Bila nafsu terasa damai dengan Allah, merasa tenteram dan tenang dengan mengingatiNya, suka kembali kepadaNya, merasa rindu ingin berjumpa denganNya dan merasa senang berdekatan denganNya, itulah yang disebut sebagai nafsu muthmainnah“.

Banyak lagi pengertian yang lain. Saya simpulkan arti nafsu muthmainnah ini sebagai nafsu yang jiwanya sentiasa tenang, khusyuk dan akrab dengan Allah, jiwa yang betul-betul teguh aqidahnya, sentiasa redha atas segala ketentuan dan tunduk dengan perintah Allah, serta dimanifestasikan seluruh keteguhan iman dan cinta kepada Allah itu dengan keinginan yang kuat untuk giat beramal soleh. 

Tentang kemuliaan nafsu muthmainnah ini, ganjarannya ialah keredhaan Allah dan dimasukkan ke dalam syurga di mana terletaknya puncak kebahagiaan yang tidak terbanding.

-------------------------------------------------------------------------------

Al Fajr 27 – 30

يٰٓأَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ

yaa ayyatuhaa alnnafsu almuthma-innatu

Wahai jiwa yang tenang (Al Fajr , 89 : 27)

ارْجِعِىٓ إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً

irji'ii ilaa rabbiki raadiyatan mardhiyyatan

kembalilah kepada Tuhanmu dengan ridha dan diridhai. ( Al Fajr , 89 : 28)

فَادْخُلِى فِى عِبٰدِى

faudkhulii fii 'ibaadii

Maka masuklah kedalam golongan hamba-hamba-Ku ( Al Fajr , 89 : 29)

وَادْخُلِى جَنَّتِى

waudkhulii jannatii

dan masuklah kedalam surga-Ku” (Al Fajr , 89 : 30)

----------------------------------------------------------------------------

Siapakah yang disebut Nafsul-Muthmainnah?

Al-Qur’an sendiri menyebutkan tingkatan yang ditempuh oleh nafsu atau diri manusia. Pertama Nafsul Ammarah, yang selalu mendorong akan berbuat sesuatu di luar pertimbangan akal yang tenang. Maka keraplah manusia terjerumus ke dalam lembah kesesatan karena nafsul-ammarah ini. (Lihat Surat 12, Yusuf; ayat 53).

Bilamana langkah telah terdorong, tibalah penyesalan diri atas diri. Itulah yang dinamai Nafsul-Lawwamah. Itulah yang dalam bahasa kita sehari-hari dinamai “tekanan batin”, atau merasa berdosa. Nafsul-Lawwamah ini dijadikan sumpah kedua oleh Allah, sesudah sumpah pertama tentang ihwal hari kiamat. (Surat 75, Al-Qiyamah ayat 2).

Demikian pentingnya, sampai dijadikan sumpah. Karena bila kita telah sampai kepada Nafsul-Lawwamah, artinya kita telah tiba dipersimpangan jalan; atau akan menjadi orang yang baik, pengalaman mengajar diri, atau menjadi orang celaka, karena sesal yang tumbuh tidak dijadikan pengajaran, lalu timbul sikap yang dinamai “keterlanjuran”.

Karena pengalaman dari dua tingkat nafsu itu, kita dapat naik mencapai “An-Nafsul-Muthmainnah”, yakni jiwa yang telah mencapai tenang dan tenteram. Jiwa yang telah digembleng oleh pengalaman dan penderitaan. Jiwa yang telah melalui berbagai jalan berliku, sehingga tidak mengeluh lagi ketika mendaki, karena di balik pendakian pasti ada penurunan. 

Dan tidak gembira melonjak lagi ketika menurun, karena sudah tahu pasti bahwa dibalik penurunan akan bertemu lagi pendakian. Itulah jiwa yang telah mencapai Iman! Karena telah matang oleh berbagai percobaan.

Jiwa inilah yang mempunyai dua sayap. Sayap pertama adalah syukur ketika mendapat kekayaan, bukan menepuk dada. Dan sabar ketika rezeki hanya sekedar lepas makan, bukan mengeluh. Yang keduanya telah tersebut dalam ayat 15 dan 16 tadi.

Jiwa inilah yang tenang menerima segala khabar gembira (basyiran) ataupun khabar yang menakutkan (nadziran).

Jiwa inilah yang diseru oleh ayat ini:

“Wahai jiwa yang telah mencapai ketentraman.” (ayat 27). Yang telah menyerah penuh dan tawakkal kepada Tuhannya: Telah tenang, karena telah mencapai yakin: terhadap Tuhan.

Berkata Ibnu ‘Atha’: “Yaitu jiwa yang telah mencapai ma’rifat sehingga tak sabar lagi bercerai dari Tuhannya walau sekejap mata.” Tuhan itu senantiasa ada dalam ingatannya, sebagai tersebut dalam ayat 38 dari Suray 13, Ar-Ra’ad.

Berkata Hasan Al-Bishri tentang muthmainnah ini: “Apabila Tuhan Allah berkehendak mengambil nyawa hamba-Nya yang beriman, tenteramlah jiwanya terhadap Allah, dan tenteram pula Allah terhadapnya.”

Berkata sahabat Rasulullah SAW ‘Amr bin Al-‘Ash (Hadis mauquf): “Apabila seorang hamba yang beriman akan meninggal, diutus Tuhan kepadanya dua orang malaikat, dan dikirim beserta keduanya suatu bingkisan dari dalam syurga. Lalu kedua malaikat itu menyampaikan katanya: “Keluarlah, wahai jiwa yang telah mencapai keternteramannya, dengan ridha dan diridhai Allah.

Keluarlah kepada Roh dan Raihan. Tuhan senang kepadamu, Tuhan tidak marah kepadamu.” 

Maka keluarlah Roh itu, lebih harum dari kasturi.”

“Kembalilah kepada Tuhanmu, dalam keadaan ridha dan diridhai.” (ayat 28). 

Artinya: setelah payah engkau dalam perjuangan hidup di dunia yang fana, sekarang pulanglah engkau kembali kepada Tuhanmu, dalam perasaan sangat lega karena ridha; dan Tuhan pun ridha, karena telah menyaksikan sendiri kepatuhanmu kepada_nya dan tak pernah mengeluh.

“Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku.” (ayat 29). 

Di sana telah menunggu hamba-hamba-Ku yang lain, yang sama taraf perjuangan hidup mereka dengan kamu; bersama-sama di tempat yang tinggi dan mulia. Bersama para Nabi, para Rasul, para shadiqqin dan syuhadaa. “Wa hasuna ulaa-ika rafiiqa”; Itulah semuanya yang sebaik-baik teman.

“Dan masuklah ke dalam syurga-Ku.” (ayat 30). 

Di situlah kamu berlepas menerima cucuran nikmat yang tiadakan putus-putus daripada Tuhan; Nikmat yang belum pernah mata melihatnya, belum pernah telinga mendengarnya, dan lebih daripada apa yang dapat dikhayalkan oleh hati manusia.

Dan ada pula satu penafsiran yang lain dari yang lain; yaitu annafs diartikan dengan roh manusia, dan rabbiki diartikan tubuh tempat roh itu dahulunya bersarang. Maka diartikannya ayat ini: “Wahai Roh yang telah mencapai tenteram, kembalilah kamu kepada tubuhmu yang dahulu telah kamu tinggalkan ketika maut memanggil,” sebagai pemberitahu bahwa di hari kiamat nyawa dikembalikan ke tubuhnya yang asli. 

Penafsiran ini didasarkan kepada qiraat (bacaan) Ibnu Abbas, Fii ‘Abdii dan qiraat umum Fii “Ibaadil.

Wallahu A’lam Bishshawaabi.

Wassalamu’alaikum Warohmatullaahi Wabarokaatuhu ,

MALAM NISFU SYA'BAN


MALAM NISFU SYA'BAN

Hari ini 30 April 2018 adalah malam nisfu sya'ban.

Fadhillah malam nisfu Sya'ban sebagaimana Nabi saw, bersabda :

قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِذَا كَانَ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَقُومُوا لَيْلَهَا وَصُومُوا نَهَارَهَا، فَإِنَّ اللهَ تَعَالَى يَنْزِلُ فِيهَا لِغُرُوبِ الشَّمْسِ إِلَى سَمَاءِ الدُّنْيَا فَيَقُولُ: أَلاَ مُسْـتَغْفِر فَأَغْفِر لَهُ، أَلاَ مَسْتَرْزق فَأَرْزُقهُ، أَلاَ مُبْتَلى فَأُعَافِيه، أَلاَ كَذَا، أَلاَ كَذَا حَتَّى يَطلعُ الفَجْر.

Rasulullah saw telah bersabda: Apabila tiba malam Nisfu Sya'ban maka kamu hidupkanlah malamnya dan kamu berpuasa di siang harinya, sesungguhnya Allah turun (hampir) padanya dari terbenam matahari ke langit dunia dan berfirman: Sekiranya terdapat orang yang memohon keampunan maka Aku ampunkannya, sekiranya terdapat orang yang meminta rezeki maka Aku beri rezeki kepadanya, sekiranya terdapat orang yang ditimpa bala maka Aku sejahterakan dia sekiranya begitu… sekiranya begini… sehingga terbitnya fajar.

(Riwayat Ibnu Majah)

Apa Fadhilah malam nisfu sya’ban?

Banyak Fadhilah malam nisfu sya’ban, diantaranya  malam ini adalah terbukanya pintu langit dan malam dimakbulkan doa.

Malam Nisfu Sya'ban juga dipanggil:
Lailatul Mubarakah (malam keberkatan),
Lailatul Baraah (malam pelepasan),
Lailatul Qismah wal-taqdir (malam pembahagian dan penentuan)
Lailatul Takfir (malam mengkifaratkan dosa).
Lailatul Ijabah (malam diperkenankan doa),
Lailatul Syafa'ah (malam syafaat)
Lailatul Idil Malaikah (malam raya malaikat).
Lailatul Hayat (malam hidup), iaitu malam yang tidak dimatikan apabila seseorang menghidupkan malamnya.

7. FADHILAH MALAM NISFU SYA’BAN

1. Dari sayyidina Ali: Baginda Rasulullah SAW maksudnya:

Apabila datang malam nisfu sya’ban maka beribadahlah di malamnya dan puasalah di siang harinya sesungguhnya Allah menurunkan rahmatNya dan para Malaikatnya pada malam itu dan berkata siapa yang minta rezeki ku beri, siapa meminta keselamatan aku pelihara, siapa yang hendak sesuatu maka akan ku kabulkan sampai terbit fajar.

2. Dari Muaz bin jabal, Bersabda baginda Rasulullahu SAW maksudnya:

pada malam nisfu sya’ban menurunkan Allah akan rahmatNyA dan para malaikatNya maka mengampuni Allah akan dosa-dosa hambanya.

Di riwayatkan bahawa pemindahan semua perkara dari lauhil mahfuz pada malam nisfu sya’ban dan selesai pada malam lailatul Qadar diserahkan urusan rezeki pada Malaikat Mikail urusan perang/gempa/bencana pada Malaikat Jibril, urusan amal pada Malaikat penghulu langit dunia dan urusan Musibah pada Malaikat maut.

3. Daripada sayyidah Aisyah  berkata:

Malam nisfu sya’ban aku terbangun dan rasulullah tidak ada di sampingku maka aku cari dan ternyata baginda ada di pekuburan sambil memandang ke langit kemudian berkata sungguh Allah menurunkan rahmatNya dan MalaikatNya ke langit dunia pada malam nisfu sya’ban dan mengampuni dosa hambanya

4. Daripada Sayidah Aisyah berkata:

Rasulullah berdiri sembahyang dan kemudian sujud sangat lama sehingga aku menyangka beginda telah wafat.

Was-was aku melihat sedemikian maka aku gerak-gerakan hujung kaki beliau maka bergeraklah. 
Kemudian aku kembali ke rumah dan ketika beginda selesai dari sembahyang,  Baginda datang dan berkata: ”tahukah kamu malam apakah ini?”

Berkata Aisyah: Allah dan Rasulnya yang lebih tahu
Berkata Baginda: Malam ini adalah malam Nisfu sya’ban sesungguhnya Allah Memandang dan mengampuni Hamba-hambanya pada malam ini.

5. Dari Naufal al bakali bahwasanya:
sayidina Ali keluar rumah pada malam nisfu sya’ban dan memandang kelangit sambil berkata keluar pada malam nisfu sya’ban nabiullah Daud alaihissalam dan memandang kelangit dan berkata Ya Allah sesungguhnya malam ini adalah malam mustajab do’a tidak berdo’a seseorang melainkan engkau kabulkan.

6. Diriwayatkan dari Ka’ab al ahbar berkata:

Sesungguhnya Allah Mengutus malaikat Jibril pada malam nisfu sya’ban ke syurga dan memerintahkan  dihiaskan syurga.

Allah melepaskan dari api neraka pada malam ini hambanya sebanyak bilangan bintang di langit, sebilangan hari dan malam di dunia, sebilangan daun-daun pepohonan, seberat gunung-gunung dan sebilangan pasir-pasir.

7. Pada malam Nisfu Sya’ban Allah menambahkan air Zam Zam.

FAEDAH AMALAN PADA NISFU SYA’BAN
Disunatkan menghidupkan dan menghidupkan malam Nisfu sya’ban dengan beribadah seperti sembahyang sunat tasbih, baca Alquran, Berzikir, Selawat, dan Berdoa dengan niat:

1. Panjang umur sihat wal’afiat dalam taat dan ibadah kepada Allah.

2. Selamat dari pada musibah, bala, penyakit, wabak penyakit.

3. Minta rezeki yang halal dan kaya hati dari sekalian makhluk dan mati dalam keadaan husnul khatimah baik kesudahan.

4. Dan sekurang-kurangnya pada malam Nisfu Sya’ban beribadah dengan mengerjakan Solat Isyak berjamaah dan Solat Subuh berjamaah.
Aamiin....

Silahkan copas kemudian share...
Semoga menjadi jalan kebaikan bersama.

DOA TERHINDAR DARI NAFSU ANGKARA MURKA


Mari kita berlindung dan bermohon kepada Allah Ta’ala agar tidak sampai kalah dalam mengendalikan hawa nafsu. 

أَللّٰهُمَّ اٰتِ نَفْسِىْ تَقْوَاهَا وَ زَكِّهَا اَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا اَنْتَ وَلِيُّهَا وَ مَوْلَاهَا

“Allahumma aati nafsii taqwaahaa, wa zakkihaa anta khairu man zakkaaha, anta waliyuhaa wa maulaahaa”.

Ya Allah, anugerahkanlah kepada jiwaku ketakwaannya dan sucikanlah jiwaku (dengan ketakwaan itu). Engkaulah Sebaik baik Yang Mensucikannya. Engkaulah Yang Menjaga dan Melindunginya. (H.R Imam Muslim).

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam (515)

وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي ۚ إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي ۚ إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَحِيمٌ

Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.

( Q.s.Yusuf : 53).

KEMATIAN


KEMATIAN

ASALAMMUALAIKUM WR WB .

Sodaraku Yang kami muliakan

KEMATIAN suatu kata yang tidak asing  ditelinga kita, akan tetapi dapat menggetarkan hati setiap insan yang bernyawa, Mengapa .??? Karna kematian merupakan suatu KENISCAYAAN yang akan dialami oleh setiap makhluk yang bernyawa , Entah dia seorang kaya atau seorang yang miskin entah dia seorang yang muda atau yang tua entahh dia seorang pejabat tinggi maupun rakyat kecil . PASTI akan mengalami kematian . 

Berkenaan dengan ini Allah SWT berfirman dalam Al-Qur an surat Al-Imran ayat 185 yang artinya : " Sesungguhnya setiap yang bernyawa pasti akan mengalami kematian dan sesungguhnya semua amalan akan disempurnakan diakhirat nanti ". Berkenaan dengan ayat diatas tadi jelas sekali  bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mengalami kematian .

Ada suatu riwayat, suatu ketika Rasul SAW ditanya oleh salah seorang sahabat : " Ya Rasulullah ketika engkau telah tiada maka kepada siapa lagi hamba meminta NASEHAT . Rasul SAW menjawab: Wahai sahabat sesungguhnya aku telah meninggalkan 2 NASEHAT kepada kamu : Nasehat yang pertama adalah nasehat yang berbicara dan nasehat yang kedua adalah nasehat yang diam .Lalu sahabat kemudian bertanya lagi kepada Rasul Saw . : ya.. Rasulullah apakah nasehat    Berbicara itu ya Rasul dan apakah nasehat yang diam itu ya.. Rasulullah. Rasulullah kemudian menjawab : wahai sahabat wahai sahabatku nasehat yang berbicara itu ialah Al-Quran dan yang diam itu adalah kematian .

  

Rasulullah SAW pernah ditanya oleh salah seorang sahabat , ya Rasulullah siapakah orang yang paling berakal dan siapakah orang yang paling bijaksana .? Rasulullah SAW menjawab, “Orang yang paling berakal adalah orang yang paling banyak mengingat kematian. Sementara orang yang paling bijaksana adalah orang yang paling baik persiapannya. Dia akan mendapat kemuliaan di dunia dan akhirat.”

Sodaraku yang berbahagia kematian merupakan universitas terbaik dalam kehidupan kita , Mengapa ...??? . Karna seperti  kita ketahui bersama bahwa kita sering diperhadap dengan suatu kejadian yang berkaitan dengan kematian . Ketika kita sama-sama memandinkan  mayat , menyolati mayat , mengkafani simayat , dan mengantarkan mayat sampai di tempat peristiraharan terakhirnya . Dann kita tidak pernah akan mengetahui kapan giliran kita selanjutnya akan dipanggil . mungkin tahun ini , bulan ini , dan bahkan besok pun kita tidak pernah akan mengetahui kapan giliran kita selanjutnya akan dipanggil . Berikut ini sedikit nasehat yang ingin disampaikan oleh guru kematian diantaranya .

1. Kematian mengingatkan bahwa waktu sangat berharga

Tak ada satu  buat seorang mukmin yang mampu mengingatkan betapa
berharganya nilai waktu selain kematian. Tak seorang pun tahu berapa lama lagi jatah waktu pentasnya di dunia ini akan berakhir. Sebagaimana tak seorang pun tahu di mana kematian akan menjemputnya.

Ketika seorang manusia melalaikan nilai waktu pada hakekatnya ia sedang menggiring dirinya kepada jurang kebinasaan. Karena tak ada satu detik
pun waktu terlewat melainkan ajal kian mendekat.

Allah swt mengingatkan
itu dalam surah Al-Anbiya ayat 1, "Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (daripadanya)."

Ketika jatah waktu terhamburkan sia-sia, dan ajal sudah di depan mata.

Tiba-tiba, lisan tergerak untuk mengatakan, "Ya Allah, mundurkan ajalku
sedetik saja. Akan kugunakan itu untuk bertaubat dan mengejar ketinggalan." Tapi sayang, permohonan tinggallah permohonan. Dan kematian akan tetap datang tanpa ada perundingan.

Allah swt berfirman dalam surah Ibrahim ayat 44,

Menu1. Al Fatihah2. Al Baqarah3. Ali Imran4. An Nisaa'5. Al Maaidah6. Al An'aam7. Al A'raaf8. Al Anfaal9. At Taubah10. Yunus11. Hud12. Yusuf13. Ar Ra'd14. Ibrahim15. Al Hijr16. An Nahl17. Al Israa'18. Al Kahfi19. Maryam20. Thaahaa21. Al Anbiyaa'22. Al Hajj23. Al Mu'minuun24. An Nuur25. Al Furqaan26. Asy Syu'araa'27. An Naml28. Al Qashash29. Al Ankabut30. Ar Ruum31. Luqman32. As Sajdah33. Al Ahzaab34. Saba'35. Faathir36. Yaa siin37. Ash-shaffaat38. Shaad39. Az Zumar40. Ghaafir41. Fushshilat42. Asy Syuura43. Az Zukhruf44. Ad Dukhaan45. Al Jaatsiyah46. Al Ahqaaf47. Muhammad48. Al Fath49. Al Hujurat50. Qaaf51. Adz-Dzaariyaat52. Ath Thuur53. An-Najm54. Al-Qamar55. Ar Rahmaan56. Al Waaqi'ah57. Al Hadiid58. Al Mujaadilah59. Al Hasyr60. Al Mumtahanah61. Ash Shaff62. Al Jumu'ah63. Al Munaafiquun64. At Taghaabun65. Ath Thalaaq66. At Tahriim67. Al Mulk68. Al Qalam69. Al Haaqqah70. Al Ma'aarij71. Nuh72. Al Jin73. Al Muzzammil74. Al Muddatstsir75. Al Qiyaamah76. Al Insaan77. Al Mursalaat78. An Naba'79. An Naazi'aat80. 'Abasa81. At Takwir82. Al Infithar83. Al Muthaffifiin84. Al Insyiqaaq85. Al Buruuj86. Ath Thaariq87. Al A'laa88. Al Ghaasyiyah89. Al Fajr90. Al Balad91. Asy Syams92. Al Lail93. Adh Dhuhaa94. Asy Syarh95. At Tiin96. Al 'Alaq97. Al Qadr98. Al Bayyinah99. Al Zalzalah100. Al 'Aadiyaat101. Al Qaari'ah102. At Takaatsur103. Al 'Ashr104. Al Humazah105. Al Fiil106. Al Quraisy107. Al Maa'un108. Al Kautsar109. Al Kaafiruun110. An-Nashr111. Al Lahab112. Al Ikhlash113. Al Falaq114. An Naas1234567891011121314151617181920212223242526272829303132333435363738394041424344454647484950515212345678910111213141516171819202122232425262728293031323334353637383940414243444546474849505152Tampilkan44

وَأَنذِرِ ٱلنَّاسَ يَوْمَ يَأْتِيهِمُ ٱلْعَذَابُ فَيَقُولُ ٱلَّذِينَ ظَلَمُوا۟ رَبَّنَآ أَخِّرْنَآ إِلَىٰٓ أَجَلٍ قَرِيبٍ نُّجِبْ دَعْوَتَكَ وَنَتَّبِعِ ٱلرُّسُلَ ۗ أَوَلَمْ تَكُونُوٓا۟ أَقْسَمْتُم مِّن قَبْلُ مَا لَكُم مِّن زَوَالٍ

wa-andziri nnaasa yawma ya'tiihimu l'adzaabu fayaquulu ladziina zhalamuu rabbanaa akhkhirnaa ilaa ajalin qariibin nujib da'wataka wanattabi'i rrusula awa lam takuunuu aqsamtum min qablu maa lakum min zawaal

Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) datang azab kepada mereka, maka berkatalah orang-orang yang zalim: "Ya Tuhan kami, beri tangguhlah kami (kembalikanlah kami ke dunia) walaupun dalam waktu yang sedikit, niscaya kami akan mematuhi seruan Engkau dan akan mengikuti rasul-rasul". (Kepada mereka dikatakan): "Bukankah kamu telah bersumpah dahulu (di dunia) bahwa sekali-kali kamu tidak akan binasa?

Tafsir al-Jalalain(Dan berikanlah peringatan) hai Muhammad, peringatkanlah (kepada manusia) yakni orang-orang kafir (terhadap hari yang pada waktu itu datang azab kepada mereka) yaitu hari kiamat (maka berkatalah orang-orang yang lalim) yakni orang-orang kafir ("Ya Rabb kami! Beri tangguhlah kami) seumpamanya Engkau mengembalikan kami ke dunia (walaupun dalam waktu yang sedikit, niscaya kami akan mematuhi seruan Engkau) dengan mengamalkan ajaran tauhid (dan akan mengikuti rasul-rasul.") lalu dikatakan kepada mereka dengan nada celaan ("Bukankah kalian telah bersumpah) telah berikrar (sebelumnya dahulu) yaitu sewaktu di dunia (bahwa sekali-kali kalian tidak akan) huruf min di sini adalah zaidah (binasa?") setelah meninggalkan dunia menuju ke akhirat.

"Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) datang azab kepada mereka, maka berkatalah orang-orang zalim: ‘Ya Tuhan kami, beri tangguhlah kami walaupun dalam waktu yang sedikit, niscaya kami
akan mematuhi seruan Engkau dan akan mengikuti rasul-rasul…."

2. Kematian mengingatkan bahwa kita bukan siapa-siapa Kalau kehidupan dunia bisa diumpamakan dengan pentas sandiwara, maka kematian adalah akhir segala peran. Apa pun dan siapa pun peran yang telah dimainkan, ketika sutradara mengatakan ‘habis’, usai sudah
Permainan. Semua kembali kepada peran yang sebenarnya.

Lalu, masih kurang patutkah kita dikatakan orang gila ketika bersikeras
akan tetap selamanya menjadi tokoh yang kita perankan. Hingga kapan pun.

Padahal, sandiwara sudah berakhir.
Sebagus-bagusnya peran yang kita mainkan, tak akan pernah melekat
selamanya. Silakan kita bangga ketika dapat peran sebagai orang kaya.

Silakan kita menangis ketika berperan sebagai orang miskin yang menderita. Tapi, bangga dan menangis itu bukan untuk selamanya.

Semuanya akan berakhir. Dan, peran-peran itu akan dikembalikan kepada sang
Sutradara untuk dimasukkan kedalam laci-laci peran.

Teramat naif kalau ada manusia yang berbangga dan yakin bahwa dia akan
menjadi orang yang kaya dan berkuasa selamanya.

Pun begitu, teramat naif
kalau ada manusia yang merasa akan terus menderita selamanya.

Semua berawal, dan juga akan berakhir. Dan akhir dari itu semua adalah kematian.

3. Kematian mengingatkan bahwa kita tak memiliki apa-apa

Fikih Islam menggariskan kita bahwa tak ada satu benda pun yang boleh
ikut masuk ke liang lahat kecuali kain kafan. Siapa pun dia. Kaya atau
miskin. Penguasa atau rakyat jelata Semuanya akan masuk lubang kubur

bersama bungkusan kain kafan. Cuma kain kafan itu. Itu pun masih bagus. Karena, kita terlahir dengan tidak membawa apa-apa.
Cuma tubuh kecil yang telanjang.

Lalu, masih layakkah kita mengatasnamakan kesuksesan diri ketika kita.Meraih keberhasilan. Masih patutkah kita membangga-banggakan harta.

dengan sebutan kepemilikan. Kita datang dengan tidak membawa apa-apa dan
pergi pun bersama sesuatu yang tak berharga.

Ternyata, semua hanya peran. Dan pemilik sebenarnya hanya Allah. Ketika
peran usai, kepemilikan pun kembali kepada Allah. Lalu, dengan keadaan
seperti itu, masihkah kita menyangkal bahwa kita bukan apa-apa.

Dan,Bukan siapa-siapa. Kecuali, hanya hamba Allah. Setelah itu, kehidupan
pun berlalu melupakan peran yang pernah kita mainkan.

4. Kematian mengingatkan bahwa hidup sementara Kejayaan dan kesuksesan kadang menghanyutkan anak manusia kepada sebuah Khayalan bahwa ia akan hidup selamanya. Hingga kapan pun. Seolah ia ingin menyatakan kepada dunia bahwa tak satu pun yang mampu memisahkan antara dirinya dengan kenikmatan saat ini.

Ketika sapaan kematian mulai datang berupa rambut yang beruban, tenaga
yang kian berkurang, wajah yang makin keriput, barulah ia tersadar.

Bahwa, segalanya akan berpisah. Dan pemisah kenikmatan itu bernama
kematian. Hidup tak jauh dari siklus: awal, berkembang, dan kemudian berakhir.

5. Kematian mengingatkan bahwa hidup begitu berharga Seorang hamba Allah yang mengingat kematian akan senantiasa tersadar bahwa hidup teramat berharga. Hidup tak ubahnya seperti ladang pinjaman.

Seorang petani yang cerdas akan memanfaatkan ladang itu dengan menanam tumbuhan yang berharga. Dengan sungguh-sungguh. Petani itu khawatir, ia tidak mendapat apa-apa ketika ladang harus dikembalikan.

Mungkin, inilah maksud ungkapan Imam Ghazali ketika menafsirkan surah

Al-Qashash ayat 77, "Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah
kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan
bahagianmu dari (kenikmatan) dunia…" dengan menyebut, "Ad-Dun-ya

mazra’atul akhirah." (Dunia adalah ladang buat akhirat).

    

Ingatlah sodaraku kematian itu begitu dekat dan sangatlah dekat . Maka dari itu saya mengingatkan kepada seluruh hadirn marilah kita jadikan kematian sebagai guru terbaik kita agar kelak datang waktunya kita dipanggil kita telah siap untuk menghadapnya . Rasul SAW bersabda : cukuplah kematian itu menjadi nasehat .

WASSALAMU'ALAIKUM Wr Wb.

          

Belajar Arti Kesederhanaan Hidup


Belajar Arti Kesederhanaan Hidup

sederhana...? ma hua sederhana..?

Sederhana dalam kamus bahasa indonesia mempunyai arti bersahaja,tidak berlebih-lebihan,hidupnya selalu sedang tidak banyak pernik. dan lain sebagainya.

Dalam hidup ini kesederhanaan ada kebersahajaan yang menuntun kepada kebahagiaan hati bukan emosional manusia ,karena sebenarnya yang kita butuhkan hanya sedikit dan tidak selalu berupa materi, selebihnya untuk memberi dan memenuhi hak orang lain.

Hidup sederhana tidak berarti hidup dalam kesengsaraan, kemiskinan, kemelaratan dan serba kekurangan. Kesederhanaan merupakan pola pikir dan pola hidup yang proporsional, tidak berlebihan dan mampu memprioritaskan sesuatu yang lebih dibutuhkan.

Kemampuan untuk ikhlas menerima yang ada, berusaha untuk berlaku adil dan bersyukur atas setiap rezeki yang diberikan dengan tetap menggunakannya pada hal-hal yang bermanfaat dan berarti. Kemampuan itulah yang memberikan manfaat dan menjadi energi dalam kehidupan kita.itulah mungkin arti kesederhanaan hidup.

Kusadari benar, ada perbedaan yang sangat besar, bagi mereka yang menjalani kehidupannya setapak demi setapak, dan menyiapkan dirinya. Perubahan seperti apa pun akan tetap bisa ia sikapi dengan tepat, dan hal baik yang sebelumnya sudah ia punya akan tetap dan tidak berubah. Berbeda dengan mereka yang tidak siap, perubahan instan yang datang kepadanya akan menyebabkan ia berubah 180 derajat dan mungkin merubah ia menjadi pribadi yang lain.dan sudah tidak bisa bertahan dengan ‘kesederhanaan’nya. Harusnya, dengan datangnya ‘kesempatan’ yang menjadikannya memasuki fase baru dalam hidup untuk kenaikan kelasnya. Ia juga tetap komitmen dalam kebaikan yang ia lakukan sebelumnya. hidup itu prosesnya kan ,,bukan hasilnya.?hehehe.

Bersinarlah karena kualitas pribadi kita yang baik, layaknya rambut yang berkilau karena ia sehat. Bukan karena perubahan yang dipaksakan, hanya karena mengejar kenaikan kelas secara instan.Tidak mudah memang untuk menerapkan kesederhanaan dalam diri dan kehidupan kita sehari-hari. Aku sendiri masih harus dan terus belajar memaknai, menghayati dan menerapkannya dalam keseharianku.

wallahu a'lam bissowab.

Selasa, 24 April 2018

Hukum Bermakmum dengan Imam Lain Madzhab


Hukum Bermakmum dengan Imam Lain Madzhab

Assalamu ‘alaikum Wr. Wb.
Redaksi bahtsul masail NU Online, sebelumnya, izinkan saya memperkenalkan diri. Nama saya Sulkhan, seorang mahasiswa baru di salah satu universitas di Yogyakarta. Saya ingin bertanya, bagaimana hukumnya jika orang yang bermadzhab Imam Syafi'i yang notabene mewajibkan basmalah pada setiap Surat Al-Fatihah dalam shalat menjadi makmum terhadap imam yang tidak membaca basmalah pada Surat Al-Fatihah dalam shalat (bisa jadi madzhab lain, Muhammadiyah atau juga Wahabi)? Terima kasih. Wassalamu ‘alaikum Wr. Wb. (Sulkhan/ Yoyakarta).

Jawaban
Assalamu ‘alaikum Wr. Wb.
Penanya yang budiman, semoga Allah SWT menurunkan rahmatNya untuk kita semua. Keragaman di negara kita ini tidak dapat dihindarkan. Ia adalah keniscayaan yang merupakan sunatullah yang patut untuk disyukuri dan disikapi dengan bijak, tidak terkecuali dalam urusan keyakinan bermadzhab.

Membaca basmalah dalam Surat Al-Fatihah memang menjadi permasalahan yang diperselisihkan di antara ulama. Menurut Madzhab Syafi’I, membaca basmalah di setiap rakaat sebelum membaca Surat Al-Fatihah adalah wajib. Kalangan madzhab Hanafi dan Hanbali berpendapat sunah. Menurut madzhab Maliki, hukumnya makruh sebagai tercantum pada kitab Al-Fiqh alal Madzahibil Arba'ah karya Syekh Abdurrahman Al-Jaziri, Beirut, Darul Fikr, 2008 M, juz I, halaman 221.

Dalam kaitannya dengan shalat berjama’ah, menurut pendapat kuat dalam madzhab Syafi’i, salah satu yang harus terpenuhi bagi makmum adalah tidak meyakini batal shalat imamnya. Semisal makmum bermadzhab Syafi’i yang meyakini wajibnya basmalah, sedangkan imamnya bermadzhab Hanafi yang meninggalkan bacaan basmalah karena meyakini bahwa basmalah hanya sunah. Dalam kasus tersebut, shalatnya makmum tidak sah.

Syekh Ibnu Hajar Al-Haitami dalam Al-Minhajul Qawimmengatakan sebagai berikut:

وَأَنْ لَا يَعْتَقِدَ بُطْلَانَهَا ) أَيْ بُطْلَانَ صَلَاةِ إِمَامِهِ ...اِلَى اَنْ قَالَ...(كَحَنَفِيٍّ) أَوْ غَيْرِهِ اِقْتَدَى بِهِ شَافِعِيٌّ وَقَدْ (عَلِمَهُ تَرَكَ فَرْضًا) كَالْبَسْمَلَةِ مَا لَمْ يَكُنْ أَمِيْراً أَوِ الطُّمَأْنِيْنَةِ أَوْ أَخَلَّ بِشَرْطٍ كَأَنْ لَمِسَ زَوْجَتَهُ وَلَمْ يَتَوَضَّأْ فَلَا يَصِحُّ اقْتِدَاءُ الشَّافِعِيِّ بِهِ حِيْنَئِذٍ اِعْتِبَارًا بِاعْتِقَادِ الْمَأْمُوْمِ لِأَنَّهُ يَعْتَقِدُ أَنَّهُ لَيْسَ فِيْ صَلَاةٍ

Artinya, “Di antara syarat berjama’ah adalah makmum tidak meyakini batalnya shalat imamnya. Seperti imam yang bermadzhab Hanafi yang diikuti oleh makmum bermadzhab Syafi’i, sementara makmum Syafi’i mengetahui imamnya yang bermadzhab Hanafi meninggalkan kewajiban menurut keyakinannya seperti membaca basmalah atau thuma’ninah, selama imamnya bukan pemimpin. Atau makmum mengetahui imamnya meninggalkan syarat sah shalat seperti memegang istrinya dan langsung shalat tanpa berwudhu’ terlebih dahulu. Maka tidak sah shalatnya makmum yang bermadzhab Syafi’i dalam permasalah ini, karena mempertimbangkan keyakinan makmum, sebab ia meyakini bahwa imamnya tidak berada dalam shalat yang sah,” (Lihat Syekh Ibnu Hajar Al-Haitami, Al-Minhajul Qawim Hamisy Hasyiyah At-Tarmasi, Jeddah, Darul Minhaj, cetakan pertama, 2011, juz III, halaman 700).

Sementara menurut pendapat lemah dari madzhab Syafi’i, permasalahan sahnya berjama’ah dititikberatkan pada keyakinan imamnya, meskipun menurut madzhab yang dianut makmum menghukumi tidak sah. Dalam permasalahan imamnya yang tidak membaca basmalah karena ia bermadzhab Hanafi, sementara makmumnya bermadzhab Syafi’i yang meyakini kewajiban basmalah, maka shalatnya makmum tetap dinyatakan sah. Karena imam sudah benar melakukan tuntunan shalat sesuai dengan madzhab yang dianutnya. Berbeda apabila yang imamnya bermadzhab Hanafi melakukan kesalahan menurut madzhabnya, meskipun menurut madzhab makmumnya bukan merupakan sebuah kesalahan, maka shalatnya makmum tidak sah.

Syekh Al-Khathib As-Syarbini mengatakan:

وَلَوْ اقْتَدَى شَافِعِيٌّ بِحَنَفِيٍّ ) فَعَلَ مُبْطِلًا عِنْدَنَا دُونَهُ كَأَنْ ( مَسَّ فَرْجَهُ ) أَوْ تَرَكَ الطُّمَأْنِينَةَ أَوْ الْبَسْمَلَةَ أَوْ الْفَاتِحَةَ أَوْ بَعْضَهَا ( أَوْ ) عِنْدَهُ دُونَنَا كَأَنْ ( افْتَصَدَ فَالْأَصَحُّ الصِّحَّةُ ) أَيْ صِحَّةُ الِاقْتِدَاءِ ( فِي الْفَصْدِ دُونَ الْمَسِّ ) وَنَحْوِهِ مِمَّا تَقَدَّمَ ( اعْتِبَارًا بِنِيَّةِ ) أَيْ اعْتِقَادِ ( الْمُقْتَدِي ) لِأَنَّهُ مُحْدِثٌ عِنْدَهُ بِالْمَسِّ دُونَ الْفَصْدِ ، وَالثَّانِي عَكْسُ ذَلِكَ اعْتِبَارًا بِاعْتِقَادِ الْمُقْتَدَى بِهِ

Artinya, “Apabila makmum penganut madzhab Syafi’i mengikuti imam penganut madzhab Hanafi yang melakukan perkara yang membatalkan shalat menurut keyakinan makmum, bukan keyakinan imam, seperti memegang kemaluan, meninggalkan thuma’ninah, basmalah, Surat Al-Fatihah atau sebagiannya, atau jika imam melakukan perkara yang membatalkan menurut keyakinannya, bukan menurut keyakinan makmum, seperti berbekam (menurut madzhab Hanafi dapat membatalkan wudhu’, sementara menurut madzhab Syafi’i tidak membatalkan), maka menurut pendapat kuat shalat jama’ahnya makmum sah dalam permasalahan imamnya berbekam, bukan permasalahan menyentuh kemaluannya, karena mempertimbangkan pada keyakinan makmum. Sebab imam dinyatakan berhadats menurut keyakinan makmum karena menyentuh kemaluan, bukan karena berbekam. Menurut pendapat kedua, berkebalikan dari pendapat pertama (sah dalam permasalahan imamnya menyentuh kemaluan, dan tidak sah dalam persoalan imamnya berbekam), karena mempertimbangkan kepada keyakinan imam,” (Lihat Syekh Khathib As-Syarbini, Mughnil Muhtaj, Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyyah, cetakan ketiga, 2011 M, juz I, halalaman 332).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hukum shalatnya makmum yang bermadzhab Syafi’i sebagaimana ditanyakan oleh penanya di atas merupakan ikhtilaf di kalangan ulama. Menurut pendapat kuat, tidak sah. Sementara menurut pendapat lemah, sah.

Kedua pendapat tersebut memiliki tendensi masing-masing. Keduanya dapat diikuti. Saran kami, dalam kondisi tidak terdesak, sebisa mungkin agar makmum memastikan shalatnya imam tidak batal menurut keyakinan yang dianut makmum. Namun apabila kondisinya menuntut agar bermakmum kepada imam yang berbeda madzhab, seperti untuk menjaga keharmonisan hubungan bertetangga, maka tidak ada salahnya mengikuti pendapat kedua dari madzhab Syafi’i yang menghukumi sah sebagaimana penjelasan di atas.

Demikian semoga bermanfaat. Semoga kita senantiasa diberi kekuatan untuk konsisten menjalankan ibadah. Kami selalu terbuka dalam menerima kritik dan saran dari para pembaca.

Wallahul muwaffiq ila aqwamith thariq,  
Wassalamu 'alaikum Wr. Wb.

(

Shalat Sunah di Rumah atau di Masjid, Mana Lebih Baik?


Shalat Sunah di Rumah atau di Masjid, Mana Lebih Baik?


Shalat adalah salah satu sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Selain shalat wajib, ada beberapa shalat sunah yang sangat dianjurkan, salah satunya adalah shalat sunah yang mengiringi shalat fardhu (rawatib) atau shalat-shalat sunah lain. Tetapi di mana sebaiknya shalat sunah dilakukan?

Khusus shalat sunah rawatib, karena berbagai kelebihan dan keutamaannya, terkadang beberapa orang tetap melaksanakan shalat sunah ini walaupun iqamah akan segera dikumandangkan.

Alhasil, karena ada beberapa orang yang masih mengerjakan shalat sunah tersebut, iqamah pun urung dilaksanakan. Akhirnya, menunggu beberapa lama hingga sebagian jamaah tersebut selesai mengerjakan shalat sunah.

Sayangnya, terkadang sebelum sebagian orang yang mengerjakan shalat sunah tersebut selesai, datang beberapa orang lagi (dengan tujuan ingin mendapatkan keutamaan shalat sunah) yang langsung gelar sajadah dan melakukan shalat sunah. Begitu seterusnya hingga iqamah tak kunjung berkumandang.

Melihat problem ini, shalat sunah memang dianjurkan. Namun, apakah bisa dilakukan di rumah saja?

Dalam hadits riwayat Abu Dawud dan Imam At-Tirmidzi dijelaskan bahwa Rasul pernah meminta para sahabat untuk mengerjakan shalat sunah setelah maghrib (ba’diyah maghrib) di rumah.

عن سعدِ بن إسحاقَ بن كَعْبِ بن عُجْرَةَ عن أبيهِ عن جَدّهِ قال: "صَلّى النبيّ صلى الله عليه وسلم في مَسْجِدِ بَني عبدِ الأشْهَلِ المغْرِبَ فَقَامَ نَاسٌ يَتَنَفّلُونَ، فقَال النبيّ صلى الله عليه وسلم: عَلَيكُمْ بهَذِهِ الصّلاة في البُيُوتِ".

Artinya, “Dari Said bin Ishaq bin Kaab bin ‘Ujrah dari ayahnya dari kakeknya berkata bahwa ketika Rasulullah selesai melakukan shalat maghrib di masjid Bani Abdil Ashal, beberapa orang kemudian melakukan shalat sunah. Kemudian Rasul Saw bersabda, ‘Lakukanlah shalat ini di rumah-rumah kalian,’ (Lihat Abu Isa At-Tirmidzi, Sunan At-Tirmidzi, [Beirut: Darul Gharb Al-Islami, 1998), juz I, halaman 742).

Hadits tersebut dimasukkan At-Tirmidzi dalam bab “Ma dzakara fis Shalah ba’dal maghrib fil bait afdhal” (Bab yang menjelaskan keutamaan shalat ba‘diyah maghrib di rumah). Dari tarjamatul bab yang dibuat oleh At-Tirmidzi tersebut menunjukkan bahwa At-Tirmidzi menggunakan hadits ini sebagai landasan kesunahan melakukan shalat sunah setelah maghrib di rumah.

Menjelaskan hadits di atas, Al-Mubarakfuri mengutip hadits Ibnu Umar terkait shalat-shalat yang dilakukan Rasul di rumah. Rasulullah secara khusus melakukan shalat sunah malam hari di rumah, berbeda halnya dengan sunah rawatib di siang hari.

واستدل به على أن فعل النوافل الليلية في البيوت أفضل من المسجد بخلاف رواتب النهار

Artinya, “Ibnu Umar berpendapat dengan hadits tersebut bahwa sesungguhnya lebih utama mengerjakan shalat sunah malam hari di rumah daripada di masjid, berbeda halnya dengan shalat sunah rawatib di siang hari,” (Lihat Abul Ala’ Al-Mubarakfuri, Tuhfatul Ahwadzi fi Syarhi Sunan At-Tirmidzi, [Madinah: Maktabah Salafiyah, 1963], juz III, halaman 222).

Hadits di atas memang secara khusus menyebutkan shalat sunah setelah maghrib. Namun ada riwayat lain yang menjelaskan terkait keutamaan melakukan shalat sunah secara umum di rumah.

عن زيد بن ثابت ، عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : أفضل صلاتكم في بيوتكم إلا المكتوبة.

Artinya, “Dari Zaid bin Tsabit, dari Rasulullah SAW bersabda, ‘Shalat yang paling utama adalah di rumah kalian kecuali shalat maktubah (shalat fardhu),’” (HR Bukhari dan Tirmidzi).

Bahkan dalam Kitab Syamail At-Tirmidzi juga dijelaskan bahwa walaupun rumah Rasulullah dekat dengan masjid, Rasulullah lebih memilih shalat sunah di rumah.

Rasulullah juga mengingatkan agar kita tidak menjadikan rumah kita seperti kuburan yang tidak pernah digunakan untuk shalat. Hal ini disebutkan dalam hadits riwayat Aisyah dalam Musnad Ahmad.

صَلُّوا فِي بُيُوتِكُمْ وَلَا تَجْعَلُوْهَا عَلَيْكُمْ قُبُوْرًا

Artinya, “Shalatlah kalian di rumah kalian. Jangan jadikan rumah kalian seperti kuburan.”

Terkait keutamaan shalat sunah di rumah, Al-Azhim Abadi menjelaskan dalam Aunul Ma’bud-nya bahwa shalat sunah di rumah menjaga diri dari sikap riya.

أي الأفضل كونها فيها لأنها أبعد من الرياء وأقرب إلى الإخلاص لله تعالى ، ولأنه فيه حظ للبيوت من البركة في القوت، 

Artinya, “Yakni lebih utama shalat sunah di rumah karena menjauhkan dari sifat riya dan mendekatan pada keikhlasan kepada Allah SWT. Selain itu, shalat sunah di rumah juga dapat memberikan kemakmuran dari berkahnya makanan sehari-hari,” (Lihat Abu Thib Muhammad Syamsul Haq Al-Azhim Abadi, Aunul Ma’bud Syarh Sunan Abi Dawud, [Madinah: Al-Maktabatus Salafiyah, 1968], juz IV, halaman 184).

Namun, tidak semua shalat sunah dianjurkan untuk dilakukan di rumah. Untuk syiar Islam, beberapa shalat sunah dianjurkan dilakukan di masjid, yaitu shalat idul fitri, idul adha, shalat gerhana, dan shalat istisqa.

وهذا عام لجميع النوافل والسنن إلا النوافل التي من شعار الإسلام كالعيد والكسوف والاستسقاء

Artinya, “Kesunahan shalat sunah di rumah adalah umum, baik nawafil (shalat rawatib) maupun shalat sunah yang lain, kecuali beberapa shalat sunah yang berguna untuk syiar Islam, seperti shalat id, gerhana, dan istisqa,” (Lihat Abul Ala’ Al-Mubarakfuri, Tuhfatul Ahwadzi fi Syarhi Sunan At-Tirmidzi], juz III, halaman 222).

Selain beberapa shalat sunah di atas, shalat sunah yang dilakukan pada saat i’tikaf juga diperbolehkan dan tidak makruh dilakukan di masjid.

بخلاف المعتكف في المسجد فإنه يصليها فيه ولا كراهة بالاتفاق 

Artinya, “Berbeda halnya dengan orang yang i’tikaf, ia melakukan shalat sunah di masjid. Ulama sepakat, tidak makruh,” (Lihat Abu Thib Muhammad Syamsul Haq Al-Azhim Abadi, Aunul Ma’bud Syarh Sunan Abi Dawud], juz IV, halaman 184). 

Wallahu a’lam.

Beda Letak Kepala Jenazah Laki-laki dan Perempuan saat Dishalati

Beda Letak Kepala Jenazah Laki-laki dan Perempuan saat Dishalati


Salah satu kewajiban orang yang masih hidup terhadap orang yang telah meninggal adalah menshalatinya. Menshalati jenazah ini hukumnya fardlu kifayah. Artinya, seandainya hanya ada satu orang Muslim yang melakukannya maka gugurlah kewajiban orang Muslim lainnya. Namun bila tak ada seorang pun yang menshalati jenazah yang ada di tengah-tengah mereka maka berdosalah semua kaum Muslim yang ada di daerah tersebut.

Pada praktiknya di beberapa daerah seringkali masih terjadi selisih paham di antara jamaah shalat jenazah perihal bagaimana memposisikan mayit (jenazah) pada saat dishalati. Umumnya masyarakat Muslim Indonesia memposisikan mayit yang hendak dishalati dengan meletakkan kepalanya di sebelah utara, baik si mayit itu laki-laki maupun perempuan. Selisih paham sering terjadi ketika ada mayit yang hendak dishalati namun posisi kepalanya diletakkan di sebelah selatan.

Tentang hal ini Imam Bujairamy dalam kitab Hasyiyatul Bujairami ‘alal Khathîb (Beirut: Darul Kutub Al-Ilmiyah: 1996), jilid II, halaman 536 mengutip keterangan dari Syekh Ali Syibramalisy, menyatakan:

وَتُوضَعُ رَأْسُ الذَّكَرِ لِجِهَةِ يَسَارِ الْإِمَامِ وَيَكُونُ غَالِبُهُ لِجِهَةِ يَمِينِهِ خِلَافَ مَا عَلَيْهِ عَمَلُ النَّاسِ الْآنَ، أَمَّا الْأُنْثَى وَالْخُنْثَى فَيَقِفُ الْإِمَامُ عِنْدَ عَجِيزَتِهِمَا وَيَكُونُ رَأْسُهُمَا لِجِهَةِ يَمِينِهِ عَلَى مَا عَلَيْهِ النَّاسُ الْآنَ

Artinya: “Kepala mayit laki-laki diletakkan di sebelah kiri imam—kaprahnya di sebelah kanan imam—berbeda dengan pengamalan orang saat ini. Adapun mayit perempuan dan khuntsa (orang yang berkelamin ganda) maka imam berdiri di sisi pantatnya sedangkan kepalanya ada di sebelah kanan imam sebagaimana pengamalan orang saat ini.”

Berdasarkan penjelasan di atas maka bisa diambil satu simpulan bahwa pada saat shalat jenazah bila mayit yang dishalati seorang laki-laki maka kepalanya diletakkan di sebelah kiri imam, sedangkan bila mayitnya perempuan atau khuntsa (berkelamin dua) maka kepalanya diletakkan di sebelah kanan imam sebagaimana banyak dilakukan oleh orang sekarang. 

Artinya bagi orang Indonesia yang kiblatnya cenderung condong ke arah barat, saat menshalati mayit laki-laki kepala mayitnya diletakkan di sebelah selatan; sedangkan saat menshalati mayit perempuan dan khuntsa kepala mayitnya diletakkan di sebelah utara. Ini berbeda dengan kebiasaan yang umum dilakukan di masyarakat yang menshalati mayit baik laki-laki maupun perempuan dengan meletakkan kepala mayitnya di arah utara atau sebelah kanan imam. 

Meski demikian apa yang telah menjadi kebiasaan di masyarakat tersebut tidaklah mengapa dan bukan sesuatu yang dilarang. Pemahaman ini bisa kita ambil dari penjelasan Bujairamy di atas yang mengakui adanya kebiasaan masyarakat yang berbeda dengan yang semestinya namun beliau tidak menyatakan pelarangannya.

Adapun perihal di mana posisi imam berdiri saat menshalati mayit Syekh Sulaiman al-Jamal dalam kitab Hâsyiyatul Jamal-nya menjelaskan:

وَيَقِفُ] نَدْبًا [غَيْرُ مَأْمُومٍ] مِنْ إمَامٍ وَمُنْفَرِدٍ [عِنْدَ رَأْسِ ذَكَرٍ وَعَجُزِ غَيْرِهِ] مِنْ أُنْثَى وَخُنْثَى لِلِاتِّبَاعِ] 

Artinya: “Selain makmum, yakni imam dan orang yang shalat sendirian, sunah berdiri di sisi kepala jenazah laki-laki dan di sisi pantat jenazah perempuan dan khuntsa karena ittibâ’.” (lihat Sulaiman bin Umar Al-‘Ajily, Hasyiyah al-Jamal, (Beirut: Darul Fikr, tt.), jil. II, hal. 188).

Bisa disimpulkan bahwa ketika menshalati mayit laki-laki, disunnahkan posisi imam berdiri di sisi kepala si mayit, sedangkan ketika menshalati mayit perempuan disunnahkan posisi imam berdiri di sisi pantat si mayit. Hal ini juga berlaku bagi orang yang menshalati mayit seorang diri, tidak berjamaah. Sedangkan bagi makmum mereka berdiri di belakang imam sebagaimana layaknya shalat jamaah pada umumnya. Wallâhu a’lam.

(Yazid Muttaqin)

KISAH EMPAT NABI YANG MASIH HIDUP YANG RAMAI TAK TAHU ! 


 KISAH EMPAT NABI YANG MASIH HIDUP YANG RAMAI TAK TAHU !

4 nabi yang masih hidup dan juga senantiasa diberi rezeki dari khazanah allah swt. mereka merupakan kalangan yang dikhususkan oleh allah swt.

2 nabi terdapat dibumi ialah nabi khidr dan juga nabi ilyas a. s. ditempatkan di penggalan bumi yang spesial yang allah yang maha ketahui yang mengenali tempat itu

2 nabi terdapat di langit ialah nabi isa dan juga nabi idris a. s. ditempatkan di penggalan langit yang spesial yang allah yang maha ketahui yang mengenali tempat itu.

1. nabi khidhir a. s.

ikhwah, saya terbaca dalam suatu posting geng anak pak wahab yang melaporkan bahawa bagi jumhur ulama nabi khidhir itu sudah meninggal dan juga cuma kalangan minoriti sahaja yang berkomentar bahawa nabi khidhir masih hidup. sebaliknya realitasnya merupakan kebalikannya kerana jumhur ulama ahlus sunnah wal jama`ah memfatwakan bahawa nabi khidhir a. s. masih hidup dan juga cuma kalangan minoriti sahaja yang berkata baginda telah meninggal. saya nukilkan di mari tulisan imam an – nawawi dalam “syarah muslim” juzuk ke – 15, mukasurat 135 – 136 pada bab min fadhail al – khidhir s. a. w. , dia melaporkan: –

jumhur ulama berkomentar bahawasanya ia (ialah sayyidina khidhir) hayyun maujudun baina adzharina (hidup dan juga bentuk di golongan kita, ialah di masa kita ini) dan juga komentar ini telah disepakati oleh para shufi dan juga ahlush sholah wal ma’rifah (orang – orang pakar kebajikan dan juga ma’rifah). cerita – cerita mereka menimpa memandang dan juga berjumpa dengan baginda dan juga mengambil pengajaran dan bersoal – jawab dengan baginda, dan juga kedatangan baginda di tempat – tempat yang mulia dan juga tempat – tempat kebajikan merupakan sangat banyak daripada boleh dihitung dan juga sangat masyhur daripada boleh ditutup. dan juga telah mengatakan asy – syaikh abu ‘umar bin ash – sholah: “dia (ialah nabi khidhir) hidup bagi jumhur ulama dan juga orang – orang sholeh dan juga orang awam merupakan beserta mereka dalam pegangan ini”. ia pula mengatakan: “bahawasanya merupakan satu pemikiran yang ganjil daripada sesetengah muhadditsin pada mengingkari perihal ini (ialah sebahagian pakar hadits mengingkari bahawa nabi khidhir masih hidup).

jadi imam an – nawawi dengan jelas melaporkan bahawa jumhur ulama berpegang dengan komentar bahawa nabi khidhir a. s. masih hidup dan juga belum mati lagi. gimana rupa kehidupan baginda, allah sahaja yang maha mengenali dan juga maha berkuasa. hidup ataupun matinya baginda saat ini tidaklah masalah besar dan juga tidak wajib diperuntukan perbalahan sesama umat. nak yakin baginda masih hidup, tidak terdapat permasalahan kerana seperti itu komentar jumhur ulama dan juga yang nak yakin bahawa baginda telah meninggal juga tidak jadi permasalahan kerana sesetengah ulama dan juga pakar hadits berkomentar sedemikian serupa imam al – bukhari. dan juga saya nak pesan kat mari supaya sesiapa yang yakin jangan pulak gampang amat men’claim’ telah berjumpa dengan nabi khidhir. dalam bermu’amalah dengan manusia saya teringat kalam hikmah as – sajjad imam ali zainal ‘abidin di mana ia berpesan : “anggaplah tiap orang yang engkau temui itu nabi khidhir”. sesungguhnya hikmah kalam ini bertujuan buat membaikkan budipekerti dan baik mu’amalah dan juga mujammalah sesama anak adam. allahu ‘alam.

2. nabi ilyas a. s. kala lagi berehat datanglah malaikat kepada nabi ilyas a. s. malaikat itu tiba buat menjemput ruhnya.

mendengar berita itu, ilyas jadi berkecil hati dan juga menangis.

“mengapa engkau bersedih? ” tanya malaikat maut.

“tidak tahulah. ” jawab ilyas.

“apakah engkau bersedih kerana hendak meninggalkan dunia dan juga cemas mengalami maut? ” tanya malaikat.

“tidak. tiada suatu yang saya sesali kecuali kerana saya menyesal tidak boleh lagi berzikir kepada allah, sedangkan yang masih hidup boleh terus berzikir menyanjung allah, ” jawab ilyas.

dikala itu allah lalu merendahkan wahyu kepada malaikat supaya menunda pencabutan nyawa itu dan juga berikan peluang kepada nabi ilyas berzikir setimpal dengan permintaannya. nabi ilyas mau terus hdup sekedar kerana mau berzikir kepada allah. hingga berzikirlah nabi ilyas sejauh hidupnya.

“biarlah ia hidup di halaman buat berbisik dan juga mengadu dan berzikir kepada – ku hingga akhir nanti. ” kata allah.

3. nabi ‘idris a. s.

diriwayatkan nabi idris as. telah naik ke langit pada hari isnin. kejadian menaiknya nabi idris as. ke langit ini, telah dipaparkan oleh allah swt dalam al – quran.

firman allah swt bermaksud: “dan ceritakanlah (hai muhammad kepada mereka) cerita, idris yang tersebut di dalam al – quran. sebetulnya dia merupakan seseorang yang amat membetulkan dan juga seseorang nabi. dan juga kami telah mengangkatnya ke martabat yang besar. ” (maryam: 56 – 57)

nama nabi idris as. yang sesungguhnya merupakan ‘akhnukh’. karena dia dinamakan idris, kerana dia banyak membaca, menekuni (tadarrus) kitab allah swt.

tiap hari nabi idris menjahit qamis (pakaian kemeja) , tiap kali dia memasukkan duri buat menjahit pakaiannya, dia mengucapkan tasbih. bila pekerjaannya sudah tuntas, setelah itu baju itu diserahkannya kepada orang yang menempahnya dengan tanpa memohon upah. meski demikian, nabi idris masih mampu beribadah dengan amalan yang sukar buat ditafsirkan. sampai – sampai malaikat maut amat rindu berjumpa dengan dia.

setelah itu malaikat maut bermohon kepada allah swt, supaya diizinkan buat berangkat menemui nabi idris as. sehabis berikan salam, malaikat juga duduk.

nabi idris as. memiliki kerutinan berpuasa sejauh masa. apabila waktu berbuka telah datang, hingga datanglah malaikat dari syurga bawa santapan nabi idris, kemudian dia menikmati santapan tersebut.

setelah itu baginda beribadah sejauh malam. pada sesuatu malam malaikat maut tiba menemuinya, sembari bawa santapan dari syurga. nabi idris menikmati santapan itu. setelah itu nabi idris mengatakan kepada malaikat maut: “wahai tuan, marilah kita nikmati santapan ini bersama – sama. ” namun malaikat itu menolaknya.

nabi idris terus melanjutkan ibadahnya, sebaliknya malaikat maut itu dengan setia menunggu hingga terbit matahari. nabi idris terasa hairan memandang perilaku malaikat itu. setelah itu dia mengatakan: “wahai tuan, mahukah tuan bersiar – siar berbarengan aku buat memandang keelokan alam persekitaran? malaikat maut menanggapi: baiklah wahai nabi allah idris. ”maka berjalanlah keduanya memandang alam persekitaran dengan bermacam tipe tumbuh – tumbuhan hidup di sana. kesimpulannya kala mereka hingga pada sesuatu kebun, hingga malaikat maut mengatakan kepada nabi idris as. : “wahai idris, terdapatkah tuan izinkan aku buat mengambil ini buat aku makan? nabi idris juga menanggapi: subhanallah, kenapa malam tadi tuan tidak mahu memakan santapan yang halal, sebaliknya saat ini tuan mahu memakan yang haram? ”kemudian malaikat maut dan juga nabi idris meneruskan ekspedisi mereka. tidak merasa oleh mereka bahawa mereka telah bersiar – siar sepanjang 4 hari. sepanjang mereka bersahabat, nabi idris menemui sebagian keanehan pada diri temannya itu. seluruh tindak – tanduknya berbeza dengan sifat – sifat manusia biasa. kesimpulannya nabi idris tidak mampu menahan hasrat mau tahunya itu.

setelah itu dia bertanya: “wahai tuan, bolehkah aku ketahui, siapakah tuan yang sesungguhnya? aku merupakan malaikat maut. ”“tuankah yang bertugas mencabut seluruh nyawa makhluk? ”“benar ya idris. ”“sedangkan tuan berbarengan aku sepanjang 4 hari, terdapatkah tuan pula telah mencabut nyawa – nyawa makhluk? ”“wahai idris, sepanjang 4 hari ini banyak sekali nyawa yang telah aku cabut. roh makhluk – makhluk itu seperti hidangan di hadapanku, saya ambil mereka seperti seorang lagi menyuap – nyuap santapan. ”“wahai malaikat, apakah tujuan tuan tiba, apakah buat ziarah ataupun buat mencabut nyawaku? ”“saya tiba buat menziarahimu dan juga allah swt telah mengizinkan niatku itu. ”“wahai malaikat maut, kabulkanlah satu permintaanku kepadamu, iaitu supaya tuan mencabut nyawaku, setelah itu tuan mohonkan kepada allah supaya allah menghidupkan aku berulang, biar saya mampu menyembah allah sehabis saya merasakan dahsyatnya sakaratul maut itu. ”malaikat maut juga menanggapi: “sesungguhnya aku bukanlah mencabut nyawa seorang juga, melainkan cuma dengan keizinan allah. ”lalu allah swt mewahyukan kepada malaikat maut, supaya dia mencabut nyawa idris as. hingga dicabutnyalah nyawa idris dikala itu pula. hingga nabi idris juga merasakan kematian kala itu.

di waktu malaikat maut memandang kematian nabi idris itu, hingga menangislah dia. dengan perasaan hiba dan juga berkecil hati dia bermohon kepada allah biar allah menghidupkan berulang teman – temannya itu. allah mengabulkan permohonannya, dan juga nabi idris juga dihidupkan oleh allah swt berulang.

setelah itu malaikat maut memeluk nabi idris, dan juga dia bertanya: “wahai saudaraku, bagaimanakah tuan merasakan kesakitan maut itu? ““bila seekor fauna dilapah kulitnya kala dia masih hidup, hingga sakitnya maut itu seribu kali lebih sakit daripadanya. “padahal – kelembutan yang aku jalani terhadap tuan, kala aku mencabut nyawa tuan itu, belum sempat aku jalani terhadap sesiapa juga saat sebelum tuan. ”“wahai malaikat maut, aku memiliki permintaan lagi kepada tuan, iaitu aku serius berkeinginan memandang neraka, biar aku mampu beribadah kepada allah swt lebih banyak lagi, sehabis aku melihat dahsyatnya api neraka itu. ”“wahai idris as. aku tidak mampu berangkat ke neraka bila tanpa izin dari allah swt. ”

kesimpulannya allah swt mewahyukan kepada malaikat maut supaya dia bawa nabi idris ke dalam neraka. hingga pergilah mereka berdua ke neraka. di neraka itu, nabi idris as. mampu memandang seluruh yang diciptakan allah swt buat menyiksa musuh – musuh – nya. serupa rantai – rantai yang panas, ular yang berbisa, ketika, api yang membara, timah yang mendidih, pokok – pokok yang penuh berduri, air panas yang mendidih dan juga lain – lain.

sehabis terasa puas memandang kondisi neraka itu, hingga mereka juga kembali. setelah itu nabi idris as. mengatakan kepada malaikat maut: “wahai malaikat maut, aku memiliki hajat yang lain, iaitu supaya tuan mampu membantu aku bawa masuk ke dalam syurga. sampai – sampai aku mampu memandang apa – apa yang telah disediakan oleh allah untuk kekasih – kekasih – nya. sehabis itu aku juga mampu tingkatkan lagi ibadah aku kepada allah swt. aku tidak mampu bawa tuan masuk ke dalam syurga, tanpa perintah dari allah swt. ” jawab malaikat maut. kemudian allah swt juga memerintahkan kepada malaikat maut biar dia bawa nabi idris masuk ke dalam syurga.

setelah itu pergilah mereka berdua, sampai – sampai mereka hingga di pintu syurga dan juga mereka menyudahi di pintu tersebut. dari sana nabi idris mampu memandang panorama alam di dalam syurga. nabi idris mampu memandang seluruh berbagai kenikmatan yang disediakan oleh allah swt buat para wali – walinya. berbentuk buah – buahan, pokok – pokok yang indah dan juga sungai – sungai yang mengalir dan juga lain – lain.

setelah itu nabi idris mengatakan: “wahai saudaraku malaikat maut, aku telah merasakan pahitnya maut dan juga aku telah memandang dahsyatnya api neraka. hingga mahukah tuan memohonkan kepada allah untukku, supaya allah mengizinkan saya merambah syurga buat mampu meminum airnya, buat menyirnakan kesakitan mati dan juga dahsyatnya api neraka? ”maka malaikat maut juga bermohon kepada allah. setelah itu allah berikan izin kepadanya buat merambah syurga dan juga setelah itu wajib keluar lagi. nabi idris juga masuk ke dalam syurga, dia meletakkan kasutnya di dasar salah satu tumbuhan syurga, kemudian dia keluar berulang dari syurga. sehabis dia berposisi di luar, nabi idris mengatakan kepada malaikat maut:

“wahai malaikat maut, saya telah meninggalkan kasutku di dalam syurga. malaikat maut juga mengatakan: masuklah ke dalam syurga, dan juga ambil kasut tuan. ”maka masuklah nabi idris, tetapi dia tidak keluar lagi, sampai – sampai malaikat maut memanggilnya: “ya idris, keluarlah!. tidak, wahai malaikat maut, kerana allah swt telah berfirman bermaksud: “setiap yang berjiwa hendak merasakan mati. ” (ali – imran: 185)

sebaliknya aku telah merasakan kematian. dan juga allah berfirman yang bermaksud: “dan tidak terdapat seseorang juga daripadamu, melainkan menghadiri neraka itu. ” (maryam: 71)

dan juga aku juga telah menghadiri neraka itu. dan juga firman allah lagi yang bermaksud: “… dan juga mereka sekali – kali tidak hendak dikeluarkan daripadanya (syurga). ” (al – hijr: 48)

hingga allah merendahkan wahyu kepada malaikat maut itu: “biarkanlah ia, kerana saya telah menetapkan di azali, bahawa dia hendak bertempat tinggal di syurga. ”allah menggambarkan tentang cerita nabi idris ini kepada rasulullah saw dengan firman – nya bermaksud: “dan ceritakanlah (hai muhammad kepada mereka, cerita) idris yang tersebut di dalam al – quran. sebetulnya dia merupakan seseorang yang amat membetulkan dan juga seseorang nabi. dan juga kami telah mengangkatnya ke martabat yang besar. ” (maryam: 56 – 57)

4. nabi ‘isa a. s.

seseorang lagi nabi allah yang dikisahkan dari kecil di dalam al – qur’an yakni isa. baginda diutus kepada kalangan bani israil dengan kitab injil yang diturunkan saat sebelum al – qur’an.

di dalam al – qur’an, nabi isa diucap dengan 4 panggilan iaitu isa, isa puteramariam, putera mariam, dan juga al – masih. ibunya seseorang yang amat dimuliakan allah. ia memilihnya di atas seluruh wanita di seluruh alam.

firman – nya, “dan kala malaikat – malaikat mengatakan, ‘wahai mariam, allah memilah kalian, dan juga mensterilkan kalian, dan juga ia memilah kalian di atas seluruh wanita di seluruh alam’” (3: 42).

mariam, bunda nabi isa, telah menempuh satu tes yang sangat berat daripada allah. ia diseleksi buat melahirkan seseorang nabi dengan tanpa dijamah oleh seorang lelaki. ia merupakan seseorang wanita yang suci.

kelahiran

kelahiran nabi isa menggambarkan sesuatu mukjizat kerana dilahirkan tanpa bapa. kisahnya dikisahkan di dalam al – qur’an. di mari, ceritanya bermula dari kunjungan malaikat kepada mariam atas perintah allah. kala itu, malaikat menyamai manusia dengan tanpa cacat. kemunculan malaikat membikin mariam jadi cemas kemudian mengatakan,

“aku berlindung pada yang pemurah daripada kalian, bila kalian bertakwa (cemas kepada tuhan) ! ’dia (malaikat) mengatakan, ‘aku cumalah seseorang rasul yang tiba daripada pemelihara kalian, buat berikan kalian seseorang anak lelaki yang suci. ’” (19: 18 – 19)

pada ayat yang lain, dikisahkan bahawa malaikat yang tiba itu telah berikan nama kepada putera yang hendak dilahirkan. nama itu diberi oleh allah, dan juga ia (isa) hendak jadi terhormat di dunia dan juga akhirat sembari berkedudukan dekat dengan tuhan. ayatnya berbunyi:

“wahai mariam, allah mengantarkan kepada kalian berita gembira dengan satu kata daripada – nya, yang namanya al – masih, isa putera mariam, terhormat di dunia dan juga di akhirat, daripada orang – orang yang didekatkan. ” (3: 45)

setelah itu mariam bertanya,

“bagaimanakah saya hendak terdapat seseorang anak lelaki lagi tiada seseorang manusia juga menyentuhku, dan juga bukan pula saya seseorang jalang? ” (19: 20)

malaikat menanggapi,

“dia (allah) mengatakan, ‘begitulah; pemelihara kalian telah mengatakan, ‘itu gampang bagi – ku; dan juga biar kami membikin ia satu ayat (ciri) untuk manusia, dan juga satu pengasihan daripada kami; dia merupakan masalah yang telah ditentukan’” (19: 21).

hingga lahirlah isa putera mariam lebih 6 ratus tahun saat sebelum nabi muhammad dilahirkan. allah membikin nabi isa dan juga ibunya satu ayat (ciri) untuk manusia, iaitu ciri buat menampilkan kebesaran – nya (23: 50). kerasulan dan juga kenabianisa merupakan seseorang nabi dan juga pula seseorang rasul. baginda dan juga sebagian orang rasul telah dilebihkan allah daripada rasul – rasul lain. terdapat yang ia berkata – kata kepadanya, terdapat yang ia menaikkan darjat, dan juga untuk isa, ia berikan bukti – bukti yang jelas dan mengukuhkannya dengan roh suci. firman – nya:

“dan rasul – rasul itu, sebahagian kami melebihkan di atas sebahagian yang lain. sebahagian terdapat yang kepadanya allah berkata – kata, dan juga sebahagian ia menaikkan darjat. dan juga kami membagikan isa putera mariam bukti – bukti yang jelas, dan juga kami mengukuhkan ia dengan roh qudus (suci). ” (2: 253)

tetapi begitu, manusia dilarang oleh allah buat membeza – bezakan antara para rasul dan juga nabi. larangan itu berbunyi,

“katakanlah, ‘kami yakin kepada allah, dan juga apa yang diturunkan kepada kami, dan juga apa yang diturunkan kepada ibrahim, dan juga ismail, dan juga ishak, dan juga yaakub, dan juga puak – puak, dan juga apa yang diberi kepada musa, dan juga isa, dan juga apa yang diberi kepada nabi – nabi daripada pemelihara mereka. kami tidak membeza – bezakan seseorang juga antara mereka, dan juga kepada – nya kami muslim. ’” (2: 136)

akibat membeza – bezakan nabi ataupun rasul mampu dilihat pada hari ini, iaitu nabi isa dipercayai oleh sesetengah pihak bagaikan tuhan ataupun anak tuhan, dan juga nabi muhammad, dikira berbagai tuhan, yang berhak membikin hukum agama. ajaranoleh kerana isa seseorang nabi baginda diberi suatu kitab, injil, yang mengandungi petunjuk dan juga sinar buat jadi pegangan bani israil. tidak hanya menyuruh bani israil menyembah allah dengan mentaati injil, baginda mengesahkan kitab taurat yang diturunkan sebelumnya. 2 firman allah menjelaskannya di mari, berbunyi:

“dan kami mengutus, menyusuli jejak – jejak mereka, isa putera mariam, dengan mengesahkan taurat yang sebelumnya; dan juga kami memberinya injil, di dalamnya petunjuk dan juga sinar, ” (5: 46) dan juga, “aku (isa) cuma berkata kepada mereka apa yang engkau memerintahkan saya dengannya: ‘sembahlah allah, pemelihara saya dan juga pemelihara kalian. ’” (5: 117)

ikut diucap di dalam injil (dan juga taurat) yakni berita menimpa kehadiran seseorang nabi berbangsa arab, ataupun ummiy (7: 157) , dan juga janji dikurniakan halaman ataupun syurga untuk orang – orang yang berperang di jalur allah (9: 111). janji itu pula mengalami di dalam taurat dan juga al – qur’an. kala baginda diutus, manusia lagi berselisih dalam perihal agama. hingga kedatangannya merupakan pula buat memperjelaskan apa yang diperselisihkan. firman allah:

“dia (isa) mengatakan, ‘aku tiba kepada kalian dengan kebijaksanaan, dan juga biar saya memperjelaskan kepada kalian sebahagian apa yang dalamnya kalian memperselisihkan; hingga kalian takutilah allah, dan juga taatlah kepadaku. ’” (43: 63)

baginda pula memberitahu tentang kehadiran seseorang rasul selepas baginda, yang namanya hendak dipuji. ayat yang mengisahkannya berbunyi:

“wahai bani israil, sebetulnya saya (isa) rasul allah kepada kalian, mengesahkan taurat yang saat sebelum saya, dan juga berikan berita gembira dengan seseorang rasul yang hendak tiba selepas saya, namanya ahmad (dipuji). ” (61: 6)

pengikut setiaseperti nabi ataupun rasul yang lain, baginda memiliki pengikut – pengikut yang setia dan juga pula yang tidak setia ataupun yang menentang. pengikut – pengikutnya yang setia yakin kepada allah dan juga kepadanya. mereka merupakan muslim. firman allah:

“dan kala saya mewahyukan pengikut – pengikut yang setia, ‘percayalah kepada – ku, dan juga rasul – ku’; mereka mengatakan, ‘kami yakin, dan juga saksilah engkau hendak kemusliman kami. ’” (5: 111)

pengikut – pengikut yang setia pula jadi penolong – penolong, bukan menurutnya namun untuk allah. firman – nya:

“berkatalah pengikut – pengikutnya yang setia, ‘kami hendak jadi penolong – penolong allah; kami yakin kepada allah, dan juga saksilah kalian hendak kemusliman kami. ’” (3: 52)

begitu pula untuk pengikut – pengikut setia nabi – nabi lain, tercantum muhammad. seluruhnya jadi penolong – penolong allah, buat melaksana dan juga mengantarkan mesej – nya. firman allah:

“wahai orang – orang yang yakin, jadilah kalian penolong – penolong allah, sebagaimana isa putera mariam mengatakan kepada pengikut – pengikut yang setia, ‘siapakah yang hendak jadi penolong – penolong saya untuk allah? ’ pengikut – pengikut yang setia mengatakan, ‘kami hendak jadi penolong – penolong allah. ’” (61: 14)

walaupun gimana juga, pengikut – pengikut nabi isa yang setia membutuhkan fakta selanjut buat megesahkan kebenarannya dan juga biar hati mereka jadi tenteram. buat itu mereka meminta suatu meja hidangan dari langit. kisahnya berbunyi begini:

“dan apabila pengikut – pengikut yang setia mengatakan, ‘wahai isa putera mariam, bolehkah pemelihara kalian merendahkan kepada kami suatu meja hidangan dari langit? ’dia (isa) mengatakan, ‘kamu takutilah allah, bila kalian orang – orang mukmin. ’

mereka mengatakan, ‘kami menghendaki buat memakan daripadanya, dan juga hati kami jadi tenteram, biar kami mengenali bahawa kalian mengatakan benar kepada kami, dan juga biar kami merupakan antara para saksinya. ’” (5: 112 – 113)

justeru itu, baginda meminta kepada allah,

“ya allah, pemelihara kami, turunkanlah kepada kami suatu meja hidangan dari langit, yang hendak jadi untuk kami satu perayaan, yang kesatu dan juga yang akhir untuk kami, dan juga satu ayat (ciri) daripada engkau. dan juga berilah rezeki buat kami; engkau yang tersadu daripada pemberi – pemberi rezeki. ” (5: 114)

allah mengabulkan permintaannya. lalu, meja hidangan yang turun jadi satu lagi mukjizat untuk nabi isa. dan juga dia pula jadi nama suatu surah di dalam al – qur’an, iaitu surah kelima, al – maidah. mukjizatselain daripada kelahiran yang luar biasa dan juga meja hidangan, nabi isa telah dikurniakan dengan sebagian mukjizat lain. ayat berikut menjelaskannya:

“ketika allah mengatakan, ‘wahai isa putera mariam, ingatlah hendak rahmat – ku ke atas kalian, dan juga ke atas bunda kalian, apabila saya mengukuhkan kalian dengan roh qudus (suci) , buat berkata – kata kepada manusia di dalam buaian dan juga sehabis berusia ….. dan juga apabila kalian mencipta daripada tanah liat, dengan izin – ku, yang serupa wujud burung, dan juga kalian menghembuskan ke dalamnya, kemudian jadilah dia seekor burung, dengan izin – ku, dan juga kalian mengobati orang buta, dan juga orang sakit kusta, dengan izin – ku, dan juga kalian keluarkan orang yang mati, dengan izin – ku’ ….. kemudian orang – orang yang tidak yakin antara mereka mengatakan, ‘tiadalah ini, melainkan sihir yang nyata. ’” (5: 110)

meski nabi muhammad cuma diberi satu mukjizat, manusia ditegah daripada mengatakan bahawa nabi isa merupakan lebih mulia daripada nabi muhammad. kerana, serupa yang sudah maklum, amalan membeza – beza para nabi dan juga rasul dilarang allah. dinaikan ke langit

“apabila allah mengatakan, ‘wahai isa, saya hendak mematikan kalian, dan juga menaikkan kalian kepada – ku, dan juga saya mensterilkan kalian daripada orang – orang yang tidak yakin ….. ’” (3: 55)

“dan saya (isa) seseorang saksi mata ke atas mereka sepanjang saya di golongan mereka; namun sehabis engkau mematikan saya, engkau seorang diri merupakan penjaga ke atas mereka; engkau saksi mata atas seluruh suatu. ” (5: 117)

hendak namun, sebahagian daripada kalangan bani israil berkata bahawa mereka telah membunuhnya disalib. allah berkata yang kebalikannya pula. apa yang berlaku cuma satu kesamaan sahaja. firman – nya: “ucapan mereka, ‘kami telah menewaskan al – masih, isa putera mariam, rasul allah. ’ namun mereka tidak membunuhnya, dan juga tidak pula menyalibnya, namun cuma satu kesamaan yang ditunjukkan kepada mereka. orang – orang yang berselisih mengenainya betul – betul dalam keraguan terhadapnya; mereka tidak terdapat pengetahuan mengenainya, kecuali menjajaki sangkaan; mereka tidak membunuhnya, yakinlah. ” (4: 157) di akhir era nabi ‘isa hendak turun berulang ke bumi, bukan bagaikan nabi tetapi bagaikan umat nabi muhammad saw. (mengikut syariat nabi muhammad saw). hendak berdakwah mengajak orang2 kristian buat islam, menghancurkan sali – salib, menewaskan dajjal.

Kamis, 12 April 2018

Ta’ati Suamimu, Surga Bagimu

Ta’ati Suamimu, Surga Bagimu

Dalam bingkai rumah tangga, pasangan suami dan istri masing-masing memiliki hak dan kewajiban. Suami sebagai pemimpin, berkewajiban menjaga istri dan anak-anaknya baik dalam urusan agama atau dunianya, menafkahi mereka dengan memenuhi kebutuhan makanan, minuman, pakaian dan tempat tinggalnya.

Tanggungjawab suami yang tidak ringan diatas diimbangi dengan ketaatan seorang istri pada suaminya. Kewajiban seorang istri dalam urusan suaminya setahap setelah kewajiban dalam urusan agamanya. Hak suami diatas hak siapapun setelah hak Allah dan Rasul-Nya, termasuk hak kedua orang tua. Mentaatinya dalam perkara yang baik menjadi tanggungjawab terpenting seorang istri.

Surga atau Neraka Seorang Istri

Ketaatan istri pada suami adalah jaminan surganya. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika seorang wanita melaksanakan shalat lima waktunya, melaksanakan shaum pada bulannya, menjaga kemaluannya, dan mentaati suaminya, maka ia akan masuk surga dari pintu mana saja ia kehendaki.” (HR Ibnu Hibban dalam Shahihnya)

Suami adalah surga atau neraka bagi seorang istri. Keridhoan suami menjadi keridhoan Allah. Istri yang tidak diridhoi suaminya karena tidak taat dikatakan sebagai wanita yang durhaka dan kufur nikmat.

Suatu hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda bahwa beliau melihat wanita adalah penghuni neraka terbanyak. Seorang wanita pun bertanya kepada beliau mengapa demikian? Rasulullah pun menjawab bahwa diantarantanya karena wanita banyak yang durhaka kepada suaminya. (HR Bukhari Muslim)

Kedudukan Hak Suami

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kalau aku boleh memerintahkan seseorang untuk sujud kepada orang lain, maka aku akan memerintahkan para istri untuk sujud kepada suaminya, disebabkan karena Allah telah menetapkan hak bagi para suami atas mereka (para istri). (HR Abu Dawud, Tirmidzi, ia berkata, “hadis hasan shahih.” Dinyatakan shahih oleh Syaikh Albani)

Hak suami berada diatas hak siapapun manusia termasuk hak kedua orang tua. Hak suami bahkan harus didahulukan oleh seorang istri daripada ibadah-ibadah yang bersifat sunnah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak boleh bagi seorang perempuan berpuasa sementara suaminya ada di rumah kecuali dengan izinnya. Dan tidak boleh baginya meminta izin di rumahnya kecuali dengan izinnya.” (HR Bukhari Muslim)

Dalam hak berhubungan suami-istri, jika suami mengajaknya untuk berhubungan, maka istri tidak boleh menolaknya.

“Jika seorang suami memanggil istrinya ke tempat tidur, kemudian si istri tidak mendatanginya, dan suami tidur dalam keadaan marah, maka para malaikat akan melaknatnya sampai pagi.” (HR Bukhari Muslim)

Berbakti Kepada Suami

Diantara kewajiban seorang istri atas suaminya juga adalah, hendaknya seorang istri benar-benar menjaga amanah suami di rumahnya, baik harta suami dan rahasia-rahasianya, begitu juga bersungguhnya-sungguh mengurus urusan-urusan rumah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dan wanita adalahpenanggungjawab di rumah suaminya, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban.” (HR Bukhari Muslim)

Syaikhul Islam berkata, “Firman Allah, “Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diriketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka).” (QS. An Nisa [4]: 34)

Ayat ini menunjukkan wajibnya seorang istri taat pada suami dalam hal berbakti kepadanya, ketika bepergian bersamanya dan lain-lain. Sebagaimana juga hal ini diterangkan dalam sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. (Lihat Majmu Al Fatawa 32/260-261 via Tanbihat, hal. 94.)

Berkhidmat kepada suami dengan melayaninya dalam segala kebutuhan-kebutuhannya adalah diantara tugas seorang istri. Bukan sebaliknya, istri yang malah dilayani oleh suami. Hal ini didukung oleh firman Allah, “Dan laki-laki itu adalah pemimpin bagi wanita.” (QS. An Nisa [4]: 34)

Ibnul Qayyim berdalil dengan ayat diatas, jika suami menjadi pelayan bagi istrinya, dalam memasak, mencuci, mengurus rumah dan lain-lain, maka itu termasuk perbuatan munkar. Karena berarti dengan demikian sang suami tidak lagi menjadi pemimpin. Justru karena tugas-tugas istri dalam melayani suami lah, Allah pun mewajibkan para suami untuk menafkahi istri dengan memberinya makan, pakaian dan tempat tinggal.

Bukan juga sebaliknya, istri yang malah menafkahi suami dengan bekerja di luar rumah untuk kebutuhan rumah tangga.

Tidak Keluar Rumah Kecuali Dengan Izin Suami

Seorang istri juga tidak boleh keluar rumah kecuali dengan izin suami. Karena tempat asal wanita itu di rumah. Sebagaimana firman Allah, “Dan tinggal-lah kalian (para wanita) di rumah-rumah kalian.” (QS. Al Ahzab [33]: 33)

Ibnu Katsir berkata, “Ayat ini menunjukkan bahwa wanita tidak boleh keluar rumah kecuali ada kebutuhan.” (Tafsir Al Quran Al Adzim 6/408). Dengan demikian, wanita tidak boleh keluar rumah melainkan untuk urusan yang penting atau termasuk kebutuhan seperti memasak dan lain-lain. Jika bukan urusan tersebut, maka seorang istri tidak boleh keluar rumah melainkan dengan izin suaminya.

Syaikhul Islam berkata, “Tidak halal bagi seorang wanita keluar rumah tanpa izin suaminya, jika ia keluar rumah tanpa izin suaminya, berarti ia telah berbuat nusyuz (durhaka), bermaksiat kepada Allah dan Rasul-Nya, serta layak mendapat hukuman.”

Penutup

Semua ketentuan yang telah Allah tetapkan di atas sama sekali bukan bertujuan membatasi ruang gerak para wanita, merendahkan harkat dan martabatnya, sebagaimana yang didengungkan oleh orang-orang kafir tentang ajaran Islam. Semua itu adalah syariat Allah yang sarat dengan hikmah. Dan hikmah dari melaksanakan dengan tulus semua ketetapan Allah di atas adalah berlangsungnya bahtera rumah tangga yang harmonis dan penuh dengan kenyamanan. Ketaatan pada suami pun dibatasi dalam perkara yang baik saja dan sesuai dengan kemampuan. Mudah-mudahan Allah mengaruniakan kepada kita semua keluarga yang barakah.

Wallahu ‘alam.