Senin, 31 Desember 2018

Ulama Lebih Banyak Tafakur daripada Menghujat


Ulama Lebih Banyak Tafakur daripada Menghujat

Watak seorang ulama yang dikatakan dalam Al-Qur’an sebagai orang yang takut kepada Allah itu dalam kesehariannya lebih banyak tafakur terhadap fenomena alam, terhadap kemahakuasaan Allah. Ulama bukan orang yang justru mencari keburukan orang lain, juga menghujat. 

Rais Majelis Ilmi Pimpinan Pusat Jam’iyyatul Qurra wal Huffazh Nahdlatul Ulama (JQHNU) KH Ahsin Sakho Muhammad mencontohkan, bagi seorang ulama, ketika melihat unta, ia akan berpikir: teracaknya besar, menembus pasir-pasir yang panas, bisa tahan tidak minum berjam-jam; kerongkongan bisa disuling air yang sudah masuk.

Berarti, lanjutnya, yang menciptakan unta itu haruslah Zat Yang Maha Luar Biasa. Karena, unta tak bisa menciptakan dirinya sendiri? Begitu juga manusia. Seluruh organ tubuhnya bukan dirinya yang menciptakan.

Kiai  Ahsin mengutip  sebuah ayat Al-Quran:

أَمْ خُلِقُوا مِنْ غَيْرِ شَيْءٍ أَمْ هُمُ الْخَالِقُونَ

"Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu pun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)?"

Kalau seandainya seseorang yang meneliti diri sendiri, meneliti tentang mata misalnya, akhirnya (mereka berkesimpulan), “oh hebat banget”. Berarti zat yang menciptakan mata itu jauh lebih hebat. Itu siapa? Allah. Kalau sampai kepada Allah, kalau sampai kepada Allah, berarti kita harus Allahu akbar. 

"Begitu juga ulama yang meneliti ajaran agama Islam. Hebat banget ya, shalat lima waktu pada waktu terbit fajar, Allahu akbar, Allahu akbar; pada waktu matahari bergerser menuju ke barat terjadi pergeseran alam semesta, Allahu akbar, Allahu akbar; pada waktu bayangan melebihi benda itu sendiri, Allahu akbar, Allahu akbar; begitu malam datang, terbenamnya matahari, Allahu akbar, Allahu akbar; begitu mega merah datang, Allahu akbar, Allahu akbar. Hebat banget. Ada orang Barat yang meneliti siklus waktu azan yang dilakukan orang Islam mulai subuh, dzuhur, dia tersentak banget, Ini hebat banget, ajaran siapa sih? (Juga menepakuri dan menyingkap hikmah di balik ibadah) seperti zakat, ibadah haji." 

يُؤْتِى ٱلْحِكْمَةَ مَن يَشَآءُ ۚ وَمَن يُؤْتَ ٱلْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوتِىَ خَيْرًا كَثِيرً

"Allah memberikan hikmah. Hikmah itu memahami seluk-beluk rahasia ajaran agama. Siapa yang diberikan hikmah, mampu untuk memahami ajaran Islam, subtansinya itu, maka dia itu diberikan kebaikan yang sangat banyak sekali." 

Jadi, menurut pakar tafsir yang ahli qiraah sab'ah ini, seorang ulama itu lebih banyak tafakurnya. 

(Sanhaji at Tanara)

Air 2 Kulah itu Ukurannya Berapa? Yuk Ngaji!


Air 2 Kulah itu Ukurannya Berapa? Yuk Ngaji!

Ada 2 cara untuk menetapkan air 2 kulah;

Pertama, dengan menetapkan atau melihat ukuran wadah air.
Perinciannya adalah sebagai berikut;

1. Apabila wadah yang digunakan adalah wadah berbentuk persegi empat, maka panjang, lebar dan kedalaman wadah tersebut adalah 1 seperempat dziro’.

2. Apabila wadah yang digunakan adalah wadah berbentuk persegi tiga, maka panjang ketiga sisinya adalah 2 setengah dziro’ dan kedalamannya 2 dziro’.

3. Apabila wadah yang digunakan berupa wadah berbentuk lingkaran, maka lebarnya adalah 1 dziro’ dan kedalamannya 2 setengah dziro’.

( 1 Dziro’ = 48 cm )

Kedua, dengan menetapkan atau melihat isinya.
Terdapat perbedaan diantara ulama’ kontemporer mengenai kadar air 2 kulah;

1. Versi keterangan dalam kitab Fathul Qodir karya KH M Makshum Ali, volume air 2 kulah adalah 174,58 liter

2. Menurut keterangan dalam kitab Ghoyatul Muna Syarah Safinatun Naja karya Syaikh Muhammad bin Ali bin Muhammad Ba ‘Athiyyah Ad-Du’ani, volume air 2 kulah adalah 216 liter.

3. Menurut keterangan dalam kitab At-taqrirot As-Sadidah, volume air 2 kulah adalah 217 liter.

4. Menurut keterangan dalam kitab Al-fiqhul Islami Wa Adillatuh karya Syaikh Dr. Wahabah Az-Zuhaili, volume air 2 kulah adalah 270 liter.

Wallohu a’lam.

( Dijawab oleh : sanhaji dan Sirojul Munir )

Referensi :
1. Ghoyatul Muna Syarah Safinatun Naja, Hal : 161
2. At-Taqrirot As-Sadidah, Hal : 62
3. Al-Fiqhul Islami Wa Adillatuh, Juz : 1  Hal : 273

Ibarot :
Ghoyatul Muna Syarah Safinatun Naja, Hal : 161

وهما -أي: القلتان- بالمساحة
في المربع: ذراع وربع طولا وعرضا وعمقا
وفي المثلث: ذراعان ونصف طولا-أي: لأضلاعه الثالثة- وذراعان عمقا
وفي المدور: ذراعان ونصف عمقا وذراع عرضا

والذراع شبران من معتدل الخلقة. ومقداره بالمقاييس الحديثة ثمانية وأربعون سنتيمترا

والقلتان باللتر تساويان مئتين وستة عشر لترا

At-Taqrirot As-Sadidah, Hal : 62

والقلتان لغة: الجريان العظيمان -إلى أن قال- وبالمقاييس الحديثة (217) لترا تقريبا

Al-Fiqhul Islami Wa Adillatuh, Juz : 1  Hal : 273

والقلتان: خمس مئة رطل بغدادي تقريبا (500) وبالمصري (446و7/ 3) رطلا (2) وبالشامي (81) رطلا، والرطل الشامي: (2و2/ 1) كغ فيكون قدرهما (112،195كغ) وتساوي (10) تنكات (صفايح) وقيل: (15) تنكة أو (270) لترا

..................................

Minggu, 30 Desember 2018

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2008


PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENGAWASAN, PENGENDALIAN, DAN PENGAMANAN BAHAN PELEDAK KOMERSIAL
(WASDAL PAMDAK).

Bunga Api adalah benda-benda bunga api tunggal atau tersusun atau yang semacamnya yang dapat menyala berwarna warni dengan disertai letusan maupun tidak.

Pasal 10

(1) Bunga api yang dilarang adalah :

a. Bunga api yang berisi :

1) bahan-bahan peledak seperti yang ditetapkan dalam Pasal 1 Undang- Undang No. 9 Mei Tahun 1931 (STBL 1931 No. 168);

2) Penggalak, Detonator, Sumber Detonator dan bahan-bahan dengan sifat bekerja yang sesuai;

3) bahan-bahan dan misiu yang dengan sendirinya atau dengan sebab kecil dapat terbakar atau meledak;

4) bahan-bahan keras yang pada waktu ledakan bunga api dapat terpelanting;

b. bunga api dengan bermacam-macam ledakan yang beratnya misiu yang berada di dalamnya lebih besar daripada beratnya 1/3 bagian satuan bunga api (bunga api yang berukuran diatas 8 inchi).

(2) Bunga api berbahaya yang diizinkan adalah bunga api yang isian misiunya lebih dari 20 gram dengan ukuran 2 inchi sampai dengan 8 inchi.

(3) Misiu sebagaimana dimaksud pada ayat (2), adalah bahan-bahan atau campuran yang dapat menyebabkan ledakan/letusan.

(4) Misiu yang terkandung dalam bunga api sebagaimana dimaksud pada ayat (2), yang dapat menimbulkam ledakan/letusan, yaitu:

a. campuran belerang, sendawa, arang kayu;

b. campuran berupa serbuk dari sendawa, belerang, antimon belerang, dan

(5) Bunga api yang digunakan oleh masyarakat yaitu :

a. bunga api mainan berukuran kurang dari 2 inchi (tidak menggunakan izin pembelian dan penggunaan);

b. bunga api untuk pertunjukan (show) berukuran dari 2 (dua) inchi sampai dengan 8 (delapan) inchi.

(6) Penggunaan dan pembelian bunga api sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf b, harus izin dari Kapolri C.q. Kabaintelkam Polri.

Persyaratan Badan Usaha

Pasal 16

(2) Produsen dan Distributor Bunga Api dalam menjalankan usaha atau kegiatannya wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. berbentuk badan hukum;

b. surat keterangan sebagai importir atau produsen bunga api;

c. perizinan gudang bunga api;

d. perizinan pemilikan, penguasaan dan penyimpanan bunga api;

e. perizinan memasukan (impor) bunga api; 

f. perizinan pendistribusian bunga api;

g. perizinan produksi bunga api.

Pasal 24

(1) Produsen dan Distributor Bunga Api dalam melakukan kegiatan usahanya dapat diberikan izin: 

a. sebagai importir atau distributor;

b. gudang;

c. pemilikan, penguasaan dan penyimpanan;

d. Impor;

e. pendistribusian ;

f. produksi.

(2) Izin sebagai importir atau distributor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, berupa surat keterangan sebagai importir atau distributor.

Pasal 29

(1) Prosedur pengajuan surat keterangan sebagai importir atau produsen bunga api sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2), permohonan diajukan kepada Kapolri u.p. Kabaintelkam Polri dengan dilengkapi persyaratan sebagai berikut:

a. data perusahaan;

b. memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP);

c. memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);

d. memiliki Tanda Daftar Perusahaan (TDP);

e. memiliki Surat Registrasi Pabean (SRP);

f. memiliki Angka Pengenal Importir Umum (API-U);

g. memiliki data tenaga ahli;

h. memiliki surat keterangan domisili perusahaan;

i. memiliki merk produk yang terdaftar pada Direktur Jenderal Hak Cipta, Merk dan Paten Departemen Hukum dan HAM RI.

(6) Prosedur perizinan produksi bunga api sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) huruf f, sebagai berikut:

a. mengajukan permohonan rekomendasi kepada Kapolda u.p. Dirintelkam Polda;

b. mengajukan permohonan izin kepada Kapolri u.p. Kabaintelkam Polri dengan dilengkapi:

1. rekomendasi Kapolda;

2. data perusahaan;

3. rencana pendistribusian dan jumlah bunga api yang akan didistribusikan;

4. melampirkan jenis dan jumlah Bunga Api yang akan diproduksi;

5. contoh gambar bunga api yang dimohon dan spesifikasi dan teknis (spektek) meliputi ukuran dan berat bunga api;

6. Berita Acara Pemeriksaan Gudang;

7. surat izin/keterangan produksi bunga api dari Pemda setempat;

8. surat izin gudang bunga api;

9. surat izin pemilikan, penguasaan dan penyimpanan bunga api;

10. data tenaga ahli.

Pasal 30

Prosedur perizinan pembelian dan penggunaan bunga api yang mempunyai efek ledakan yang berisi lebih dari 20 (dua puluh) gram mesiu atau berdiameter lebih dari 2 (dua) inchi oleh badan usaha yang profesional di bidang bunga api adalah sebagai berikut:

a. mengajukan permohonan rekomendasi kepada Kapolda u.p. Dirintelkam Polda;

b. mengajukan permohonan izin kepada Kapolri u.p. Kabaintelkam Polri dengan dilengkapi:

1. rekomendasi Kapolda;

2. data perusahaan;

3. melampirkan jenis dan jumlah Bunga Api yang akan digunakan;

4. data persediaan stock bunga api yang dimiliki;

5. asal usul pembelian bunga api;

6. data tenaga ahli;

7. surat izin keramaian dari Polda setempat;

8. laporan pelaksanaan kegiatan selama 6 (enam) bulan terakhir. 

Pasal 43

(1) Surat keterangan sebagai importir atau produsen bunga api dan izin yang dimiliki oleh Badan Usaha Swasta yang bergerak di bidang bunga api sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2), masa berlaku diberikan selama 1 (satu) tahun.

(2) Surat keterangan sebagai importir atau produsen bunga api dan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat diperpanjang sesuai dengan ketentuan yang berlaku dengan mengajukan permohonan satu bulan sebelum berakhir masa berlakunya.

Berikut ketentuan kembang api berdasarkan UU Bunga Api Tahun 1932 dan Perkap Nomor 2 Tahun 2008 tanggal 29 April 2008 tentang pengawasan pengendalian dan pengamanan bahan peledak komersil:

Berikut kembang api yang diizinkan:

Bunga api mainan berukuran kurang dari dua inci atau kandungan mesiu kurang dari 20 gram tidak menggunakan izin pembelian dan penggunaan. Sementara, bunga api untuk pertunjukan (show) berukuran dua sampai dengan delapan inci atau kandungan mesiu lebih dari 20 gram.

Untuk pembelian dan penggunaannya harus ada izin dari Baintelkam Mabes Polri dengan rekomendasi Kapolda Up Dirintelkam.

Kembang api yang dilarang:

1. Bunga api yang berisi bahan peledak seperti tertera dalam Pasal 1 UU No 9/1931,

2. Penggalak, deto, sumber deto, dan bahan-bahan dengan sifat bekerja yang sesuai,

3. Bahan-bahan dan mesiu yang dengan sendirinya atau dengan sebab kecil dapat terbakar atau meledak,

4. Bahan-bahan keras yang pada waktu ledakan bunga api dapat terpelanting,

5. Bunga api dengan bermacam-macam ledakan yang berat mesiu di dalamnya lebih besar dari pada beratnya sepertiga bagian satuan bunga api (bunga api yang berukuran di atas delapan inci).

Kembang api yang bisa dijual bebas:

1. Kembang api kawat atau sejenisnya,

2. Kembang api air mancur,

3. Kembang api yang dapat terbang, seperti kupu-kupu, tawon yang pada umumnya tidak mengeluarkan bunyi,

4. Kembang api yang di darat (ground spinner) seperti gasing yang berputar,

5. Kembang api berupa bola-bola atau roman candle. Ada yang tidak berbunyi tetapi hanya berupa bola-bola api kecil warna-warni saja. Ada yang mengeluarkan suara pretekan (crackling) dan ada yang mengeluarkan suara “tar” (bukan dor seperti petasan).

6. Kembang api berupa roket yang meluncur ke atas dengan gagang bambu atau kayu berbagai ukuran.

7. Kembang api berupa ‘cakes’, kumpulan tabung-tabung kecil dengan jumlah tembakan bervariasi dari 10,25 lebih tembakan. Efek tembakan berupa bunga chrydsantemum atau kelapa. Bunga brocade, untuk ‘consumer cakes’ diameter tube kecil, yakni satu sampai 1,5 sentimeter, tapi untuk profesional tubenya lebih besar.

8. Shells, terdiri dari bermacam-bermacam ukuran, berbentuk bola dengan ukuran antara satu dan 1,5 inci, sedangkan untuk profesional dengan bantuan alat peluncur berukuran lebih besar tiga sampai delapan inci.

PERATURAN-PERATURAN UNTUK PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG BUNGA-API 1932

(L.N. 1933 No. 10, diubah dengan L.N. 1940 No. 4)

Tentang Bunga-Api Yang Dilarang

Ketentuan-Ketentuan Pidana

Pasal 12.

(1) Impor dan pembuatan serta perdagangan buga api ayng tidak memenuhi pada syarat-ayarata yang ditetapkan dalam ayat (1) dan(2) pasal 2 , perdagangan bunga-api yang tidak memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam ayat (3) pasal atau , demikian pula pelanggaran terhadap peraturan-peraturan dalam pasal-pasal 7 s./d 9 , dipidana dengan pidana kurungan selama-lamanya 3 bulan atau pidana denda setinggi-tingginya Rp 7.500,00 

(2) Dengan pidana kurungan selama-lamanya 2 bulan atau pidana denda setinggi-tingginya Rp 4.500,00 dipidana waktu tidakmemenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan pada ijin untuk pembuatan dan perdagangan bunga-api, demikian pula untuk memasang bunga api berbahaya masing-masing sesuai dengan ayat ( 6 ) pasal 4 ayat ( 3 ) pasal 6, demikian pula memasang bunga api berbahya yang lebih atau yang lain dari pada , atau memasang bunga api demikian itu pada waktu lain atau disuatu tempat atau tempat-tempat lain dari pada, yang telah disebutkan didalam ijin-ijin yang bersangkutan. 

(3) Pelanggaran terhadap peraturan-peraturan yang termuat dalam ayat ( 9 ) pasal 4, demikian pula dalam ayat (1) dan ( 2 ) pasal 5, dipidana dengan pidana kurungan selama-lamanya 1 bulan atau pidana denda setinggi-tingginya Rp 1.500,00 

(4) Memasang bunga api lain dari pada bunga api berbahaya tanpa ijin yang diperlukan dipidana dengan pidana kurungan selama- lamanya 8 hari dan pidana denda setinggi-tingginya Rp 375,-.

(5) Perampasan dapat dijatuhkan terhadap bunga api yang telah digunakan berbuat pelangaran-pelangaran yang tersebut dalam pasal ini , sejauh bunga api itu milik si terpidana.

Pasal 13

Jikalau untuk menentukan sifat suatu bunga api dianggap perlu diadakan pemeriksaan oleh lembaga pemerintah, demikian pula jikalau bunga api harus ditunjuk dan simpan, maka hal ini harus dilakukan atas

Pasal14

(1 ) Pembesar yang dimaksutkan dalam pasal 4 ayat (2 ) didalam resort badan pemerintah Otonomi yang telahdiadakan berdasarkan pasal-pasal 121 atau 123 “Indische Startrengeling” dimana untuk semacam itu yang lain terletak badan-badan pemeriksa adalah Ketua Dewan Perwakilan Rakyat didalam resort itu resort badan-badan pemerintah otonomi itu, Ketua Dewan Perwakilan Rakyatnya, dan diluar resort badan-badan pemerintah otonomi itu, adalah kepala pemerintah setempat , denganpengertian, bahwa diluar resort badan-badan pemerintah otonomi sebagai mana yang dimaksut diatas, kepala pemerintah daerah buat seluruhnya atau sebagian dapat menyerahkan kekeuasaan yang dimaksudkan diatas itu, kepada pembesar-

(2 ) Peraturan ini mulai berlaku pada 1 April 1933 . 

SEMOGA BERMANFAAT

Inilah Kembang Api yang Boleh Diperjualbelikan Secara Bebas

    
Inilah Kembang Api yang Boleh Diperjualbelikan Secara Bebas

Penulis
sanhaji

 31/12/2018

Blogspot.com Perayaan pergantian tahun baru tak meriah jika tak ada kembang api. Ibarat kata, kembang api sudah menjadi bumbu wajib setiap malam pergantian tahun.

Tak hanya di Indonesia, pesta kembang api pada perayaan tahun baru hampir diseluruh negara di dunia menggunakannya. Bahkan pesta kembang api digelar dengan sangat meriah dan menghabiskan biaya tak sedikit.

Di Indonesia, penggunakaan dan perdagangan kembang api diatur dalam UU Bunga API tahun 1932 dan Perkap Nomor 2 Tahun 2008 tanggal 29 April 2008 tentang pengawasan pengendalian dan pengamanan bahan peledak komersil.

Berikut ini adalah kembang api yang bisa dijual bebas, dan penggunaanya tidak memerlukan izin kepolisian:

1. Kembang api kawat atau sejenisnya,

2. Kembang api air mancur,

3. Kembang api yang dapat terbang, seperti kupu-kupu, tawon yang pada umumnya tidak mengeluarkan bunyi,

4. Kembang api yang di darat (ground spinner) seperti gasing yang berputar,

5. Kembang api berupa bola-bola atau roman candle. Ada yang tidak berbunyi tetapi hanya berupa bola-bola api kecil warna-warni saja. Ada yang mengeluarkan suara pretekan (crackling) dan ada yang mengeluarkan suara “tar” (bukan dor seperti petasan).

6. Kembang api berupa roket yang meluncur ke atas dengan gagang bambu atau kayu berbagai ukuran.

7. Kembang api berupa ‘cakes’, kumpulan tabung-tabung kecil dengan jumlah tembakan bervariasi dari 10,25 lebih tembakan. Efek tembakan berupa bunga chrydsantemum atau kelapa. Bunga brocade, untuk ‘consumer cakes’ diameter tube kecil, yakni satu sampai 1,5 sentimeter, tapi untuk profesional tubenya lebih besar.

8. Shells, terdiri dari bermacam-bermacam ukuran, berbentuk bola dengan ukuran antara satu dan 1,5 inci, sedangkan untuk profesional dengan bantuan alat peluncur berukuran lebih besar tiga sampai delapan inci.

Nah, bagi anda yang berencana menggunakan kembang api untuk memeriahkan pesta pergantian tahun, sebaiknya perhatikan aturan-aturan pembelian dan penggunaan kembang api tersebut, sebelum bahaya yang besar menimpa anda.

(Sanhaji)

Sabtu, 29 Desember 2018

Bolehkah Mengatakan Allah Bersemayam di Atas Arasy?

 
Bolehkah Mengatakan Allah Bersemayam di Atas Arasy?

Telah maklum dalam aqidah Ahlussunnah wal Jama’ah bahwa Allah bukanlah jisim atau eksistensi fisikal yang mempunyai volume. Tak dapat dihitung jumlah ulama yang memustahilkan makna fisikal (jismiyah) dari Allah, salah satunya adalah Imam Ahmad bin Hanbal yang dengan tegas berkata:

ุฅِู†َّ ุงู„ุฃَุณْู…َุงุกَ ู…َุฃْุฎُูˆุฐَุฉٌ ู…ِู†َ ุงู„ุดَّุฑِูŠุนَุฉِ ูˆَุงู„ู„ُّุบَุฉِ، ูˆَุฃَู‡ْู„ُ ุงู„ู„ُّุบَุฉِ ูˆَุถَุนُูˆุง ู‡َุฐَุง ุงู„ุงุณْู…َ – ุฃَูŠِ ุงู„ْุฌِุณْู…َ – ุนَู„َู‰ ุฐِูŠ ุทِูˆู„ٍ ูˆَุนَุฑْุถٍ ูˆَุณَู…ْูƒٍ ูˆَุชَุฑْูƒِูŠุจٍ ูˆَุตُูˆุฑَุฉٍ ูˆَุชَุฃْู„ِูŠูٍ، ูˆَุงู„ู„ู‡ُ ุฎَุงุฑِุฌٌ ุนَู†ْ ุฐَู„ِูƒَ ูƒُู„ِّู‡ِ – ุฃูŠ ู…ُู†ุฒَّู‡ٌ ุนَู†ْู‡ – ูَู„َู…ْ ูŠَุฌُุฒْ ุฃَู†ْ ูŠُุณู…َّู‰ ุฌِุณْู…ًุง ู„ِุฎุฑูˆุฌِู‡ِ ุนَู†ْ ู…َุนْู†َู‰ ุงู„ْุฌِุณْู…ِูŠّุฉِ، ูˆَู„َู…ْ ูŠَุฌِู‰ุกْ ููŠ ุงู„ุดَّุฑِูŠุนَุฉِ ุฐَู„ِูƒَ ูَุจَุทู„َ

"Sesungguhnya istilah-istilah itu diambil dari peristilahan syariah dan peristilahan bahasa sedangkan ahli bahasa menetapkan istilah ini (jisim) untuk sesuatu yang punya panjang, lebar, tebal, susunan, bentuk dan rangkaian, sedangkan Allah berbeda dari itu semua. Maka dari itu, tidak boleh mengatakan bahwa Allah adalah jisim sebab Allah tak punya makna jismiyah. Dan, istilah itu juga tidak ada dalam istilah syariat, maka batal menyifati Allah demikian". (Abu al-Fadl at-Tamimy, I’tiqรขd al-Imam al-Munabbal Ahmad bin Hanbal, 45).

Lalu bagaimana dengan suatu ungkapan yang terbilang lumrah di telinga penduduk Indonesia bahwa Allah bersemayam di atas Arasy? Bolehkah mengatakan Allah bersemayam meskipun bersemayam adalah sebuah tindakan fisikal yang hanya bisa dilakukan oleh jism (materi)?

Apabila kita membaca Al-Qur’an terjemahan Kementerian Agama dari surat at-Taha ayat 5 berikut:

ุงู„ุฑَّุญْู…َٰู†ُ ุนَู„َู‰ ุงู„ْุนَุฑْุดِ ุงุณْุชَูˆَู‰ٰ

Maka akan kita dapati terjemahannya adalah: “Tuhan yang Mahapemurah yang bersemayam di atas ‘Arasy”. Terjemahan ini diberi catatan sebagai berikut: “Bersemayam di atas ‘Arasy ialah satu sifat Allah yang wajib kita imani, sesuai dengan kebesaran Allah dan kesucian-Nya”. (Lihat: Al Qur’an dan Terjemahnya terbitan Kementerian Agama)

Bila kita terima begitu saja terjemahan tersebut berarti jawabannya sudah jelas: Ya, Allah bersemayam. Tetapi masalahnya tak sesederhana ini. Kita tak boleh membahas masalah aqidah hanya berdasarkan pada terjemahan saja sebab bisa jadi terjemahannya tidak tepat. Dan, tentu saja cara seseorang menerjemah tergantung pada mazhab yang ia anut sehingga terjemahan satu orang bisa berbeda dengan lainnya, apalagi ini terkait dengan ayat Al-Qur’an yang memang kaya makna.

Ayat tersebut menggunakan redaksi istawayang diterjemahkan sebagai “bersemayam”. Bila kita melihat Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bersemayam berarti: duduk, berkediaman, tinggal atau bila konteksnya adalah bersemayam dalam hati, maka maknanya adalah terpatri dalam hati. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa dalam peristilahan bahasa Indonesia, kalimat “bersemayam di atas ‘Arasy” artinya adalah duduk, berdiam atau tinggal di atas Arasy. Kesemua makna ini tanpa diragukan adalah makna jismiyah yang seharusnya dibuang jauh-jauh dari Allah sebab tak layak bagi kesucian-Nya.

Makna duduk sendiri secara tegas dikecam sangat keras oleh Imam Syafi’i, bahkan hingga level dianggap kafir. Imam Syafi’i sebagaimana diriwayatkan oleh Qadli Husain menjelaskan bahwa di antara yang dianggap kafir adalah sebagai berikut:

ูˆู…ู† ูƒูุฑู†ุงู‡ ู…ู† ุฃู‡ู„ ุงู„ู‚ุจู„ุฉ: ูƒุงู„ู‚ุงุฆู„ูŠู† ุจุฎู„ู‚ ุงู„ู‚ุฑุขู†، ูˆุจุฃู†ู‡ ู„ุง ูŠุนู„ู… ุงู„ู…ุนุฏูˆู…ุงุช ู‚ุจู„ ูˆุฌูˆุฏู‡ุง، ูˆู…ู† ู„ุง ูŠุคู…ู† ุจุงู„ู‚ุฏุฑ، ูˆูƒุฐุง ู…ู† ูŠุนุชู‚ุฏ ุฃู† ุงู„ู„ู‡ ุฌุงู„ุณ ุนู„ู‰ ุงู„ุนุฑุด؛ ูƒู…ุง ุญูƒุงู‡ ุงู„ู‚ุงุถูŠ ุงู„ุญุณูŠู† ู‡ู†ุง ุนู† ู†ุต ุงู„ุดุงูุนูŠ.

“Orang yang kami kafirkan dari kalangan orang yang shalat adalah: mereka yang berkata bahwa al-Qur’an adalah makhluk, bahwa Allah tak mengetahui sesuatu sebelum terjadinya, juga orang yang tak percaya takdir, demikian juga orang yang mengatakan bahwa Allah duduk di atas Arasy. Seperti diriwayatkan oleh Qadli Husain dari penjelasan literal Imam Syafi’i.” (Ibnu ar-Rif’ah, Kifรขyat al-Nabรฎh fรฎ Syarh at-Tanbรฎh, juz IV, halaman 23).

Tentang vonis kafir terhadap aliran sesat di atas sebenarnya bukanlah hal yang disepakati di kalangan ulama, namun setidaknya semua sepakat bahwa pendapat seperti di atas adalah sesat. Bagaimana tidak sesat, mengatakan Allah duduk di Arasy sama saja dengan mengatakan bahwa Allah punya pantat yang menempel di atas Arasy; mengatakan Allah tinggal atau berdiam di Arasy sama saja dengan mengatakan bahwa Allah punya volume dan ukuran fisik sehingga pasti Allah juga makhluk. Kesemuanya sama sekali mustahil bagi Allah dan Maha Suci Allah dari semua itu. 

Dengan demikian, dapat diketahui bahwa mengatakan Allah bersemayam di atas Arasy adalah ungkapan yang tidak tepat. Tim penerjemah dari Kementerian Agama tampaknya sadar akan celah ini sehingga mereka memberi catatan “Bersemayam di atas ‘Arasy ialah satu sifat Allah yang wajib kita imani, sesuai dengan kebesaran Allah dan kesucian-Nya” seolah mau menjelaskan bahwa bersemayam yang mereka maksud bukanlah bersemayam dalam arti duduk, tinggal atau berdiam yang kesemuanya tidak layak bagi kebesaran dan kesucian Allah, tetapi makna lain yang layak bagi-Nya.

Namun bagaimanapun harus diakui bahwa diksi yang dipilih oleh tim penerjemah Kementerian Agama tersebut kurang tepat sebab kata bersemayam tak punya arti lain dalam kamus bahasa Indonesia selain makna jismiyah tersebut. Diksi yang kurang tepat ini rawan menimbulkan salah paham bagi orang awam. Padahal, dalam bahasa Arab kata istawa tak selalu bermakna jismiyah, namun bisa diartikan bermacam-macam sesuai konteksnya. 

Hal ini berbeda kasusnya dengan kata “yad” yang oleh Kementerian Agama diterjemah sebagai “tangan”. Meskipun kata “tangan” juga berkonotasi jismiyah, namun dalam KBBI kata ini tak hanya bermakna tangan sebagai organ tubuh tetapi bisa juga bermakna non-jismiyah seperti makna kekuasaan, perintah dan sebagainya sehingga penerjemahan kata “yad” menjadi “tangan” lebih bisa dimaklumi. Yang justru paling aman adalah tidak menerjemah kata-kata berupa sifat khabariyah ini tetapi membiarkannya apa adanya lalu diberi catatan berbagai kemungkinan makna yang layak bagi Allah.

Wallahua’lam.

(Sanhaji)

Rabu, 26 Desember 2018

NU Didirikan Ulama Ahli Hadits, Tapi Dibid’ahkan Orang Hafal Satu Hadits


NU Didirikan Ulama Ahli Hadits, Tapi Dibid’ahkan Orang Hafal Satu Hadits

KH Ahmad Muwafiq mengatakan nahdlatul ulama (NU) didirikan oleh ahli hadits yaitu Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari. Ia memiliki sanda keilmuan yang jelas terhubung kepada Rasulullah shallallahu alaihi was salam melalui para gurunya. 

“Mbah Hasyim Asy’ari itu hafal hadits-hadits, hafal kutubus sittah, hafal sak-rijalul haditsnya,” katanya pada pengajian bulanan yang digelar Lembaga Dakwah PBNU di Gedung PBNU, Jakarta, Rabu (26/12) malam. 

Dalam catatan KH Saifuddin Zuhri pada buku Berangkat dari Pesantren, KH Hasyim Asy'ari dikenal sebagai hadits di samping memiliki pemahaman yang luas dalam di bidang fiqih. Sehingga bagi Kiai Saifuddin, ia tergolong fuqaha. Namun, dalam bidang ilmu hadits KH Hasyim Asy'ari memiliki kecenderungan lebih. Ia sangat ahli.

Membaca hadits, kata Kiai Saifuddin, seperti wiridan (kebiasaan rutin) saja. Itulah yang kemudian ia memiliki tempat tersendiri di mata ulama-ulama Indonesia waktu itu. Sebab tentu saja, hadits merupakan sumber kedua hukum Islam setelah Al-Qur’an. 

Senada dengan Kiai Saifuddin, menurut Afriadi Putra pada Pemikiran Hadis KH M. Hasyim Asy’ari dan Kontribusinya terhadap Kajian Hadtis di Indonesia, Kiai Hasyim Asy’ari dalam bidang hadits memberikan pengaruh yang cukup besar di Indonesia pada masanya. Sebab kajian hadits belum begitu banyak waktu itu. Bahkan bisa dikatakan melalui kitabnya Risalah Ahlussunnah wal Jamaah berhasil meletakkan dasar-dasar kajian hadits dan solusi teologis bagi persoalan yang sedang dihadapi masyarakat

Melalui kitab itu juga, ia  telah berhasil memperkenalkan kajian hadis kepada umat Islam di Indonesia yang diambil lansgung dari kitab-kitab hadis primer, meskipun tidak semuanya.

Hadits telah mendarah daging pada kesehariannya. Terutama pada bulan Ramadhan. KH Hasyim Asy'ari memiliki kebiasaan membaca kitab hadits Sahih Bukhari, kitab yang berisi himpunan hadits Nabi sebanyak 7.275. Tradisi ini di kalangan pesantren disebut pasanan atau pasaran.  

Pada tiap Ramadhan, pengajian hadits KH Hasyim Asy'ari terkait kitab hadits itu para kiai dari berbagai pelosok negeri menyempatkan diri mondok selama sebulan. Mereka menyimak bacaan hadits Rais Akbar Nahdlatul Ulama itu. 

Namun anehnya, kata kiai yang akrab disapa Gus Muwafiq, belakangan NU sering dibully dikafir-kafirkan oleh orang yang bermodalkan satu hadits yaitu kullu bid’atin dlalalah. 

(sanhaji)

NU Didirikan Ulama Ahli Hadits, Tapi Dibid’ahkan Orang Hafal Satu Hadits


NU Didirikan Ulama Ahli Hadits, Tapi Dibid’ahkan Orang Hafal Satu Hadits

KH Ahmad Muwafiq mengatakan nahdlatul ulama (NU) didirikan oleh ahli hadits yaitu Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari. Ia memiliki sanda keilmuan yang jelas terhubung kepada Rasulullah shallallahu alaihi was salam melalui para gurunya. 

“Mbah Hasyim Asy’ari itu hafal hadits-hadits, hafal kutubus sittah, hafal sak-rijalul haditsnya,” katanya pada pengajian bulanan yang digelar Lembaga Dakwah PBNU di Gedung PBNU, Jakarta, Rabu (26/12) malam. 

Dalam catatan KH Saifuddin Zuhri pada buku Berangkat dari Pesantren, KH Hasyim Asy'ari dikenal sebagai hadits di samping memiliki pemahaman yang luas dalam di bidang fiqih. Sehingga bagi Kiai Saifuddin, ia tergolong fuqaha. Namun, dalam bidang ilmu hadits KH Hasyim Asy'ari memiliki kecenderungan lebih. Ia sangat ahli.

Membaca hadits, kata Kiai Saifuddin, seperti wiridan (kebiasaan rutin) saja. Itulah yang kemudian ia memiliki tempat tersendiri di mata ulama-ulama Indonesia waktu itu. Sebab tentu saja, hadits merupakan sumber kedua hukum Islam setelah Al-Qur’an. 

Senada dengan Kiai Saifuddin, menurut Afriadi Putra pada Pemikiran Hadis KH M. Hasyim Asy’ari dan Kontribusinya terhadap Kajian Hadtis di Indonesia, Kiai Hasyim Asy’ari dalam bidang hadits memberikan pengaruh yang cukup besar di Indonesia pada masanya. Sebab kajian hadits belum begitu banyak waktu itu. Bahkan bisa dikatakan melalui kitabnya Risalah Ahlussunnah wal Jamaah berhasil meletakkan dasar-dasar kajian hadits dan solusi teologis bagi persoalan yang sedang dihadapi masyarakat

Melalui kitab itu juga, ia  telah berhasil memperkenalkan kajian hadis kepada umat Islam di Indonesia yang diambil lansgung dari kitab-kitab hadis primer, meskipun tidak semuanya.

Hadits telah mendarah daging pada kesehariannya. Terutama pada bulan Ramadhan. KH Hasyim Asy'ari memiliki kebiasaan membaca kitab hadits Sahih Bukhari, kitab yang berisi himpunan hadits Nabi sebanyak 7.275. Tradisi ini di kalangan pesantren disebut pasanan atau pasaran.  

Pada tiap Ramadhan, pengajian hadits KH Hasyim Asy'ari terkait kitab hadits itu para kiai dari berbagai pelosok negeri menyempatkan diri mondok selama sebulan. Mereka menyimak bacaan hadits Rais Akbar Nahdlatul Ulama itu. 

Namun anehnya, kata kiai yang akrab disapa Gus Muwafiq, belakangan NU sering dibully dikafir-kafirkan oleh orang yang bermodalkan satu hadits yaitu kullu bid’atin dlalalah. 

(sanhaji)

Selasa, 25 Desember 2018

Sayyidina Umar RA Naik Derajat karena Mencari Janda


Sayyidina Umar RA Naik Derajat karena Mencari Janda

Sayyidina Umar bin Khattab RA lahir 13 tahun setelah tahun gajah. Ia memeluk Islam pada tahun keenam kenabian, tepatnya pada usia 27 tahun. Ia merupakan orang terpandang di lingkungan Quraisy. Setelah masuk Islam, ia juga dikenal sebagai pribadi mulia dan tegas.

Rasulullah SAW dalam banyak kesempatan memuji sahabat Umar RA. Karena ketegasannya, Sayyidina Umar RA ditakuti oleh setan sehingga setan tidak berani melalui jalan yang dilewati sahabat Umar RA sebagaimana riwayat Bukhari dan Muslim berikut ini: 

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ مَا لَقِيَكَ الشَّيْطَانُ قَطُّ سَالِكًا فَجًّا إِلَّا سَلَكَ فَجًّا غَيْرَ فَجِّكَ

Artinya, “Rasulullah SAW bersabda, ‘Demi Allah, Zat yang diriku berada di genggaman-Nya, tiada satu setan yang menjumpaimu di salah satu jalan yang luas, melainkan ia akan mencari jalan lain yang tidak kamu lewati,’” (HR Bukhari dan Muslim).

Umar bin Khattab RA juga seorang sahabat Rasulullah SAW yang memiliki sejumlah kelebihan. Ia dikaruniai kecerdasan di atas rata-rata sahabat pada umumnya. Ia juga kerap mendapat ilham dari Allah sehingga dapat mengetahui sesuatu yang ghaib atau belum terjadi. Allah juga memberikan karunia ini kepada umat terdahulu sebagaimana hadits Bukhari dan Muslim berikut ini:

عن أبي هريرة قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم قد كان قبلكم في بني إسرائيل محدثون من غير أن يكونوا أنبياء فإن يكن في أمتي أحدٌ فعمر

Artinya, “Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, ‘Pada umat sebelum kalian, yaitu pada Bani Israel terdapat sekelompok orang yang mendapat ilham dari Allah, tetapi mereka bukan kalangan nabi. Kalau terjadi di tengah umatku, maka orang itu adalah Umar,’” (HR Bukhari dan Muslim).

Umar bin Khattab RA memiliki perangai terpuji, kecerdasan, keberanian, kezuhudan, kemandirian, dan kekuatan yang nyaris sempurna. Kedudukan sahabat Umar RA dengan kesempurnaan yang dimilikinya mendekati kedudukan seorang nabi sebagaimana sabda Rasulullah SAW berikut ini:

عن عقبة بن عامر قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم لو كان بعدي نبي لكان عمر بن الخطاب

Artinya, “Dari Uqbah bin Amir, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, ‘Seandainya ada lagi nabi sesudahku, niscaya dia adalah Umar bin Khattab RA,’” (HR At-Tirmidzi).

Sahabat Umar RA tidak lain adalah sahabat yang cukup beruntung. Ia dipercaya oleh Rasulullah SAW ketika di Madinah untuk menyertakan nama Nabi Muhammad SAW dalam doanya seketika sahabat Umar RA pamit kepadanya untuk beribadah umrah di Makkah. Kepercayaan ini menunjukkan betapa mulianya sahabat Umar RA.

وعن عمر بن الخطاب رضي الله عنه، قال استأذنت النبي صلى الله عليه وسلم في العمرة، فأذن لي، وقال لا تنسنا يا أخي من دعائك فقال كلمة ما يسرني أن لي بها الدنيا وفي رواية وقال أشركنا يا أخي في دعائك. حديث صحيح رواه أبو داود والترمذي

Artinya, “Dari Umar bin Khattab RA, ia berkata bahwa aku meminta izin kepada Nabi Muhammad SAW untuk melaksanakan umrah. Rasulullah SAW lalu mengizinkanku dan berkata, ‘Jangan lupakan kami dalam doamu, wahai saudaraku.’ Umar berkata, ‘Kalimat yang membuatku bahagia bahwa dunia menjadi milikku dengan kalimat itu.’ Pada riwayat lain, Rasulullah berkata, ‘Sertakan kami dalam doamu wahai saudaraku.’ Ini hadits shahih,” (HR Abu Dawud dan At-Tirmidzi).

Sahabat Umar bin Khattab RA memiliki jiwa sosial yang tinggi. Ia memperhatikan kelompok mustadhafin di tengah masyarakatnya. Ia memberikan prioritas kepada janda dan anak yatim perihal kebutuhan pangan mereka.

وقال رسول الله صلى الله عليه وسلم في حق سيدنا عمر رضي الله عنه عمر سراج أهل الجنة وقال أيضا نعم الرجل عمر يفتقد الأرامل والأيتام ويحمل لهم الطعام وهم نيام ومعنى يفتقد الأرامل والأيتام أي يطلبهم عند غيبتهم

Artinya, “Rasulullah SAW bersabda perihal Sayyidina Umar RA, ‘Umar itu lampu penerang penduduk surga.’ Rasulullah juga bersabda, ‘Sebaik-baik orang adalah Umar, ia mencari janda dan anak yatim dan membawakan mereka makanan. Sementara mereka dalam keadaan tidur.’ Pengertian ‘mencari janda dan anak yatim’ adalah mencari mereka ketika mereka tidak hadir,” (Lihat Syekh M Nawawi Banten, Syarah Nuruz Zhalam ala Aqidatil Awam, [Semarang, Maktabah Thaha Putra: tanpa catatan tahun], halaman 32-33).

Dalam memberikan makanan itu, sahabat Umar menunjukkan jiwa kemandiriannya. Ia memikul sendiri karung gandum yang menjadi makanan pokok masyarakat ketika itu untuk diberikan kepada kelompok mustadhafin.

كان يحمل جراب الدقيق على ظهره للأرامل والأيتام فقال له بعضهم دعني أحمل عنك فقال ومن يحمل عني يوم القيامة ذنوبي 

Artinya, “Sayyidina Umar RA memikul sendiri kantong kulit berisi tepung di punggungnya untuk para janda dan anak-anak yatim. Melihat itu, seseorang menawarkan diri, ‘Biarkan aku memikulkannya untukmu?’ Sayyidina Umar menolak dengan menjawab, ‘Siapa yang siap memikul beban dosaku kelak di hari kiamat?’” (Lihat Syekh Abdul Wahhab As-Sya’rani, At-Thabaqatul Kubra, [Beirut, Darul Fikr: tanpa catatan tahun], juz I, halaman 19).

Ketika diangkat menjadi khalifah, Umar bin Khattab RA melaksanakannya dengan penuh tanggung jawab. Ia memerhatikan dampak kebijakan yang diambilnya sebagai pemerintah. Hal itu tampak dalam ucapannya yang terkenal sebagai berikut:

لَوْ مَاتَ جَمَلٌ فِي عَمَلِي ضَيَاعًا خَشِيتُ أَنْ يَسْأَلَنِيَ اللهُ عَنْهُ 

Artinya, “Seandainya seekor unta mati sia-sia akibat kebijakanku maka saya takut kelak Allah akan meminta pertanggungjawabanku tentang kematiannya,” (Lihat Ibnu Asakir, Tarikhu Madinati Dimasyq, [Beirut, Darul Fikr: 1995], juz XLV, halaman 356).

Dalam ungkapan serupa, Sayyidina Umar RA mengatakan bahwa kalau ada anak kambing mati di tepi sungai Eufrat, ia khawatir Allah akan menghisab Umar bin Khattab.

لَوْ مَاتَ جَدْيٌ بِطَفِّ الْفُرَاتِ لَخَشِيتُ أَنْ يُحَاسِبَ اللّهُ بِهِ عُمَرَ

Artinya, “Seandainya jady (anak kambing umur satu tahun) mati di pinggir sungai Eufrat, maka aku takut bahwa Allah akan menghisab Umar sebab kematian anak kambing itu,” (Lihat Yusuf bin Hasan bin Abdul Hadi Al-Mubarrad, Mahdlus Shawab fi Fadla`ili Amiril Mukminin Umar bin Al-Khattab, halaman 621).

Jalaluddin As-Suyuthi dalam Tarikhul Khulafamenyebut Sayyidina Umar RA sebagai orang pertama yang disebut sebagai amirul mukminin. Ia juga orang pertama menuliskan penanggalan hijriyah. Dia pula pemerintah pertama yang membuat baitul maal. (Lihat As-Suyuthi, Tarikhul Khulafa, [Kairo, Darul Ghaddil Jadid: 2007 M/1328 H], halaman 143-144). 

Wallahu a‘lam. (Sanhaji Tanara)

Senin, 24 Desember 2018

Inilah Pandangan Rais Syuriah PBNU soal Ucapan Selamat Natal


Inilah Pandangan Rais Syuriah PBNU soal Ucapan Selamat Natal

Hukum mengucapkan selamat hari Natal bagi setiap muslim tidak bisa diseragamkan karena hukum suatu perbuatan bisa berbeda antara satu orang muslim dari orang muslim lainnya lantaran perbedaan keadaannya dan situasinya. Artinya, tidak mutlak haram. Menjadi berhukum boleh apabila diniatkan untuk menunjukkan keutamaan ajaran Islam dari sisi akhlak.

Bila dilihat dari pemahaman secara etimologi bahwa Natal berasal dari Bahasa Portugis yg berarti Kelahiran, ini adalah hari raya ummat Kristen dalam rangka memperingati hari kelahiran Yesus Kristus bagi mereka, akan tetapi kita meyakininya adalah kelahiran Nabi Isa AS bukan Yesus Kristus, dengan demikian kita mengucapkan didalam keyakinan kita selamat atas kelahiran Nabi Isa AS, kita meyakini bahwa ISA AS adalah Nabi dan  Rosulullah “dan tidak diiringi keyakinan yang bertentangan dengan aqidah Islamiyah, sedangkan ucapan tersebut ditujukan kepada orang yang memiliki kedekatan seperti saudara atau rekan bisnis yang juga menghormati umat Islam. Dalam situasi sebaliknya hukum mengucapkannya bisa berhukum haram,” kata Rais Syuriah PBNU KH Ahmad Ishomuddin.

Kiai asal Lampung ini berpandangan, mengucapkan selamat hari Natal bagi seorang muslim adalah persoalan ijtihadiyyah, karena tidak terdapat teks al-Qur'an maupun al-Hadits yang secara tegas melarangnya. Oleh karena itu, wajar jika kemudian masalah ini setiap masa menjadi objek perbedaan pendapat.

Pro-Kontra Ulama

Ia memaparkan, pada suatu masa ketika saling berperang antara sebagian umat Islam dan kaum Nasrani maka ulama menyepakati keharaman mengucapkan selamat hari Natal, seperti pada masa Ibnu Taimiyyah dan muridnya, Ibnu Qayyim al-Jauziyyah. Sedangkan pada masa-masa damai di mana umat Islam dan non muslim hidup berdampingan saling menghormati maka wajar juga jika banyak fatwa yang menyatakan boleh sekadar mengucapkan selamat hari Natal.

Perbedaan pendapat hasil ijtihad di kalangan para ulama dalam persoalan tersebut tidak saling menggugurkan ijtihad ulama lainnya. Oleh karena itu, seorang muslim wajib mengedepankan akhlak yang mulia dengan menghormati pendapat ulama yang berbeda dari pendapatnya. 

“Tidak perlu melontarkan pernyataan yang tidak santun kepada ulama lain saat tidak menyetujuinya karena merasa pendapatnya saja yang benar,” tutur Kiai Ishom.

Sebagian ulama terdahulu seperti Ibnu Taimiyyah dan Ibnu Qayyim al-Jauziyyah melarang atau mengharamkan ucapan selamat hari Natal. Pendapat tersebut antara lain diikuti oleh tokoh-tokoh Wahhabi seperti al-Syaikh Abdul Aziz bin Baz, al-Syaikh Utsaimin, al-Syaikh Ibrahim bin Muhammad al-Haqil dan lain-lain yang masing-masing memfatwakan keharamannya. 

Mereka yang mengharamkannya, demikian Kiai Ishom, beralasan karena dengan mengucapkan selamat hari Natal berarti turut mensyi'arkan agama mereka, padahal Allah tidak meridlai para hamba-Nya yang kafir, sedangkan mengucapkan selamat hari Natal berarti tasyabbuh (menyerupai) orang-orang Nasrani yang hukumnya juga haram.

Sebaliknya sangat banyak ulama yang menyatakan hukum al-ibahah (kebolehan) mengucapkan selamat hari Natal dengan alasan antara lain karena tidak ada satupun dalil yang melarangnya dan sekedar mengucapkan selamat hari Natal itu bukan berarti mengakui kebenaran aqidah agama Nasrani yang berkonsekuensi membuat seorang muslim secara otamatis murtad (keluar dari agama Islam),  karena tidak mengikuti prosesi ibadahnya, dengan menyatakan dirinya Masuk agamanya.

“Sebagaimana mereka yang beragama Nasrani juga tidak otomatis menjadi muslim saat sebagian mereka mengucapkan selamat berlebaran kepada umat Islam,” terangnya sembari menjelaskan bahwa mengucapkan selamat hari Natal kepada umat Nasrani itu termasuk dalam sikap saling berbuat kebaikan dalam pergaulan hidup bersama secara damai. 

Menurutnya, seorang muslim berkewajiban untuk bersikap lebih santun dibandingkan dengan siapapun dari nonmuslim, karena yang demikian itu merupakan salah satu tujuan diutusnya Nabi Muhammad SAW, yakni untuk menyempurnakan akhlak. Allah juga telah memerintahkan kepada umat Islam agar mempergauli mereka dengan sebaik-baiknya

Kiai Ishom lalu mengutip penggalan surat al-Mumtahanah ayat 8 yang artinya, "Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang yang tiada memerangi kamu karena agama dan tidak pula mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil."

Yang terpenting harus dijaga bagi orang yang mengucapkan selamat hari Natal adalah perlunya berniat untuk menampakkan citra terbaik dari ajaran Islam kepada nonmuslim seperti kaum Nasrani dan tidak ikut serta dalam rangkaian kegiatan pada hari Natal yang bertentangan dengan aqidah islamiyyah.

“Saya mengimbau agar umat Islam maupun umat Nasrani dapat hidup berdampingan secara damai, saling hormat-menghormati sesuai batas ajaran agama masing-masing dan dalam konteks kehidupan berbangsa wajib menjaga persatuan dan menghindarkan segala sebab yang menimbulkan perpepecahan.

Kiai Ishom juga menyebut sejumlah nama ulama yang memperkenankan ucapan selamat hari Natal bagi seorang muslim, antara lain, al-Syaikh Muhammad Rasyid Ridla, al-Syaikh Yusuf al-Qaradhawi, Prof. Dr. Abdussattar Fathullah Sa'id, al-Syaikh Musthafa al-Zarqa', Prof. Dr. Muhammad al-Sayyid Dusuqi, al-Syaikh al-Syurbashi, al-Syaikh Abdullah bin Bayyah, al-Syaikh Farid Muhammad Washil, al-Syaikh Ali Jum'ah, dan lainnya.

“Bagi yang ingin meluaskan wawasan seputar masalah ini hendaknya berkenan membaca dengan cermat fatwa yang dikeluarkan baik oleh ulama yang mengharamkan maupun yang memperkenankan ucapan selamat hari Natal kepada kaum Nasrani,” pungkasnya. 

Sabtu, 22 Desember 2018

Kajian Kitab Kuning: Peringatan Hari Ibu Tidak Tasyabbuh(menyerupai) Kafir

Kajian Kitab Kuning: Peringatan Hari Ibu Tidak Tasyabbuh(menyerupai) Kafir


Kajian Kitab Kuning: Peringatan Hari Ibu Tidak Tasyabbuh(menyerupai) Kafir

Dalam banyak hal kita memang diperintahkan oleh Nabi kita, Sayidina Muhammad shalallahu alaihi wasallam agar tidak sama dengan orang di luar agama kita, khususnya Yahudi dan Nasrani. Misalkan masalah Salam seperti dalam hadis berikut:

«๏ปŸ๏ปด๏บฒ ๏ปฃ๏ปจ๏บŽ ๏ปฃ๏ปฆ ๏บ—๏บธ๏บ’๏ปช ๏บ‘๏ป๏ปด๏บฎ๏ปง๏บŽ، ๏ปป ๏บ—๏บธ๏บ’๏ปฌ๏ปฎุง ๏บ‘๏บŽ๏ปŸ๏ปด๏ปฌ๏ปฎ๏บฉ ๏ปญ๏ปป ๏บ‘๏บŽ๏ปŸ๏ปจ๏บผ๏บŽ๏บญ๏ปฏ، ๏ป“๏บˆ๏ปฅ ๏บ—๏บด๏ป ๏ปด๏ปข ุง๏ปŸ๏ปด๏ปฌ๏ปฎ๏บฉ ุง๏ปน๏บท๏บŽ๏บญ๏บ“ ๏บ‘๏บŽ๏ปท๏บป๏บŽ๏บ‘๏ปŠ، ๏ปญ๏บ—๏บด๏ป ๏ปด๏ปข ุง๏ปŸ๏ปจ๏บผ๏บŽ๏บญ๏ปฏ ุง๏ปน๏บท๏บŽ๏บญ๏บ“ ๏บ‘๏บŽ๏ปท๏ป›๏ป’»

"Orang yang menyerupai dengan selain kami bukanlah termasuk golongan kami. Janganlah kalian menyerupai Yahudi dan Nasrani. Salam orang Yahudi adalah dengan isyarat jari. Dan salam orang Nasrani adalah isyarat dengan telapak tangan" (HR Tirmidzi)

Lalu apakah setiap ada kesamaan dengan agama harus ditinggalkan? Tidak juga, ulama kita memberikan 2 kriteria Tasyabuh yang tidak diperbolehkan. Syekh Ibnu Najim Al-Misri dari Madzhab Hanafi berkata:

๏บ›๏ปข ุง๏ป‹๏ป ๏ปข ๏บƒ๏ปฅ ุง๏ปŸ๏บ˜๏บธ๏บ’๏ปด๏ปช ๏บ‘๏บ„๏ปซ๏ปž ุง๏ปŸ๏ปœ๏บ˜๏บŽ๏บ ๏ปป ๏ปณ๏ปœ๏บฎ๏ปฉ ๏ป“๏ปฒ ๏ป›๏ปž ๏บท๏ปฒุก ๏ปญ๏บ‡๏ปง๏บŽ ๏ปง๏บ„๏ป›๏ปž ๏ปญ๏ปง๏บธ๏บฎ๏บ ๏ป›๏ปค๏บŽ ๏ปณ๏ป”๏ปŒ๏ป ๏ปฎ๏ปฅ ๏บ‡๏ปง๏ปค๏บŽ ุง๏ปŸ๏บค๏บฎุง๏ปก ๏ปซ๏ปฎ ุง๏ปŸ๏บ˜๏บธ๏บ’๏ปช ๏ป“๏ปด๏ปค๏บŽ ๏ป›๏บŽ๏ปฅ ๏ปฃ๏บฌ๏ปฃ๏ปฎ๏ปฃ๏บŽ ๏ปญ๏ป“๏ปด๏ปค๏บŽ ๏ปณ๏ป˜๏บผ๏บช ๏บ‘๏ปช ุง๏ปŸ๏บ˜๏บธ๏บ’๏ปด๏ปช ๏ป›๏บฌุง ๏บซ๏ป›๏บฎ๏ปฉ ๏ป—๏บŽ๏บฟ๏ปฒ ๏บง๏บŽ๏ปฅ ๏ป“๏ปฒ ๏บท๏บฎ๏บก ุง๏ปŸ๏บ ๏บŽ๏ปฃ๏ปŠ ุง๏ปŸ๏บผ๏ป๏ปด๏บฎ ๏ป“๏ปŒ๏ป ๏ปฐ ๏ปซ๏บฌุง ๏ปŸ๏ปฎ ๏ปŸ๏ปข ๏ปณ๏ป˜๏บผ๏บช ุง๏ปŸ๏บ˜๏บธ๏บ’๏ปช ๏ปป ๏ปณ๏ปœ๏บฎ๏ปฉ ๏ป‹๏ปจ๏บช๏ปซ๏ปค๏บŽ

"Ketahuilah bahwa Tasyabuh (menyerupai) dengan Ahli kitab tidak makruh dalam semua hal. Kita makan dan minum, mereka juga melakukan hal itu. Keharaman dalam tasyabuh adalah (1) Sesuatu yang tercela (2) Kesengajaan meniru mereka. Sebagaimana disampaikan oleh Qadli Khan dalam Syarah Jami' Shaghir. Dengan demikian jika tidak bertujuan menyerupai ahli kitab maka tidak makruh" (Al-Bahr Ar-Raiq 2/11)

Ketentuan kita melakukan sebuah peringatan disampaikan oleh Mufti Al-Azhar, Syekh Athiyyah Shaqr:

๏ป“๏บŽ๏ปŸ๏บจ๏ปผ๏บป๏บ” ๏บƒ๏ปฅ ุง๏ปป๏บฃ๏บ˜๏ป”๏บŽ๏ป ๏บ‘๏บ„๏ปณ๏บ” ๏ปฃ๏ปจ๏บŽ๏บณ๏บ’๏บ” ๏ปƒ๏ปด๏บ’๏บ” ๏ปป ๏บ‘๏บ„๏บฑ ๏บ‘๏ปช ๏ปฃ๏บŽ ๏บฉุง๏ปก ุง๏ปŸ๏ป๏บฎ๏บฝ ๏ปฃ๏บธ๏บฎ๏ปญ๏ป‹๏บŽ ๏ปญุง๏ปท๏บณ๏ป ๏ปฎ๏บ ๏ป“๏ปฐ ๏บฃ๏บช๏ปญ๏บฉ ุง๏ปŸ๏บช๏ปณ๏ปฆ

Kesimpulan, peringatan dengan momen apapun yang baik, adalah boleh. Selama tujuan dibenarkan dan pelaksanaan berada dalam koridor agama (Fatawa Al-Azhar)

Kita pun telah tahu bahwa tujuan dalam hari Ibu adalah hal yang dibenarkan dalam Islam. Cara melaksanakan hal tersebut juga berupa sedekah, jamuan, dan cara lain yang tidak sampai melanggar hukum Islam.

Terlebih lagi masalah ini sudah difatwakan oleh Syekh Ali Jumat dari Mesir.

Wallohu'alam



Jumat, 21 Desember 2018

Hukum Baca Al-Fatikhah, Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas 7 Kali Setelah Jumatan


Hukum Baca Al-Fatikhah, Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas 7 Kali Setelah Jumatan



Hukum Baca Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas 7 Kali Setelah Jumatan

Assalamu’alaikum wr. wb
Ustadz sanhaji yang terhormat. Langsung saja, saya mau menanyakan tentang hukum membaca surat Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas setelah shalat Jumat sampai tujuh kali dan apa fadhilahnya? Mohon penjelasannya sesegera mungkin. Terima kasih. Wassalamu ’alaikum wr. wb. (Denny makasar)

Jawaban
Penanya yang budiman, semoga selalu dirahmati Allah SWT. Hari Jumat merupakan sayyidul ayyam(penghulu hari), hari di mana kaum muslimin yang berkumpul bersama di masjid untuk menjalankan shalat Jumat. Karena itu hari Jumat merupakan salah satu hari raya umat Islam. Pada hari itu kita dianjurkan untuk memperbanyak pelbagai kebajikan seperti sedekah dan lain-lain.

Sedangkan mengenai hukum membaca surat Al-Fatihah, Al-Ikhlash, Al-Falaq, dan An-Nas setelah imam salam sebanyak tujuh kali menurut para ulama dari kalangan madzhab Syafi’i adalah sunnah.

Kesunnahan ini didasarkan pada sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan al-Hafizh al-Mundziri dari Anas bin Malik RA. Hal ini sebagaimana keterangan yang terdapat dalam kitab Tuhfatul Habib karya Sulaiman al-Bujairimi.

ูˆَุฑَูˆَู‰ ุงู„ุญَุงูِุธُ ุงَู„ْู…ُู†ْุฐِุฑِูŠُّ ุนَู†ْ ุฃَู†َุณٍ ุฃَู†َّ ุงู„ู†َّุจِูŠَّ ู‚َุงู„َ :ู…َู†ْ ู‚َุฑَุฃَ ุฅุฐุง ุณَู„َّู…َ ุงู„ุฅู…ุงู…ُ ูŠَูˆْู…َ ุงู„ุฌُู…ُุนَุฉِ ู‚َุจْู„َ ุฃู†ّ ูŠُุซْู†ِูŠَ ุฑِุฌْู„َู‡ُ ูَุงุชِุญَุฉَ ุงู„ูƒِุชَุงุจِ ูˆู‚ُู„ْ ู‡ُูˆَ ุงู„ู„ู‡ ุฃุญَุฏٌ ูˆَุงู„ْู…ُุนَูˆِّุฐَุชَูŠْู†ِ ุณَุจْุนุงً ุณุจุนุงً ุบَูَุฑَ ุงู„ู„ู‡ ู„ู‡ ู…ุง ุชَู‚َุฏَّู…َ ู…ِู†ْ ุฐَู†ْุจِู‡ِ ูˆู…ุง ุชَุฃุฎَّุฑَ ูˆุฃُุนْุทِูŠَ ู…ِู†َ ุงู„ุฃุฌْุฑِ ุจِุนَุฏَุฏِ ูƒُู„ّ ู…ู†ْ ุขู…َู†َ ุจุงู„ู„ู‡ ูˆุฑَุณُูˆู„ِู‡. 

“Al-Hafizh al-Mundziri meriwayatkan dari Anas RA bahwa Nabi SAW bersabda, ‘Barang siapa yang membaca surat Al-Fatihah, Al-Ikhlash, Al-Falaq dan surat An-Nas (al-mu`awwidzatain) masing-masing sebanyak tujuh kali ketika imam selesai membaca salam shalat Jumat, sebelum melipat kakinya, Allah akan mengampuni dosanya yang lalu dan sekarang, dan diberi pahala sebanyak orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya,” (Lihat Sulaiman al-Bujairimi, Tuhfatul Habib ‘ala Syarhil Khathib, Beirut, Darul Kutub al-Ilmiyah, cet ke-1, 1417 H/1996 M, juz, II, h. 422).

Hadits yang dikemukakan di atas dengan sangat gamblang menunjukkan bahwa membaca surat Al-Fatihah, Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas masing-masing tujuh kali setelah shalat Jumat memiliki keutamaan yang sangat luar biasa, yaitu bisa menjadi sebab turunnya ampunan Allah SWT. Bahkan selain ampunan, Allah juga memberikan pahala besar bagi orang yang melakukannya. Dari sini lah kemudian kesunahan atau ajuran membaca surat-surat tersebut setelah shalat Jumat dapat dimengerti.

Lebih lanjut Sulaiman al-Bujairimi juga mengutip hadits lain yang diriwayatkan Ibnus Sunni dari hadits riwayat Aisyah RA.

ูˆَุฑَูˆَู‰ ุงุจْู†ُ ุงู„ุณُّู†ِّูŠِّ ู…ِู†ْ ุญَุฏِูŠุซِ ุนุงَุฆِุดَุฉَ ุฃَู†َّ ุงู„ู†َّุจِูŠِّ ู‚َุงู„َ : ( ู…َู†ْ ู‚َุฑَุฃ ุจَุนْุฏَ ุตَู„ุงุฉِ ุงู„ุฌู…ุนุฉ ) ู‚ُู„ْ ู‡ُูˆَ ุงู„ู„ู‡ُ ุฃَุญَุฏٌ (ุงู„ุงุฎู„ุงุต) ูˆู‚ُู„ْ ุฃَุนُูˆุฐُ ุจุฑุจَّ ุงู„ูَู„َู‚ِ (ุงู„ูู„ู‚) ูˆู‚َู„ْ ุฃَุนُูˆุฐُ ุจَุฑุจَّ ุงู„ู†َّุงุณِ (ุงู„ู†ุงุณ) ุณَุจْุนَ ู…َุฑَّุงุชٍ ุฃุนَุงุฐِู‡ُ ุงู„ู„ู‡ُ ุจِู‡َุง ู…ِู†َ ุงู„ุณّูˆُّุกِ ุฅِู„َู‰ ุงู„ْุฌُู…ُุนَุฉِ ุงู„ุฃُุฎْุฑَู‰

“Ibnus Sunni meriwayatkan dari hadits riwayat Aisyah ra bahwa Nabi saw bersabda: ‘Barang siapa yang membaca surat Al-Ikhlash, Al-Falaq, dan An-Nas masing-masing tujuh kali, maka Allah akan melindunginya dari kejelekan sampai hari Jumat yang lain,” (Lihat Sulaiman al-Bujairimi, Tuhfah al-Habib ‘ala Syarh al-Khathib, juz, II, h. 422) 

Lebih jauh, Sulaiman al-Bujairimi mengemukakan pendapat Abu Thalib al-Makki—seorang sufi besar, penulis kitab Qutul Qulub fi Mu’amalah al-Mahbub—yang menganjuran membaca ‘Ya ghaniyyu ya hamid, ya mubdi’u ya mu’id, ya rahimu ya wadud, aghnini bi halalika ‘an haramika wa bi tha’athika ‘an ma’shiyatika wa bi fadhlika ‘amman siwaka’, setelah shalat Jumat sebanyak empat kali.

ู‚َุงู„َ ุฃَุจُูˆ ุทَุงู„ِุจٍ ุงَู„ْู…َูƒِّูŠُّ : ูˆَูŠُุณْุชَุญَุจُّ ู„َู‡ُ ุจَุนْุฏَ ุงู„ْุฌُู…ُุนَุฉِ ุฃَู†ْ ูŠَู‚ُูˆู„َ ูŠَุง ุบَู†ِูŠُّ ูŠَุง ุญَู…ِูŠุฏُ ูŠَุง ู…ُุจْุฏِู‰ุกُ ูŠَุง ู…ُุนِูŠุฏُ ูŠَุง ุฑَุญِูŠู…ُ ูŠَุง ูˆَุฏُูˆุฏُ ، ุฃَุบْู†ِู†ِูŠ ุจِุญَู„َุงู„ِูƒَ ุนَู†ْ ุญَุฑَุงู…ِูƒَ ูˆَุจِุทَุงุนَุชِูƒَ ุนَู†ْ ู…َุนْุตِูŠَุชِูƒَ ูˆَุจِูَุถْู„ِูƒَ ุนَู…َّู†ْ ุณِูˆَุงูƒَ ، ุฃَุฑْุจَุนَ ู…َุฑَّุงุชٍ

“Abu Thalib al-Makki berkata, ‘Dan dianjurkan bagi orang yang telah selesai melaksanakan shalat Jumat untuk membaca ‘Ya ghaniyyu ya hamid, ya mubdi`u ya mu’id, ya rahimu ya wadudu, aghnini bi halalika ‘an haramika wa bi tha’athika ‘an ma’shiyatika wa bi fadhlika ‘amman siwaka’, sebanyak empat kali,” (Lihat Sulaiman al-Bujairimi, Tuhfatul Habib ‘ala Syarhil Khathib, juz, II, h. 422).

Demikian jawaban yang dapat kami kemukakan. Semoga bisa dipahami dengan baik. Perbanyak lah amal kebajikan dan dzikir pada hari Jumat karena memiliki keutamaan yang agung dan bermanfaat kelak di akhirat. Kami selalu terbuka untuk menerima saran dan kritik dari para pembaca.

Wallahul muwaffiq ila aqwamith thariq
Wassalamu’alaikum wr. wb


Kamis, 20 Desember 2018

KARAKTER AHLUL BID'AH EMANG SUKA DEBAT

KARAKTER AHLUL BID'AH EMANG SUKA DEBAT

Padahal Kata Rasul :
“Orang yang paling dibenci oleh Allah adalah orang yang paling keras debatnya.” (HR. Bukhari, no. 4523; Muslim, no. 2668)

Imam Syafi’i berkata :

ﺍﺫَﺍ ﻧﻄَﻖَ ﺍﻟﺴَّﻔِﻴْﻪُ ﻭَﺗُﺠِﻴْﺒُﻬُﻔَﺦٌﺮْﻳَ ﻣِﻦْ ﺍِﺟَﺎﺑَﺘِﻪِ ﺍﻟﺴُّﻜُﻮْﺕُ

Apabila orang bodoh mengajak berdebat denganmu, maka sikap yang terbaik adalah diam, tidak menanggapi.

ﻓﺎِﻥْ ﻛَﻠِﻤَﺘَﻪُ ﻓَﺮَّﺟْﺖَ ﻋَﻨْﻬُﻮَﺍِﻥْ ﺧَﻠَّﻴْﺘُﻪُ ﻛَﻤَﺪًﺍ ﻳﻤُﻮْﺕُ

Apabila kamu melayani, maka kamu akan susah sendiri. Dan bila kamu berteman dengannya, maka ia akan selalu menyakiti hati.

ﻗﺎﻟُﻮْﺍ ﺳﻜَﺖَّ ﻭَﻗَﺪْ ﺧُﻮْﺻِﻤَﺖْ ﻗُﻠْﺖُ ﻟَﻬُﻤْﺎِﻥَّ ﺍﻟْﺠَﻮَﺍﺏَ ﻟِﺒَﺎﺏِ ﺍﻟﺸَّﺮِ ﻣِﻔْﺘَﺎﺡُ

Apabila ada orang bertanya kepadaku, jika ditantang oleh musuh, apakah engkau diam ??

Jawabku kepadanya : Sesungguhnya untuk menangkal pintu-pintu kejahatan itu ada kuncinya.

ﻭﺍﻟﺼﻤْﺖُ ﻋَﻦْ ﺟَﺎﻫِﻞٍ ﺃَﻭْ ﺃَﺣْﻤَﻖٍ ﺷَﺮَﻓٌﻮَﻓِﻴْﻪِ ﺃَﻳْﻀًﺎ ﻟﺼﻮْﻥِ ﺍﻟْﻌِﺮْﺽِ ﺍِﺻْﻠَﺎﺡُ

Sikap diam terhadap orang bodoh adalah suatu kemulia’an. Begitu pula diam untuk menjaga kehormatan adalah suatu kebaikan.

Lalu Imam Syafi’i berkata :

ﻭﺍﻟﻜﻠﺐُ ﻳُﺨْﺴَﻰ ﻟﻌﻤْﺮِﻯْ ﻭَﻫُﻮَ ﻧَﺒَّﺎﺡُ

Apakah kamu tidak melihat bahwa seekor singa itu ditakuti lantaran ia pendiam ?? Sedangkan seekor anjing dibuat permainan karena ia suka menggonggong ??

(Diwan As-Syafi’i, karya Yusuf Asy-Syekh Muhammad Al-Baqa’i).

• Sulitnya berdebat dengan orang bodoh menurut Imam Syafi’i.

Imam Syafi’i berkata :
“Aku mampu berhujah dengan 10 orang yang berilmu, tapi aku pasti kalah dengan seorang yang jahil, karena orang yang jahil itu tidak pernah faham landasan ilmu”.

Jadi Abaikan saja jika Orang Bodoh Berbicara 😅
kalo pemikirannya seperti itu kayanya imam Syafi'i juga di anggap sesat.

Mereka kesel kalo di bongkar seperti ini ??? Wkkwkwk gk kesel yg ada malah lucu .

JANGAN SALAH HIJRAH BRO☝️

Selasa, 18 Desember 2018

SHOLAT LI HURMATIL WAQTI

SHOLAT LI HURMATIL WAQTI


SHOLAT LI HURMATIL WAQTI

PERTANYAAN :
Assalamualaikum wr wb 
Mau tanya, Ustadz Sanhaji, saya Deny Bargot dari Rancabolang...
1. Apa itu sholat li hurmatil wakti,  
2. Keadaan apa yang mengharuskanya? 
3. Wajibkah di qodho?

JAWABAN :
Saudara Deny yg terhormat sholat lihurmatil wakti adalah sholat untuk menghormati datangnya waktu sholat seperti kita dalam keadaan tidak memungkinkan melaksanakan sholat akan tetapi Alloh SWT memberikan keringanan2 Utk melaksanakan dibawah ini saya terangkan tentang sholat tsb :

1.Hukumnya shalat tersebut sah tapi harus di ulangi lagi kalau ada kesempatan untuk mengulanginya dan shalat ini khusus bgi orang yang tidak ada alat untuk menghilangkan hadast (air atw tanah). Adapun bagi orang yang tidak ada untuk brsuci dari hadast kecil atw hadast besar maka shalat ny sah serta wajib mengulangi lagi (bajuri juz1 hal 137). Allah tidak akan menerima shalatnya seseorang dalam keadaan hadast, sampai dia pnya wudhu maka Allah akn menerimanya terkecuali bagi orang yang tidak ada untuk bersuci dari hadast dua, maka boleh shalat fardhu tapi jgn melaksanakan shalat sunah.(syarah safinanutsaja hal 28).

2. Seperti kita dalam perjalanan datang waktu shalat fardhu yang tidak bisa turun untuk melaksanakan shalat, maka kita shalat lihurmatil waktu di dalam kendaraan yang sedang dalam prjalanan.

3. Bagaimana cara shalatnya orang yang brkendaraan dengan kecepatan tinggi, apakah cukup dengan melaksanakan dengan lihurmatil wakti atau dilaksanakan dengan cara sidatul khaof.. Orang smacam itu, melaksanakan shalatnya cukup dengan sekemampuaanya, kemudian dilain kesempatan wajib mengulangi lagi, namun di dalam mengulanginya ini ada beberapa pndapat di intern para ulama dengan perincian sbb:

1. Wajib mengulangi, sebab dimasukkan pada orang yang berhalangan secara jarang.

2. Tidak wajib mengulangi, sebab trmasuk atau sama dengan orang yang melaksanakan shalat syidatu khaof. 
Ashhabuna berkata, bila waktu shalat sudah tiba sedangkan orang sedang ada dalam prjalanan, sedangkan kalau turun dari kendaraan untuk melaksanakan shalat takut ketinggalan dari rombongan, atau khawatir dari hartanya, boleh kerjakan shalat di atas kendaraan, karena menghormat waktu dan wajib diulangi lagi karena masuk udzur yang jarang trjadi. Demikianlah masalah ini telah diturunkan olh sgolongan ulama diantaranya adalah pngarang kitab TAHDZIB dan imam Rofi'i.Dan Qodhi Husen brkata, orang tersebut harus mengerjakan shalat di atas kendaraan sbgaimana telah kami tuturkan tadi diatas, dan adapun wajib mengulangi adalah mempunyai dua kepantasan:

1. Tidak wajib mengulangi, sebab dimasukan pada sidatul khaof.

2. Wajib mengulanginya, sebab trmasuk jarang trjadinya. (Majmu juz 3 hal 442)

SHALAT LI HURMATIL WAQTI Adalah shalat yang dilakukan seseorang sekedar penghormatan terhadap waktu akibat tidak terpenuhinya syarat-syarat menjalankan shalat seperti suci dari hadats kecil atau besar, suci badan dan tempat shalatnya dari najis dan lain-lain. 
Shalat yang dilakukan dalam kondisi semacam ini menurut syafi’iyyah wajib diulangi meskipun sudah menggugurkan tuntutan kewajiban shalat baginya saat itu dalam arti andai setelah shalat ia meninggal dunia, dirinya tidak dihukumi meninggalkan shalat dan maksiat.  Referensi :

ุญูƒู… ูุงู‚ุฏ ุงู„ุทู‡ูˆุฑูŠู† : 41 - ูุงู‚ุฏ ุงู„ุทู‡ูˆุฑูŠู† ู‡ูˆ ุงู„ุฐูŠ ู„ู… ูŠุฌุฏ ู…ุงุก ูˆู„ุง ุตุนูŠุฏุง ูŠุชูŠู…ู… ุจู‡ ، ูƒุฃู† ุญุจุณ ููŠ ู…ูƒุงู† ู„ูŠุณ ููŠู‡ ูˆุงุญุฏ ู…ู†ู‡ู…ุง ، ุฃูˆ ููŠ ู…ูˆุถุน ู†ุฌุณ ู„ูŠุณ ููŠู‡ ู…ุง ูŠุชูŠู…ู… ุจู‡ ، ูˆูƒุงู† ู…ุญุชุงุฌุง ู„ู„ู…ุงุก ุงู„ุฐูŠ ู…ุนู‡ ู„ุนุทุด ، ูˆูƒุงู„ู…ุตู„ูˆุจ ูˆุฑุงูƒุจ ุณููŠู†ุฉ ู„ุง ูŠุตู„ ุฅู„ู‰ ุงู„ู…ุงุก ، ูˆูƒู…ู† ู„ุง ูŠุณุชุทูŠุน ุงู„ูˆุถูˆุก ูˆู„ุง ุงู„ุชูŠู…ู… ู„ู…ุฑุถ ูˆู†ุญูˆู‡ .ูุฐู‡ุจ ุฌู…ู‡ูˆุฑ ุงู„ุนู„ู…ุงุก ุฅู„ู‰ ุฃู† ุตู„ุงุฉ ูุงู‚ุฏ ุงู„ุทู‡ูˆุฑูŠู† ูˆุงุฌุจุฉ ู„ุญุฑู…ุฉ ุงู„ูˆู‚ุช ูˆู„ุง ุชุณู‚ุท ุนู†ู‡ ู…ุน ูˆุฌูˆุจ ุฅุนุงุฏุชู‡ุง ุนู†ุฏ ุงู„ุญู†ููŠุฉ ูˆุงู„ุดุงูุนูŠุฉ ، ูˆู„ุง ุชุฌุจ ุฅุนุงุฏุชู‡ุง ุนู†ุฏ ุงู„ุญู†ุงุจู„ุฉ ، ุฃู…ุง ุนู†ุฏ ุงู„ู…ุงู„ูƒูŠุฉ ูุฅู† ุงู„ุตู„ุงุฉ ุนู†ู‡ ุณุงู‚ุทุฉ ุนู„ู‰ ุงู„ู…ุนุชู…ุฏ ู…ู† ุงู„ู…ุฐู‡ุจ ุฃุฏุงุก ูˆู‚ุถุงุก

HUKUM SHALAT ORANG YANG TIDAK MENDAPATI AIR ATAU DEBU 
Orang yang tidak mendapati sarana untuk bersuci baik berupa air atau debu seperti saat ia dipenjara dan tidak mendapati salah satu dari keduanya, atau ditempat najis yang tidak ia dapatkan debu untuk bersuci sementara air yang ada dibutuhkan untuk dahaganya orang yang bersamanya, orang yang sedang disalib atau berada diperahu yang tidak dapat meraih air dan seperti orang sakit yang tidak mampu menjalani wudhu atau tayammum sebab sakit atau semacamnya, maka mayoritas ulama mewajibkan hukum shalat baginya sekedar penghormatan terhadap waktu, hukum kewajiban shalat tidak semata-mata gugur baginya namun baginya wajib mengulangi shalat yang ia kerjakan dalam kondisi demikian menurut kalangan Hanafiyyah dan Syafi’iyyah, sedang menurut kalangan hanabilah tidak wajib mengulangi shalatnya.Menurut pendapat yang mu’tamad (dapat dijadikan pegangan) dikalangan Malikiyyah seseorang yang dalam kondisi diatas shalatnya gugur dan dalam pendapat lainnya wajib menjalani dan mengqadhainya. [ Al-Mausuuah al-Fiqhiyyah 14/273 ].

HAL-HAL YANG MENGAKIBATKAN SHALAT LI HURMATIL WAQTI  : 
• Tidak mendapati sarana bersuci baik berupa air atau debu 
• Shalat dengan tidak mampu menghilangkan najis dari tubuhnya 
• Shalat dengan tidak mampu mengetahui masuknya waktu shalat 
• Shalat dengan tidak mampu menemukan tempat atau alas yang suci dari najis. Referensi :

ูˆู…ู† ู„ู… ูŠุฌุฏ ู…ุงุก ูˆู„ุง ุชุฑุงุจุง ูŠุตู„ูŠ ู„ุญุฑู…ุฉ ุงู„ูˆู‚ุช

Barangsiapa tidak mendapati air atau debu maka shalatlah sekedar menghormati waktu. [ Raudhah at-Thoolibiin I/26 ].

ุฃَู†َّ ู…َู†ْ ูَู‚َุฏَ ุงู„ุณُّุชْุฑَุฉَ ูŠُุตَู„ِّูŠ ุนَุงุฑِูŠًّุง ูˆَู„َุง ุฅุนَุงุฏَุฉَ ุนَู„َูŠْู‡ِ ، ุจِุฎِู„َุงูِ ุงู„ْู…ُุญْุฏِุซِ ูˆَู…َู†ْ ุจِุจَุฏَู†ِู‡ِ ู†َุฌَุงุณَุฉٌ ูَุฅِู†َّ ูƒُู„ًّุง ู…ِู†ْู‡ُู…َุง ูŠُุตَู„ِّูŠ ู„ِุญُุฑْู…َุฉِ ุงู„ْูˆَู‚ْุชِ ูˆَูŠُุนِูŠุฏُ

Bila seseorang tidak mendapati penutup aurat maka bershalatlah dengan telanjang dan tidak ada kewajiban mengulangi shalat baginya, berbeda dengan shalatnya orang yang sedang hadats dan orang yang dalam tubuhnya najis maka masing-masing darinya diwajibkan shalat untuk menghormati waktu dan mengulangi shalatnya. [ Nihaayah al-Muhtaaj I/17 ].

( ู‚ูˆู„ู‡ ูู…ู† ุตู„ู‰ ุจุฏูˆู†ู‡ุง ) ุฃูŠ ุจุฏูˆู† ุงู„ู…ุนุฑูุฉ ุงู„ู…ุฐูƒูˆุฑุฉ ูˆู‚ูˆู„ู‡ ู„ู… ุชุตุญ ุตู„ุงุชู‡ ุฃูŠ ุฅู† ูƒุงู† ู‚ุงุฏุฑุง ูˆุฅู„ุง ุตู„ู‰ ู„ุญุฑู…ุฉ ุงู„ูˆู‚ุช ุงู‡ ุดูˆุจุฑูŠ

(Keterangan barangsiapa shalat tanpa mengetahui waktu masuknya shalat maka shalatnya tidak sah bila ia mampu berusaha mengetahui waktu shalat bila tidak, shalatlah sekedar menghormati waktu. [ I’aanah at-Thoolibiin I/115 ].

ูˆَุฅِู†ْ ู„َู…ْ ูŠَุฌِุฏْ ู…َูˆْุถِุนًุง ุทَุงู‡ِุฑًุง ูˆَู„َุง ุจِุณَุงุทًุง ุทَุงู‡ِุฑًุง ุตَู„َّู‰ ู„ِุญُุฑْู…َุฉِ ุงู„ْูˆَู‚ْุชِ

Barangsiapa tidak mendapati tempat yang suci atau tikar yang suci maka shalatlah sekedar menghormati waktu. [ Al-Haawy li as-Syaafi’i I/275 ].

 Wallahu A'lam Bis showaab.



Sabtu, 08 Desember 2018

Do'a mohon kelapangan hidup, rezeki dan ketenangan hati.


Do'a mohon kelapangan hidup, rezeki dan ketenangan hati.

 
“Allaahumma inni as aluka ‘ilman warizqon waa si’an wasyifaa an min kulli daa’in” Ya Allah, aku memohon kepada Engkau ilmu yang berguna , rezeki yang luas, dan kesembuhan dari segala rupa penyakit.”

“Allaahummaj’al ausa’a rizqika ‘alayya ‘inda kibari sinnii wanqithoo’i umrii” Ya Allah berikanlah rezekiku yang paling luas ketika usiaku sudah tua dan ketika umurku terputus.”

“Allahumma r zuqni nafs’an muthmainnatan tu’minu biliqa-ika wa tardha biqadha-ika .”Ya Allah berilah kami, yang tenang, yang beriman akan saat perjumpaan dengan-Mu dan ridha menerima segala ketetapan-Mu.”

“Allahumaftah lana abwabal khairi wa abwabal barakati wa abwaban ni’mati wa abwabarrizki wa abwabal kuwati wabwabash shihhati wa abwabas salamati wa abwabal afiyati wa abwabal jannati” “Ya Allah, bukakanlah bagi kami pintu kebaikan, pintu keberkahan, pintu nikmat, pintu rizki, pintu kekuatan, pintu kesehatan, pintu keselamatan, pintu kebugaran, pintu surga”

“Allahuma ashlih lii diini wa wassi’lii fi daarii wa baarikli fii rizqi” “Ya Allah, perbaikilah agamaku yg menjadi pokok urusanku, lapangkan untukku dalam rumahku dan berkahilah dalam rizkiku.”

“A’uudzubikalimaatillahit tammati min syarri ma khuliqa, “Aku berlindung dengan kalimat Allah yg Maha Sempurna dari segala kejahatan apa yang Dia ciptakan.”.

“Allahummaj’al fihi minal mutawakkilina ‘alaika waj’al fihi minal fa’izina ladaika waj’alni fihi minal-muqarrabin ilaika bi ihsanika ya ghayatat-talibin.” Ya Allah! Jadikanlah kami sbg orang yg bertakwa kepadaMu & jadikan kami sbg orang yg menangis disisiMu & jadikanlah kami sbg orang yg dekat kepadaMu dg ihsanMu, Ya Allah, Engkaulah tujuan orang2 yg memohon.”

“Allahumaftah lana abwabal khairi wa abwabal barakati wabwabash shihhati wa abwabas salamati wa abwabal afiyati wa abwabal jannati” “Ya Allah, bukakanlah bagi kami pintu kebaikan, pintu keberkahan, pintu nikmat, pintu rizki, pintu kekuatan, pintu kesehatan, pintu keselamatan, pintu kebugaran, pintu surga”

“Allahuma inni a’udzubika minal hammi wal hazan, wa a’udzubika minal ajzi wal kasal, wa a’udzubika minal jubni wal bukhli, wa a’udzubika min ghalabatid daini wa qahrir rijaal” ‘Ya Allah, aku berlindung kpd-Mu dari kemurungan dan kesusahan, aku berlindung kpd-Mu dari kemalasan dan aku berlindung kpd-Mu dari ketakutan dan kekikiran, aku berlindung kpd-Mu dari tekanan hutang dan paksaan orang.” (HR. Abu Dawud).

“Rabbana hab lanâ min azwâjinâ wa dzurriyyatinâ qurrata a’yunin waj-’alnâ lil-muttaqîna imâmâ.” Artinya, Ya Tuhan kami, anugerahkan kepada kami, pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyejuk hati kami, dan jadikan kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa. (QS. Al-Furqan: 74).

“Allahuma inna ashbakhtu minka fi ni’mati wa’afiyati wasatrin faatimma ‘alayya ni’mataka wa’afiayataka wasatraka fid-dunya wal akhirah” Ya Allah, kami dipagi ini mohon Engkau limpahan kenikmatan, kesejahteraan & perlindungan maka sempurnakanlah unt kami nikmatMu, kesejahteraanMu & lindunganMu di dunia & akhirat”

“Allahuma inni a’udzubika minal baroshi wal junuuni wal judzaami wa min sayyi-il asqoom” Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari penyakit belang, gila, kusta & penyakit2 yg buruk lainnya (HR. Muslim)

“Allahumma rahmataka arju fala takilni ila nafsi tharfata ‘ain, wa ashlihli sya’ni kullahu, la ilaha illa anta,” Ya Allah, hanya kasih sayangMu yg aku harapkan, janganlah Engkau serahkan urusanku kpdku meski sekejap & perbaikilah semua urusanku, Tiada Tuhan selain Engkau.”

“Robbana dholamna anfusana wa illam taghfirlana watarhamna lanakunanna minal khosirin,” Ya Tuhan kami telah menganiaya diri kami sendiri & jika Engkau tidak mengampuni kami niscaya kami termasuk orang-orang yg merugi.” (QS. al-A’raf : 23).

“Rabbana la tuzigh qulubana ba’da idz-hadaitana wa hablana min ladunka rahmah, innaka antal wahhab” Ya Tuhan kami, janganlah Engkau condongkan hati kami kpd kesesatan, setelah Engkau beri petunjuk kpd kami & karuniakanlah kpd kami rahmat dari sisiMu, Sesungguhnya Engkau Maha Pemberi.”

“Allahumma rahmataka arju fala takilni ila nafsi tharfata ‘ain, wa ashlihli sya’ni kullahu, la ilaha illa anta,” Ya Allah, hanya kasih sayangMu yg aku harapkan, janganlah Engkau serahkan urusanku kpdku meski sekejap & perbaikilah semua urusanku, Tiada Tuhan selain Engkau.”

Tiga Ilmu yang Wajib Dipelajari Setiap Muslim


Tiga Ilmu yang Wajib Dipelajari Setiap Muslim

Adalah pemandangan yang kaprah di masyarakat, ilmu dibedakan menjadi ilmu agama dan ilmu umum. Pemahaman ini kemudian lebih dikuatkan dengan adanya pembagian sekolah yang disebut dengan sekolah umum dan sekolah agama atau yang lebih dikenal dengan madrasah.

Sesungguhnya para ulama tidak membagi ilmu dengan pembagian yang demikian. Bila membaca berbagai literatur akan didapati bahwa yang dibedakan oleh para ulama bukanlah jenis ilmunya, namun hukum mempelajarinya. Dalam kitab Ihya Ulûmid Dîn misalnya Imam Al-Ghazali membedakan ilmu menjadi ilmu yang fardlu ‘ain hukumnya untuk dipelajari dan ilmu yang fardlu kifayah hukumnya untuk dipelajari.

Ilmu yang fardlu kifayah hukum mempelajarinya berarti tidak setiap orang Islam wajib mempelajari ilmu tersebut. Bila ada satu di antara mereka yang telah mempelajarinya maka itu sudah cukup menggugurkan orang Islam lain untuk mempelajarinya. Termasuk dalam kategori ilmu ini adalah ilmu hadis, ilmu tafsir, ilmu kedokteran, ilmu biologi dan lain sebagainya. Bila ada satu orang Islam yang mempelajarinya maka gugurlah kewajiban orang Islam lainnya untuk memepelajarinya.

Sedangkan ilmu yang hukum mempelajarinya adalah fardlu ‘ain maka ilmu ini tidak bisa tidak harus dipelajari dan dipahami oleh setiap individu Muslim. Tak ada celah bagi seorang Muslim untuk tidak mempelajari ilmu pada kategori ini.

Lalu ilmu apa saja yang hukum mempelajarinya termasuk dalam kategori fardlu ‘ain?

Menurut Syekh Zainudin Al-Malibari di dalam kitab Mandhûmatu Hidâyatil Adzkiyâ’ ilâ Tharîqil Auliyâ’, di mana kitab ini diberi penjelasan oleh Sayid Bakri Al-Makki dalam kitab Kifâyatul Atqiyâ’ wa Minhâjul Awliyâ’, bahwa ada 3 (tiga) ilmu yang wajib dipelajari oleh setiap orang Muslim dengan kewajiban fardlu ‘ain. Ketiga ilmu itu adalah ilmu yang menjadikan ibadah menjadi sah, ilmu yang mengesahkan aqidah, dan ilmu yang menjadikan hati bersih.

Dalam kitab itu Al-Malibari menuturkan:

وتعلمن علما يصحح طاعــة وعقيدة ومزكي القلب اصقلا

هذا الثلاثة فرض عين فاعرفن واعمل بها تحصل نجاة واعتلا

Pelajarilah ilmu yang mengesahkan ketaatan

mengesahkan aqidah serta mensucikan hati

Ketiganya ini fardlu ain hukumnya, ketahuilah

amalkanlah, maka terwujud keselamatan dan kehormatan

Inilah tiga ilmu yang setiap orang Islam wajib mempelajarinya.

Pertama, ilmu yang menjadikan sahnya ibadah kepada Allah adalah ilmu fiqih yang membahas tentang bagaimana semestinya seorang Muslim beribadah kepada Allah. Sebagai contoh, setiap Muslim wajib mempelajari ilmu tentang bagaimana caranya shalat yang benar dan baik. Juga ia wajib mempelajari berbagai ilmu yang berkaitan dengan keabsahan shalat, seperti caranya berwudlu, cara mensucikan berbagai macam najis, bertayamum, beristinja dan lain sebagainya.

Seorang Muslim juga wajib mempelajari ilmu-ilmu yang berkaitan dengan ibadah-ibadah lain seperti puasa, zakat, haji dan lain sebagainya. Termasuk juga dalam kategori ini adalah ilmu muamalat, ilmu yang mengatur bagaimana semestinya seseorang melakukan berbagai macam kegiatan yang berhubungan dengan sesama manusia, seperti jual beli, sewa menyewa, penitipan, dan sebagainya.

Ilmu-ilmu ini fardlu ain hukumnya untuk dipelajari mengingat amalan seseorang yang tidak didasari dengan ilmu maka amalan yang dilakukannya itu menjadi batal, tak diterima. Sebagaimana dituturkan Ibnu Ruslan dalam kitab Zubad:

وكل من بغير علم يعمل

أعماله مردودة لا تقبل

Setiap orang yang beramal tanpa ilmu

Maka amalnya tertolak, tak diterima

Kedua, ilmu yang menjadikan aqidah atau kepercayaan seseorang menjadi benar sesuai dengan aqidah yang dianut oleh para ulama Ahlussunah wal Jama’ah. Dengan mempelajari dan memahami ilmu ini maka seseorang akan terjaga dari aqidah-aqidah yang rusak dan tidak benar seperti aqidah Mu’tazilah, Jabariyah, dan Mujassimiyah.

Orang yang tidak mempelajari ilmu ini maka dikhawatirkan ia akan salah dalam memahami dan meyakini perihal bagaimana Allah dan berbagai permasalahan keimanan lainnya.

Ketiga, ilmu yang menjadikan hati bersih dari berbagai macam akhlak yang jelek seperti riya, sombong, dengki, hasud dan berbagai macam penyakit hati lainnya. Ilmu ini wajib pula dipelajari oleh setiap orang Muslim mengingat perilaku orang tidak hanya apa yang dilakukan oleh anggota badan secara lahir namun juga perilaku-perilaku hati secara batin.

Sayid Bakri Al-Makki memberikan penjelasan masalah ini di dalam kitabnya Kifâyatul Atqiyâ’ wa Minhâjul Ashfiyâ’. Beliau menuturkan bahwa tak ada kelonggaran bagi seorang pun untuk tidak mengetahui ketiga ilmu tersebut. Inilah ilmu syariat yang bermanfaat. Tak cukup dengan memepelajari dan mengetahuinya saja. Orang yang telah mempelajarinya juga mesti mengamalkannya. Karena siapapun yang telah mengetahui ketiga ilmu ini tidak akan bisa selamat kecuali dengan mengamalkannya.

Ya, untuk mendapatkan keselamatan di akherat kelak serta tingginya derajat di dunia dan akherat tak bisa lepas dari tiga hal: keyakinan atau aqidah yang benar, ibadah yang benar, dan hati yang bersih.

Hal ini semestinya menjadi perhatian bagi setiap orang Muslim. Lebih-lebih semestinya menjadi perhatian bagi para orang tua untuk lebih mengutamakan ketiga ilmu tersebut bagi para anaknya. Sudah semestinya ketika anak-anak masih belum akil baligh setiap orang tua lebih mementingkan ketiga ilmu tersebut dibanding ilmu-ilmu lainnya. Ini dikarenakan ketika sang anak sudah menginjak masa akil baligh, yang artinya dia telah mukallaf dan menanggung setiap akibat perbuatannya, maka ia sudah harus melakukan berbagai macam tuntutan syariat yang akan memberinya pahala bila melakukannya dan memberinya dosa bila meninggalkannya. Untuk melakukan tuntutan syariat ini mau tidak mau ia harus telah memiliki dan memahami ilmu-ilmunya yang semestinya telah dipelajari sejak dari kecil.

Bila sampai dengan akil baligh sang anak belum tahu bagaimana semestinya beraqidah dan beribadah kepada Allah sehingga ia melakukan kesalahan, maka orang tua akan ikut menanggung akibat dari kesalahan tersebut, karena keteledorannya yang tak memberikan ilmu agama yang cukup saat sang anak masih belum baligh.

Tidak salah memberikan berbagai macam ilmu ketika anak masih duduk di bangku sekolah dasar, sebelum anak akil baligh. Tetapi adalah kerugian yang besar bila orang tua tak memperhatikan dan tak memberikan ilmu yang cukup bagi anak untuk kelak ketika ia telah akil baligh berhubungan dengan Tuhan dan sesama makhluk dengan baik dan benar.

Wallâhu a’lam. 

Jumat, 07 Desember 2018

Doa bagi yg pindah rumah


DO' UNTUK MENEMPATI RUMAH BARU



Wakhususon Bapak  ...........  beserta ibu dan keluarga berilah mereka keselamatan, kesehatan dan kebugaran serta kesejahteraan hidup fiddunya wal ahiroh  dalam lindungan dan Naungan-Mu...

“Allahumaftah lana abwabal khairi wa abwabal barakati wa abwaban ni’mati wa abwabarrizki wa abwabal kuwwati wabwabash shihhati wa abwabal afiyati waabwaabal magffiroh salamati wa abwabas sa'adah wa abwabal jannati”

"Yaa Alloh Yaa Fattah...bukakanlah baginya pintu kebaikan, pintu keberkahan, pintu nikmat, pintu rizki, pintu kekuatan, pintu kesehatan dan kebugaran, pintu keselamatan, pintu karomah, pintu Rohmat, pintu Ampunan,  pintu selamat,  pintu kebahagiaan  dan pintu surga-Mu.."

Yaa Alloh...Yaa Mujiibassaailiin  jadikanlah Rumah yang akan ditempati ini Rumah yang selalu membawa keberkahan...
Maka limpahkanlah segala keberkahan-Mu...!!!
Berkah kehidupan, (hidup yg bermanfaat  
             Bagi orang lain).
............ Rumah tangga, ( RT Samawa)
............ umur, (umur yg panjang dalam 
             Ketaatan kepada-Mu)
............ Rizki, (Rizki yg melimpah/
             Dan bermanfaat)
............ Karier, (karier yg Gemilang).
............ dan semua keberkahan-Mu.
Yaa Alloh... limpahkanlah kepada mereka Yaa Alloh...

Yaa Alloh... Yaa Muhaimin....lindungi dan hindarkan lah rumah yang akan ditempati ini dari Gangguan jin dan mahluk-Mu yang Ghoib ataupun yang dzahir yang akan menggangu ketentraman Rumah tangga Mereka Yaa Robbal'aalamiin Yaa Mujiibassaailiin... birokhmatika Yaa Arkhamarrookhimiin..



Rabu, 05 Desember 2018

[Lengkap] Kitab Fathul Izar dan Terjemahnya


[Lengkap] Kitab Fathul Izar dan Terjemahnya

Kitab Fathul Izar adalah karya ulama Nusantara, KH. Abdullah Fauzi Pasuruan. Menerangkan tentang perihal nikah dan yang berkaitan dengan hubungan suami-istri.

ุจุณู… ุงู„ู„ู‡ ุงู„ุฑุญู…ู† ุงู„ุฑุญูŠู…
ุงู„ุญู…ุฏ ู„ู„ู‡ ุงู„ุฐูŠ ุฌู„ ู‚ุฏุฑู‡ ูˆุนุฒ ุฌุงุฑู‡ ุงู„ุฐูŠ ุฌุนู„ ุงู„ู†ูƒุงุญ ุณุจุจุง ู„ุจู‚ุงุก ู†ุณู„ ุงู„ุฃู†ุงู…، ูˆูˆุณูŠู„ุฉ ุงู„ู‰ ุงุดุชุจุงูƒ ุงู„ุดุนูˆุจ ูˆุงู„ุฃู‚ูˆุงู…، ูˆุงู„ุตู„ุงุฉ ูˆุงู„ุณู„ุงู… ุนู„ู‰ ุณูŠุฏู†ุง ู…ุญู…ุฏ ุงู„ู…ุตุทูู‰ ุตุงุญุจ ุงู„ุนุฒ ูˆุงู„ุตุฏู‚ ูˆุงู„ูˆูุง ูˆุนู„ู‰ ุขู„ู‡ ูˆุตุญุจู‡ ุงู„ุดุฑู ุงู†ุฌูˆู… ุงู„ู‡ุฏู‰ ูˆุงู„ุตูุง، ุฃู…ุง ุจุนุฏ:

ูู‡ุฐู‡ ูƒุฑุงุณุฉ ุตุบูŠุฑ ุญุฌู…ู‡ุง ู„ุทูŠู ุดูƒู„ู‡ุง ุฌู„ูŠู„ ู‚ุฏุฑู‡ุง ุนุธูŠู… ู†ูุนู‡ุง ุชุดุชู…ู„ ุนู„ู‰ ููˆุงุฆุฏ ู…ู‡ู…ุฉ ุชุชุนู„ู‚ ุจุจุนุถ ู…ุง ู„ู„ู†ูƒุงุญ ู…ู† ุงู„ุญุฑุซ ูˆุฃุณุฑุงุฑ ุฃูˆู‚ุงุชู‡ ูˆุชุฏุจูŠุฑู‡ ูˆู…ุง ู„ุฎู„ู‚ุฉ ุงู„ุฃุจูƒุงุฑ ู…ู† ุงู„ุนุฌุงุฆุจ ูˆุงู„ุฃุณุฑุงุฑ ุฌู…ุนุชู‡ุง ูˆุงู„ุชู‚ุทุชู‡ุง ูˆู†ู‚ู„ุชู‡ุง ู…ู† ูุญูˆู„ ุงู„ุนู„ู…ุงุก ูˆุงู„ุฑุฌุงู„ ู…ู†ู‡ู… ุงู„ู„ู‡ ุชุนุงู„ู‰ ุจู†ูŠู„ ุงู„ููˆุฒ ูˆุงู„ุฅูุถุงู„ ุณู…ูŠุชู‡ุง ุจูุชุญ ุงู„ุฅุฒุงุฑ ููŠ ูƒุดู ุงู„ุฃุณุฑุงุฑ ู„ุฃูˆู‚ุงุช ุงู„ุญุฑุซ ูˆุฎู„ู‚ุฉ ุงู„ุฃุจูƒุงุฑ ูˆุงู„ู„ู‡ ุชุนุงู„ู‰ ู†ุณุฃู„ ุฃู† ูŠุฌุนู„ู‡ุง ู†ุงูุนุฉ ู„ู†ุง ูˆู„ุฅุฎูˆุงู†ู†ุง ุงู„ู…ุณู„ู…ูŠู† ูˆูŠุฌุนู„ู‡ุง ุฏุฎูŠุฑุฉ ู„ู†ุง ูˆู„ูˆุงู„ุฏูŠู†ุง ูŠูˆู… ู„ุงูŠู†ูุน ู…ุงู„ ูˆู„ุงุจู†ูˆู† ุงู„ุง ู…ู† ุงุชู‰ ุงู„ู„ู‡ ุจู‚ู„ุจ ุณู„ูŠู… ู…ู† ุขูุงุช ุงู„ู‚ู„ุจ ูˆุณูˆุก ุงู„ุธู†.

ุฅุนู„ู… ุฃู† ุงู„ู†ูƒุงุญ ุณู†ุฉ ู…ุฑุบูˆุจุฉ ูˆุทุฑูŠู‚ุฉ ู…ุญุจูˆุจุฉ ู„ุฃู† ุจู‡ ุจู‚ุงุก ุงู„ุชู†ุงุณู„ ูˆุฏูˆุงู… ุงู„ุชูˆุงุตู„ ูู‚ุฏ ุญุฑุถู‡ ุงู„ุดุงุฑุน ุงู„ุญูƒูŠู… ูู‚ุงู„ ุนุฒ ู…ู† ู‚ุงุฆู„ “ูุงู†ูƒุญูˆุงู…ุง ุทุงุจ ู„ูƒู… ู…ู† ุงู„ู†ุณุงุก ู…ุซู†ู‰ ูˆุซู„ุงุซ ูˆุฑุจุงุน” ุงู„ุฃูŠุฉ ูˆู‚ุงู„ “ูˆู…ู† ุขูŠุงุชู‡ ุฃู† ุฎู„ู‚ู„ูƒู… ู…ู† ุฃู†ูุณูƒู… ุฃุฒูˆุงุฌุง ู„ุชุณูƒู†ูˆุง ุฅู„ูŠู‡ุง ูˆุฌุนู„ ุจูŠู†ูƒู… ู…ูˆุฏุฉ ูˆุฑุญู…ุฉ” ุงู„ุฃูŠุฉ ูˆู‚ุงู„”ูˆุฃู†ูƒุญูˆุง ุงู„ุฃูŠุงู…ู‰ ู…ู†ูƒู… ูˆุงู„ุตุงู„ุญูŠู† ู…ู† ุนุจุงุฏูƒู… ูˆุฅู…ุงุฆูƒู… ุงู† ูŠูƒูˆู†ูˆุง ูู‚ุฑุงุก ูŠุบู†ูŠู‡ู… ุงู„ู„ู‡ ู…ู† ูุถู„ู‡” ุงู„ุขูŠุฉ ูˆู…ู† ุฅุบู†ุงุฆู‡ ุชุนุงู„ู‰ ู„ู‡ู… ุงู† ุงู„ุฑุฌู„ ู‚ุจู„ ุฏุฎูˆู„ู‡ ููŠ ู‚ูŠุฏ ุงู„ู†ูƒุงุญ ู„ู‡ ูŠุฏุงู† ูˆุฑุฌู„ุงู† ูˆุนูŠู†ุงู† ูˆุบูŠุฑู‡ุง ู…ู† ุงู„ุฌูˆุงุฑุญ ุจุญุฏุชู‡ุง ูู‚ุท ูˆู„ูƒู† ูƒู„ู…ุง ุฏุฎู„ ููŠู‡ ุตุงุฑุช ุชู„ูƒ ุงู„ุฃุนุถุงุก ุชุชุถุงุนู ุถุนููŠู† ุจุฒูŠุงุฏุฉ ุฃุนุถุงุก ุฒูˆุฌุชู‡ ุงู„ูŠู‡ุง ุงู„ุง ุชุฑู‰ ุงู† ุงู„ุนุฑูˆุณุฉ ุงุฐุง ู‚ุงู„ุช ู„ู„ุนุฑูŠุณ : ู„ู…ู† ูŠุฏุงูƒ؟ ู‚ุงู„ ู„ูƒ ูˆุงุฐุง ู‚ุงู„ุช ู„ู‡: ู„ู…ู† ุฃู†ููƒ؟ ู‚ุงู„ ู„ูƒ ูˆุงุฐุง ู‚ุงู„ุช ู„ู‡ ุงูŠุถุง: ู„ู…ู† ุนูŠู†ุงูƒ؟ ู‚ุงู„ ู„ู‡ุง ู…ุฌูŠุจุง ูˆู…ุคู†ุณุง: ู„ูƒ ูˆู‡ูƒุฐุง. ูˆู‚ุงู„ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ูŠุง ู…ุนุดุฑ ุงู„ุดุจุงุจ ู…ู† ุงุณุชุทุงุน ู…ู†ูƒู… ุงู„ุจุงุกุฉ ูู„ูŠุชุฒูˆุฌ ูุฅู†ู‡ ุฃุบุถ ู„ู„ุจุตุฑ ูˆุฃุญุตู† ู„ู„ูุฑุฌ ุงู„ุญุฏูŠุซ ูˆุงู„ุจุงุกุฉ ุงู„ู†ูู‚ุฉ ุงู„ุธุงู‡ุฑุฉ ูˆุงู„ุจุงุทู†ุฉ ูƒู…ุง ู‚ูŠู„ ูˆู‚ุงู„ ุฃูŠุถุง ุชุฒูˆุฌูˆุง ุงู„ูˆู„ูˆุฏ ุงู„ูˆุฏูˆุฏ ูุฅู†ูŠ ู…ูƒุงุซุฑ ุจูƒู… ุงู„ุฃู…ู… ูŠูˆู… ุงู„ู‚ูŠุงู…ุฉ ุงู„ุญุฏูŠุซ ุงูˆ ูƒู…ุง ู‚ุงู„ ูˆุบูŠุฑู‡ุง ู…ู† ุงู„ุขูŠุงุช ูˆุงู„ุฃุญุงุฏูŠุซ.

ุจูŠุงู† ุงู„ุญุฑุซ ูˆุฃุณุฑุงุฑ ุงูˆู‚ุงุช

ุฅุนู„ู… ุฃู† ุงู„ู…ู‚ุตูˆุฏ ุงู„ุฃุนุธู… ู…ู† ุงู„ู†ูƒุงุญ ุงู„ุชุนุจุฏ ูˆุงู„ุชู‚ุฑุจ ูˆุงุชุจุงุน ุณู†ุฉ ุงู„ุฑุณูˆู„ ูˆุชุญุตูŠู„ ุงู„ูˆู„ุฏ ูˆุงู„ู†ุณู„ ู„ุฃู† ุจู‡ ุจู‚ุงุก ุงู„ุนุงู„ู… ูˆุงู†ุชุธุงู…ู‡ ูˆุจุชุฑูƒู‡ ูˆุฅู‡ู…ุงู„ู‡ ุฎุฑุงุจู‡ ูˆุฏุฑุงุณู‡ ูˆู…ุนู„ูˆู… ุฃู†ู‡ ู„ุงูŠุญุตู„ ุงู„ุญุตุงุฏ ุงู„ุง ุจู†ุซุฑ ุงู„ุจุฐุฑ ุนู„ู‰ ุงู„ุฃุฑุถ ุงูˆู„ุง ูˆุญุฑุซู‡ุง ูˆุฒุฑุนู‡ุง ุจุทุฑู‚ ูˆูƒูŠููŠุงุช ู…ุนู„ูˆู…ุฉ ุนู†ุฏ ุงู„ูู„ุงุญ ูˆุงู†ุชุธุงุฑ ุงู„ู…ุฏุฏ ุงู„ู‰ ุจุฏูˆ ุงู„ุตู„ุงุญ ูˆูƒุฐู„ูƒ ู„ุงูŠุญุตู„ ุงู„ูˆู„ุฏ ูˆุงู„ู†ุณู„ ุงู„ุง ุจุจุซ ุจุฐุฑ ุงู„ุฒูˆุฌ ุนู„ู‰ ู…ุฒุฑุนุชู‡ ูˆุฒุฑุนุชู‡ ุงู„ุชูŠ ู‡ูŠ ุญู„ูŠู„ู‡ ู‚ุงู„ ุชุนุงู„ู‰ ู†ุณุงุคูƒู… ุญุฑุซ ู„ูƒู… ูุฃุชูˆุง ุญุฑุซูƒู… ุฃู†ู‰ ุดุฆุชู… ูˆู‚ุฏู…ูˆุง ู„ุฃู†ูุณูƒู… ุงู„ุขูŠุฉ. ูˆุณุจุจ ู†ุฒูˆู„ ู‡ุฐู‡ ุงู„ุขูŠุฉ ุงู† ุงู„ู…ุณู„ู…ูŠู† ู‚ุงู„ูˆุง: ุงู†ุง ู†ุฃุชูŠ ุงู„ู†ุณุงุก ุจุงุฑูƒุงุช ูˆู‚ุงุฆู…ุงุช ูˆู…ุณุชู„ู‚ูŠุงุช ูˆู…ู† ุจูŠู† ุงูŠุฏูŠู‡ู… ูˆู…ู† ุฎู„ูู‡ู… ุจุนุฏ ุงู† ูŠูƒูˆู† ุงู„ู…ุฃุชูŠ ูˆุงุญุฏุง ูู‚ุงู„ุช ุงู„ูŠู‡ูˆุฏ ู…ุง ุงู†ุชู… ุงู„ุง ุงู„ุจู‡ุงุฆู… ู„ูƒู†ุง ู†ุฃุชู‡ู† ุนู„ู‰ ู‡ูŠุฆุฉ ูˆุงุญุฏุฉ ูˆุงู†ุง ู„ู†ุฌุฏ ููŠ ุงู„ุชูˆุฑุงุฉ ุงู† ูƒู„ ุงุชูŠุงู† ุชุคุชู‰ ุงู„ู†ุณุงุก ุบูŠุฑ ุงู„ุฅุณุชู„ู‚ุงุก ุฏู†ุณ ุนู†ุฏุงู„ู„ู‡. ูุฃูƒุฐุจ ุงู„ู„ู‡ ุชุนุงู„ู‰ ุงู„ูŠู‡ูˆุฏ ูููŠ ู‡ุฐู‡ ุงู„ุขูŠุฉ ุฏู„ุงู„ุฉ ุนู„ู‰ ุฌูˆุงุฒ ุงุชูŠุงู† ุงู„ุฑุฌู„ ุฒูˆุฌุชู‡ ุนู„ู‰ ุงูŠ ูƒูŠููŠุฉ ูˆุญุงู„ ุดุงุก ู…ู† ู‚ูŠุงู… ูˆู‚ุนูˆุฏ ูˆุงุณุชู„ู‚ุงุก ูˆู…ู† ุงูŠ ุฌู‡ุฉ ุดุงุก ู…ู† ููˆู‚ ูˆู…ู† ุชุญุช ูˆู…ู† ูˆุฑุงุก ูˆู…ู† ู‚ุฏุงู… ูˆููŠ ุงูŠ ูˆู‚ุช ุดุงุก ููŠ ุงู„ู„ูŠู„ ุงูˆ ุงู„ู†ู‡ุงุฑ ุจุนุฏ ุงู† ูƒุงู† ููŠ ุตู…ุงู… ูˆุงุญุฏ

ู„ูƒู† ู‚ุงู„ ุงู‡ู„ ุงู„ุนู„ู… ู…ู† ุฌุงู…ุน ุฒูˆุฌุชู‡ ููŠ ู„ูŠู„ุฉ ุงู„ุฌู…ุนุฉ ูŠุตูŠุฑ ุงู„ูˆู„ุฏ ุญุงูุธุง ููŠ ูƒุชุงุจ ุงู„ู„ู‡ ุชุนุงู„ู‰ ูˆู…ู† ุฌุงู…ุน ููŠ ู„ูŠู„ุฉ ุงู„ุณุจุช ูŠูƒูˆู† ุงู„ูˆู„ุฏ ู…ุฌู†ูˆู†ุง ูˆู…ู† ุฌุงู…ุน ููŠ ู„ูŠู„ุฉ ุงู„ุฃุญุฏ ูŠูƒูˆู† ุงู„ูˆู„ุฏ ุณุงุฑู‚ุง ู„ู…ู„ูƒ ุบูŠุฑู‡ ุงูˆุธุงู„ู…ุง ูˆู…ู† ุฌุงู…ุน ููŠ ู„ูŠู„ุฉ ุงู„ุฅุซู†ูŠู† ูŠูƒูˆู† ุงู„ูˆู„ุฏ ูู‚ูŠุฑุง ุงูˆ ู…ุณูƒูŠู†ุง ุงูˆ ุฑุงุถูŠุง ู„ุฃู…ุฑ ุงู„ู„ู‡ ูˆู‚ุถุงุฆู‡ ูˆู…ู† ุฌุงู…ุน ููŠ ู„ูŠู„ุฉ ุงู„ุซู„ุงุซุงุก ูŠูƒูˆู† ุงู„ูˆู„ุฏ ุจุงุฑุง ู„ู„ูˆุงู„ุฏูŠู† ูˆู…ู† ุฌุงู…ุน ููŠ ู„ูŠู„ุฉ ุงู„ุฃุฑุจุนุงุก ูŠูƒูˆู† ุงู„ูˆู„ุฏ ูƒุซูŠุฑ ุงู„ุนู‚ู„ ุงูˆ ูƒุซูŠุฑ ุงู„ุนู„ู… ุงูˆ ูƒุซูŠุฑ ุงู„ุดูƒุฑ ูˆู…ู† ุฌุงู…ุน ููŠ ู„ูŠู„ุฉ ุงู„ุฎู…ูŠุณ ูŠูƒูˆู† ุงู„ูˆู„ุฏ ู…ุฎู„ุตุง ููŠ ู‚ู„ุจู‡ ูˆู…ู† ุฌุงู…ุน ุฒูˆุฌุชู‡ ู…ุน ุงู„ุชูƒู„ู… ูŠูƒูˆู† ุงู„ูˆู„ุฏ ุฃุจูƒู… ูˆู…ู† ุฌุงู…ุน ููŠ ุธู„ู…ุฉ ูŠูƒูˆู† ุงู„ูˆู„ุฏ ุณุงุญุฑุง ูˆู…ู† ุฌุงู…ุน ู…ุน ุงู„ุณุฑุงุฌ ูŠูƒูˆู† ุงู„ูˆู„ุฏ ุญุณู† ุงู„ุตูˆุฑุฉ ูˆู…ู† ุฌุงู…ุน ุฑุงุฆูŠุง ุนูˆุฑุฉ ุงู„ู…ุฑุฃุฉ ูŠูƒูˆู† ุงู„ูˆู„ุฏ ุฃุนู…ู‰ ุงูˆ ุฃุนู…ู‰ ุงู„ู‚ู„ุจ ูˆู…ู† ุฌุงู…ุน ุณุงุฆู„ ุงู„ุฒุงุฏ ู„ุณูุฑ ูŠูƒูˆู† ุงู„ูˆู„ุฏ ูƒุงุฐุจุง ูˆู…ู† ุฌุงู…ุน ุชุญุช ุงู„ุดุฌุฑุฉ ุงู„ู…ุทุนูˆู… ุซู…ุฑู‡ุง ูŠูƒูˆู† ุงู„ูˆู„ุฏ ู…ู‚ุชูˆู„ ุงู„ุญุฏูŠุฏ ุงูˆ ู…ู‚ุชูˆู„ ุงู„ุบุฑู‚ ุงูˆ ู…ุงุช ููŠ ู‡ุฏู… ุงู„ุดุฌุฑุฉ

ู‚ุงู„ ุฃู‡ู„ ุงู„ุนู„ู… ูˆูŠู†ุจุบูŠ ู„ู„ุนุฑูˆุณ ุฃุฑุจุนุฉ ุฃุดูŠุงุก ุฃูˆู„ู‡ุง ุฃุฎุฐ ุงู„ูŠุฏูŠู† ูˆุซุงู†ูŠู‡ุง ู…ุณ ุตุฏุฑู‡ุง ูˆุซุงู„ู‡ุง ุชู‚ุจูŠู„ ุงู„ุฎุฏูŠู† ูˆุฑุงุจุนู‡ุง ู‚ุฑุงุกุฉ ุงู„ุจุณู…ู„ุฉ ุนู†ุฏ ุฅุฏุฎุงู„ ุงู„ุฐูƒุฑ ููŠ ุงู„ูุฑุฌ ูˆู‚ุงู„ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ู…ู† ุฌุงู…ุน ุฒูˆุฌุชู‡ ุนู†ุฏ ุงู„ุญูŠุถ ููƒุฃู†ู…ุง ุฌุงู…ุน ุฃู…ู‡ ุณุจุนูŠู† ุณู†ุฉ ุงู„ุญุฏูŠุซ ุงูˆ ูƒู…ุง ู‚ุงู„.

(ู†ููŠุณุฉ ุธุฑูŠูุฉ) ุณุฆู„ ุจุนุถ ุงู„ู…ุดุงูŠุฎ ุนู† ุงู„ู†ุนู… ุงู„ุฏู†ูŠุง ูƒู… ู‡ูŠ؟ูุฃุฌุงุจ ุจุฃู†ู‡ุง ูƒุซูŠุฑุฉ ู„ุงูŠุญุตู‰ ุนุฏุฏู‡ุง ู‚ุงู„ ุชุนุงู„ู‰: ูˆุฅู† ุชุนุฏูˆุง ู†ุนู…ุฉ ุงู„ู„ู‡ ู„ุงุชุญุตูˆู‡ุง ูˆู„ูƒู†ุฃุนุธู…ู‡ุง ุงู†ุญุตุฑ ููŠ ุซู„ุงุซุฉ ุฃุดูŠุงุก: ุชู‚ุจูŠู„ ุงู„ู†ุณุงุก ูˆู„ู…ุณู‡ุง ูˆุฅุฏุฎุงู„ ุงู„ุฐูƒุฑ ููŠ ุงู„ูุฑุฌ. ู‚ุงู„ ุงู„ุดุงุนุฑ ููŠ ุจุญุฑ ุงู„ุฑุฌุฒ:
ูˆู†ุนู… ุงู„ุฏู†ูŠุง ุซู„ุงุซ ุชุนุชุจุฑ * ู„ู…ุณ ูˆุชู‚ุจูŠู„ ูˆุฅุฏุฎุงู„ ุงู„ุฐูƒุฑ
ูˆู‚ุงู„ ุฃุฎุฑ:
ู†ุนู… ุงู„ุฏู†ูŠุง ุซู„ุงุซ ุชุญุตุฑ * ุฏู…ูŠูƒ ูƒูˆู„ูŠุช ุนุงู…ุจูˆุน ูƒุงุฑูˆ ุจุงุฑุน ุชูˆุฑูˆ

ุจูŠุงู† ุชุฏุจูŠุฑ ุงู„ุญุฑุซ
ู‚ุงู„ ุงู„ุงู…ุงู… ุงู„ุนุงู„ู… ุงู„ุนู„ุงู…ุฉ ุฌู„ุงู„ ุงู„ุฏูŠู† ุนุจุฏ ุงู„ุฑุญู…ู† ุงู„ุณูŠูˆุทูŠ ููŠ ุงู„ุฑุญู…ุฉ: ุฅุนู„ู… ุงู† ุงู„ุฌู…ุงุน ู„ุงูŠุตู„ุญ ุงู„ุง ุนู†ุฏ ู‡ูŠุฌุงู† ุงู„ุดู‡ูˆุฉ ู…ุน ุงุณุชุนุฏุงุฏ ุงู„ู…ู†ูŠ ููŠู†ุจุบูŠ ุฃู† ูŠุฎุฑุฌู‡ ููŠ ุงู„ุญุงู„ ูƒู…ุง ูŠุฎุฑุฌ ุงู„ูุถู„ุฉ ุงู„ุฑุฏูŠุฆุฉ ุจุงู„ุฅุณุชูุฑุงุบุงุช ูƒุงู„ู…ุณู‡ู„ุงุช ูุงู† ููŠ ุญุจุณู‡ุนู†ุฏ ุฐู„ูƒ ุถุฑุฑุง ุนุธูŠู…ุง ูˆุงู„ู…ูƒุซุฑ ู…ู† ุงู„ุฌู…ุงุน ู„ุงูŠุฎูู‰ ู‡ุฑู…ู‡ ุณุฑูŠุนุง ูˆู‚ู„ุฉ ู‚ูˆุชู‡ ูˆุธู‡ูˆุฑ ุงู„ุดูŠุจููŠู‡ ูˆู„ู„ุฌู…ุงุน ูƒูŠููŠุฉ ูˆู‡ูŠ ุงู† ุชุณุชู„ู‚ู‰ ุงู„ู…ุฑุฃุฉ ุนู„ู‰ ุธู‡ุฑู‡ุง ูˆูŠุนู„ูˆู‡ุง ุงู„ุฑุฌู„ ู…ู† ุฃุนู„ุงู‡ุง ูˆู„ุง ุฎูŠุฑ ููŠ ู…ุง ุนุฏุง ุฐู„ูƒ ู…ู† ุงู„ู‡ูŠุฆุงุช ุซู… ูŠู„ุงุนุจู‡ุง ู…ู„ุงุนุจุฉ ุฎููŠูุฉ ู…ู† ุงู„ุถู… ูˆุงู„ุชู‚ุจูŠู„ ูˆู†ุญูˆ ุฐู„ูƒ ุญุชู‰ ุงุฐุง ุญุถุฑุช ุดู‡ูˆุชู‡ุง ุงูˆู„ุฌ ูˆุชุญุฑูƒ ูุงุฐุง ุตุจ ุงู„ู…ู†ูŠ ูู„ุงูŠู†ุฒุน ุจู„ ูŠุตุจุฑ ุณุงุนุฉ ู…ุน ุงู„ุถู… ุงู„ุฌูŠุฏู„ู‡ุง ูุงุฐุง ุณูƒู† ุฌุณู…ู‡ ุณูƒูˆู†ุง ุนุธูŠู…ุง ู†ุฒุน ูˆู…ุงู„ ุนู„ู‰ ูŠู…ูŠู†ู‡ ุญูŠู† ุงู„ู†ุฒุน ูู‚ุฏ ุฐูƒุฑูˆุง ุงู† ุฐู„ูƒ ู…ู…ุงูŠูƒูˆู† ุจู‡ ุงู„ูˆู„ุฏ ุฐูƒุฑ ูˆูŠู…ุณุญุงู† ูุฑุฌู‡ู…ุง ุจุญุฑู‚ุชูŠู† ู†ุธูŠูุชูŠู† ู„ู„ุฑุฌู„ ูˆุงุญุฏุฉ ูˆู„ู„ู…ุฑุฃุฉ ูˆุงุญุฏุฉูˆู„ุงูŠู…ุณุญุงู† ุจุญุฑู‚ุฉ ูˆุงุญุฏุฉ ูุงู† ุฐู„ูƒ ูŠูˆุฑุซ ุงู„ูƒุฑุงู‡ุฉ ูˆุงุญุณู† ุงู„ุฌู…ุงุน ู…ุง ูŠุนู‚ุจู‡ ู†ุดุงุท ูˆุทูŠุจ ู†ูุณูˆุจุงู‚ู‰ ุณู‡ูˆุฉ ูˆุดุฑู‡ ู…ุง ูŠุนู‚ุจู‡ ุฑุนุฏุฉ ูˆุถูŠู‚ ู†ูุณ ูˆู…ูˆุช ุฃุนุถุงุก ูˆุบุดูŠุงู† ูˆุจุบุถ ุงู„ุดุฎุต ุงู„ู…ู†ูƒูˆุญ ูุงู† ูƒุงู† ู…ุญุจูˆุจุง ูู‡ุฐุง ุงู„ู‚ุฏุฑ ูƒุงู ููŠ ุชุฏุจูŠุฑ ุงู„ุฃุตู„ุญ ู…ู† ุงู„ุฌู…ุงุน.

ูˆุงุฏุงุจ ุงู„ุฌู…ุงุน ุซู„ุงุซุฉ ู‚ุจู„ู‡ ูˆุซู„ุงุซุฉ ุญุงู„ู‡ ูˆุซู„ุงุซุฉ ุจุนุฏู‡ ุงู…ุง ุงู„ุซู„ุงุซุฉ ุงู„ุชูŠ ู‚ุจู„ู‡ ูุชู‚ุฏูŠู… ุงู„ู…ู„ุงุนุจุฉ ู„ูŠุทูŠุจ ู‚ู„ุจ ุงู„ุฒูˆุฌุฉ ูˆูŠุชูŠุณุฑ ู…ุฑุงุฏู‡ุง ุญุชู‰ ุงุฐุง ุนู„ุง ู†ูุณุง ูˆูƒุซุฑ ู‚ู„ู‚ู‡ุง ูˆุทู„ุจุช ุฅู„ุชุฒุงู… ุงู„ุฑุฌู„ ุฏู†ุง ู…ู†ู‡ุง ูˆุงู„ุซุงู†ูŠุฉ ู…ุฑุงุนุงุฉ ุญุงู„ ุงู„ุฌู…ุงุน ูู„ุง ูŠุฃุชูŠู‡ุง ูˆู‡ูŠ ุจุงุฑูƒุฉ ู„ุฃู† ุฐู„ูƒ ูŠุดู‚ ุนู„ูŠู‡ุง ุงูˆ ุนู„ู‰ ุฌู†ุจู‡ุง ู„ุฃู† ุฐู„ูƒ ูŠูˆุฑุซ ูˆุฌุน ุงู„ุญุงุตุฑุฉ ูˆู„ุงูŠุฌุนู„ู‡ุง ููˆู‚ู‡ ู„ุฃู† ุฐู„ูƒ ูŠูˆุฑุซ ุงู„ุฅุนุชู‚ุงุฑ ุจู„ ู…ุณุชู„ู‚ูŠุฉ ุฑุงูุนุฉ ุฑุฌู„ูŠู‡ุง ูุฅู†ู‡ ุฃุญุณู† ู‡ูŠุฆุงุช ุงู„ุฌู…ุงุน ูˆุงู„ุซุงู„ุซุฉ ู…ุฑุงุนุงุฉ ูˆู‚ุช ุงู„ุฌู…ุงุน ุงูŠ ูˆู‚ุช ุงู„ุฅูŠู„ุงุฌ ุจุงู„ุชุนูˆูŠุฐ ูˆุงู„ุชุณู…ูŠุฉ ูˆุญูƒ ุงู„ุฐูƒุฑ ุจุฌูˆุงู†ุจ ุงู„ูุฑุฌ ูˆุบู…ุฒ ุงู„ุซุฏูŠูŠู† ูˆู†ุญูˆ ุฐู„ูƒ ู…ู…ุง ูŠุญุฑูƒ ุดู‡ูˆุชู‡ุง ูˆุงู…ุงุงู„ู„ุงุชูŠ ููŠ ุญุงู„ ุงู„ุฌู…ุงุน ูุฃูˆู„ู‡ุง ูƒูˆู† ุงู„ุฌู‡ุฏ ุจุฑูŠุงุถุฉ ููŠ ุตู…ุช ูˆุชูˆูู‚ ุงู„ุซุงู†ูŠุฉ ููŠ ุงู„ุชู…ู‡ู„ ุนู†ุฏ ุจุฑูˆุฒ ุดู‡ูˆุชู‡ ุญุชู‰ ูŠุณุชูˆููŠ ุฅู†ุฒุงู„ู‡ุง ูุฅู† ุฐู„ูƒ ูŠูˆุฑุซ ุงู„ู…ุญุจุฉ ููŠ ุงู„ู‚ู„ุจ ุงู„ุซุงู„ุซุฉ ุงู† ู„ุงูŠุณุฑุน ุจุฅุฎุฑุงุฌ ุงู„ุฐูƒุฑ ุนู†ุฏ ุฅุญุณุงุณู‡ ุจู…ุงุฆู‡ุง ูุฅู†ู‡ ูŠุถุนู ุงู„ุฐูƒุฑ ูˆู„ุงูŠุนุฒู„ ุนู†ู‡ุง ู…ุงุกู‡ ู„ุฃู† ุฐู„ูƒ ูŠุถุฑ ุจู‡ุง ูˆุงู…ุง ุงู„ุซู„ุงุซุฉ ุงู„ุชูŠ ุจุนุฏู‡ ูุงูˆู„ู‡ุง ุฃู…ุฑ ุงู„ุฒูˆุฌุฉ ุจุงู„ู†ูˆู… ุนู„ู‰ ูŠู…ูŠู†ู‡ ู„ูŠูƒูˆู† ุงู„ูˆู„ุฏ ุฐูƒุฑุง ุงู† ุดุงุก ุงู„ู„ู‡ ูˆุงู† ู†ุงู…ุช ุนู„ู‰ ุงู„ุฃูŠุณุฑ ูŠูƒูˆู† ุงู„ูˆู„ุฏ ุฃู†ุซู‰ ุญุณุจ ู…ุง ุงู‚ุชุถุชู‡ ุงู„ุชุฌุฑุจุฉ ุงู„ุซุงู†ูŠุฉ ุงู† ูŠู‚ูˆู„ ุงู„ุฐูƒุฑ ุงู„ูˆุงุฑุฏ ุนู†ุฏ ุฐู„ูƒ ููŠ ู†ูุณู‡ ูˆู‡ูˆ ุงู„ุญู…ุฏ ู„ู„ู‡ ุงู„ุฐูŠ ุฎู„ู‚ ู…ู† ุงู„ู…ุงุก ุจุดุฑุง ูุฌุนู„ู‡ ู†ุณุจุง ูˆุตู‡ุฑุง ูˆูƒุงู† ุฑุจูƒ ู‚ุฏูŠุฑุง. ุงู„ุซุงู„ุซุฉ ุงู„ูˆุถูˆุก ุงุฐุง ุงุฑุงุฏ ุงู† ูŠู†ุงู… ูˆู‡ูˆ ุณู†ุฉ ูˆุบุณู„ ุฐูƒุฑู‡ ุงุฐุง ุงุฑุงุฏ ุงู† ูŠุนูˆุฏ ุงู„ูŠู‡ุง.

ูˆุฐูƒุฑ ุนู† ุจุนุถ ุงู„ุซู‚ุงุช ุงู† ู…ู† ู‚ุฏู… ุงุณู… ุงู„ู„ู‡ ุชุนุงู„ู‰ ุนู†ุฏ ุงู„ุฌู…ุงุน ุงูŠ ุฌู…ุงุน ุฒูˆุฌุชู‡ ูˆ ุณูˆุฑุฉ ุงู„ุฅุฎู„ุงุต ุงู„ู‰ ุขุฎุฑู‡ุง ูˆูƒุจุฑ ูˆู‡ู„ู„ ูˆู‚ุงู„ ุจุณู… ุงู„ู„ู‡ ุงู„ุนู„ูŠ ุงู„ุนุธูŠู… ุงู„ู„ู‡ู… ุงุฌุนู„ู‡ุง ุฐุฑูŠุฉ ุทูŠุจุฉ ุงู† ูƒู†ุช ู‚ุฏุฑุช ุงู† ุชุฎุฑุฌ ู…ู† ุตู„ุจูŠ ุงู„ู„ู‡ู… ุฌู†ุจู†ูŠ ุงู„ุดูŠุทุงู† ูˆุฌู†ุจ ุงู„ุดูŠุทุงู† ู…ุง ุฑุฒู‚ุชู†ูŠ ุซู… ูŠุฃู…ุฑ ุงู„ุฒูˆุฌุฉ ุจุงู„ุฅุถุทุฌุงุน ุนู„ู‰ ุฌู†ุจู‡ุง ุงู„ุฃูŠู…ู† ูุฅู† ุญู…ู„ู‡ุง ูŠูƒูˆู† ุฐูƒุฑุง ุจุฅุฐู† ุงู„ู„ู‡ ุชุนุงู„ู‰ ุงู† ู‚ุฏุฑ ุงู„ู„ู‡ ุชุนุงู„ู‰ ุญู…ู„ู‡ุง ู…ู† ุฐู„ูƒ ุงู„ุฌู…ุงุน. ูˆู„ุงุฒู…ุช ู‡ุฐุง ุงู„ุฐูƒุฑ ูˆุงู„ุตูุฉ ููˆุฌุฏุชู‡ ุตุญูŠุญุง ู„ุง ุฑูŠุจ ููŠู‡ ูˆ ุจุงู„ู„ู‡ ุงู„ุชูˆููŠู‚ ุงู‡ู€ ู…ุญุฐูˆูุง ุจุนุถู‡.

ู‚ุงู„ ุจุนุถ ุงู„ู…ุดุงูŠุฎ ู…ู† ุงุชู‰ ุฒูˆุฌุชู‡ ูู‚ุงู„ ููŠ ู†ูุณู‡ ุญูŠู† ุงุญุณ ุจุงู„ุฅู†ุฒุงู„ ู„ุงูŠุฏุฑูƒู‡ ุงู„ุฃุจุตุงุฑ ูˆู‡ูˆ ูŠุฏุฑูƒ ุงู„ุฃุจุตุงุฑ ูˆู‡ูˆ ุงู„ู„ุทูŠู ุงู„ุฎุจูŠุฑ ูŠูƒูˆู† ุงู„ูˆู„ุฏ ุงู† ู‚ุฏุฑ ุงู„ู„ู‡ ุชุนุงู„ู‰ ู…ู† ุฐู„ูƒ ูุงุฆู‚ุง ุนู„ู‰ ูˆุงู„ุฏูŠู‡ ุนู„ู…ุง ูˆุดุฃู†ุง ูˆุนู…ู„ุง ุงู† ุดุงุก ุงู„ู„ู‡ ุชุนุงู„ู‰. ู‚ุงู„ ููŠ ุญุงุดูŠุฉ ุงู„ุจุฌูŠุฑู…ูŠ ุนู„ู‰ ุงู„ุฎุทูŠูŠุจ (ูุงุฆุฏุฉ) ุฑุฃูŠุช ุจุฎุท ุงู„ุฃุฒุฑู‚ ุนู† ุฑุณูˆู„ ุงู„ู„ู‡ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ุงู† ู…ู† ุงุฑุงุฏ ุงู† ุชู„ุฏ ุฅู…ุฑุฃุชู‡ ุฐูƒุฑุง ูุฅู†ู‡ ูŠุถุน ุนู„ู‰ ุจุทู†ู‡ุง ููŠ ุฃูˆู„ ุงู„ุญู…ู„ ูˆูŠู‚ูˆู„ ุจุณู… ุงู„ู„ู‡ ุงู„ุฑุญู…ู† ุงู„ุฑุญูŠู… ุงู„ู„ู‡ู… ุงู†ูŠ ุฃุณู…ูŠ ู…ุงููŠ ุจุทู†ู‡ุง ู…ุญู…ุฏุง
ูุงุฌุนู„ู‡ ู„ูŠ ุฐูƒุฑุง ูุฅู†ู‡ ูŠูˆู„ุฏ ุฐูƒุฑุง ุงู† ุดุงุก ุงู„ู„ู‡ ู…ุฌุฑุจ ุงู‡ู€.

ุจูŠุงู† ุฃุฏุนูŠุฉ ุงู„ุญุฑุซ
ู‚ุงู„ ุชุนุงู„ู‰ ูˆู‚ุฏู…ูˆุง ู„ุฃู†ูุณูƒู… ุงู„ุขูŠุฉ ุงูŠ ู‚ุฏู…ูˆุง ู…ุง ูŠุฏุฎุฑ ู„ูƒู… ู…ู† ุงู„ุซูˆุงุจ ูƒุงู„ุชุณู…ูŠุฉ ุนู†ุฏ ุงู„ุฌู…ุงุน ูˆุทู„ุจ ุงู„ูˆู„ุฏ، ุฑูˆูŠ ุฃู† ุงู„ู†ุจูŠ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ู‚ุงู„ ู…ู† ู‚ุงู„ ุจุณู… ุงู„ู„ู‡ ุนู†ุฏ ุงู„ุฌู…ุงุน ูุฃุชุงู‡ ูˆู„ุฏ ูู„ู‡ ุญุณู†ุงุช ุจุนุฏุฏ ุงู†ูุงุณ ุฐู„ูƒ ุงู„ูˆู„ุฏ ูˆุนุฏุฏ ุนู‚ุจู‡ ุงู„ู‰ ูŠูˆู… ุงู„ู‚ูŠุงู…ุฉ، ูˆู‚ุงู„ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ุฎูŠุงุฑูƒู… ุฎูŠุงุฑูƒู… ู„ู†ุณุงุฆู‡ู… ุงู„ุญุฏูŠุซ ุงูˆ ูƒู…ุง ู‚ุงู„، ูˆู„ุจุนุถู‡ู… ููŠู‡ุง ุชุฑุชูŠุจ ุนุฌูŠุจ ูˆู‡ูˆ ุฃู† ุงู„ุฑุฌู„ ุงุฐุง ุงุฑุงุฏ ุงู† ูŠุฌุงู…ุน ุฒูˆุฌุชู‡ ูŠู†ุจุบูŠ ุงู† ูŠู‚ูˆู„ ุงูˆู„ุง ุงู„ุณู„ุงู… ุนู„ูŠูƒู… ูŠุง ุจุงุจ ุงู„ุฑุญู…ู† ูุชู‚ูˆู„ ุฒูˆุฌุชู‡ ู…ุฌูŠุจุฉ ู„ู‡ ูˆุนู„ูŠูƒู… ุงู„ุณู„ุงู… ูŠุง ุณูŠุฏ ุงู„ุฃู…ูŠู† ููŠุฃุฎุฐ ูŠุฏูŠู‡ุง ูˆูŠู‚ูˆู„ ุฑุถูŠุช ุจุงู„ู„ู‡ ุฑุจุง ุซู… ูŠุบู…ุฒ ุซุฏูŠูŠู‡ุง ูˆูŠู‚ูˆู„ ุงู„ู„ู‡ู… ุตู„ ุนู„ู‰ ุณูŠุฏู†ุง ู…ุญู…ุฏ ูˆุนู„ู‰ ุขู„ ุณูŠุฏู†ุง ู…ุญู…ุฏ ุซู… ูŠู‚ุจู„ ู†ุงุตูŠุชู‡ุง ู‚ุงุฆู„ุง ูŠุง ู„ุทูŠู ุงู„ู„ู‡ ู†ูˆุฑ ุนู„ู‰ ู†ูˆุฑ ุดู‡ุฏ ุงู„ู†ูˆุฑ ุนู„ู‰ ู…ู† ูŠุดุงุก ุซู… ุจุนุฏ ุฐู„ูƒ ูŠู…ูŠู„ ุฑุฃุณู‡ุง ุงู„ู‰ ุงู„ุฌุงู†ุจ ุงู„ุฃูŠุณุฑ ูˆูŠู‚ูˆู„ ููŠ ุณู…ุนูƒ ุงู„ู„ู‡ ุณู…ูŠุน ู…ู‚ุจู„ุง ูˆู†ุงูุฎุง ุฃุฐู†ู‡ุง ุงู„ูŠู…ู†ู‰ ู†ูุฎุง ูŠุณูŠุฑุง ุซู… ูŠู…ูŠู„ ุฑุฃุณู‡ุง ุฅู…ุงู„ุฉ ู„ุทูŠูุฉ ุงู„ู‰ ุงู„ุฃูŠู…ู† ูˆูŠู‚ูˆู„ ู…ุง ุฐูƒุฑ ููŠ ุฃุฐู†ู‡ุง ุงู„ูŠุณุฑู‰ ูƒุฐู„ูƒ ุซู… ูŠู‚ุจู„ ุนูŠู†ูŠู‡ุง ุงู„ูŠู…ู†ู‰ ูุงู„ูŠุณุฑู‰ ู‚ุงุฆู„ุง ุงู„ู„ู‡ู… ุงู†ุง ูุชุญู†ุง ู„ูƒ ูุชุญุง ู…ุจูŠู†ุง ุซู… ูŠู‚ุจู„ ุฎุฏูŠู‡ุง ุงู„ูŠู…ู†ู‰ ูุงู„ูŠุณุฑู‰ ูŠู‚ูˆู„ ูŠุง ูƒุฑูŠู… ูŠุง ุฑุญู…ู† ูŠุง ุฑุญูŠู… ูŠุง ุงู„ู„ู‡ ุซู… ูŠู‚ุจู„ ุฃู†ูู‡ุง ู‚ุงุฆู„ุง ุนู†ุฏ ุฐู„ูƒ ูุฑูˆุญ ูˆุฑูŠุญุงู† ูˆุฌู†ุฉ ู†ุนูŠู… ุซู… ูŠู‚ุจู„ ูƒุชูู‡ุง ูˆูŠู‚ูˆู„ ูŠุง ุฑุญู…ู† ุงู„ุฏู†ูŠุง ูŠุง ุฑุญูŠู… ุงู„ุขุฎุฑุฉ ุซู… ูŠู‚ุจู„ ุฑู‚ุจุชู‡ุง ูˆูŠู‚ูˆู„ ุงู„ู„ู‡ ู†ูˆุฑ ุงู„ุณู…ูˆุงุช ูˆุงู„ุฃุฑุถ ุซู… ูŠู‚ุจู„ ุฐู‚ู†ู‡ุง ูˆูŠู‚ูˆู„ ู†ูˆุฑ ุญุจูŠุจ ุงู„ุฅูŠู…ุงู† ู…ู† ุนุจุงุฏูƒ ุงู„ุตุงู„ุญูŠู† ุซู… ูŠู‚ุจู„ ุฑุงุญุชูŠู‡ุง ุงู„ูŠู…ู†ู‰ ูุงู„ูŠุณุฑู‰ ู‚ุงุฆู„ุง ุนู†ุฏ ุฐู„ูƒ ู…ุง ูƒุฐุจ ุงู„ูุคุงุฏ ู…ุง ุฑุฃู‰ ุซู… ูŠู‚ุจู„ ู…ุงุจูŠู† ุซุฏูŠูŠู‡ุง ูˆูŠู‚ูˆู„ ูˆุฃู„ู‚ูŠุช ุนู„ูŠูƒ ู…ุญุจุฉ ู…ู†ูŠ ุซู… ูŠู‚ุจู„ ุตุฏุฑู‡ุง ุงู„ูŠุณุฑู‰ ุจุญุฐุงุก ู‚ู„ุจู‡ุง ูˆูŠู‚ูˆู„ ูŠุงุญูŠ ูŠุง ู‚ูŠูˆู… ุซู… ูŠุฌุงู…ุน

ุจูŠุงู† ุฃุณุฑุงุฑ ุฎู„ู‚ุฉ ุงู„ุฃุจูƒุงุฑ
ู‚ุงู„ ุฃู‡ู„ ุงู„ูุฑุงุณุฉ ูˆุงู„ุฎุจุฑ ุจุงู„ู†ุณุงุก ุงุฐุง ูƒุงู† ูู… ุงู„ู…ุฑุฃุฉ ูˆุงุณุนุง ูƒุงู† ูุฑุฌู‡ุง ูˆุงุณุนุง ุงุฐุง ูƒุงู† ุตุบูŠุฑุง ูƒุงู† ูุฑุฌู‡ุง ุตุบูŠุฑุง ุถูŠู‚ุง ู‚ุงู„ ู…ู† ุจุญุฑ ุงู„ุทูˆูŠู„:
ุฅุฐุง ุถุงู‚ ูู… ุงู„ุจูƒุฑ ุถุงู‚ุช ูุฑูˆุฌู‡ุง * ูˆูƒุงู† ู„ูู…ู‡ุง ุดุนุงุฑ ู„ูุฑุฌู‡ุง
ูˆุงู† ูƒุงู†ุช ุดูุชุงู‡ุง ุบู„ูŠุธุชูŠู† ูƒุงู† ุดูุฑุงู‡ุง ุบู„ูŠุธุชูŠู† ูˆุงู† ูƒุงู†ุชุงุฑู‚ูŠู‚ุชูŠู† ูƒุงู†ุชุง ุฑู‚ูŠู‚ุชูŠู† ูˆุงู† ูƒุงู†ุช ุงู„ุณูู„ู‰ ุฑู‚ูŠู‚ุฉ ูƒุงู† ูุฑุฌู‡ุง ุตุบูŠุฑุง ูˆุงู† ูƒุงู† ูู… ุงู„ู…ุฑุฃุฉ ุดุฏูŠุฏ ุงู„ุญู…ุฑุฉ ูƒุงู† ูุฑุฌู‡ุง ุฌุงูุง ุนู† ุงู„ุฑุทูˆุจุฉ ูˆุงู† ูƒุงู†ุช ุญุฏุจุงุก ุงู„ุฃู†ู ูู‡ูŠ ู‚ู„ูŠู„ุฉ ุงู„ุบุฑุถ ููŠ ุงู„ู†ูƒุงุญ ูˆุงู† ูƒุงู†ุช ุทูˆูŠู„ุฉ ุงู„ุฐู‚ู† ูุฅู†ู‡ุง ูุงุชุญุฉ ุงู„ูุฑุฌ ู‚ู„ูŠู„ุฉ ุงู„ุดุนุฑ ูˆุงู† ูƒุงู†ุช ุตุบูŠุฑุฉ ุงู„ุญุงุฌุจ ูุฅู†ู‡ุง ุบุงู…ุถุฉ ุงู„ูุฑุฌ ูˆุงู† ูƒุงู†ุช ูƒุจูŠุฑุฉ ุงู„ูˆุฌู‡ ุบู„ูŠุธุฉ ุงู„ุถูุงุฆุฑ ุฏู„ ุฐู„ูƒ ุนู„ู‰ ุตุบูŠุฑุฉ ุงู„ุนุฌูŠุฒุฉ ูˆูƒุจูŠุฑ ุงู„ูุฑุฌ ูˆุถูŠู‚ู‡ ูˆุฅุฐุง ูƒุซุฑ ุดุญู… ุธุงู‡ุฑ ู‚ุฏู…ู‡ุง ูˆุจุฏู†ู‡ุง ุนุธู… ูุฑุฌู‡ุง ูˆูƒุงู†ุช ู…ุฎุทูˆุจุฉ ุนู†ุฏุฒูˆุฌู‡ุง ูˆุงุฐุง ูƒุงู†ุช ู†ุงุชุฆุฉ ุงู„ุณุงู‚ูŠู† ููŠ ุงู„ุตู„ุจุฉ ูุฅู†ู‡ุง ุดุฏูŠุฏ ุงู„ุดู‡ูˆุฉ ู„ุงุตุจุฑ ู„ู‡ุง ุนู† ุงู„ุฌู…ุงุน ูˆุงู† ูƒุงู†ุช ุนูŠู†ู‡ุง ูƒุญูŠู„ุฉ ูƒุจูŠุฑุฉ ูุฅู†ู‡ุง ูŠุฏู„ ุนู„ู‰ ุถูŠู‚ ุงู„ุฑุญู… ูˆุตุนูŠุฑ ุงู„ุนุฌูŠุฒุฉ ู…ุน ุนุธู… ุงู„ูƒุชู ูŠุฏู„ุงู† ุนู„ู‰ ุนุธู… ุงู„ูุฑุฌ (ู†ููŠุณุฉ) ู‚ุงู„ ุงู„ุญูƒู…ุงุก ู…ู† ูˆุฌุฏ ููŠ ุงู„ู…ุฑุฃุฉ ุนุดุฑุฉ ุฃูˆุตุงู ูู„ุง ูŠู†ุจุบูŠ ุฃุฎุฐู‡ุง ุฃุญุฏู‡ุง ูƒูˆู†ู‡ุง ู‚ุตูŠุฑุฉ ุงู„ู‚ุงู…ุฉ ุงู„ุซุงู†ูŠ ูƒูˆู†ู‡ุง ู‚ุตูŠุฑุฉ ุงู„ุดุนุฑ ุงู„ุซุงู„ุซ ุฑููŠุนุฉ ุงู„ุฌุณุฏ ุงู„ุฑุงุจุน ุณู„ูŠุท
ุงู„ู„ุณุงู† ุงู„ุฎุงู…ุณ ูƒูˆู†ู‡ุง ู…ู†ู‚ุทุนุฉ ุงู„ุฃูˆู„ุงุฏ ุงู„ุณุงุฏุณ ูƒูˆู†ู‡ุง ุนู†ุฏู‡ุง ุนู†ุงุฏ ุงู„ุณุงุจุน ูƒูˆู†ู‡ุง ู…ุณุฑูุฉ ู…ุจุฐุฑุฉ ุงู„ุซุงู…ู† ูƒูˆู†ู‡ุง ุทูˆูŠู„ุฉ ุงู„ูŠุฏ ุงู„ุชุงุณุน ูƒูˆู†ู‡ุง ุชุญุจ ุงู„ุฒูŠู†ุฉ ุนู†ุฏ ุงู„ุฎุฑูˆุฌ ุงู„ุนุงุดุฑ ูƒูˆู†ู‡ุง ู…ุทู„ู‚ุฉ ู…ู† ุบูŠุฑู‡ ุงู‡ู€.

ู‡ุฐุง ุขุฎุฑ ู…ุง ูŠุณุฑ ุงู„ู„ู‡ ุชุนุงู„ู‰ ู„ู†ุง ุฌู…ุนู‡ ูู„ู„ู‡ ุงู„ุญู…ุฏ ูˆุงู„ุซู†ุงุก ุนู„ู‰ ูƒู„ ุญุงู„ ูˆุงุฒูƒู‰ ุงู„ุตู„ุงุฉ ูˆุงู„ุชุณู„ูŠู… ุนู„ู‰ ุณูŠุฏู†ุง ู…ุญู…ุฏ ูˆู…ู† ูˆุงู„ุงู‡ ุฎูŠุฑ ุตุญุจ ูˆุขู„ ูˆู†ุณุฃู„ ุงู„ู„ู‡ ุงู† ูŠูˆูู‚ู†ุง ู„ุตุงู„ุญ ุงู„ุฃุนู…ุงู„ ูˆุงู† ูŠุนู… ู†ูุน ู‡ุฐู‡ ุงู„ูƒุฑุงุณุฉ ุงู„ุญู‚ูŠุฑุฉ ู„ู…ู† ู‡ูŠ ู„ู‡ ู…ู† ุงู„ู†ุณุงุก ูˆุงู„ุฑุฌุงู„ ุขู…ูŠู†. ู‚ู„ุช ูƒู…ุง ู‚ุงู„: ุฃู…ูˆุช ูˆูŠุจู‚ู‰ ูƒู„ ู…ุง ู‚ุฏ ูƒุชุจุชู‡ * ููŠุง ู„ูŠุช ู…ู† ูŠู‚ุฑุฃ ูƒุชุงุจูŠ ุฏุนุง ู„ูŠ

TERJEMAH FATHUL IZAR

ุจุณู… ุงู„ู„ู‡ ุงู„ุฑุญู…ู† ุงู„ุฑุญูŠู…ุงู„ุญู…ุฏ ู„ู„ู‡ ุงู„ุฐูŠ ุฌู„ ู‚ุฏุฑู‡ ูˆุนุฒ ุฌุงุฑู‡ ุงู„ุฐูŠ ุฌุนู„ ุงู„ู†ูƒุงุญ ุณุจุจุง ู„ุจู‚ุงุก ู†ุณู„ ุงู„ุฃู†ุงู…، ูˆูˆุณูŠู„ุฉ ุงู„ู‰ ุงุดุชุจุงูƒ ุงู„ุดุนูˆุจ ูˆุงู„ุฃู‚ูˆุงู…، ูˆุงู„ุตู„ุงุฉ ูˆุงู„ุณู„ุงู… ุนู„ู‰ ุณูŠุฏู†ุง ู…ุญู…ุฏ ุงู„ู…ุตุทูู‰ ุตุงุญุจ ุงู„ุนุฒ ูˆุงู„ุตุฏู‚ ูˆุงู„ูˆูุง ูˆุนู„ู‰ ุขู„ู‡ ูˆุตุญุจู‡ ุงู„ุดุฑูุงู†ุฌูˆู… ุงู„ู‡ุฏู‰ ูˆุงู„ุตูุง، ุฃู…ุง ุจุนุฏ:

Kitab ini kecil dan ringkas, tapi hight kualitas dan besar manfaatnya. Memuat beberapa faidah penting tentang pernikahan, meliputi senggama, rahasia di balik waktu melakukannya, tatacaranya, serta rahasia dan keunikan penciptaan seorang gadis. Saya menyusun dan mengutip kitab ini dengan mengacu pada teks kitab karanga nulama besar. Semoga Allah melimpahkan anugerah dengan mengaruniai mereka keberuntungan dan keutamaan.

Saya beri judul kitab ini dengan nama “Fathul Izar”, mengupas rahasia di balik waktu senggama serta rahasia di balik penciptaan seorang gadis. Kemudian hanya kepada Allah-lah saya memohon, semoga menjadikannya sebuah kitab yang bermanfaat bagi kami dan kaum Muslimin. Semoga Allah menjadikannya pula sebagai bekal bagi kami serta kedua orangtua kami di hari akhirat, dimana harta dan anak tak lagi berguna kecuali yang datang menghadap Allah dengan hati yang bersih. (QS. asy-Syu’ara ayat 88-89).

BAB I: ARTI SEBUAH PERNIKAHAN

Ketahuilah, nikah itu suatu kesunnahan (perbuatan) yang disukai dan pola hidup yang dianjurkan. Karena dengan nikah terjagalah populasi keturunan dan lestarilah hubungan antar manusia. Allah Swt. dalam firmanNya telah menganjurkan nikah:

ูَุงู†ْูƒِุญُูˆْุงู…َุง ุทَุงุจَ ู„َูƒُู…ْ ู…ِู†َ ุงู„ู†ِّุณَุงุกِ ู…َุซْู†َู‰ ูˆَุซُู„ุงَุซَ ูˆَุฑُุจَุงุนَ

“Maka nikahilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi, dua, tiga, atau empat.” (QS. an-Nisa’ ayat 3).

ูˆَู…ِู†ْ ุฃَูŠَุงุชِู‡ِ ุฃَู†ْ ุฎَู„َู‚َ ู„َูƒُู…ْ ู…ِู†ْ ุฃَู†ْูُุณِูƒُู…ْ ุฃَุฒูˆَุงุฌًุง ู„ِุชَุณْูƒُู†ُูˆْุง ุฅِู„َูŠْู‡َุง ูˆَุฌَุนَู„َ ุจَูŠْู†َูƒُู…ْ ู…َูˆَุฏّุฉً ูˆَุฑَุญْู…َุฉً

“Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Ia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya. Dan dijadikanNya di antaramu rasa kasih dan sayang.” (QS. ar-Rum ayat 21).

ูˆَุฃَู†ْูƒِุญُูˆْุง ุงْู„ุฃَูŠุงู…َู‰ ู…ِู†ْูƒُู… ูˆุงู„ุตَّุงู„ِุญِูŠْู†َ ู…ِู†ْ ุนِุจَุงุฏِูƒُู…ْ ูˆَุฅِู…َุงุฆِูƒُู…ْ ุฅِู†ْ ูŠَูƒُูˆْู†ُูˆْุง ูُู‚َุฑَุงุกَ ูŠُุบْู†ِู‡ِู…ُ ุงู„ู„ู‡ُ ู…ِู†ْ ูَุถْู„ِู‡ِ.

“Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin maka Allah akan memampukan mereka dengan karuniaNya.” (QS. an-Nur ayat 2).

Diantara bentuk ‘kekayaan’ yang dikaruniakan Allah kepada mereka ialah, sebelum seorang laki-laki memasuki jalinan pernikahan dia hanya memiliki dua tangan, dua kaki, dua mata dan sebagainya dari anggota tubuhnya yang masing-masing hanya sepasang. Namun ketika ia telah terajut dalam sebuah pernikahan, maka jadilah anggota-anggota tubuh tersebut menjadi berlipat ganda dengan sebab mendapat tambahan dari anggota tubuh isterinya.

Tahukah engkau bahwa ketika pengantin wanita bertanya kepada pengantin pria: “Untuk siapakah tanganmu?” Maka pengantin pria menjawab: “Untukmu.” Dan ketika pengantin wanita bertanya kepadanya: “Untuk siapakah hidungmu?” Maka dia menjawab: “Untukmu.” Begitupula ketika pengantin wanita bertanya kepadanya: “Untuk siapa matamu?” Dengan penuh kasih sayang dia menjawab: “Untukmu.”

ูŠَุง ู…َุนْุดَุฑَ ุงู„ุดَّุจَุงุจِ ู…َู†ِ ุงุณْุชَุทَุงุนَ ู…ِู†ْูƒُู…ُ ุงู„ْุจَุงุกَุฉَ ูَุงู„ْูŠَุชَุฒَูˆَّุฌْ ูَุฅِู†َّู‡ ุฃَุบَุถُّ ู„ِู„ْุจَุตَุฑِ ูˆَุฃَุญْุตَู†ُ ู„ِู„ْูَุฑْุฌِ

Nabi Saw. telah bersabda: “Wahai para pemuda, siapa diantara kalian yang sudah mampu membiayai pernikahan, hendaklah kalian menikah. Karena sesungguhnya nikah itu lebih mampu memejamkan pandangan (dari kemaksiatan) dan lebih menjaga kehormatan.”

Yang dikehendaki dengan kata “ba-ah” dalam hadits di atas adalah nafkah lahir maupun batin. Nabi Saw. juga bersabda:

ุชَุฒَูˆَّุฌُูˆْุง ุงู„ْูˆَู„ُูˆْุฏَ ุงู„ْูˆَุฏُูˆْุฏَ ูَุฅِู†ِّู‰ْ ู…ُูƒَุงุซِุฑٌ ุจِูƒُู…ُ ุงْู„ุฃُู…َู…َ ูŠَูˆْู…َ ุงู„ْู‚ِูŠَุงู…َุฉِ

“Nikahilah olehmu wanita-wanita yang produktif (beranak) dan yang banyak kasih sayangnya kepada suami. Karena sesungguhnya aku akan berlomba-lomba dengan kalian memperbanyak umat di hari kiamat kelak.” Serta masih banyak lagi ayat dan hadits yang lain.

B A B II: SENGGAMA DAN RAHASIA-RAHASIANYA

Ketahuilah bahwa tujuan utama dari pernikahan adalah untuk mengabdi, mendekatkan diri kepada Allah Swt., mengikuti sunnah Rasulullah Saw., dan menghasilkan keturunan. Karena melalui pernikahan kehidupan alam ini akan lestari dan teratur. Dan dengan meninggalkannya berarti sebuah kehancuran dan kemusnahan alam ini.

Hal yang maklum, takkan memanen tanpa menanam benih pada bumi, kemudian mengolah dan merawatnya melalui teori dan teknik pertanian. Dan juga perlu waktu beberapa lama hingga buahnya menjadi siap panen. Begitupula takkan terwujud seorang anak dan keturunan tanpa terlebih dulu memasukkan sperma suami di dalam indung telur isterinya. Allah Swt. berfirman:

ู†ِุณَุงุฆُูƒُู…ْ ุญَุฑْุซٌ ู„َูƒُู…ْ ูَุฃْุชُูˆْุง ุญَุฑْุซَูƒُู…ْ ุฃَู†َّู‰ ุดِุฆْุชُู…ْ ูˆَู‚َุฏِّู…ُูˆْุง ู„ุฃَِู†ْูُุณِูƒُู…ْ

“Wanita-wanita kamu semua adalah ladang bagimu. Maka datangilah ladangmu itu semaumu dan kerjakanlah olehmu (amal-amal yang baik) untuk dirimu sendiri.” (QS. al-Baqarah ayat 223).

Ayat ini turun ketika kaum Muslimin mengatakan bahwa mereka menggauli isteri mereka dengan posisi berlutut, berdiri, terlentang, dari arah depan dan dari arah belakang.

Menanggapi pernyataan kaum Muslimin tersebut kaum Yahudi menyatakan: “Tidaklah melakukan hubungan semacam itu selain menyerupai tindakan binatang, sedangkan kami mendatangi mereka dengan satu macam posisi. Sungguh telah kami temukan ajaran dalam Taurat bahwa setiap hubungan badan selain posisi isteri terlentang itu kotor di hadapan Allah.”

Lalu turunlah ayat di atas, Allah hendak membantah pernyataan kaum Yahudi tersebut.
Jadi dalam kandungan ayat ini menunjukkan diperbolehkannya seorang suami menyetubuhi isterinya dengan cara apapun dan posisi bagaimanapun yang ia sukai. Baik dengan cara berdiri, duduk atau terlentang. Dan dari arah manapun suami berkehendak, dari arah atas, bawah, belakang ataupun dari arah depan. Dan boleh juga menyetubuhinya pada waktu kapanpun suami menghendaki, siang ataupun malam hari. Dengan catatan yang dimasuki adalah lubang vagina.

a. Pengaruh waktu senggama:
1. Barangsiapa menyetubuhi isterinya pada malam Jum’at, maka anak yang terlahir akan hafal al-Quran.
2. Barangsiapa menyetubuhi isterinya pada malam Sabtu, maka anak yang terlahir akan bodoh.
3. Barangsiapa menyetubuhi isterinya pada malam Ahad, maka anak yang terlahir akan menjadi seorang pencuri atau penganiaya.
4. Barangsiapa yang menyetubuhi isterinya pada malam Senin, maka anak yang terlahir akan menjadi fakir atau miskin atau ridha dengan keputusan (takdir) dan ketetapan (qadha) Allah.5. Barangsiapa menyetubuhi isterinya pada malam Selasa, maka anak yang terlahir akan menjadi orang yang berbakti kepada orangtua.
6. Barangsiapa menyetubuhi isterinya pada malam Rabu, maka anak yang terlahir akan cerdas, berpengetahuan dan banyak bersyukur.
7. Barangsiapa menyetubuhi isterinya pada malam Kamis, maka anak yang terlahir akan menjadi orang yang berhati ikhlas.
8. Barangsiapa menyetubuhi isterinya pada malam Hari Raya, maka anak yang terlahir akan mempunyai enam jari.
9. Barangsiapa menyetubuhi isterinya sambil bercakap-cakap, maka anak yang terlahir akan bisu.
10. Barangsiapa menyetubuhi isterinya dalam kegelapan, maka anak yang terlahir akan menjadi seorang penyihir.
11. Barangsiapa menyetubuhi isterinya dalam terangnya lampu, maka anak yang terlahir akan berwajah tampan atau cantik.
12. Barangsiapa menyetubuhi isterinya sambil melihat auratnya (vagina), maka anak yang terlahir akan buta mata atau buta hatinya.
13. Barangsiapa menyetubuhi isterinya di bawah pohon yang biasa berbuah, maka anak yang terlahir akan terbunuh karena besi, tenggelam atau keruntuhan pohon.

b. Senggama yang ideal:
Hendaknya bagi seorang suami memperhatikan 4 hal berikut:
1. Memegang kedua tangan isteri
2. Meraba dadanya
3. Mencium kedua pipinya
4. Membaca Basmalah saat hendak memasukkan penis ke dalam vagina.

ู…َู†ْ ุฌَุงู…َุนَ ุฒَูˆْุฌَุชَู‡ُ ุนِู†ْุฏَ ุงู„ْุญَูŠْุถِ ูَูƒَุฃَู†َّู…َุง ุฌَุงู…َุนَ ุฃُู…َّู‡ُ ุณَุจْุนِูŠْู† ู…َุฑَّุฉً

Rasulullah Saw. bersabda: “Siapa yang menyetubuhi isterinya saat ia menstruasi, maka seolah-olah ia menyetubuhi ibunya sendiri sebanyak 70 kali.”

c. Nikmat dunia ada di wanita
Sebagian ulama dimintai komentar tentang seberapa banyak kenikmatan dunia? Mereka menjawab: “Kenikmatan dunia itu sangat banyak hingga tak terhitung jumlahnya. Allah Swt. berfirman:

ูˆَุฅِู†ْ ุชَุนُุฏُّูˆْุง ู†ِุนْู…َุฉَ ุงู„ู„ู‡ِ ู„ุงَ ุชُุญْุตُูˆْู‡َุง

“Jika kamu hendak menghitung nikmat Allah maka kalian takkan sanggup menghitunya.”

Namun kenikmatan terhebat teringkas pada 3 macam kenikmatan; yakni mencium wanita, menyentuhnya dan memasukkan penis ke dalam vagina.”

ูˆَู†ِุนَู…ُ ุงู„ุฏُّู†ْูŠَุง ุซَู„ุงَุซٌ ุชُุนْุชَุจَุฑ # ู„َู…ْุณٌ ูˆَ ุชَู‚ْุจِูŠْู„ٌ ูˆَุฅِุฏْุฎَุงู„ُ ุงู„ุฐَّ ูƒุฑ

Seorang penyair bersyair dalam bahar Rajaz-nya: “Kenikmatan dunia ada 3; yakni menyentuh, mencium dan memasukkan penis.”

ูˆَู†ِุนَู…ُ ุงู„ุฏُّู†َْูŠَุง ุซَู„ุงَุซٌ ุชُุญْุตَุฑُ # ุฏู…َูŠْูƒ ูƒُูˆْู„ِูŠْุช ุนَุงู…ْุจُูˆْุน ูƒَุงุฑَูˆْ ุจَุงุฑุนْ ุชُุฑُูˆْ

Penyair lain mengungkapkan: “Kenikmatan dunia itu teringkas dalam 3 hal; menyentuh kulit, mencium dan tidur bersama (senggama).”

BAB III: TATACARA DAN ETIKA SENGGAMA

Imam as-Suyuthi dalam kitab ar-Rahmah berkata: “Ketahuilah bahwa senggama tidak baik dilakukan kecuali bila seseorang telah bangkit syahwatnya dan bila keberadaan sperma telah siap difungsikan. Maka jika demikian, hendaknya sperma segera dikeluarkan layaknya mengeluarkan semua kotoran atau air besar yang dapat menyebabkan sakit perut. Karena menahan sperma saat birahi sedang memuncak dapat menyebabkan bahaya yang besar. Adapun efek samping terlalu sering melakukan senggama ialah dapat mempercepat penuaan, melemahkan tenaga dan menyebabkan tumbuhnya uban.”

a. Tatacara senggama
Antara lain; isteri tidur terlentang dan suami berada di atasnya. Posisi ini merupakan cara yang paling baik dalam senggama. Selanjutnya suami melakukan cumbuan ringan (foreplay) berupa mendekap, mencium, dan lain sebagainya. Hingga saat sang isteri bangkit birahinya, masukanlah dzakar suami dan menggesek-gesekkannya pada liang vagina.

Ketika suami mengalami klimaks (ejakulasi), janganlah terburu mencabut dzakarnya, melainkan menahannya beberapa saat disertai mendekap isteri dengan mesra. Setelah kondisi tubuh suami sudah tenang, maka cabutlah dzakar dari vagina isteri dengan mendoyongkan tubuhnya ke samping kanan. Menurut para ulama, demikian itu upaya untuk memiliki anak laki-laki.

Selesai bersenggama hendaknya keduanya mengelap alat kelamin masing-masing dengan dua buah kain, satu untuk suami dan yang lain untuk isteri. Jangan sampai keduanya menggunakan satu kain karena hal itu dapat memicu pertengkaran.

Bersenggama yang paling baik adalah senggama yang diiringi dengan sifat agresif, kerelaan hati dan masih menyisakan syahwat. Sedangkan senggama yang jelek adalah senggama yang diiringi dengan badan gemetar, gelisah, anggota badan terasa mati, pingsan, dan istri merasa kecewa terhadap suami walaupun ia mencintainya. Demikian inilah keterangan yang sudah mencukupi terhadap tatacara senggama yang paling benar.

b. Etika Senggama
Ada beberapa etika senggama yang harus diperhatikan oleh suami. Meliputi 3 macam sebelum/saat melakukannya dan 3 macam sesudahnya.

1. Etika sebelum senggama:
a). Mendahului dengan bercumbu (foreplay) agar hati isteri tidak tertekan dan mudah melampiaskan hasratnya. Sampai ketika nafasnya naik turun serta tubuhnya menggeliat dan ia minta dekapan suaminya, maka rapatkanlah tubuh (suami) ke tubuh isteri.
b). Menjaga etika saat hendak senggama. Maka janganlah menyutubuhi isteri dengan posisi berlutut, karena hal demikian sangat memberatkannya. Atau dengan posisi tidur miring karena dapat menyebabkan sakit pinggang. Dan jangan memposisikan isteri berada di atasnya, karena dapat mengakibatkan kencing batu. Akan tetapi posisi senggama yang paling bagus adalah meletakkan isteri dalam posisi terlentang dengan kepala lebih rendah daripada pantatnya. Dan pantatnya diganjal dengan bantal serta kedua pahanya diangkat dan dibuka lebar-lebar. Sementara suami mendatangi isteri dari atas dengan bertumpu pada sikunya. Posisi inilah yang dipilih oleh para fuqaha dan para dokter.
c). Beretika saat hendak memasukkan dzakar. Yaitu dengan membaca ta’awudz dan basmalah. Disamping itu gosok-gosokkan penis di sekitar vagina, meremas payudara dan hal lainnya yang dapat membangkitkan syahwat isteri.

2. Etika saat senggama:
a). Senggama dilakukan secara pelan-pelan dan tidak tergesa-gesa (ritmis).
b). Menahan keluarnya mani (ejakulasi) saat birahi bangkit, menunggu sampai isteri mengalami inzal (orgasme). Yang demikian dapat menciptakan rasa cinta di hati.
c). Tidak terburu-buru mencabut dzakar ketika ia merasa isteri akan keluar mani, karena hal itu dapat melemahkan ketegangan dzakar. Juga jangan melakukan ‘azl (mengeluarkan mani di luar vagina) karena hal itu merugikan pihak isteri.

3. Etika setelah senggama:
a). Meminta isteri tidur miring ke arah kanan agar anak yang dilahirkan kelak berjenis kelamin laki-laki, insya Allah. Bila isteri tidur miring ke arah kiri maka anak yang dilahirkan kelak berjenis kelamin perempuan. Hal ini berdasarkan hasil uji coba riset.
b). Suami membaca dzikir dalam hati sesuai yang diajarkan Nabi, yaitu:

ุงَู„ْุญَู…ْุฏُู„ِู„َّู‡ِ ุงู„َّุฐِูŠْ ุฎَู„َู‚َ ู…ِู†َ ุงู„ْู…َุงุกِ ุจَุดَุฑًุง ูَุฌَุนَู„َู‡ُ ู†َุณَุจًุง ูˆَุตู‡ْุฑًุง ูˆَูƒَุงู†َ ุฑُุจُّูƒَ ู‚َุฏِูŠْุฑًุง (ุงู„ูุฑู‚ุงู† : 54)

“Segala puji milik Allah yang telah menciptakan manusia dari air, untuk kemudian menjadikannya keturunan dan mushaharah. Dan adalah Tuhanmu itu Mahakuasa.” (QS. al-afurqan ayat 54).

c). Berwudhu ketika hendak tidur (dihukumi sunnah) dan membasuh dzakar bila hendak mengulangi senggama.
Dikutip dari sumber yang dapat dipercaya bahwa, barangsiapa saat menyetubuhi isterinya didahului dengan membaca basmalah, surat al-Ikhlas, takbir, tahlil dan membaca:

ุจِุณْู…ِ ุงู„ู„ู‡ِ ุงู„ْุนَู„ِูŠِّ ุงู„ْุนَุธِูŠْู…ِ ุงَู„ู„ّู‡ُู…َّ ุงุฌْุนَู„ْู‡َุง ุฐُุฑّ ِูŠَّุฉً ุทَูŠِّุจَِุฉً ุฅِู†ْ ูƒُู†ْุชَ ู‚َุฏَّุฑْุชَ ุฃَู†ْ ุชُุฎْุฑِุฌَ ู…ِู†ْ ุตَู„ْุจِู‰ْ ุงَู„ู„ّู‡ُู…َّ ุฌَู†ِّุจْู†ِู‰ْ ุงู„ุดَّูŠْุทَุงู†َ ูˆَุฌَู†ِّุจِ ุงู„ุดّูŠَْุทَุงู†َ ู…َุง ุฑَุฒَู‚ْุชَู†ِู‰ْ

Kemudian suami menyuruh isterinya tidur miring ke arah kanan, maka jika ditakdirkan mengandung isterinya akan melahirkan anak berjenis kelamin laki-laki dengan izin Allah.” Saya telah mengamalkan dzikir serta teori ini, dan saya pun menemukan kebenarannya tanpa ada keraguan. Dan hanya dari Allah-lah pertolongan itu. Demikian adalah penggalan komentar Imam as-Suyuthi.

Sebagian ulama mengatakan: “Barangsiapa menyetubuhi isterinya lalu ketika merasa akan keluar mani (ejakulasi) ia membaca dzikir:

ู„ุงَ ูŠُุฏْุฑِูƒُู‡ُ ุงْู„ุฃَุจْุตَุงุฑُ ูˆَู‡ُูˆَ ูŠُุฏْุฑِูƒُ ุงْู„ุฃَุจْุตَุงุฑَ ูˆَู‡ُูˆَ ุงู„ู„َّุทِูŠْูُ ุงْู„ุฎَุจِูŠْุฑُ.

Maka jika ditakdirkan mengandung, isterinya akan melahirkan anak yang mengungguli kedua orangtuanya dalam hal ilmu, sikap dan amalnya, insya Allah.”

Penulis kitab Hasyiah al-Bujairami ‘ala al-Khathib, tepatnya dalam sebuah faidah, menyatakan: “Saya melihat tulisan Syaikh al-Azraqi yang diriwayatkan dari Rasulullah Saw., di sana tertulis bahwa seseorang yang menghendaki isterinya melahirkan anak laki-laki maka hendaknya ia meletakkan tangannya pada perut isterinya di awal kehamilannya sembari membaca doa:

ุจِุณْู…ِ ุงู„ู„ู‡ِ ุงู„ุฑَّุญْู…ู†ِ ุงู„ุฑَّุญِูŠْู…ِ ุงَู„ู„ู‡ُู…َّ ุฅِู†ِّูŠ ุฃُุณَู…ِّูŠْ ู…َุง ูِูŠْ ุจَุทْู†ِู‡َุง ู…ُุญَู…َّุฏًุง ูَุงุฌْุนَู„ْู‡ُ ู„ِูŠْ ุฐَูƒَุฑًุง.

Maka kelak anak yang dilahirkan akan berjenis kelamin laki-laki. Insya Allah mujarab.

BAB IV: DOA-DOA SENGGAMA

ูˆَู‚َุฏِّู…ُูˆْุงู„ุฃَِู†ْูُุณِูƒُู…ْ

“Dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu.” (QS. al-Baqarah ayat 223).

Maksud dari ayat ini adalah, “Carilah pahala yang tersediakan untuk kamu semua sepertihalnya membaca basmalah dan berniat mendapatkan anak ketika melakukan senggama.” Diriwayatkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda:

ู…َู†ْ ู‚َุงู„َ ุจِุณْู…ِ ุงู„ู„ู‡ِ ุนِู†ْุฏَ ุงู„ْุฌِู…َุงุนِ ูَุฃَุชَุงู‡ُ ูˆَู„َุฏٌ ูَู„َู‡ُ ุญَุณَู†َุงุชٌ ุจِุนَุฏَุฏِ ุฃَู†ْูَุงุณِ ุฐَู„ِูƒَ ุงู„ْูˆَู„َุฏِ ูˆَุนَุฏَุฏِ ุนَู‚ِุจِู‡ِ ุฅِู„َู‰ ูŠَูˆْู…ِ ุงู„ْู‚ِูŠَุงู…َุฉِ

“Siapa membaca basmalah ketika akan melakukan senggama kemudian dari senggama itu dia dikaruniai seorang anak maka dia memperoleh pahala sebanyak nafas anak tersebut dan keturunannya sampai hari kiamat.”

:ุฎِูŠَุงุฑُูƒُู…ْุฎِูŠَุงุฑُูƒُู…ْ ู„ِู†ِุณَุงุฆِู‡ِู…ْ

Nabi Saw. juga bersabda: “Manusia yang paling baik diantara kalian adalah yang paling baik terhadap isterinya.”
Dalam masalah ini para ulama memiliki urut-urutan yang mengagumkan, yaitu:

1. Ketika suami akan menyetubuhi isteri hendaknya lebih dulu membaca salam: ุงَู„ุณَّู„ุงَู…ُ ุนَู„َูŠْูƒُู…ْ ูŠَุง ุจَุงุจَ ุงู„ุฑَّุญْู…ู†ِ
Lantas isteri menjawab: ูˆَุนَู„َูŠْูƒُู…ُ ุงู„ุณَّู„ุงَู…ُ ูŠَุง ุณَูŠِّุฏَ ุงْู„ุฃَู…ِูŠْู†ِ

2. Selanjutnya suami meraih kedua tangan isterinya seraya membaca: ุฑَุถِูŠْุชُ ุจِุง ู„ู„ู‡ِ ุฑَุจَّุง
3. Kemudian ia meremas-remas kedua payudara isterinya seraya membaca dalam hati: ุฃَู„ู„ّู‡ُู…َّ ุตَู„ِّ ุนَู„َู‰ ุณَูŠِّุฏِู†َุง ู…ُุญَู…َّุฏٍ ูˆَุนَู„َู‰ ุฃู„ِ ุณَูŠِّุฏِู†َุง ู…ُุญَู…َّุฏٍ
4. Dilanjutkan mengecup kening isterinya seraya membaca dalam hati: ูŠَุงู„َุทِูŠْูُ ุงَู„ู„ู‡ ู†ُูˆْุฑُ ุนَู„َู‰ ู†ُูˆْุฑٍ ุดَู‡ِุฏَ ุงู„ู†ُّูˆْุฑَ ุนَู„َู‰ ู…َู†ْ ูŠَุดَุงุกُ
5. Setelah itu suami memiringkan kepalai steri ke kiri sambil mencium dan meniup telinga sebelah kanan, dilanjutkan memiringkan kepala isteri ke kanan sambil mencium dan meniup telinga yang sebelah kiri, seraya membaca dalam hati: ูِู‰ْ ุณَู…ْุนِูƒِ ุงู„ู„ู‡ ُุณَู…ِูŠْุนٌ
6. Sesudah itu kecup kedua mata isteri mulai dari mata sebelah kanan hingga mata sebelah kiri seraya membaca dalam hati: ุงَู„ู„ّู‡ُู…َّ ุฅِู†َّุง ูَุชَุญْู†َุง ู„َูƒَ ูَุชْุญًุง ู…ُุจِูŠْู†ًุง
7. Selanjutnya suami mencium kedua pipi isteri dimulai pipi sebelah kanan sampai pipi sebelah kiri seraya membaca dalam hati: ูŠَุงูƒَุฑِูŠْู…ُ ูŠَุง ุฑَุญْู…ู†ُ ูŠَุง ุฑَุญِูŠْู…ُ ูŠَุง ุงَู„ู„ู‡ُ
8. Kemudian mengecup hidungnya seraya membaca dalam hati: ูَุฑَูˆْุญٌ ูˆَุฑَูŠْุญَุงู†ٌ ูˆَّุฌَู†َّุฉُ ู†َุนِูŠْู…ٍ
9. Sesudah itu kecup pundak isteri seraya membaca dalam hati: ูŠَุงุฑَุญْู…ู†َ ุงู„ุฏُّู†ْูŠَุง ูŠَุง ุฑَุญِูŠْู…َ ุงْู„ุฃَุฎِุฑَุฉِ
10. Setelah itu kecup leher isteri seraya membaca dalam hati: ุงَู„ู„ู‡ُ ู†ُูˆْุฑُ ุงู„ุณَّู…َูˆَุงุชِ ูˆَุงْู„ุฃَุฑْุถِ
11. Selanjutnya kecup dagu isteri seraya membaca dalam hati: ู†ُูˆْุฑُ ุญَุจِูŠْุจِ ุงู„ุฅِูŠْู…َุงู†ِ ู…ِู†ْ ุนِุจَุงุฏِูƒَ ุงู„ุตَّุงู„ِุญِูŠْู†َ
12. Kemudian kecup kedua telapak tangan isteri dimulai sebelah kanan hingga yang sebelah kiri seraya membaca dalam hati: ู…َุง ูƒَุฐَุจَ ุงู„ْูُุคَุงุฏُ ู…َุง ุฑَุฃَู‰
13. Berikutnya kecup bagian di antara kedua payudara isteri seraya membaca dalam hati: ูˆَุฃَู„ْู‚َูŠْุชُ ุนَู„َูŠْูƒَ ู…َุญَุจَّุฉً ู…ِู†ِّูŠْ
14. Dan kemudian kecup dada isteri bagian kiri tepat pada hatinya seraya membaca dalam hati: ูŠَุงุญَูŠُّ ูŠَุง ู‚َูŠُّูˆْู…ُ

BAB V: RAHASIA DI BALIK PENCIPTAAN KEPERAWANAN

Para ahli firasat dan ilmuwan ahli kewanitaan mengataka bahwa:
* Bila mulut seorang perawan lebar, pertanda vaginanya juga lebar.
* Bila mulutnya kecil, pertanda vaginanya juga kecil.
Seorang penyair dalam bahar Thawil-nya menyatakan:

ุฅِุฐَุง ุถَุงู‚َ ูَู…ُ ุงู„ْุจِูƒْุฑِ ุถَุงู‚َุชْ ูُุฑُูˆْุฌُู‡َุง ูˆَูƒَุงู†َ ู„ِูَู…ِู‡َุง ุดِุนَุงุฑٌ ู„ِูَุฑْุฌِู‡َุง

“Bila seorang perawan sempit mulutnya, maka sempit pula vaginanya. Hal itu karena mulut seorang perawan menjadi pertanda dari bentuk dan keadaan vaginanya.”

* Bila kedua bibir perawan tebal, pertanda kedua bibir vaginanya tebal.
* Bila kedua bibirnya tipis, pertanda kedua bibir vaginanya juga tipis.
* Bila bibir mulut bagian bawah tipis, pertanda vaginanya kecil.
* Bila mulut/lidahnya sangat merah, pertanda vaginanya kering.
* Bila mancung hidungnya, pertanda tidak begitu berhasrat untuk senggama.
* Bila dagunya panjang, pertanda vaginanya menganga dan sedikit bulunya.
* Bila alisnya tipis, pertanda posisi vaginanya agak ke dalam.
* Bila raut wajahnya lebar dan lehernya besar, pertanda pantatnya kecil dan vaginanya besar serta sempit.
* Bila telapak kaki bagian luar serta badannya berlemak (gemuk), pertanda besar vaginanya.
* Bila kedua betisnya tebal dan keras, pertanda birahinya besar dan tidak sabaran untuk senggama.
* Bila matanya tampak bercelak dan lebar, pertanda sempit rahimnya.
* Bila pantatnya kecil serta bahunya besar, pertanda besar vaginanya.

Para ulama bijak bestari mengatakan: “Barangsiapa menjumpai 10 karakter pada diri seorang wanita, maka janganlah menikahinya. Yaitu;
1). Wanita yang sangat pendek tubuhnya.
2). Wanita yang berambut pendek.
3). Wanita yang sangat tinggi postur tubuhnya.
4). Wanita yang cerewet.
5). Wanita yang tidak produktif (mandul).
6). Wanita yang bengis (judes).
7). Wanita yang berlebihan dan boros.
8). Wanita yang bertangan panjang (Jawa: cluthak).
9). Wanita yang suka berhias ketika keluar rumah.
10). Wanita janda sebab dicerai suaminya.”

Sampailah kita di penghujung, dimana Allah telah memberikan kemudahan kepada kami dalam menyusunnya. Segala puji dan sanjungan tersembahkan atasNya dalam segala kondisi. Shalawat serta salam yang teristimewa semoga tetap tercurahlimpahkan atas junjungan kita Nabi Agung Muhammad Saw. Semoga tercurah puka kepada orang yang mengikutinya, yakni para sahabat dan keluarganya. Semoga Allah meratakan kemanfaatan kitab kecil ini pada kaum pria maupun wanita. Aamin.

Akhirnya kami hanya bisa berpesan sebagaimana kata seorang penyair: “Aku kan mengalami mati, namun tulisanku kan tetap. Kuberharap kiranya orang yang membaca tulisanku ini mau mendoakanku.”

(Sanhaji).