Sayyidina Umar RA Naik Derajat karena Mencari Janda
Sayyidina Umar bin Khattab RA lahir 13 tahun setelah tahun gajah. Ia memeluk Islam pada tahun keenam kenabian, tepatnya pada usia 27 tahun. Ia merupakan orang terpandang di lingkungan Quraisy. Setelah masuk Islam, ia juga dikenal sebagai pribadi mulia dan tegas.
Rasulullah SAW dalam banyak kesempatan memuji sahabat Umar RA. Karena ketegasannya, Sayyidina Umar RA ditakuti oleh setan sehingga setan tidak berani melalui jalan yang dilewati sahabat Umar RA sebagaimana riwayat Bukhari dan Muslim berikut ini:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ مَا لَقِيَكَ الشَّيْطَانُ قَطُّ سَالِكًا فَجًّا إِلَّا سَلَكَ فَجًّا غَيْرَ فَجِّكَ
Artinya, “Rasulullah SAW bersabda, ‘Demi Allah, Zat yang diriku berada di genggaman-Nya, tiada satu setan yang menjumpaimu di salah satu jalan yang luas, melainkan ia akan mencari jalan lain yang tidak kamu lewati,’” (HR Bukhari dan Muslim).
Umar bin Khattab RA juga seorang sahabat Rasulullah SAW yang memiliki sejumlah kelebihan. Ia dikaruniai kecerdasan di atas rata-rata sahabat pada umumnya. Ia juga kerap mendapat ilham dari Allah sehingga dapat mengetahui sesuatu yang ghaib atau belum terjadi. Allah juga memberikan karunia ini kepada umat terdahulu sebagaimana hadits Bukhari dan Muslim berikut ini:
عن أبي هريرة قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم قد كان قبلكم في بني إسرائيل محدثون من غير أن يكونوا أنبياء فإن يكن في أمتي أحدٌ فعمر
Artinya, “Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, ‘Pada umat sebelum kalian, yaitu pada Bani Israel terdapat sekelompok orang yang mendapat ilham dari Allah, tetapi mereka bukan kalangan nabi. Kalau terjadi di tengah umatku, maka orang itu adalah Umar,’” (HR Bukhari dan Muslim).
Umar bin Khattab RA memiliki perangai terpuji, kecerdasan, keberanian, kezuhudan, kemandirian, dan kekuatan yang nyaris sempurna. Kedudukan sahabat Umar RA dengan kesempurnaan yang dimilikinya mendekati kedudukan seorang nabi sebagaimana sabda Rasulullah SAW berikut ini:
عن عقبة بن عامر قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم لو كان بعدي نبي لكان عمر بن الخطاب
Artinya, “Dari Uqbah bin Amir, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, ‘Seandainya ada lagi nabi sesudahku, niscaya dia adalah Umar bin Khattab RA,’” (HR At-Tirmidzi).
Sahabat Umar RA tidak lain adalah sahabat yang cukup beruntung. Ia dipercaya oleh Rasulullah SAW ketika di Madinah untuk menyertakan nama Nabi Muhammad SAW dalam doanya seketika sahabat Umar RA pamit kepadanya untuk beribadah umrah di Makkah. Kepercayaan ini menunjukkan betapa mulianya sahabat Umar RA.
وعن عمر بن الخطاب رضي الله عنه، قال استأذنت النبي صلى الله عليه وسلم في العمرة، فأذن لي، وقال لا تنسنا يا أخي من دعائك فقال كلمة ما يسرني أن لي بها الدنيا وفي رواية وقال أشركنا يا أخي في دعائك. حديث صحيح رواه أبو داود والترمذي
Artinya, “Dari Umar bin Khattab RA, ia berkata bahwa aku meminta izin kepada Nabi Muhammad SAW untuk melaksanakan umrah. Rasulullah SAW lalu mengizinkanku dan berkata, ‘Jangan lupakan kami dalam doamu, wahai saudaraku.’ Umar berkata, ‘Kalimat yang membuatku bahagia bahwa dunia menjadi milikku dengan kalimat itu.’ Pada riwayat lain, Rasulullah berkata, ‘Sertakan kami dalam doamu wahai saudaraku.’ Ini hadits shahih,” (HR Abu Dawud dan At-Tirmidzi).
Sahabat Umar bin Khattab RA memiliki jiwa sosial yang tinggi. Ia memperhatikan kelompok mustadhafin di tengah masyarakatnya. Ia memberikan prioritas kepada janda dan anak yatim perihal kebutuhan pangan mereka.
وقال رسول الله صلى الله عليه وسلم في حق سيدنا عمر رضي الله عنه عمر سراج أهل الجنة وقال أيضا نعم الرجل عمر يفتقد الأرامل والأيتام ويحمل لهم الطعام وهم نيام ومعنى يفتقد الأرامل والأيتام أي يطلبهم عند غيبتهم
Artinya, “Rasulullah SAW bersabda perihal Sayyidina Umar RA, ‘Umar itu lampu penerang penduduk surga.’ Rasulullah juga bersabda, ‘Sebaik-baik orang adalah Umar, ia mencari janda dan anak yatim dan membawakan mereka makanan. Sementara mereka dalam keadaan tidur.’ Pengertian ‘mencari janda dan anak yatim’ adalah mencari mereka ketika mereka tidak hadir,” (Lihat Syekh M Nawawi Banten, Syarah Nuruz Zhalam ala Aqidatil Awam, [Semarang, Maktabah Thaha Putra: tanpa catatan tahun], halaman 32-33).
Dalam memberikan makanan itu, sahabat Umar menunjukkan jiwa kemandiriannya. Ia memikul sendiri karung gandum yang menjadi makanan pokok masyarakat ketika itu untuk diberikan kepada kelompok mustadhafin.
كان يحمل جراب الدقيق على ظهره للأرامل والأيتام فقال له بعضهم دعني أحمل عنك فقال ومن يحمل عني يوم القيامة ذنوبي
Artinya, “Sayyidina Umar RA memikul sendiri kantong kulit berisi tepung di punggungnya untuk para janda dan anak-anak yatim. Melihat itu, seseorang menawarkan diri, ‘Biarkan aku memikulkannya untukmu?’ Sayyidina Umar menolak dengan menjawab, ‘Siapa yang siap memikul beban dosaku kelak di hari kiamat?’” (Lihat Syekh Abdul Wahhab As-Sya’rani, At-Thabaqatul Kubra, [Beirut, Darul Fikr: tanpa catatan tahun], juz I, halaman 19).
Ketika diangkat menjadi khalifah, Umar bin Khattab RA melaksanakannya dengan penuh tanggung jawab. Ia memerhatikan dampak kebijakan yang diambilnya sebagai pemerintah. Hal itu tampak dalam ucapannya yang terkenal sebagai berikut:
لَوْ مَاتَ جَمَلٌ فِي عَمَلِي ضَيَاعًا خَشِيتُ أَنْ يَسْأَلَنِيَ اللهُ عَنْهُ
Artinya, “Seandainya seekor unta mati sia-sia akibat kebijakanku maka saya takut kelak Allah akan meminta pertanggungjawabanku tentang kematiannya,” (Lihat Ibnu Asakir, Tarikhu Madinati Dimasyq, [Beirut, Darul Fikr: 1995], juz XLV, halaman 356).
Dalam ungkapan serupa, Sayyidina Umar RA mengatakan bahwa kalau ada anak kambing mati di tepi sungai Eufrat, ia khawatir Allah akan menghisab Umar bin Khattab.
لَوْ مَاتَ جَدْيٌ بِطَفِّ الْفُرَاتِ لَخَشِيتُ أَنْ يُحَاسِبَ اللّهُ بِهِ عُمَرَ
Artinya, “Seandainya jady (anak kambing umur satu tahun) mati di pinggir sungai Eufrat, maka aku takut bahwa Allah akan menghisab Umar sebab kematian anak kambing itu,” (Lihat Yusuf bin Hasan bin Abdul Hadi Al-Mubarrad, Mahdlus Shawab fi Fadla`ili Amiril Mukminin Umar bin Al-Khattab, halaman 621).
Jalaluddin As-Suyuthi dalam Tarikhul Khulafamenyebut Sayyidina Umar RA sebagai orang pertama yang disebut sebagai amirul mukminin. Ia juga orang pertama menuliskan penanggalan hijriyah. Dia pula pemerintah pertama yang membuat baitul maal. (Lihat As-Suyuthi, Tarikhul Khulafa, [Kairo, Darul Ghaddil Jadid: 2007 M/1328 H], halaman 143-144).
Wallahu a‘lam. (Sanhaji Tanara)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar