Khutbah Pertama

الله أكبر (9×) الحمد لله وحده صدق وعده ونصر عبده وأعز جنده وهزم الأحزاب وحده ، أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له ,أشهد أن محمدا عبده ورسوله لا نبي بعده ، الصلاة والسلام على رسول الله سيدنا ومولانا محمد ابن عبد الله رسول الله وعلى آله وأصحابه ومن واله ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الساعة ، الله أكبر (3×) { أما بعد} فيا أيها المسلمون اتقواالله حق تقاته فإن التقوى رأس كل سعاده كما أن اتباع الهوى مدار كل شقاوة ، واعلموا أن يومَكم هذا يومُ خروجِ الأمة من شهرٍ كريْمٍ إلى يوم السرور والهناء تقبل الله منا ومنكم تقبــل يا كريم.

Kaum Muslimin muslimat, Jamaah Shalat Idul Fitri yang Dimuliakan Allah


Kumandang takbir bergema dimulai sejak magrib kemarin, dari pelosok-pelosok desa sampai sudut-sudut kota, dari perumahan-perumahan elit sampai kawasan kumuh, dari gang-gang sempit sampai pasar-pasar semua sama mengumndangkan takbir, sebagai tanda berakhirnya Ramadhan yang mulia.

Perintah bertakbir mengagungkan Allah tertuang dalam QS. Al Baqarah: 185

وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Idul Fitri secara etimologis bermakna hari raya makan dan minum, sebab pada hari itu Allah mengharamkan hambanya untuk berpuasa. Pada hari itu kita diperintahkan oleh Allah untuk bergembira dan bersukacita, Ied artinya hari raya, dan fitri artinya berbuka/makan dan minum. Kata fitri ini diambil dari sabda Rasulullah saw,

صوموا لرؤيته وافطروا لرؤيته فان غمي عليكم فاكملوا العدد

Makna fitri juga sama dengan pengertian zakat firah. Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqolani menukil pendapat Ulama ahli hadis Abu Nu’aim Al Asbihani mengatakan: “Disandarkan shodaqoh kepada fithr (berbuka) disebabkan karena wajibnya untuk berbuka dari bulan Ramadhan”.

Hari raya idul fitri dirayakan oleh segenap umat Islam di seluruh dunia, dengan berbagai macam ekspresi dan tradisi. Tradisi umat Islam di berbagai belahan dunia dalam merayakan hari raya idul berbeda-beda, baik dari segi kuliner maupun budayanya. Tak terkecuali tradisi masyarakat Islam yang berada di Nusantara.

Kaum Muslimin muslimat, Jamaah Shalat Idul Fitri yang Dimuliakan Allah
Lalu, bagaimana Islam memandang tradisi?
Wali Songo adalah para ulama yang membawa ajaran ahlussunah Wal jama’ah ke Nusantara. Proses islamisasi yang dilakukan oleh Wali Songo berjalan secara soft dan natural, sesuai dengan karakter ajaran Aswaja itu sendiri yang mengakomodir kebudayaan lokal.
Wali Songo berhasil mendialogkan ajaran Islam yang berasal dari Arab dengan tradisi masyarakat Nusantara. Mereka tidak merubah tradisi masyarakat yang sudah ada dan berlangsung, tetapi mewarnai sehingga melahirkan tradisi baru keislaman masyarakat nusantara.

Islam adalah agama yang menerima tradisi atau budaya. Hal ini dibuktikan salah satunya oleh ayat Al Quran. Allah SWT berfirman:

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ

“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti”. (QS. Al Hujurat: 13)

Konsep kebudayaan dalam Qaidah Fiqh dituangkan dalam kaidah fiqh yang menyatakan:

اَلْعَادَةُ مُحَكَّمَةٌ

“’Adah (adat) itu bisa dijadikan patokan hukum”

Secara bahasa, al-‘adah diambil dari kata al-‘awud ( العود ) atau al-mu’awadah ( المؤدة) yang artinya berulang ( التكرار ). Oleh karena itu, tiap-tiap sesuatu yang sudah terbiasa dilakukan tanpa diusahakan dikatakan sebagai adat. Dengan demikian sesuatu yang baru dilakukan satu kali belum dinamakan adat.

Adapun definisi al-‘adah menurut Ibnu Nuzhaim adalah :

عبا رة عما يستقر فى النفوس من العمور المتكررالمقبولة عند الطباع السليمة

“Sesuatu ungkapan dari apa yang terpendam dalam diri, perkara yang berulang-ulang yang bisa diterima oleh tabiat (perangai) yang sehat”.

Dalam pengertian dan subtansi yang sama, terdapat istilah lain dari al-‘adah, yaitu al-‘urf, yang secara bahasa berarti suatu keadaan, ucapan, perbuatan, atau ketentuan yang dikenal manusia dan telah menjadi tradisi untuk melaksanakannya atau meninggalkannya. Sedangkan al-‘urf secara istilah yaitu:

العرف هو ما تعا رف عليه الناس واعتده فى اقوالهم وافعالهم حتى صار ذالك مطردا اوغا لبا

‘Urf adalah apa yang dikenal oleh manusia dan mengulang-ngulangnya dalam ucapannya dan perbuatannya sampai hal tersebut menjadi biasa dan berlaku umum”.

Sedangkan arti “muhakkamah” adalah putusan hakim dalam pengadilan dalam menyelesaikan senketa, artinya adat juga bisa menjadi rujukan hakim dalam memutus persoalan sengketa yang diajukan ke meja hijau. Jadi maksud kaidah ini bahwa sebuah tradisi baik umum atau yang khusus itu dapat menjadi sebuah hukum untuk menetapkan hukum syariat islam (hujjah) terutama oleh seorang hakim dalam sebuah pengadilan, selama tidak atau belum ditemukan dalil nash yang secara khusus melarang adat itu, atau mungkin ditemukan dalil nash tetapi dalil itu terlalu umum, sehingga tidak bisa mematahkan sebuah adat.

Namun bukan berarti setiap adat kebiasaan dapat diterima begitu saja, karena suatu adat bisa diterima jika memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

1. Tidak bertentangan dengan syari’at.
2. Tidak menyebabkan kemafsadatan dan tidak menghilangkan kemashlahatan.
3. Telah berlaku pada umumnya orang muslim.
4. Tidak berlaku dalam ibadah mahdah
5. Urf tersebut sudah memasyarakat ketika akan ditetapkan hukumnya.

Kaum Muslimin muslimat, Jamaah Shalat Idul Fitri yang Dimuliakan Allah
Tradisi Masyarakat Islam Nusantara dalam Merayakan Idul Fitri
Banyak sekali tradisi Masyarakat Islam Nusantara terkait dengan Idul Fitri. Namun dari sekian banyak tradisi dan budaya tersebut ada dua tradisi yang hampir seluruh umat Islam Nusantara melaksanakannya, dan tradisi ini hanya ada di Nusantara, yaitu:

1. Ketupat
Selama Idul Fitri, ketupat bukan hanya menu khas yang ditawarkan kepada pengunjung tetapi juga memiliki makna yang mendalam, tidak hanya dalam hal agama tetapi juga melampurkan makna budaya pada perayaan tersebut.
Ketupat melambangkan permintaan maaf dan berkah. Bahan utama ketupat adalah beras dan daun kelapa muda yang memiliki arti khusus. Beras dianggap sebagai simbol nafsu, sedangkan daun adalah singkatan dari “jatining nur” (cahaya sejati) dalam bahasa Jawa, yang berarti hati nurani. Ketupat digambarkan sebagai simbol nafsu hati nurani, yaitu manusia harus mampu menahan nafsu dunia dengan nurani mereka.

Dalam bahasa Sunda, ketupat, juga disebut “kupat” yang berarti bahwa manusia tidak diizinkan untuk “ngupat” yang berbicara tentang hal-hal buruk kepada orang lain.
Orang-orang Jawa menyebut ketupat dengan “Kupat”, ini merupakan akronim dari ngaku lepat, yaitu mengakui kesalahan. Semua manusia pasti punya kesalahan dan sebaik-baiknya orang adalah mereka yang mau mengakui kesalahannya.
Adalah Sunan Kalijaga yang pertama kali memperkenalkan Istilah Kupatan, sebagai bentuk hari raya untuk orang-orang yang melaksanakan puasa Syawal selama enam hari. Seperti kebudayaan-kebudayaan Jawa Islam lain, kupatan memiliki nilai-nilai filosofis.

2. Tradisi Saling Memaafkan (Halal Bihalal)
Istilah Halal Bihalal tak kita temukan dalam bahasa Arab. Istilah ini adalah khas Indonesia. Di Indonesia, ucapan selamat Hari raya Idul Fitri biasanya diiringi dengan ucapan “Mohon Maaf Lahir dan Batin”. Ungkapan tersebut tak kita temukan dalam tradisi Idul Fitri orang-orang Arab, bahkan pada masyarakat Islam di belahan dunia manapun.

Tradisi Halal Bihalal bahkan telah resmi menjadi agenda Negara setelah hari raya Idul Fitri. Presiden beserta seluruh cabinet dan pimpinan lembaga tinggi Negara setiap tahun mengadakan Halal Bihalal di Istana Negara.

Istilah Halal Bihalal pertama kali dicetuskan oleh KH. Wahab Hasbullah, salah seroang pendiri Nahdlatul Ulama. Ceritanya berawal pada pertengahan Ramadhan 1948. Bung Karno dan Kiyai Wahab keduanya berembuk untuk mencari solusi ancaman disintegrasi bangsa oleh kelompok DI/TII dan PKI. Kiai Wahab mengusulkan silaturahmi nasional. Bung Karno menganggap ide itu bagus, namun istilahnya harus dimodifikasi. Lalu Kiai Wahab mengusulkan istilah ‘halalbihalal’.

Maksud dan arti yang ingin dirujuk adalah masing-masing pribadi ialah saling memberikan kehalalan atas kesalahan-kesalahan yang terlanjur sudah diperbuat. Sang Proklamator lalu mengundang semua tokoh politik ke Istana Negara untuk menghadiri silaturahmi bertajuk ‘Halal Bihalal’.

Dari situ kemudian para elit politik dapat kembali berkumpul dan duduk dalam satu meja untuk kembali menyusun kekuatan dan persatuan bangsa. Kemudian instansi-instansi pemerintah menyelenggarakan Halal Bihalal yang kemudian diikuti oleh warga masyarakat secara luas. Dan sampai sekarang Halal Bihalal terus digalakkan setiap Lebaran.

Menutup Khutbah ini, saya ingin menyampaikan sebuah maqalah dari Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj, mengatakan: “Islam bukan hanya tentang akidah dan syari’ah, tapi lebih dari itu, Islam adalah agama budaya, peradaban, sekaligus kemanusiaan. Islam dan kebudayaan saling mendukung. Agama memperkuat budaya dan budaya memajukan agama.”

أللهم اجعلنا من العائدين والفائزين بكرمك يا أكرم الأكرمين

Khutbah Kedua

الله أكبر 7× ولله الحمد، الله أكبر كلما هَطَلَ الغَمَامُ ، وناح الْحَمَامُ ، وارتفعتِ الأعلامُ ، وأفطر الصُوَّامُ، الله أكبر كلما ارتقى فوق منبرِ إمامِ ، وكلما ختم بالأمس شهرُ الصِّيَامِ ومدّ يدى الإفتقار طالبا للعفو من ربه والغفران، الله أكبر لا إله إلا الله والله أكبر ولله الحمد. الحمد لله حق حمده ، نحمده ونستعينه ونستغفره ، ونعوذبالله من شرور أنفسنا ومن سيأت أعمالنا ، من يهدى الله فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له ، أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له ، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله لا نبي بعده. فيا أيها الناس اتقواالله حق تقاته ،واعلموا أن الله أمركم بأمر بدأ بنفسه وثنى بملائكته المسبحة بقدسه وأيده باالمؤمنين من عباده ، فقال تعالى ولم يزل قائلا عليما إن الله وملائكته يصلون على النبي ياأيها الذين ءامنوا صلوا عليه وسلموا تسليما ، اللهم صل وسلم على سيدنا وحبيبنا وشفيعنا ومولانا محمد سيدالأولين والأخرين ، وعلى اله وأصحابه الطيبين الطاهرين خصوصا سادتنا أبى بكر وعمر وعثمان وعلي وعن بقية صحابة وقرابة رسول الله أجمعين وعلينا معهم برحمتك يا أرحم الراحمين.
اللهم اغفر وارحم للمسلمين والمسلملت والمؤمنين والمؤمنات الأحياء منهم والأموات ، ربنا هب لنا من أزواجنا وذرياتنا قرة أعين واجعلنا للمتقين إماما رب اجعلني مقيم الصلاة ومن ذريتي ربنا وتقبل دعاء ، ربنا اغفر لنا ولإخواننا الذين سبقونا بالإيمان ولا تجعل في قلوبنا غلا للذين ءامنوا ربنا إنك رءوف رحيم، اللهم اجعلنا من العائدين والفائزين والمقبولين تقبل الله منا ومنكم تقبل يا كريم، ربنا ءاتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار. عباد الله ! إن الله يأمر بالعدل والإحسان وإيتاء ذي القربى وينهى عن الفحشاء والمنكر والبغي يعظكم لعلكم تذكرون فاذكرواالله العظيم يذكركم واشكروا على نعمه يزدكم واسألوه من فضله يعطكم وادعوه يستجب لكم ولذكرالله أكبر