Larangan Meratapi Mayit Berlebihan dan Dibolehkanya Menangisi Mayit
بِسْــــــمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمِ
Menangisi mayyit
عَنْ جَابِرٍ قَالَ: اُصِيْبَ اَبِى يَوْمَ اُحُدٍ، فَجَعَلْتُ اَبْكِى فَجَعَلُوْا يَنْهَوْنِى وَ رَسُوْلُ اللهِ ص لاَ يَنْهَانِى. فَجَعَلَتْ عَمَّتِى فَاطِمَةُ تَبْكِى. فَقَالَ النَّبِيُّ ص تَبْكِيْنَ اَوْ لاَ تَبْكِيْنَ مَا زَالَتِ اْلمَلاَئِكَةُ تُظِلُّهُ بِأَجْنِحَتِهَا حَتَّى رَفَعْتُمُوْهُ. احمد و البخارى و مسلم
Dari Jabir (bin ‘Abdullah), ia berkata : Ketika ayahku gugur pada perang Uhud, lalu aku menangis, kemudian orang-orang melarangku, sedang Rasulullah SAW (sendiri) tidak melarang ku. Lalu bibiku Fathimah (juga) menangis. Lalu Nabi SAW bersabda, “Kamu menangis ataupun tidak, para malaikat tetap menaunginya dengan sayap-sayap mereka, sehingga kamu sekalian mengangkatnya". [HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim, dalam Nailul Authar juz 4, hal, 111]
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: مَاتَتْ زَيْنَبُ بِنْتُ رَسُوْلِ اللهِ ص فَبَكَتِ النّسَاءُ، فَجَعَلَ عُمَرُ يَضْرِبُهُنَّ بِسَوْطِهِ، فَأَخَذَ رَسُوْلُ اللهِ ص بِيَدِهِ وَ قَالَ: مَهْلاً يَا عُمَرُ. ثُمَّ قَالَ: اِيَّاكُنَّ وَ نَعِيْقَ الشَّيْطَانِ. ثُمَّ قَالَ: اِنَّهُ مَهْمَا كَانَ مِنَ اْلعَيْنِ وَ اْلقَلْبِ فَمِنَ اللهِ عَزَّ وَ جَلَّ وَ مِنَ الرَّحْمَةِ. وَ مَا كَانَ مِنَ اْليَدِ وَ اللّسَانِ فَمِنَ الشَّيْطَانِ. احمد، فى نيل الاوطار 4: 111
Dari Ibnu 'Abbas, ia berkata : Ketika Zainab binti Rasulullah SAW meninggal dunia, lalu para wanita menangis. Kemudian 'Umar memukul mereka dengan cambuknya. Lalu Rasulullah SAW memegang tangan 'Umar sambil bersabda, “Sabar ya 'Umar!" Kemudian beliau bersabda, “Jauhkankah diri kalian dari raungan syaithan". Kemudian beliau bersabda (pula), “Karena sesungguhnya bila tangisan itu hanya sekedar mengeluarkan air mata dan kesedihan hati, maka ia itu berasal dari Allah 'Azza wa Jalla dan dari perasaan iba. Dan bila tangisan itu diikuti perbuatan tangan dan lisan, maka ia itu berasal dari syaithan". [HR. Ahmad, dalam Nailul Authar juz 4, hal. 111]
عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: اِشْتَكَى سَعْدُ بْنُ عُبَادَةَ شَكْوًى لَهُ، فَاَتَاهُ النَّبِيُِّ ص يَعُوْدُهُ مَعَ عَبْدِ الرَّحْمنِ بْنِ عَوْفٍ، وَ سَعْدِ بْنِ اَبِى وَقَّاصٍ، وَ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُوْدٍ. فَلَمَّا دَخَلَ عَلَيْهِ وَجَدَهُ فِى غَشِيّهِ، فَقَالَ: قَدْ قُضِيَ؟ فَقَالُوْا: لاَ يَا رَسُوْلَ اللهِ. فَبَكَى رَسُوْلُ اللهِ ص. فَلَمَّا رَأَى اْلقَوْمُ بُكَاءَهُ بَكَوْا، قَالَ: اَلاَ تَسْمَعُوْنَ؟ اِنَّ اللهَ لاَ يُعَذّبُ بِدَمْعِ اْلعَيْنِ وَ لاَ بِحُزْنِ اْلقَلْبِ، وَ لكِنْ يُعَذّبُ بِهذَا. وَ اَشَارَ اِلَى لِسَانِهِ اَوْ يَرْحَمُ. احمد و البخارى و مسلم، فى نيل الاوطار 4: 112
Dari Ibnu 'Umar, ia berkata : Sa'ad bin 'Ubadah mengadukan sakitnya, lalu Nabi SAW datang menjenguknya bersama Abdurrahman bin 'Auf, Sa'ad bin Abi Waqqash, dan Abdullah bin Mas'ud. Kemudian ketika Nabi SAW masuk kepadanya, beliau mendapatinya dalam keadaan kritis. Lalu Nabi SAW bertanya (kepada para shahabat), “Apakah ia sudah mati?" Mereka menjawab, “Belum, ya Rasulullah". Lalu Rasulullah SAW menangis. Setelah orang-orang melihat Nabi SAW menangis, merekapun ikut menangis. Lalu Nabi SAW bersabda, “Apakah kalian tidak mendengar? Sesungguhnya Allah tidak menyiksa sebab melelehnya air mata dan tidak pula susahnya hati, tetapi Allah akan menyiksa atau memberi rahmat sebab ini", beliau sambil berisyarat ke lisannya. [HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim, dalam Nailul Authar juz 4, hal, 112]
عَنْ عَائِشَةَ اَنَّ سَعْدَ بْنَ مُعَاذٍ لَمَّا مَاتَ حَضَرَهُ رَسُوْلُ اللهِ ص وَ اَبُوْ بَكْرٍ وَ عُمَرُ. قَالَتْ: فَوَ الَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ اِنّى َلاَعْرِفُ بُكَاءَ اَبِى بَكْرٍ مِنْ بُكَاءِ عُمَرَ. وَاَنَا فِى حُجْرَتِى. احمد، فى نيل الاوطار 4:
Dari 'Aisyah, bahwa ketika Sa'ad bin Mu'adz meninggal dunia, maka Rasulullah SAW, Abu Bakar, dan 'Umar mendatanginya. 'Aisyah berkata, “Demi Tuhan yang diriku di tangan-Nya, sungguh aku lebih mengenal tangisan Abu Bakar daripada tangisan 'Umar, sedang aku berada di dalam kamarku". [HR. Ahmad, dalam Nailul Authar juz 4, hal. 114]
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَتِيْكٍ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص جَاءَ يَعُوْدُ عَبْدَ اللهِ بْنَ ثَابِتٍ فَوَجَدَهُ قَدْ غُلِبَ. فَصَاحَ بِهِ فَلَمْ يُجِبْهُ. فَاسْتَرْجَعَ، وَ قَالَ: غُلِبْنَا عَلَيْكَ يَا اَبَا الرَّبِيْعِ! فَصَاحَ النّسْوَةُ وَ بَكَيْنَ. فَجَعَلَ ابْنُ عَتِيْكٍ يُسَكّنُهُنَّ. فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: دَعْهُنَّ فَاِذَا وَجَبَ فَلاَ تَبْكِيَنَّ بَاكِيَةٌ. قَالُوْا: وَ مَا اْلوُجُوْبُ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: اَلْمَوْتُ. ابو داود و النسائى، فى نيل الاوطار 4: 114
Dari Jabir bin 'Atiek, bahwasanya Rasulullah SAW datang menjenguk 'Abdullah bin Tsabit, dan beliau mendapatinya sudah kritis, lalu beliau memanggil dengan suara keras, namun ia tidak menjawab, lalu beliau mengucapkan "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi rooji'uun" dan bersabda, “Kamu mendahului kami wahai Abu Rabi' ", lalu para wanita menjerit dan menangis. Kemudian Ibnu 'Atiek berusaha menenangkan mereka. Kemudian Rasulullah SAW bersabda, “Biarkanlah mereka, dan apabila sudah pasti, jangan ada seorangpun yang menangis". Mereka bertanya, “Apa yang dimaksud "pasti" itu, ya Rasulullah?" Beliau menjawab, “Mati". [HR. Abu Dawud dan Nasai, dalam Nailul Authar juz 4, hal. 114]
Keterangan :
Dari Hadits-hadits diatas menunjukkan bahwa menangisi mayyit yang tidak berlebih-lebihan itu boleh.
Larangan meratapi mayit, memukul pipi, mencakar-cakar wajah dan merobek-robek pakaian.
عَنْ عُمَرَ عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ: اَلْمَيّتُ يُعَذَّبُ فِى قَبْرِهِ بِمَا نِيْحَ عَلَيْهِ. مسلم 2: 639
Dari Umar (bin Khaththab) dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Mayyit itu disiksa dikuburnya dengan sebab diratapi atasnya". [HR. Muslim juz 2, hal. 639].
عَنِ اْلمُغِيْرَةِِ رض قَالَ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ ص يَقُوْلُ: مَنْ نِيْحَ عَلَيْهِ يُعَذَّبْ بِمَا نِيْحَ عَلَيْهِ. البخارى 2: 81
Dari Mughirah (bin Syu'bah) RA, ia berkata : Saya mendengar Nabi SAW bersabda, “Barangsiapa yang diratapi atasnya, maka ia disiksa dengan sebab diratapi atasnya". [HR. Bukhari juz 2, hal. 81]
عَنِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيْرٍ رض قَالَ: اُغْمِيَ عَلَى عَبْدِ اللهِ بْنِ رَوَاحَةَ فَجَعَلَتْ اُخْتُهُ عَمْرَةُ تَبْكِى، وَاجَبَلاَهْ، وَا كَذَا، وَا كَذَا، تُعَدّدُ عَلَيْهِ، فَقَالَ حِيْنَ اَفَاقَ: مَا قُلْتِ شَيْئًا اِلاَّ قِيْلَ لِى: آنْتَ كَذلِكَ. فَلَمَّا مَاتَ لَمْ تَبْكِ عَلَيْهِ. البخارى 5: 88
Dari Nu'man bin Basyir RA, ia berkata : Ketika Abdullah bin Rawahah pingsan, 'Amrah (yaitu) saudara perempuannya menangis (sambil berteriak-teriak) dengan menyebut-nyebutnya, “Oh, pelindungku, oh ini, oh itu", ia menyebut-nyebut berbagai kebaikannya. Ketika (Abdullah bin Rawahah) siuman, ia berkata, “Tidaklah engkau mengatakan sesuatu, kecuali dikatakan kepadaku. Apakah kamu seperti yang dikatakan itu ?!" Maka setelah (Abdullah bin Rawahah) meninggal, 'Amrah tidak menangisinya. [HR. Bukhari juz 5, hal. 88]
عَنْ اَبِى مُوْسَى رض عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ: اِنَّ اْلمَيّتَ لَيُعَذَّبُ بِبُكَاءِ اْلحَيّ. اِذَا قَالَتْ وَ اعَضُدَاهْ، وَا مَانِعَاهْ، وَا نَاصِرَاهْ، وَا كَاسِبَاهْ جُبِذَ اْلمَيّتُ فَقِيْلَ: اَنَاصِرُهَا اَنْتَ؟ اَكَاسِبُهَا اَنْتَ؟. احمد 7: 168 رقم
Dari Abu Musa RA, dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Sesungguhnya mayyit itu disiksa dengan sebab tangisnya orang yang hidup, apabila ia menyebut-nyebutnya, “Oh penanggungku, oh penjagaku, oh penolongku, oh tumpuan harapanku”, maka mayyit itu ditarik dan ditanya dengan pertanyaan-pertanyaan“Apakah kamu penolongnya ? Apakah kamu tumpuan harapannya ?” [HR. Ahmad juz 7, hal. 168, no. 19737]
عَنْ اَبِى مُوْسَى اْلاَشْعَرِيّ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: مَا مِنْ مَيّتٍ يَمُوْتُ فَيَقُوْمُ بَاكِيْهِمْ فَيَقُوْلُ: وَا جَبَلاَهْ، وَا سَيّدَاهْ اَوْ نَحْوَ ذلِكَ اِلاَّ وُكّلَ بِهِ مَلَكَانِ يَلْهَزَانِهِ اَهكَذَا كُنْتَ. الترمذى 2: 236 هذا حديث حسن غريب
Dari Abu Musa Al-Asy‘ariy, ia berkata : Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah seorang mayyit yang meninggal, lalu ada orang yang menangisi diantara mereka dengan menyebut-nyebutnya, “Oh pelindungku, oh penanggungku" atau seperti itu, kecuali dengannya ada dua malaikat yang diserahi untuk memukul dada (mayyit itu) dengan bertanya, “Apakah seperti itu keadaanmu ?". [HR. Tirmidzi juz 2, hal. 236, ia berkata, “Ini hadits Hasan Gharib"]
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِثْنَتَانِ فِى النَّاسِ هُمَابِهِمْ كُفْرٌ: اَلطَّعْنُ فِى النَّسَبِ،وَ النّيَاحَةُ عَلَى اْلمَيّتِ. مسلم 1: 82
Dari Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Ada dua perkara yangmana dua perkara itu merupakan kekufuran padanya, yaitu : 1. Mencaci nasab (keturunan) dan, 2. Niyahah (meratapi) atas mayyit". [HR. Muslim juz 1, hal. 82]
عَنْ اَنَسٍ اَنَّ عُمَرَ بْنَ اْلخَطَّابِ لَمَّا طُعِنَ عَوَّلَتْ عَلَيْهِ حَفْصَةُ فَقَالَ: يَا حَفْصَةُ اَمَا سَمِعْتِ رَسُوْلَ اللهِ ص يَقُوْلُ: اْلمُعَوَّلُ عَلَيْهِ يُعَذَّبُ؟ وَ عَوَّلَ عَلَيْهِ صُهَيْبٌ. فَقَالَ عُمَرُ: يَا صُهَيْبُ، اَمَا عَلِمْتَ اَنّ اْلمُعَوَّلَ عَلَيْهِ يُعَذَّبُ؟. مسلم 2: 640
Dari Anas (bin Malik), bahwasanya ‘Umar bin Khaththab ketika dia ditikam orang, Hafshah menangisinya. Maka ‘Umar berkata kepadanya, “Hai Hafshah, apakah kamu tidak mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya (mayyit) yang ditangisi itu disiksa ?” Dan Shuhaib juga menangisinya. Maka ‘Umar berkata,“Hai Shuhaib, apakah kamu tidak tahu bahwa mayyit yang ditangisi itu disiksa ?”. [HR. Muslim juz 2, hal. 640]
عَنْ اَبِى سَعِيْدٍ اْلخُدْرِيّ رض قَالَ: لَعَنَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اَلنَّائِحَةَ وَ اْلمُسْتَمِعَةَ. ابو داود 3: 194
Dari Abu Sa'id Al-Khudriy RA, ia berkata, “Rasulullah SAW melaknat orang perempuan yang meratapi mayyit dan orang perempuan yang sengaja duduk untuk mendengarkan orang yang meratap tersebut". [HR. Abu Dawud juz 3, hal. 194]
Keterangan :
Tentang Orang yang mati (mayyit) disiksa karena tangisan/ratapan yang hidup, ini maksudnya : Si mayyit sedih dan susah mengetahui orang-orang yang menangisi atau meratapinya karena mereka melanggar larangan agama.
عَنْ اَنَسٍ رض قَالَ: لَمَّا ثَقُلَ النَّبِيُّ ص جَعَلَ يَتَغَشَّاهُ فَقَالَتْ فَاطِمَةُ عَلَيْهَا السَّلاَمُ: وَاكَرْبَ اَبَاهْ، فَقَالَ لَهَا: لَيْسَ عَلَى اَبِيْكِ كَرْبٌ بَعْدَ اْليَوْمِ. فَلَمَّا مَاتَ قَالَتْ: يَا اَبَتَاهْ اَجَابَ رَبًّا دَعَاهْ، يَا اَبَتَاهْ مَنْ جَنَّةُ اْلفِرْدَوْسِ مَأْوَاهْ يَا اَبَتَاهْ اِلَى جِبْرِيْلَ نَنْعَاهْ. فَلَمَّا دُفِنَ قَالَتْ فَاطِمَةُ عَلَيْهَا السَّلاَمُ: يَا اَنَسُ اَطَابَتْ اَنْفُسُكُمْ اَنْ تَحْثُوْا عَلَى رَسُوْلِ اللهِ ص التُّرَابَ. البخارى 5: 144
Dari Anas RA, ia berkata : Ketika Nabi SAW bertambah berat sakitnya sehingga diliputi kesedihan, lalu Fathimah AS berkata, “Oh sedihnya ayahku". Lalu (Nabi SAW) bersabda kepadanya, “Tidak ada kesedihan bagi ayahmu sesudah hari ini !". Lalu ketika beliau wafat, Fathimah berkata, “Oh ayahku, ia telah memenuhi panggilan Tuhannya. Oh ayahku orang yang surga Firdaus tempat kembalinya. Oh ayahku, kepada Jibril kami beritakan". Lalu ketika beliau dimakamkan, Fathimah berkata, “Hai Anas, sampai hatikah kalian menaburkan tanah atas jenazah Rasulullah SAW ?". [HR. Bukhari juz 5, hal. 144]
عَنْ عَائِشَةَ اَنَّ اَبَا بَكْرٍ دَخَلَ عَلَى النَّبِيّ ص بَعْدَ وَفَاتِهِ فَوَضَعَ فَمَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ وَ وَضَعَ يَدَيْهِ عَلَى صُدْغَيْهِ وَ قَالَ: وَا نَبِيَّاهْ وَا خَلِيْلاَهْ وَا صَفِيَّاهْ. احمد 9: 271، رقم 24084
Dari ‘Aisyah, sesungguhnya Abu Bakar masuk ke (kamar) Nabi SAW setelah beliau wafat, lalu ia meletakkan mulutnya diantara kedua mata beliau, dan meletakkan kedua tangannya pada dua pelipisnya sambil berkata, “Oh Nabi, oh kekasih, oh orang pilihan". [HR. Ahmad juz 9, hal. 271, no. 24084]
Keterangan :
Yang dilakukan Fathimah dan Abu Bakar tersebut tidak termasuk meratap, atau menyebut-nyebut yang dilarang agama, karena tidak dilakukan dengan cara Jahiliyah.
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص ثَلاَثَةٌ مِنَ اْلكُفْرِ بِاللهِ: شَقُّ اْلجَيْبِ، وَ النّيَاحَةُ، وَ الطَّعْنُ فِى النَّسَبِ. الحاكم، فى المستدرك 1: 540، و قال: صحيح الاسناد
Dari Abu Hurarirah RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Ada tiga perkara termasuk kufur kepada Allah : 1. Merobek-robek pakaian, 2. Niyahah (meratap) dan, 3. Mencaci nasab". [HR. Hakim dalam Al-Mustadrak juz 1, hal. 540, dan ia berkata, “Shahih sanadnya"].
عَنْ اَبِى اُمَامَةَ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص لَعَنَ اْلخَامِشَةَ وَجْهَهَا، وَ الشَّاقَّةَ جَيْبَهَا، وَ الدَّاعِيَةَ بِاْلوَيْلِ. ابن حبان فى صحيحه 4: 45
Dari Abu Umamah, ia berkata, “Sesungguhnya Rasulullah SAW melaknat wanita yang mencakar-cakar wajahnya, wanita yang merobek-robek bajunya dan wanita yang berdoa (meminta) supaya ditimpa kecelakaan". [HR. Ibnu Hibban di dalam shahihnya juz 4, hal. 45]
عَنْ عَبْدِ اللهِ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: لَيْسَ مِنَّا مَنْ ضَرَبَ اْلخُدُوْدَ، وَ شَقَّ اْلجُيُوْبَ، وَ دَعَا بِدَعْوَى اْلجَاهِلِيَّةِ. البخارى 2: 83
Dari Abdullah (bin Mas'ud) RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Bukanlah dari golongan kita orang yang memukul pipi, yang merobek-robek baju dan yang memanggil-manggil secara jahiliyah". [HR. Bukhari juz 2, hal. 83]
عَنْ اَسِيْدِ بْنِ اَبِى اَسِيْدٍ التَّابِعِيّ عَنِ امْرَأَةٍ مِنَ اْلمُبَايِعَاتِ قَالَتْ: كَانَ فِيْمَا اَخَذَ عَلَيْنَارَسُوْلُ اللهِ ص فِى اْلمَعْرُوْفِ الَّذِى اَخَذَ عَلَيْنَا اَنْ لاَ نَعْصِيَهُ فِيْهِ اَنْ لاَ نَخْمِشَ وَجْهًا، وَ لاَ نَدْعُوَ وَيْلاً، وَ لاَ نَشُقَّ جَيْبًا، وَ لاَ نَنْشُرَ شَعْرًا. ابو داود 3: 194
Dari Asid bin Abi Asid seorang tabi'in dari seorang wanita yang ikut bai'at kepada Rasulullah SAW, ia berkata, “Adalah diantara apa-apa yang Rasulullah SAW ambil dari bai'at kami di dalam kebaikan yang beliau menyuruh kami supaya dipegang teguh agar kami tidak ma’shiyat padanya, ialah agar kami tidak mencakar-cakar muka, tidak berdoa dengan kebinasaan, tidak merobek-robek baju dan tidak mengurai rambut". [HR. Abu Dawud juz 3, hal. 194]
Menyiarkan Kabar Kematian
عَنِ عَبْدِ اللهِ عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ: اِيَّاكُمْ وَ النَّعْيَ فَاِنَّ النَّعْيَ مِنْ عَمَلِ اْلجَاهِلِيَّةِ. الترمذى 2: 228
Dari ‘Abdullah (bin Mas'ud) dari Nabi SAW beliau bersabda, “Takutlah kalian akan menyiar-nyiarkan kabar kematian, karena menyiar-nyiarkan kabar kematian itu termasuk perbuatan Jahiliyah". [HR. Tirmidzi juz 2, hal. 228].
عَنْ حُذَيْفَةَ قَالَ: اِذَا مِتُّ فَلاَ تُؤْذِنُوْا بِى اَحَدًا. اِنّى اَخَافُ اَنْ يَكُوْنَ نَعْيًا. وَ اِنّى سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص يَنْهَى عَنِ النَّعْيِ. الترمذى 2: 227، و قال: هذا حديث حسن
Dari Hudzaifah, ia berkata, “Apabila aku telah meninggal, maka janganlah kalian menyiarkan kematianku kepada seorangpun, karena aku khawatir itu merupakan menyiarkan kabar kematian, sebab aku pernah mendengar Rasulullah SAW melarang menyiarkan khabar kematian". [HR. Tirmidzi juz 2, hal. 227, dan ia berkata,“Ini hadits hasan”]
عَنْ اَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رض قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ ص: اَخَذَ الرَّايَةَ زَيْدٌ فَاُصِيْبَ، ثُمَّ اَخَذَهَا جَعْفَرٌ فَاُصِيْبَ، ثُمَّ اَخَذَهَا عَبْدُ اللهِ بْنُ رَوَاحَةَ فَاُصِيْبَ. وَ اِنَّ عَيْنَيْ رَسُوْلِ اللهِ ص لَتَذْرِفَانِ. ثُمَّ اَخَذَهَا خَالِدُ بْنُ اْلوَلِيْدِ مِنْ غَيْرِ اِمْرَةٍِ، فَفُتِحَ لَهُ. البخارى 2: 72
Dari Anas bin Malik RA, ia berkata : Nabi SAW bersabda (memberitahukan kepada para shahabat), “Zaid (bin Haritsah) membawa bendera lalu terbunuh kemudian diambil oleh Ja'far lalu ia pun terbunuh, kemudian diambil oleh Abdullah bin Rawahah lalu ia juga terbunuh (sedang kedua mata Rasulullah SAW bercucuran), lalu diambil oleh Khalid bin Walid tanpa diperintah, lalu ia diberi kemenangan". [HR. Bukhari juz 2, hal. 72]
Keterangan :
Mengkhabarkan kematian yang dilarang oleh Nabi SAW adalah sebagaimana yang biasa dilakukan oleh kaum jahiliyah, yaitu : Apabila ada seorang yang terpandang di masyarakat meninggal dunia, mereka menyiarkan berita kematian itu ke seluruh penjuru kota dengan berteriak-teriak sambil menyebut-nyebut kebaikan yang meninggal, dan kecelakaan bangsa Arab karena ditinggal olehnya.Adapun kalau tidak sebagaimana cara Jahiliyah tersebut tidaklah mengapa, lagi pula karena merawat dan mengurus orang yang mati itu adalah kewajiban bagi qaum Muslimin, maka bagaimana mungkin kewajiban itu dapat terlaksana dengan baik tanpa menyiarkan berita kematiannya ?. Lagi pula ada riwayat sebagai berikut :
عَنْ اَنَسٍ رض اَنَّ النَّبِيَّ ص نَعَى زَيْدًا وَ جَعْفَرًا وَ ابْنَ رَوَاحَةَ لِلنَّاسِ قَبْلَ اَنْ يَأْتِيَهُمْ خَبَرُهُمْ. البخارى 4: 218
Dari Anas RA bahwasanya Nabi SAW mengkhabarkan meninggalnya Zaid, Ja'far dan Ibnu Rawahah kepada orang banyak sebelum berita kematian itu sampai kepada mereka. [HR. Bukhari juz 4, hal. 218]
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص نَعَى النَّجَاشِيَّ فِى اْليَوْمِ الَّذِى مَاتَ فِيْهِ. خَرَجَ اِلىَ اْلمُصَلَّى فَصَفَّ بِهِمْ وَ كَبَّرَ اَرْبَعًا. البخارى 2: 71
Dari Abu Hurairah RA bahwasanya Rasulullah SAW menyiarkan berita wafatnya Raja Najasyi pada hari kematiannya itu. Kemudian beliau berangkat ke mushalla, lalu membuat shaff dengan para shahabat (untuk menshalatkannya) dan beliau takbir empat kali (dalam shalat jenazah tersebut). [HR. Bukhari juz 2, hal. 71]
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ اَنَّ امْرَأَةً سَوْدَاءَ كَانَتْ تَقُمُّ اْلمَسْجِدَ (اَوْ شَابًّا) فَفَقَدَهَا رَسُوْلُ اللهِ ص: فَسأَلَ عَنْهَا (اَوْ عَنْهُ) فَقَالُوْا: مَاتَ. قَالَ: اَفَلاَ كُنْتُمْ آذَنْتُمُوْنِى؟ قَالَ: فَكَأَنَّهُمْ صَغَّرُوْا اَمْرَهَا (اَوْ اَمْرَهُ) فَقَالَ: دُلُّوْنِى عَلَى قَبْرِهِ. فَدَلُّوْهُ فَصَلَّى عَلَيْهَا. ثُمَّ قَالَ: اِنَّ هذِهِ اْلقُبُوْرَ مَمْلُوْءَةٌ ظُلْمَةً عَلَى اَهْلِهَا، وَ اِنَّ اللهَ عَزَّ وَ جَلَّ يُنَوّرُهَا لَهُمْ بِصَلاَتِى عَلَيْهِمْ. مسلم 2: 659
Dari Abu Hurairah bahwasanya ada seorang wanita kulit hitam (atau seorang pemuda) yang biasa menyapu masjid. Kemudian Rasulullah SAW merasa kehilangan dia, maka beliau menanyakan tentang wanita atau pemuda itu. Para shahabat menjawab, “Ia sudah meninggal". Beliau SAW bersabda, “Mengapa kalian tidak memberitahukan kepadaku?". (Abu Hurairah) berkata, seolah-olah para shahabat menganggap remeh perkara wanita atau pemuda itu. Kemudian beliau bersabda,“Tunjukkanlah kepadaku quburnya". Lalu para shahabat menunjukkan nya, kemudian beliau menshalatkannya. (Setelah selesai) kemudian beliau bersabda,“Sesungguhnya qubur ini penuh kegelapan bagi penghuninya, lalu Allah ‘Azza wa Jalla menerangi mereka dengan sebab shalatku untuk mereka”. [HR. Bukhari juz 2, hal. 72]
سُبْحَانَكَ اللّهُمَّ وَ بِحَمْدِكَ اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اَنْتَ اَسْتَغْفِرُكَ وَ اَتُوْبُ اِلَيك...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar