Sabtu, 25 Desember 2021

BELAJAR ILMU AGAMA HARUS LEWAT GURU LANGSUNG YG BERSANAD

Nabi Muhammad saw.

Dari Abdullah ibn Mas'ud ra., Rasulullah saw bersabda: “Sebaik-baik manusia (yang hidup) di zamanku, kemudian orang-orang setelahnya, kemudian orang-orang setelahnya”. (HR. Bukhari, No. 2652, Muslim, No. 6635).
Rasulullah saw. menerjemahkan, “Barangsiapa menguraikan Al Qur'an dengan akal pikirannya sendiri (tanpa guru) dan merasa benar, maka sesungguhnya dia telah melakukan kesalahan.”. (HR.Ahmad)

Dari Ibnu 'Abbas ra berkata Rasulullah saw bersabda, “Di dalam agama itu tidak ada pemahaman berdasarkan akal pikiran, sebenarnya agama itu dari Tuhan, perintah-Nya dan larangan-Nya.” (HR. Ath Thabarani) Ibnul Mubarak berkata: ”Sanad merupakan bagian dari agama, kalaulah bukan karena sanad, maka pasti akan bisa berkata siapa saja yang mau dengan apa saja yang diinginkannya.” (Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Muqoddimah kitab Shahihnya 1/47 No. 32 )

Dari Ibnu Abbas ra., Rasulullah saw Bersabda: ”Barangsiapa yang mengatakan mengenai Al-Qur'an tanpa ilmu maka ia menyediakan tempat yang tidak tersedia sendiri di neraka.”. (HR.At Tirmidzi)

Imam Malik ra. berkata: “Hendaklah menantang itu hafalannya (matan hadits dan ilmu) daripada ulama, bukan dari Suhuf (lembaran)”. (Al-Kifayah oleh Imam Al Khatib m/s 108)

Imam Asy Syafi'i ra. mengatakan: “Tiada ilmu tanpa sanad.”.

Imam Asy Syafi'i ra. juga berkata: “Barangsiapa yang bertafaqquh (coba memahami agama) melalui isi buku-buku, maka dia akan mensia-siakan hukum (kefahaman sebenar-benarnya)”. (Tazkirah As-Sami'e: 87)

Berkata Imam Asy Syafi'i ra.: “Orang yang belajar ilmu tanpa sanad guru bagaikan orang yang mengumpulkan kayu bakar digelapnya malam, ia mengikat kayu bakar yang terdapat ular berbisa dan ia tak tahu” (Faidhul Qadir juz 1 hal 433)

Berkata pula Imam Ats Tsauri ra.: “Sanad adalah senjata orang mukmin, maka bila kau tak punya senjata maka dengan apa kau akan menemukan?”, berkata pula Imam Ibnul Mubarak: “Pelajar ilmu yang tak punya sanad bagaikan penaik atap namun tak punya tangganya , sungguh Allah muliakan ummat ini dengan sanad.”. (Faidhul Qadir juz 1 hal 433).

Al-Hafidh Imam Ats Tsauri ra. mengatakan: “Penuntut ilmu tanpa sanad adalah bagaikan orang yang ingin naik ke atap rumah tanpa tangga.”.

Bahkan Al Imam Abu Yazid Al Bustamiy ra. berkata: “Barangsiapa tidak memiliki susunan guru dalam bimbingan agamanya, tidak ragu lagi akan gurunya syetan.”. (Tafsir Ruhul-Bayan Juz 5 hal. 203)

Asy Syeikh As Sayyid Yusuf Bakhour Al Hasani menambahkan bahwa: “Maksud dari pengijazahan sanad itu adalah agar kamu menghafazh bukan aplikasi untuk meriwayatkan tetapi juga untuk meneladani orang yang mengambil sanad daripadanya, dan yang kamu ambil sanadnya itu juga meneladani orang yang di atas di mana dia mengambil sanad daripadanya dan begitulah seterusnya hingga ke kamu meneladani Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Dengan demikian, keterjagaan al-Qur'an itu benar-benar sempurna baik secara lafazh, makna dan pengamalan.“.

Syekh Ibnu Jama'ah berkata: "Sebesar-besar musibah adalah dengan bergurukan sahifah (lembaran-lembaran atau buku)". (Ibn Al-Jama'ah: 87 dan dinukilkan dalam Muqoddimah Syarh Al-Maqawif 1/90)

Imam Badruddin ibn Jama'ah: “Hendaklah seseorang pelamar ilmu itu berusaha mendapatkan Syeikh yang mana dia seorang yang menguasai ilmu-ilmu Syariah secara sempurna, yang mana dia melazimi para syeikh yang terpercaya di zamannya yang banyak mengkaji dan dia lama bersahabat dengan para ulama' , bukan berguru dengan orang yang mengambil ilmu hanya dari lembar kertas dan tidak bersahabat dengan para syeikh (ulama') yang agung.”. (Tazkirah As-Sami' wa Al-Mutakallim 1/38)

Dan Nabi juga memerintahkan agar berpegang pada tegung pada jamaah yang mayoritas,

Dari Anas bin Malik ra berkata: “Aku mendengar Rasulullah saw. berkata : “Sesungguhnya umatku tidak akan bersepakat pada kesesatan, oleh karena itu, jika melihat kejadian, maka ikutilah kelompok utama.” (HR. Ibnu Majah No. 3950, Abd bin Humaid dalam Musnad-nya (1220) dan Ath Thabarani dalam Musnad Al Syamiyyin (2069).

Kesimpulan :
1. Belajar ilmu Agama harus lewat syech atau Guru yg benar-benar BERSANAD sampai pada Baginda Nabi SAW.
2. Belajar Agama lewat Lembaran buku-buku jelas tidak BERSANAD karena tidak ada Guru pembimbing yg mengarahkan ilmunya dan cenderung membaca buku akan melahirkan pemahaman sendiri dan jelas SYETAN turut serta didalamnya.
3. Belajarlah lewat Guru atau syech, kiyai, ustad pembimbing langsung yg dia bisa menafsirkan Buku2 tersebut dengan ilmu yg diampu dari Ponpes atau study2 Keagamaan lainnya, lewat para Masyayikh yg BERSANAD.

Wallahu a'lm bishshowab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar