Sabtu, 10 Desember 2016

DIMANAKAH LETAK TAQWA

DIMANAKAH LETAK TAQWA

Nabi muhammad bersabda,

"At Taqwa ha huna," ( taqwa itu di sini...sambil menunjuk dada beliau ). beliau mengisyaratkan bahwa letak dari sebuah ketaqwaan adalah di dalam hati.

(HR.muslim)

oleh al Ghozali hati di ibaratkan sebagai seorang raja yang menguasai seluruh anggota badan.Bila raja itu baik maka  baiklah semua pengikutnya,begitupun sebaliknya.ketaqwaan seseorang bukanlah diukur dari ibadah-ibadah lahiriyyah yang dilakukan oleh seseorang,akan tetapi lebih kepada seberapa berhasil ia memformat hatinya sehingga mampu menampung cahaya keagungan Alloh,dan mendepak segala jenis penyakit hati  yang bersarang dan anak pinak dihatinya.

Dalam Minhajul abidin Al Ghazali membagi definisi taqwa menjadi tiga :

Pertama, taqwa yang berarti takut, Alloh berfirman :واياي فاتقون (dan hanya kepadakulah kalian harus takut ).

Kedua, taqwa bermakna taat, sesuai dengan firman Alloh Ittaqulloh Haqqo tuqootih, Ibnu Abbas menafsirkannya dengan  athiulloha haqqo thooatih.

Ketiga, taqwa yang berarti tanziihul qulub 'anidz dzunuub ( membersihkan hati dari segala dosa),

makna taqwa yang ketiga inilah yang sejalan dengan sabda Nabi bahwa taqwa itu letaknya dihati. Indikasi nabi tersebut menunjukkan bahwa orang yang bertaqwa adalah orang yang  mampu membersihkan hatinya dari noktah-noktah dosa.

Pengosongan hati dari sifat tercela seperti Itbaa'ulhawa (mengikuti hawa nafsu), Ujub (membanggakan diri), Riyaa (pamer dlm ibadah), sum'ah (mendengar2kan amalannya), takabbur (sombong), Thoma' (rakus), hasud (dengki), hiqdu (dendam) dan hubbuddunya (cinta dunia berlebihan).kemudian  menghiasinya dengan sifat-sifat terpuji semacam syukur, ridho, sabar, qonaah (merasa cukup dg pemberian Alloh ), zuhud, tawakkal,dan ikhlas merupakan manifestasi dari ketakwaan yang sebenarnya yang nantinya akan terpancar keluar lewat sikap dan perilaku lahiriyyahnya.

Definisi taqwa

Taqwa berasal dari kata Waqa, Yaqi, Wiqayatan, yang berarti perlindungan. Taqwa berarti melindungi diri dari segala kejahatan dan kemaksiatan.

Pengertian taqwa diantaranya adalah “Imtitsalu awamirillah wa ijtinabu nawakhihi” atau melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya.

Dalam suatu riwayat yang shahih disebutkan bahwa Umar bin Khattab r.a. bertanya kepada sahabat Ubay bin Ka’ab r.a. tentang taqwa. Ubay balik bertanya,

“Bukankah anda pernah melewati jalan yang penuh duri?”

“Ya”, jawab Umar

“Apa yang anda lakukan saat itu?”

“Saya bersiap-siap dan berjalan dengan hati-hati.”

“Itulah taqwa.” kata Ubay bin Ka’ab r.a.

Berpijak dari jawaban Ubay atas pertanyaan Umar, Sayyid Quthub berkata dalam tafsir Azh-Zhilal, “Itulah taqwa, kepekaan batin, kelembutan perasaan, rasa takut terus menerus selalu waspada dan hati-hati jangan sampai kena duri jalanan… Jalan kehidupan yang selalu ditaburi duri-duri godaan dan syahwat,kerakusan dan angan-angan,kekhawatiran dan keraguan,harapan semu atas segala sesuatu yang tidak bisa diharapkan. Ketakutan palsu dari sesuatu yang tidak pantas untuk ditakuti… dan masih banyak duri-duri yang lainnya.”

Dr. Abdullah Nashih Ulwan menyatakan dalam buku Ruhaniyatud Daiyah, “Taqwa lahir sebagai konsekuensi logis dari keimanan yang kokoh,keimanan yang selalu dipupuk dengan muraqabatullah, merasa takut dengan azab Allah serta berharap atas limpahan karunia dan maghfirahnya.”

Sayyid Quthub juga berkata “Inilah bekal dan persiapan perjalanan…bekal ketaqwaan yang selalu menggugah hati dan membuatnya selalu terjaga,waspada,hati-hati serta selalu dalam konsentrasi penuh…Bekal cahaya yang menerangi liku-liku perjalanan sepanjang mata memandang. Orang yang bertqwa tidak akan tertipu oleh bayangan semu yang menghalangi pandangannya yang jelas dan benar…Itulah bekal penghapus segala kesalahan,bekal yang menjanjikan kedamaian dan ketentraman,bekal yang membawa harapan atas karunia Allah;di saat bekal-bekal lain sudah sirna dan semua amal tak lagi berguna…”

Taqwa diperoleh dari ibadah yang ikhlas dan lurus kepada Allah SWT. Orang-orang yang bertaqwa akan mendapatkan kemuliaan dari Allah SWT (Surat Al Hujurat : 13).

Kemuliaan bukan terletak kepada jenis kelamin laki-laki atau perempuan,kehebatan suku bangsa dan warna kulit, namun karena ketaqwaannya. Mereka yang bertqwa adalah orang yang senantiasa beribadah dengan rasa cinta, penuh harap kepada Allah, takut kepada azabNya, ihsan dalam beribadah,khusyuk dalam pelaksanaannya,penuh dengan doa. Allah SWT juga menyebutkan bekal hidup manusia dan pakaian yang terbaik adalah taqwa.

Dr. Abdullah Nashih Ulwan menyebut ada 5 langkah yang dapat dilakukan untuk mencapai derajat taqwa, yaitu

1. Mu’ahadah

Mu’ahadah berarti selalu mengingat perjanjian kepada Allah SWT, bahwa dia akan selalu beribadah kepada Allah SWT. Seperti merenungkan bahwa sekurang-kurangnya 17 kali dalam sehari semalam dia membaca ayat surat Al Fatihah :5 “Hanya kepada Engkau kami beribadah dan hanya kepada Engkau kami mohon pertolongan”

2. Muraqabah

Muraqabah berarti merasakan kebersamaan dengan Allah SWT dengan selalu menyadari bahwa Allah SWT selalu bersama para makhluqNya dimana saja dan kapan saja. Beberapa macam muraqabah diantaranya muraqabah kepada Allah dalam melaksanakan ketaatan dengan selalu ikhlas kepadaNya; muraqabah dalam kemaksiatan adalah dengan taubat, penyesalan dan meninggalkannya secara total; muraqabah dalam hal-hal yang mubah adalah dengan menjaga adab-adab kepada Allah dan bersyukur atas segala nikmatNya; muraqabah dalam mushibah adalah dengan ridha atas ketentuan Allah serta memohon pertolonganNya dengan penuh kesabaran.

3. Muhasabah

Muhasabah sebagaimana yang ditegaskan dalam Al Quran surat Al Hasyr: 18, bermakna hendaknya seorang mukmin menghisab dirinya tatkala selesai melakukan amal perbuatan, apakah tujuan amalnya untuk mendapatkan ridha Allah? Atau apakah amalnya dirembesi sifat riya? Apakah ia sudah memenuhi hak-hak Allah dan hak-hak manusia?

Umar bin Khattab r.a. berkata,”Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab, timbanglah diri kalian sebelum kalian ditimbang, dan bersiap-siaplah untuk pertunjukan yang agung (harikiamat). Di hari itu kamu dihadapkan pada pemeriksaan, tiada yang tersembunyi dari amal kalian barang sedikitpun.”

4. Mu’aqabah

Mu’aqabah berarti memberikan sanksi kepada diri sendiri tatkala melakukan keburukan atau lalai dalam melakukan kebaikan. Sanksi itu haruslah dengan sesuatu yang mubah, tidak boleh dengan yang haram. Disebutkan, Umar bin Khattab pergi ke kebunnya. Ketika pulang didapatinya orang-orang sudah selesai melaksanakan sholat Ashar berjamaah. Maka beliau berkata,”Aku pergi hanya untuk sebuah kebun,aku pulang orang-orang sudah sholat Ashar. Kini kebunku aku jadikan shadaqah untuk orang-orang miskin.”

Suatu ketika Abu Thalhah sedang sholat, di depannya lewat seekor burung lalu ia melihatnya dan lalai dari sholatnya sehingga lupa sudah berapa rakaat beliau sholat. Karena kejadian tersebut beliau mensedekahkan kebunnya untuk kepentingan orang miskin sebagai sanksi atas kelalaian dan ketidak kekhusyuannya.

5. Mujahadah

Makna mujahadah sebagaimana disebutkan dalam surat Al Ankabut ayat 69 adalah apabila seorang mukmin terseret dalam kemalasan, santai, cinta dunia dan tidak lagi melaksanakan amal-amal sunnah serta ketaatan yang lainnya tepat pada waktunya, maka ia harus memaksa dirinya melakukan amal-amal sunnah lebih banyak dari sebelumnya. Dalam hal ini ia harus tegas, serius dan penuh semangat sehingga pada akhirnya ketaatan merupakan kebiasaan yang mulia baginya dan menjadi sikap yang melekat dalam dirinya.

WALLAHU A'LAM

Sabtu, 26 November 2016

Tata cara Sholat Ghaib Lengkap

Tata cara Sholat Ghaib Lengkap

Sholat ghaib adalah sholat yang dilakukan ketika ada salah satu keluarga atau seorang muslim yang meninggal dunia pada tempat yang jauh, sehingga jenazanya tidak dapat dihadirkan. Untuk pelaksanaan sholatnya sendiri sama dengan pelaksanaan sholat jenazah, yang berbeda hanya pada niatnya saja. Dan mungkin untuk anda ada yang memiliki sanak saudara yang saat ini meninggal dunia, namun anda tidak dapat berkunjung secara langsung karena tempatnya yang jauh. Maka ada baiknya jika anda melakukan sholat ghaib.

Dan untuk anda yang ingin melakukan sholat ghaib untuk saudara anda, namun anda belum mengetahui cara sholat tersebut. Maka anda bisa melihat bacaan doa sholat Ghaib yang akan kami berikan secara lengkap menggunakan bahasa arab dan juga latin dibawah ini.

Niat Sholat Ghaib

Niat sholat ghaib untuk jenazah yang diketahui identitasnya.

أصلى على ميت(فلان) الغائب أربع تكبيرات فرض الكفايةلله تعالى
Saya niat sholat jenazah fulan bin fulan ghoib 4 takbir fardhu kifayati lillahi ta'ala Allohu akbar.

Niat sholat ghaib untuk jenazah yang tidak diketahui identitasnya

اصلى على من صلى عليه الإمام اربع تكبيرات فرض الكفاية مأمون لله تعالى

Saya niat sholat ghoib atas mayyit yg disholati imam 4 kali takbir fardhu kifayati ma muman lillahi ta ala Allohu akbar.

Takbir pertama

Membaca Ta’awudz dan juga Basmalah, kemudian dilanjutkan dengan mambaca Surat Al-Fatihah.

Takbir kedua
Membaca bacaan Shalawat Yaitu membaca shalawat atas Nabi Shallallahu’alaihi wasallam seperti dibawah ini.

اللهم صلى على سيدنا محمد وعلى آله سيدنا محمد كماصليت على سيدنا ابراهيم وعلى ال سيدنا إبراهيم و بارك على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد كما باركت على سيدنا ابراهيم وعلى ال سيدنا ابراهيم فلعالمين إنك حميد مجيد....

Takbir ketiga

Membacakan doa untuk si Jenazah, seperti yang dicontohkan Rasulullah SAW pada hadist berikut.

اللهم أغفر له وارحمه وعافيه واعف عنه وأكرم نزله ووسع مدخله واغسله بالماء و أثلج والبرد ونقه من الخطايا كمانقيت الثوب الأبيض من الدنس وابدله داراخيرامن داره واهلل خيرا من اهله وزوجا خيرا من زوجته وادخله الجنة واعده من عذاب القبر أؤمن عذاب النار...
Yaa Alloh ampunilah dia(mayat) berilah Rahmat kepadanya, selamatkan dia) (dari sesuatu yg tidak disukai) ampunilah dia dan tempatkanlah ditempat yg mulia (surga) luaskan kuburnya, mandikan dia dengan air salju dan es, bersihkan dia dari segala kesalahan, sebagaimana Engkau membersihkan baju yg putih dari segala kotoran, berilah rumah yg baik dari rumahnya (di dunia), berilah keluarga (atau istri disurga), yg lebih baik keluarganya (didunia), istri(atau suami) yg lebih baik daripada istrinya (atau suaminya), masukkan dia kesurga dan jagalah dia dari siksa kubur dan neraka.

Takbir keempat

آللهم لاتحرمنا أجره ولا تفتنا بعده و غفر لنآ و لا ه

Allahumma Laa Tahrimna Ajrahu wa laa taftinnaa ba’dahu waghfirlana wa lahu

Artinya:
“Ya Allah janganlah kami tidak Engkau beri pahalanya, dan janganlah Engkau beri fitnah kepada kami sesudahnya, dan berilah ampunan kepada kami dan kepadanya”

Terakhir Membaca Salam

اسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Catatan :
Utk jenazah perempuan tinggal dirubah saja kalimatnya contoh :

اللهم أغفر له: utk laki-laki 👨

اللهُ أغفر لها :utk perempuan 👩

Demikian  Tata cara  Sholat Ghaib yang sekiranya dapat kami sampaikan kepada anda pada kesempatan kali ini.
Semoga ada manfaatnya... Aamiin.

Jumat, 18 November 2016

Siapakah Nashiruddin al-Albani?

Siapakah Nashiruddin al-Albani?

 Beberapa tahun belakangan banyak kitab, buku, artikel, atau postingan di internet yang memuat kalimat : “disahihkan oleh Syaikh Al Albani”. Selama ini orang setidaknya hanya mengenal seperti : diriwayatkan oleh Syaikhon (Imam Bukhari dan Imam Muslim) atau diriwayatkan oleh Imam Bukhari, sahih Bukhari, sahih Muslim dan yang semisalnya dari Imam2 Muhaddits yang mu’tabar (kredibel).Dengan munculnya seorang yang dianggap sebagai ahli hadits abad ini, kini muncul istilah baru yang jadi icon dan ‘jaminan mutu’, apabila sebuah hadits sudah dapat stempel : disahihkan oleh Al Albani.

Ada juga dari golongan Salafi ini berkata bahwa al-Albani sederajad dengan Imam Bukhori pada zamannya. Sehingga semua hadits bila telah dishohihkan atau dilemahkan dan sebagainya, oleh beliau ini, sudah pasti lebih mendekati kebenaran. Buat ulama-ulama madzhab sunnah selain madzhab Wahabi, julukan dan pujian golongan Wahabi/Salafi terhadap ulama mereka Al-Albani semacam itu tidak ada masalahnya. Hanya sekarang yang dimasalahkan adalah penemuan ulama-ulama ahli hadits dari berbagai madzhab diantaranya dari Jordania yang bernama Syeikh Hasan Ali Assegaf  tentang banyaknya kontradiksi dari hadits-hadits dan catatan-catatan yang dikemukakan oleh al-Albani ini jumlahnya lebih dari 1200 hadits!! Angka yang spektakuler…

Para pemuja syaikh kelahiran Albania ini kadang bersikap ghuluw (berlebihan) dalam mempromosikan hadits  yg ditakhrijnya dan memuji pribadinya. Mereka menyebutnya Al-Imam Al-Mujaddid Al ‘Allamah Al-Muhaddits Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani. Sayangnya pemujaan terhadap syaikh yang satu ini tanpa disebutkan dari mana sang Mujaddid wal Muhaddits ini mendapatkan sanad hadits.

Sebenarnya Siapakah Syeikh Nashiruddin Al-Albani itu? Mari kita lihat!

Syeikh Nashiruddin Al-Albani adalah seorang tukang jam yang dilahirkan di kota Ashkodera, negara Albania tahun 1914 M dan meninggal dunia pada tanggal 21 Jumadal Akhirah 1420 H atau bertepatan dengan tanggal 1 Oktober 1999 di Yordania. Pada masa hidupnya, sehari-hari dia berprofesi sebagai tukang reparasi jam. Dia memiliki hobi membaca kitab-kitab khususnya kitab-kitab hadits tetapi tidak pernah berguru kepada guru hadits yang ahli dan tidak pernah mempunyai sanad yang diakui dalam Ilmu Hadits.

Keluarga beliau boleh dibilang termasuk kalangan kurang berada, namun bertradisi kuat dalam menuntut ilmu agama. Ayahanda beliau bernama Al-Haj Nuh, lulusan lembaga pendidikan ilmu-ilmu syari”ah di ibukota negara dinasti Utsmaniyah (kini Istambul). Keluarga beliau kemudian berhijrah ke Damaskus, ibu kota Syria, dan menetap di sana.

Beliau boleh dibilang tidak menyelesaikan pendidikan formal yang tinggi, kecuali hanya menyelesaikan sekolah madrasah ibtidaiyah. Kemudian beliau meneruskan ke madarasah An-Nizhamiyah.Dia  sendiri mengakui bahwa sebenarnya dia tidak hafal sepuluh hadits dengan sanad muttashil (bersambung) sampai ke Rasulullah, meskipun begitu dia berani mentashih dan mentadh’iftan hadits sesuai dengan kesimpulannya sendiri dan bertentangan dengan kaidah para ulama hadits yang menegaskan bahwa sesungguhnya mentashih dan mentadh’ifkan hadits adalah tugas para hafidz (ulama ahli hadits yg menghapal sekurang-kurangnya seratus ribu hadits).

Namun demikian kalangan salafi (wahabi) menganggap semua hadits bila telah dishohihkan atau dilemahkan Albani mereka pastikan lebih mendekati kebenaran.

Cukup sebagai bantahan terhadapnya, pengakuanya bahwa dia dulunya bekerja sebagai tukang jam dan hobinya membaca buku-buku tanpa mendalami ilmu Agama pada para ahlinya dan tidak mempunyai sanad yang diakui dalam Ilmu Hadits bahkan sanadnya terputus (tidak bersambung sampai ke Rasulullah), tetapi sanadnya kembali kepada buku-buku yang dibacanya sendiri.

Albani menyenangi ilmu hadits dan semakin asyik dengan penelusuran kitab-kitab hadits. Sampai pihak pengelola perpustakaan adz-Dzhahiriyah di Damaskus memberikan sebuah ruangan khusus di perpustakaan untuk beliau.

Hadits menjadi kesibukan rutinnya, sampai-sampai beliau menutup kios reparasi jamnya. Beliau lebih betah berlama-lama dalam perpustakaan azh-Zhahiriyah, sehingga setiap harinya mencapai 12 jam. Tidak pernah istirahat mentelaah kitab-kitab hadits, kecuali jika waktu sholat tiba. Untuk makannya, seringkali hanya sedikit makanan yang dibawanya ke perpustakaan.

Namun sayangnya, dia menyangka bahwa dirinya telah menjadi profesional dalam urusan agama. Dia memberanikan diri untuk berfatwa dan mentashhieh hadits atau mendha’ifkannya sesuai dengan keinginan hawa nafsunya. Juga dia berani menyerang ulama yang mu’tabar (yang berkompeten di bidangnya) padahal dia mandakwa bahwa “hafalan”hadits telah terputus atau punah.

Dia mengakui bahwa sebenarya dia tidak hafal sepuluh hadits dengan sanad muttashil (bersambung) sampai ke Rasulullah, meskipun begitu dia berani mentashih dan mentadh’iftan hadits sesuai dengan hawa nafsunya dan bertentangan dengan kaidah para ulama hadits yang menegaskan bahwa sesungguhnya mentashih dan mentadhifkan hadits adalah tugas para. hafiz saja.

Sebagai perbandingan salah seorang Muhaddits Indonesia, syaikh Muhammad Yasin ibn Muhammad ‘Isa al-Fadani memiliki rantaian sanad yang bersambung sampai kepada Rasululloh SAW. Sementara syaikh al Albani dapat dikatakan lebih sebagai kutu buku yang banyak menghabiskan waktu di perpustakaan untuk mempelajari hadits, ketimbang sebagai ahli hadits (Muhaddits). Sebab persyaratan untuk dapat dikatakan sebagai Ahli Hadits (Muhaddits) amatlah berat.  Setidaknya ada 3 syarat menurut Imam Ibnu Hajr al Asyqolani Asy Syafi’ie :

1 – Masyhur dalam menuntu ilmu hadits dan mengambil riwayat dari mulut para ulama, bukan dari kitab-kitab hadits saja

2 – Mengetahui dengan jelas Thabaqat generasi periwayat dan kedudukan mereka

3 – mengetahui Jarah dan ta`dil dari setiap periwayat, dan mengenal mana hadit yang shahih atau yang Dhaif, sehingga apa yang dia ketahui lebih banyak dari pada yang tidak diketahuinya, juga menghapal banyak matan haditsnya –(source)

Beliau wafat pada hari Jum”at malam Sabtu tanggal 21 Jumada Tsaniyah 1420 H atau bertepatan dengan tanggal 1 Oktober 1999 di Yoradania.

Nasihat kami bagi seluruh umat Islam untuk tidak membaca kitab-kitabnya dan tidak merujuk kepada tashih dan tadh`ifnya dalam hadits. Justru kewajiban syar’i adalah melakukan tahzir terhadapnya dan terhadap karangan-karangannya demi membela Islam dan Muslimin.

Sabtu, 12 November 2016

Kisah Imam Hasan Albisri bersama tetangganya yg berbeda Agama

Kekaguman para sahabat dan murid-muridnya tak menggetarkan pribadi Hasan al-Bashri untuk tetap hidup penuh kesederhanaan. Di rumah susun yang tidak terlalu besar ia tinggal bersama istri tercinta. Di bagian atas adalah tempat tinggal seorang Nasrani. Kehidupan berumah tangga dan bertetangga mengalir tenang dan harmonis meski diliputi kekurangan menurut ukuran duniawi.

Di dalam kamar Hasan al-Bashri selalu terlihat ember kecil penampung tetesan air dari atap kamarnya. Istrinya memang sengaja memasangnya atas permintaan Hasan al-Bashri agar tetesan tak meluber. Hasan al-Bashri rutin mengganti ember itu tiap kali penuh dan sesekali mengelap sisa percikan yang sempat membasahi ubin.

Hasan al-Bashri tak pernah berniat memperbaiki atap itu. “Kita tak boleh mengusik tetangga,” dalihnya.

Jika dirunut, atap kamar Hasan al-Bashri tak lain merupakan ubin kamar mandi seorang Nasrani, tetangganya. Karena ada kerusakan, air kencing dan kotoran merembes ke dalam kamar Sang Imam  tanpa mengikuti saluran yang tersedia.

Tetangga Nasrani itu tak bereaksi apa-apa tentang kejadian ini karena Hasan al-Bashri sendiri belum pernah mengabarinya. Hingga suatu ketika si tetangga menjenguk Hasan al-Bashri yang tengah sakit dan menyaksikan sendiri cairan najis kamar mandinya menimpa ruangan Hasan Al-Bashri.

“Imam, sejak kapan engkau bersabar dengan semua ini,” tetangga Nasrani tampak menyesal.

Hasan al-Bashri hanya terdiam memandang, sambil melempar senyum pendek.

Merasa tak ada jawaban tetangga Nasrani pun setengah mendesak. “Tolong katakan dengan jujur, wahai Imam. Ini demi melegakan hati kami.”

Dengan suara berat Hasan al-Bashri pun menimpali, “Dua puluh tahun yang lalu.”

“Lantas mengapa engkau tidak memberitahuku?”

“Memuliakan tetangga adalah hal yang wajib. Nabi kami mengajaran, ‘Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka muliakanlah tetangga’. Anda adalah tetangga saya,” tukasnya lirih.

Tetangga Nasrani itu seketika mengucapkan dua kalimat syahadat.

Selasa, 08 November 2016

Nasehat Imam Al-Ghazali : Jangan Kamu Nikahi 6 Jenis Perempuan ini

Nasehat Imam Al-Ghazali : Jangan Kamu Nikahi 6 Jenis Perempuan ini

Imam Al Ghazali memberikan nasehat kepada laki-laki muslim agar tidak menikahi enam tipe wanita: al Annanah, al Mananah, al Hananah, al Haddaqah, al Barraqah, dan asy Syaddaqah. Siapa saja mereka? Berikut ini penjelasannya:

1. Al Annanah (Suka Mengeluh)

Al Annanah adalah wanita yang suka mengeluh dan mengadu. Menikahi wanita tipe ini membuat suami sulit mencapai sakinah dalam keluarga. Sebab suka mengeluh tidak mendatangkan solusi apapun. Ia justru bisa menguras emosi suami. Sedangkan mengadu sering merusak hubungan baik dengan sesama; baik kerabat maupun sahabat. Apalagi jika yang suka diadukan istri adalah orang tua suami.

2. Al Mananah (Suka Mengungkit)

Al Mananah adalah wanita yang suka mengungkit-ungkit kebaikan dan jasanya. Menikahi wanita tipe ini membuat seorang laki-laki terhambat menjalankan perannya sebagai pemimpin keluarga. Jika ia berbeda pendapat dengan istrinya, sang istri mengungkit kebaikan dan jasanya. Apalagi jika secara ekonomi sang suami “lebih rendah” dari istrinya.

Selain itu, mengungkit kebaikan berbahaya bagi kehidupan akhirat keluarga. Setiap keluarga muslim pasti menginginkan bisa masuk surga bersama-sama. Namun perilaku mengungkit kebaikan mengancam terhapusnya pahala kebaikan tersebut. Jika pahala-pahala kebaikan terhapus, lalu apa bekal untuk masuk surga?

3. Al Hananah (Suka Membandingkan)

Al Hananah adalah wanita yang suka menceritakan dan membanggakan orang di masa lalu. Jika ia janda, ia membangga-banggakan mantan suaminya. Jika ia tidak belum pernah menikah sebelumnya, mungkin ia membangga-banggakan ayahnya dan membandingkan dengan suaminya. Atau mungkin membangga-banggakan saudaranya atau temannya di hadapan suami. Lebih parah lagi, kalau ternyata ia pernah pacaran sebelum menikah dan membangga-banggakan pacarnya di hadapan suami. Duh.

4. Al Haddaqah (Boros)

Al Haddaqah adalah wanita yang keinginan belanjanya besar, mudah tertarik suatu barang atau produk, dan suka meminta suami membelikan. Pendek kata, boros dan konsumtif. Jika wanita-wanita tipe sebelumnya menguras emosi suami, wanita tipe ini menguras kantong suami.

Meskipun suaminya orang yang kaya, boros tetap tidak baik dan tidak disukai agama. Apalagi jika suaminya pas-pasan atau miskin. Betapa banyak suami yang akhirnya terperosok ke jalan haram gara-gara permintaan istri yang berlebihan.

5. Al Barraqah (Melampau Dalam Berhias)

Imam Al Ghazali menjelaskan bahwa ada dua makna al Barraqah. Pertama, ia adalah tipe wanita yang suka berhias sepanjang hari. Meskipun demi tampil menawan di hadapan suami, berhias sepanjang hari termasuk sikap berlebihan. Berlebihan dalam belanja kosmetik dan berlebihan dalam pemanfaatan waktu yang mengabaikan kewajiban-kewajiban lainnya. Apalagi jika niatnya bukan untuk suami.

Kedua, wanita yang tidak mau makan dan suka mengurung diri sendirian. Dengan kata lain, ia tipe penyedih. Bagaimana keluarga bisa sakinah mawaddah wa rahmah kalau sang istri suka berbuat demikian?

6. Asy Syaddaqah (Perempuan yang Banyak bicara).

Asy Syaddaqah adalah tipe wanita yang suka nyinyir dan banyak bicara. Hampir setiap hal dikomentari dan komentarnya bukanlah komentar yang bermanfaat. Ada hal yang wajar saja dikomentari negatif apalagi jika ada kesalahan. Menikahi wanita tipe ini, sulit bagi suami menemukan kedamaian karena semua sikapnya akan menjadi sasaran komentar nyinyir sang istri.

Semoga sahabat Bersamadakwah yang belum menikah dihindarkan Allah dari calon istri dengan tipe seperti di atas. Dan semoga hanya mendapatkan jodoh yang shalihah sehingga terwujud keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah.
Wallahu a'lam bisshowab.

ISLÂM AGAMA DAMAI

ISLAM AGAMA DAMAI

Islam adalah agama damai, agama penuh toleransi, agama yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan serta menentang pengkrusakan atau pembunuhan, baik dilakukan secara massif atau terhadap individu.

Ada 5 hak asasi manusia yang sangat dihormati dan dipelihara oleh agama Islam, yaitu ;
1.Agama
2.Nyawa,
3.Harta,
4.Nasab dan
5.Kehormatan.

Siapapun yang melakukan pelecehan dan tindak kejahatan terhadap kelima hak asasi manusia tersebut tidak bisa diterima, dan Islam memberikan hukuman yang sangat berat terhadap pelakunya.
Allah swt. berfirman:

مِنْ أَجْلِ ذَلِكَ كَتَبْنَا عَلَى بَنِي إِسْرَائِيلَ أَنَّهُ مَنْ قَتَلَ نَفْسًا بِغَيْرِ نَفْسٍ أَوْ فَسَادٍ فِي الأرْضِ فَكَأَنَّمَا قَتَلَ النَّاسَ جَمِيعًا وَمَنْ أَحْيَاهَا فَكَأَنَّمَا أَحْيَا النَّاسَ جَمِيعًا وَلَقَدْ جَاءَتْهُمْ رُسُلُنَا بِالْبَيِّنَاتِ ثُمَّ إِنَّ كَثِيرًا مِنْهُمْ بَعْدَ ذَلِكَ فِي الأرْضِ لَمُسْرِفُونَ

“Barang siapa membunuh seorang manusia bukan karena orang itu membunuh orang lain (bukan karena qishash), atau bukan karena membuat kerusakan di bumi, maka seakan-akan ia membunuh manusia seluruhnya; dan barang siapa memelihara kehidupan seorang manusia, maka seakan-akan ia telah memelihara kehidupan manusia seluruhnya.” Al-Maidah: 32

Islam melarang menggunakan segala cara untuk meraih tujuan. Dalam suasana kecamuk perang sekali pun, Islam memberikan rambu-rambu dan etika berperang: tidak boleh membunuh orang yang telah menyerah, tidak boleh membunuh wanita, orang tua, anak kecil, tidak boleh merusak tanaman, unjukrasa brutal, atau merusak tempat ibadah agama lain, Tawanan perang dalam Islam juga dijaga dan diperlakukan secara manusiawi.
Oleh karena itu, setiap tindak kekerasan, unjukrasa anarkis, pembunuhan atau pemboman yg dilakukan pok teroris maka tindakan itu tidak bisa ditolelir, tidak bisa diterima, siapapun pelakunya, apapun agamanya.

Dan Islam berlepas diri dari tindakan tersebut, semoga dengan memahami serta mentadabburi Isi kandungan Alquran ummat islam lebih bisa menghargai, Saling menghormati, Akhlaq yg mulia, dengan tidak memandang ras, suku, bangsa dan Agama.

Wallahu a’lam

Jumat, 28 Oktober 2016

DOSA 1000 X LEBIH BESAR DARI DOSA ZINA.

DOSA 1000 X LEBIH BESAR DARI DOSA ZINA.

Prilaku zina merupakan salah satu perbuatan dosa besar yang sangat dibenci Allah. Begitu banyak ayat dalam Alquran menjelaskan tentang hukuman yang akan diterima para pelakunya  baik saat di dunia maupun ketika di akhirat. 
Jika dilakukan oleh orang yang belum menikah, maka pelaku zina harus dirajam di hadapan penduduk sebanyak seratus kali. Sementara bagi yang sudah menikah namun melakukan zina dengan yang bukan muhrimnya, maka hukumannya dirajam sampai mati. 
Bahkan dalam sebuah riwayat dijelaskan bahwa Nabi Musa as tidak memaafkan pelaku zina karena dianggap sangat hina. Ia mengusir wanita pelaku zina yang ingin bertaubat dan  meminta petunjuk darinya. Hal ini membuktikan bahwa zina merupakan dosa besar yang sulit diampuni. 
Meski demikian besar ancaman dosa yang akan diterima oleh pelaku zina, namun ternyata ada dosa yang besarnya 1000 kali lebih besar dari dosa ini. Ancaman bagi pelaku dosa tersebut adalah hukuman dan kemurkaan Allah serta mendapatkan kehinaan di dunia dan akhirat. Apakah dosa yang 1000 kali lebih besar dibanding zina? Berikut ulasannya. 
Ternyata dosa yang sedemikian besar tersebut adalah dosa orang yang sengaja meninggalkan salat lima waktu.

Salat merupakan kewajiban utama umat Islam yang menjadi pondasi dasar agama Allah ini. Meninggalkannya sama dengan meruntuhkan tiang agama dan membuat Allah SWT menjadi murka. Tidak hanya saat di dunia, hukuman bagi orang yang meninggalkan salat, di akhirat juga sangat pedih. 
Ibnu Qayyim Al Jauziyah –rahimahullah- mengatakan, ”Kaum muslimin bersepakat bahwa meninggalkan shalat lima waktu dengan sengaja adalah dosa besar yang paling besar dan dosanya lebih besar dari dosa membunuh, merampas harta orang lain, berzina, mencuri, dan minum minuman keras. Orang yang meninggalkannya akan mendapat hukuman dan kemurkaan Allah serta mendapatkan kehinaan di dunia dan akhirat.” (Ash Sholah, hal. 7) 
“Rasulullah SAW, diperlihatkan pada suatu kaum yang membenturkan kepala mereka pada batu, Setiap kali benturan itu menyebabkan kepala pecah, kemudian ia kembali kepada keadaan semula dan mereka tidak terus berhenti melakukannya. Lalu Rasulullah bertanya: “Siapakah ini wahai Jibril”? Jibril menjawab: “Mereka ini orang yang berat kepalanya untuk menunaikan Sholat fardhu”. (Riwayat Tabrani).

Dalam riwayat yang lain juga dijelaskan bagaiamana kejamnya siksaan bagi mereka yang meninggalkan shalat. Ibnu Abbas r.a. berkata Jika langit sudah terbuka, maka malaikat akan datang dengan membawa rantai sepanjang 7 hasta. Rantai ini akan digantungkan kepada orang yang tidak melaksanakan shalat. Kemudian dimasukkan dalam mulutnya dan akan keluar dari duburnya. Kemudian malaikat mengumumkan, “ini adalah balasan orang yang menyepelekan perintah Allah.” (Ibnu Abbas r.a).

Nisbah dosa yang diterima oleh orang yang meninggalkan shalat adalah antara lain adalah sebagai berikut:
Jika satu kali meninggalkan shalat subuh, maka hukumannya adalah masuk neraka selama 30 tahun, sedangkan satu hari di neraka sama dengan  60.000 tahun di dunia. Artinya satu kali tidak melaksanakan salat subuh, maka kita akan mendekam 60 ribu tahun di neraka.

Meninggalkan satu kali salat zuhur, sama dosanya dengan dosa membunuh  1.000 umat Islam
Dosa satu kali meninggalkan shalat ashar sama dengan dosa meruntuhkan Ka’bah
Dosa satu kali meninggalkan shalat maghrib sama dengan dosa berzina dengan ibunya (jika laki-laki) atau berzina dengan ayahnya (jika perempuan)

Satu kali meninggalkan shalat isya, tidak akan di-ridhoi oleh Allah untuk tinggal di Bumi dan akan didesak mencari bumi atau tempat hidup yang lain.

Semoga kita menjadi orang-orang yang senantiasa mendirikan salat, melaksanakannya tepat waktu, serta mampu mengajak keluarga lainnya untuk salat tepat waktu. Semoga saja tulisan ini bermanfaat dan terimakasih sudah membaca.

PIDATO PROF. DR. KH. SAID AQIEL SIRAJ

*PIDATO PROF. DR. KH. SAID AQIEL SIRAJ :*

```"Warga NU saya larang, GP Anshor saya larang, pemuda-pemuda NU, mahasiswa NU, PMII saya larang, tidak akan ada yang turun [demonstrasi hari ini]".```

```Sekarang keadaan dan isu semakin liar tak terkontrol, bukan lagi soal politik Pilgub DKI, tapi lebih besar dan rumit lagi, RADIKALISME AGAMA menemukan momentumnya.```

✅ ```Kaum nahdliyin boleh pecah soal dugaan penistaan agama oleh Ahok, biarlah hukum yang menyelesaikan kasus Ahok dan lawannya itu. Tapi, kita tidak boleh lengah sedikitpun dgn susupan2 kaum radikal, titipan2 isu yang membahayakan NKRI, stabilitas nasional dan toleransi antar umat beragama. Target utama mereka bukan Ahok, terlalu kecil!, Ahok hanya entry point, target mereka hancurnya Islam moderat di Indonesia, Islam yg ramah diganti dengan Islam yang penuh kebencian seperti yang meluluhlantakkan negara2 Timur Tengah. Hawanya cukup terasa, semua isu keagamaan dan politik akhir2 ini rawan sekali ditunggangi, jangan mudah termakan isu apalagi mudah marah sesama Muslim.```

✅ ```Mari saling mengingatkan utk sesama, meski resiko dibully.
Jangan sedikitpun takut dibenci, takutlah melihat saudara2 kita yg awalnya ramah semakin mudah membenci...```

KH Said Aqil Sirodj (Ketua Umum PBNU)
*NKRI HARGA MATI*

Rabu, 26 Oktober 2016

IJAZAH SHALAWAT NARIYAH

IJAZAH SHALAWAT NARIYAH
----------------------------------------------

Tata Cara Mengamalkan Shalawat Nariyah / Shalawat Munfarijah / Shalawat Kamilah.

I.  Tawassul, yaitu:

بسم الله الرحمن الرحيم

1. الي حضرة النبي المصطفي سيدنا محمد صلي الله عليه و سلم و اله و صحبه و ازواجه و ذريته ، شيئ لله لهم الفاتحة .......

(1. Ilaa hadratin nabiyyil mushthafaa sayyidinaa Muhammadin shallallaahu 'alaihi wa sallama wa aalihi wa shohbihi wa azwaajihi wa dzurriyyatih, syai'ul lillaahi lahumul faatihah  ........ ).

2. ثم الي ارواح جميع الخلفاء الراشدين ساداتنا ابي بكر و عمر و عثمان و علي و علي بقية اصحاب رسول الله اجمعين رضي الله عنهم ، شيئ لله لهم الفاتحة .......

(2. Tsumma ilaa arwaahi jamii'il khaliifatir roosyidiin saadaatinaa Abi Bakrin wa 'Umara wa 'Utsmaana wa 'Ali wa 'alaa baqiyyati ashhaabi rasuulillaahi ajma'iin radiyallaahu 'anhum, syai'ul lillaahi lahumul faatihah ....... ).

3. ثم الي ارواح جميع الاولياء من مشارق الارض الي مغاربها في برها و بحرها من يمينها الي شمالها خصوصا سلطان الاولياء القطب الرباني و العارف الصمداني سيدنا الشيخ محي الدين عبد القادر الجيلاني و الي ارواح الشيخ نووي بن عمر تنارا البنتاني و الشيخ محمد الطونسي و الامام القرطبي و الامام الدينوري و الحاجة مرتفعه بنت ابويا اسنوي ، شيئ لله لهم الفاتحة  .......

(3. Tsumma ilaa arwaahi jamii'il awliyaa'i min masyaariqil ardhi ilaa maghaaribihaa fii barrihaa wa bahrihaa, miy yamiinihaa ilaa syimaalihaa, khushuushon sulthaanil awliyaa'i al-quthbir rabbaani wal 'aarifish shamadaani sayyidinasy Syaikh Muhyiddin Abdil Qadir Al-Jilani, wa ilaa arwaahi Syaikh Nawawi bin Umar Tanara Albantani, wasy Syaikh Muhammad At-Tunisi, wal Imam Al-Qurthubi, wal Imam Ad-Dainuri, wal Hajjah Murtafi'ah binti Abuya Asnawi, syai'ul lillaahi lahumul faatihah  ....... ).

4. ثم الي من اجازني كيائي الحاج محمد طبري شاذلي و اصوله و فروعه شيئ لله لهم الفاتحة .......

(4. Tsumma ilaa man ajaazanii KH. Muhammad Thobary Syadzily wa ushuulihi wa furuu'ihi syai'ul lillaahi lahumul
faatihah  ....... ).

5. ثم الي ارواح ابائنا و امهاتنا و اجدادنا و جداتنا و مشاييخنا و لجميع المسلمين و المسلمات الاحياء منهم و الاموات ، شيئ لله لهم الفاتحة ....... 

(5. Tsumma ilaa arwaahi aabaainaa wa ummahaatinaa wa ajdaadinaa wa jaddaatinaa wa masyaayiikhinaa wa lijamii'il muslimiina was muslimaati al-ahya'i minhum wal amwaati, syai'ul lillaahi lahumul faatihah ....... ).

II. Baca Shalawat Nariyah / Shalawat Munfarijah / Shalawat Kamilah: 40 x atau 100 x atau 310 x atau 4444 x

III. Do'a Shalawat Nariyah / Munfarijah / Kamilah. Dibaca 1 × atau 3 × atau 7 ×

بسم الله الرحمن الرحيم

اللهم بحق الصلاة الكاملة و بجاه سيدنا محمد صلي الله عليه و سلم و بكرامة الشيخ محمد الطونسي و بكرامة الامام القرطبي و بكرامة الامام الدينوري ، ارزقنا الهداية و  التوفيف و الصحة و العافية و السلامة و البركة في الرزق و الملك و المال و النفس و الاهل و الاخوان بمحض فضلك و كرمك يا ارحم الراحمين . و صلي الله علي سيدنا محمد و علي اله و صحبه و سلم و الحمد لله رب العالمين .

(Allaahumma bihaqqish shalaatil kaamilah wa bijaahi sayyidinaa Muhammadin shallallaahu 'alaihi wa sallama wa bikaramati Asy-Syaikh Muhammad At-Tunisi wa bikaramati Al-Imam Al-Qurthubi wa bikaramati Al-Imam Ad-Dainuri. Urzuqnaa at-taufiiqa wal barakata wal hidaayata wash shihhata was salaamata wal 'aafiyata fir rizqi wal milki wal maali wan nafsi wal ahli wal ilhwaani bimahdhi fadlika wa karamika yaa arhamar raahimiin. Wa shallallaahu 'alaa sayyidinaa Muhammadin wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa sallama wal hamdu lillaahi rabbil 'aalamiin).

Artinya:
------------
"Yaa Allah dengan sebab haq Shalawat Kamilah dan keagungan junjungan kami, Muhammad SAW, dan karamah Syeikh Muhammad At-Tunisi, karamah Al-Imam Al-Qurthubi, dan karamah Al-Imam Ad-Dinawari, berilah kami rizqi berupa hidayah & taufiq, sehat wal 'afiyat, keselamatan dan keberkahan di dalam rizqi, milik, harta, jiwa, keluarga dan saudara-saudara dengan murni anugerah dan kemuliaan-Mu, wahai Dzat Yang Maha Penyayang dari semua para penyayang !!). Semoga rahmat dan keselamatan Allah dilimpahkan kepada junjungan kami, Muhammad,  dan keluarga, beserta sahabat-sahabat beliau ! Segala puji bagi Allah, Penguasa semesta alam ).

أجزتكم صلاة النارية
(Saya ijazahkan kepada kalian "Shalawat An-Nariyah).

Selasa, 25 Oktober 2016

Kumpulan Nasehat hidup

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ

Assalamualaikum wr wb, Sodaraku seiman, yg dirahmati Alloh SWT, segala puji bagi Alloh SWT pemilik segala pujian dan pemilik segala kesempurnaan, semoga sholawat serta salam yg melimpah, terlimpah curahkan kepada junjungan 'alam Nabi besar Muhammad saw khotamul ambiya wa uswatun hasanah.........
Sodaraku sekalian sebelumnya sya Mhn maaf saya menulis artikel ini tak ada tujuan lain selain menyampaikan atau sekedar mengingatkan saja tentang nilai2 kebaikan yg sebenarnya semuanya sudah ada nilai kebaikan itu didalam diri kita masing-masing, tinggal kita mengolah nilai kebaikan tsb sehingga benar-benar bernilai, hidup penuh manfaat dunia dan akhirat... Dibawah ini adalah nasihat2 salafussholihin... Yg hidup dimasa Rasulullah saw atau para sahabat...

10 Bingkisan Mutiara Indah Dari 4 Khalifah Generasi Awal Islam (Khulafaur Rasyidin)
10 Bingkisan Mutiara Indah Dari 4 Khalifah Generasi Awal Islam (Khulafaur Rasyidin)

Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq radliyallahu ‘anh mengatakan, “tiada seorang hamba yang dianugerahi 10 hal, melainkan ia akan selamat dari berbagai bencana dan penyakit, dia sederajat dengan Muqarrabin serta akan mendapatkan derajat Muttaqin, yaitu ;

1. Jujur yang terus-menerus disertai hati yang qana’ah,
2. Kesabaran yang sempurna disertai dengan rasa syukur yang terus-menerus,
3. Kefaqiran yang abadi yang diikuti dengan sifat zuhud,
4. Berfikir yang terus-menerus disertai dengan perut yang lapar,
5. Keprihatinan yang abadi disertai dengan rasa takut yang terus-menerus,
6. Kerja keras yang terus-menerus disertai dengan sikap rendah diri,
7. Keramahan yang terus-menerus disertai dengan kasih sayang,
8. Cinta yang terus-menerus disertai dengan rasa malu,
9. Ilmu yang bermanfaat diikuti dengan pengamalan yang terus-menerus,
10. Iman yang langgeng yang disertai dengan akal yang kuat.”

Sayyidina Umar bin Khaththab radliyallahu ‘anh berkata, “10 hal belum menjadi baik tanpa dibarengi dengan 10 hal lainnya, yaitu ;

1. Akal belum baik tanpa dibarengi dengan sikap wira’i,
2. Amal (perbuatan) belum baik tanpa dibarengi dengan ilmu,
3. Keberuntungan belum baik tanpa dibarengi dengan takwa kepada Allah,
4. Penguasa belum baik tanpa dibarengi dengan keadilan,
5. Reputasi belum baik tanpa dibarengi dengan adab (kesopanan),
6. Kesenangan belum baik (nyaman) tanpa dibarengi dengan keamanan,
7. Kekayaan belum baik tanpa dibarengi sikap dermawan,
8. Kefaqiran belum baik hingga disertai dengan sikap qana’ah,
9. Ketinggian nasab belum baik tanpa dibarengi dengan sikap tawadhu’,
10. Perjuangan menuju kebenaran belum baik tanpa di iringi taufik Allah.”

Sayyidina Utsman bin Affan radliyallahu ‘anh berkata, “10 hal yang paling disia-siakan, yaitu ;

1. Orang alim yang tidak dapat dijadikan tempat bertanya,
2. Ilmu yang tidak diamalkan,
3. Pendapat yang benar yang tidak diterima,
4. Senjata yang tidak dipakai,
5. Masjid yang tidak digunakan shalat,
6. Mushhaf (Al-Qur’an) yang tidak dibaca,
7. Harta yang tidak di infakkan,
8. Kuda yang tidak ditunggangi,
9. Ilmu zuhud yang ada pada hati orang yang cinta dunia,
10. Umur panjang yang tidak digunakan sebagai bekal untuk bepergian (menuju akhirat).”

Sayyidina ‘Ali bin Abi Thalib Karramallahu wajhah berkata,

1. Ilmu adalah sebaik-baiknya warisan,
2. Etika adalah sebaik-baiknya pekerjaan,
3. Takwa adalah sebaik-baiknya bekal,
4. Ibadah adalah sebaik-baiknya perdagangan,
5. Amal shaleh adalah sebaik-baiknya penuntun (menuju surga),
6. Akhlak terpuji adalah sebaik-baiknya teman (dunia akhirat),
7. Al-Hilmu (rendah diri) adalah sebaik-baiknya penolong,
8. Qana’ah adalah sebaik-baiknya kekayaan,
9. Taufiq adalah sebaik-baiknya pertolongan,
10. Kematian adalah sebaik-baiknya pendidik menuju perangai yang terpuji.”

Dikutip dari buku “Nasihat Bagi Hamba Allah” terjemah dari kitab "Nashaihul ‘Ibad fiy Bayaani Alfadh Munabbihatin ‘alaal-Isti’daadi li-Yaumil Ma’ad” karangan al-‘Allamah al-Alim al-Imam asy-Syaikh Abu Abdul Mu’thi Muhammad ibnu Umar ibnu ‘Arabiy ibnu Nawawiy asy-Syafi’i at-Tanariyal-Bantaniy al-Jawiy (1230 H - 1314 H), lahir di kampung Tanara, Serang Banten – Indonesia dan ketika wafat di makamkan di pekuburan Ma’la Mekkah dekat dengan makam Ummul Mukminin Siti Khadijah, istri Baginda Nabiyullah Muhammad al-Mushthafa Shallalhu ‘alayhi wa sallam.

Beliau diberi gelar pertama kali oleh asy-Syaikh Ahmad bin Muhammad Zain Al-Fathaniy sebagai “al-Imam An-Nawawiy ats-Tsaniy (Imam Nawawi Kedua)”. al-Imam Nawawi yang pertama adalah seorang Ulama agung Madzhab Syafi'i, ulama Hujjatul Islam yang wafat di Nawa, Damsyiq (Damaskus), nama lengkap beliau adalah al-Imam al-Hafidz al-Hujjah asy-Syaikhul Islam Taqiyuddin Abu Zakariyya Yahya bin Syaraf bin Birri bin Hasan bin Husaini Mukhyiddin an-Nawawi ad-Dimasyqiy asy-Syafi’i, pengarang kitab Al-Minhaj Syarah Shahih Muslim, Raudhatuth Thalibin, Al-Adzkar, Arba'in Nawawiyah, Al-Majmu’ Syarah Muhadzab, Daqaid Al-Minhaj, Minhajut Thalibin wa Umdatun Muftiyn, dan banyak kitab lainnya.

al-Imam an-Nawawiy ats-Tsaniy juga dijuluki sebagai “Sayyid ‘Ulama Hijaz (Pemuka Ulama Mekkah dan Madinah)”. Silsilah beliau bersambung kepada Maulana Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati, Cirebon) yaitu keturunan dari putra Maulana Hasanuddin (Sultan Banten I) yang bernama Sunyararas (Tajul ‘Arsy). Nasabnya bersambung dengan Nabi Muhammad melalui Imam Ja’far Ash-Shadiq, Imam Muhammad Al-Baqir, Imam Ali Zainal Abidin, Sayyidina Husain kemudian Sayyidah Fatimah Az-zahra.

سْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ

Mengekang Nafsu

   1. Perangilah hawa nafsu kalian, sebagaimana kalian memerangi musuh-musuh kalian
   2. Sesuai dengan perjuangan jiwa seseorang dan penolakannya terhadap syahwatnya serta penolakannya untuk mengikuti kesenangannya (yang diharamkan), dan penolakan atas apa yang menjadikan mata berkeinginan memandangnya, maka di situlah terletak pahala dan siksaan.
   3. Orang yang bijak adalah yang dapat menguasai hawa nafsunya.
   4. Janganlah sekali-kali engkau menuruti nafsumu, dan jadikanlah yang membantumu untuk menghindar darinya adalah pengetahuanmu bahwasanya ia berupaya mengalihkan perhatian akalmu, mengacaukan pendapatmu, mencemarkan kehormatanmu, memalingkan kebanyakan urusanmu, dan memberatkanmu dengan akibat yang akan engkau tanggung di akhirat. Sesungguhnya nafsu adalah permainan. Maka, jika datang permainan, menghilanglah kesungguhan. Padahal, agama tidak akan pernah berdiri tegak dan dunia tidak akan menjadi baik kecuali dengan kesungguhan.
   5. Sesungguhnya saat engkau meninggalkan kebenaran, engkau pasti sedang menuju kepada kebatilan; dan saat engkau meninggalkan sesuatu yang benar, engkau meninggalkannya menuju kesalahan.
   6. Kepada Allahlah kami berharap agar Dia memperbaiki apa yang rusak dari hati kami, dan kepada-Nyalah kami memohon pertolongan untuk memberikan petunjuk pada jiwa kami. Sebab, hati berada di tangan-Nya, Dia mengaturnya sesuai yang Dia kehendaki.
   7. Orang yang baik adalah yang mampu mengatur nafsunya sesuai keinginannya dan menolaknya dari segala keburukan, sedangkan orang yang jahat adalah yang tidak seperti itu.
   8. Janganlah engkau menuruti nafsumu dan perempuan, dan kerjakanlah apa yang menurutmu baik.
   9. Cegahlah nafsu yang bertentangan dengan akalmu, yaitu dengan menentang keinginannya.

سْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ

Menutupi Aib

Beruntunglah orang yang lebih disibukkan oleh aibnya sendiri daripada mengurusi aib-aib orang lain. Beruntunglah orang yang tidak mengenal orang-orang dan orang-orang pun tidak mengenalnya. Dan beruntunglah orang yang hidup, tetapi dia seperti orang yang mati; dan dia ada, tetapi dia seperti orang yang tidak ada. Dia telah menjadikan tetangganya terbebas dari kebaikan dan keburukannya. Dia tidak pernah bertanya tentang orang-orang, dan orang-orang pun tidak pernah bertanya tentang dirinya.

Maka hendaklah seseorang di antara kalian menjauhkan diri dari aib orang lain yang diketahuinya karena dia mengetahui aib dirinya sendiri. Dan hendaklah dia menyibukkan diri dengan bersyukur karena kesehatan yang diberikan Allah kepadanya, sementara orang lain mendapatkan cobaan dengannya (ditimpa penyakit).

Maka bagaimana seorang pencela, yaitu yang mencela saudaranya dan mencemooh dengan musibah yang menimpa saudaranya itu? Apakah dia tidak ingat bahwasanya Allah telah menutupi dosa-dosanya, padahal dosanya itu lebih besar daripada dosa saudaranya yang dicela itu?
Janganlah engkau tergesa-gesa mencela seseorang karena dosanya. Sebab, barangkali dosanya telah diampuni. Dan janganlah engkau merasa aman akan dirimu karena suatu dosa kecil. Sebab, barangkali engkau akan diazab karena dosa kecilmu itu.

سْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ

Rendah Hati

   1. Rendah hati (tawadhu) adalah suatu kenikmatan yang tidak dimengerti oleh orang yang dengki.
   2. Sombong terhadap orang-orang yang sombong adalah tawadhu itu sendiri.
   3. Rendah hati termasuk salah satu cara mendapatkan kemuliaan.
   4. Rendah hati membawa kepada keselamatan.
   5. Tidak ada nasab (yang lebih mulia) seperti rendah hati.
   6. Buah dari rendah hati adalah (mendapatkan) kecintaan.
   7. Kerendahhatian seseorang di saat dia memiliki kedudukan menjadi perlindungan baginya ketika dia mengalami kejatuhan.
   8. Temuilah orang-orang ketika mereka butuh kepadamu dengan keceriaan dan kerendahhatian. Maka, jika engkau terkena suatu musibah dan keadaan buruk menimpamu, lalu engkau bertemu dengan mereka, maka engkau telah aman dan terlepas dari bahaya kehinaan karena kerendahhatianmu itu.
   9. Orang-orang golongan atas, jika mereka terdidik, mereka rendah hati; dan jika mereka menjadi miskin, mereka menyerang.
  10. Imam ‘Ali a.s. berkata kepada seseorang yang memuji-mujinya secara berlebihan, sementara kesetiaannya kepada beliau diragukan, “Aku tidak seperti yang kaukatakan, dan ‘di atas’ apa yang engkau sembunyikan di dalam hatimu.”
  11. Orang yang rendah hati seperti jurang yang di dalamnya berhimpun air hujan dan air hujan lainnya, sedangkan orang yang sombong seperti bukit yang tidak menetap di dalamnya air hujannya dan air hujan yang lainnya.
  12. Jika engkau telah melakukan segala sesuatu, maka jadilah seperti orang yang tidak melakukan apa pun.

Senin, 24 Oktober 2016

KUMPULAN HADIST ARBA'IN

KUMPULAN HADIST ARBA'IN

. . . . . . . . . . . . . HADIST 1...................
IKHLAS

عَنْ أَمِيْرِ الْمُؤْمِنِيْنَ أَبِيْ حَفْصٍ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ : إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى . فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ .

[رواه إماما المحدثين أبو عبد الله محمد بن إسماعيل بن إبراهيم بن المغيرة بن بردزبة البخاري وابو الحسين مسلم بن الحجاج بن مسلم القشيري النيسابوري في صحيحيهما اللذين هما أصح الكتب المصنفة]

Terjemahan Hadits:

Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Khattab radiallahuanhu, dia berkata: Saya mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan.

(Riwayat dua imam hadits, Abu Abdullah Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim bin Al Mughirah bin Bardizbah Al Bukhori dan Abu Al Husain, Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim Al Qusyairi An Naishaburi dan kedua kitab Shahihnya yang merupakan kitab yang paling shahih yang pernah dikarang).

Catatan:

Hadits ini merupakan salah satu dari hadits-hadits yang menjadi inti ajaran Islam. Imam Ahmad dan Imam syafi’i berkata: Dalam hadits tentang niat ini mencakup sepertiga ilmu. Sebabnya adalah bahwa perbuatan hamba terdiri dari perbuatan hati, lisan dan anggota badan, sedangkan niat merupakan salah satu dari ketiganya. Diriwayatkan dari Imam Syafi’i bahwa dia berkata : Hadits ini mencakup tujuh puluh bab dalam fiqh. Sejumlah ulama bahkan ada yang berkata : Hadits ini merupakan sepertiga Islam.

Hadits ini ada sebabnya, yaitu: ada seseorang yang hijrah dari Mekkah ke Madinah dengan tujuan untuk dapat menikahi seorang wanita yang konon bernama : “Ummu Qais” bukan untuk mendapatkan keutamaan hijrah. Maka orang itu kemudian dikenal dengan sebutan “Muhajir Ummi Qais” (Orang yang hijrah karena Ummu Qais).

Pelajaran yang terdapat dalam Hadits

Niat merupakan syarat layak/diterima atau tidaknya amal perbuatan, dan amal ibadah tidak akan mendatangkan pahala kecuali berdasarkan niat (karena Allah ta’ala).

Waktu pelaksanaan niat dilakukan pada awal ibadah dan tempatnya di hati.

Ikhlas dan membebaskan niat semata-mata karena Allah ta’ala dituntut pada semua amal shaleh dan ibadah.

Seorang mu’min akan diberi ganjaran pahala berdasarkan kadar niatnya.

Semua perbuatan yang bermanfaat dan mubah (boleh) jika diiringi niat karena mencari keridhoan Allah maka dia akan bernilai ibadah.

Yang membedakan antara ibadah dan adat (kebiasaan/rutinitas) adalah niat.

Hadits di atas menunjukkan bahwa niat merupakan bagian dari iman karena dia merupakan pekerjaan hati, dan iman menurut pemahaman Ahli Sunnah Wal Jamaah adalah membenarkan dalam hati, diucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan perbuatan.

........................HADIST 2.........................

IMAN, ISLAM DAN IKHSAN

عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَيْضاً قَالَ : بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ، لاَ يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ، وَلاَ يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ، حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ وَقَالَ: يَا مُحَمَّد أَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِسْلاَمِ، فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : اْلإِسِلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ وَتُقِيْمَ الصَّلاَةَ وَتُؤْتِيَ الزَّكاَةَ وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً قَالَ : صَدَقْتَ، فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ، قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِيْمَانِ قَالَ : أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ. قَالَ صَدَقْتَ، قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِحْسَانِ، قَالَ: أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ . قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ السَّاعَةِ، قَالَ: مَا الْمَسْؤُوْلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ. قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ أَمَارَاتِهَا، قَالَ أَنْ تَلِدَ اْلأَمَةُ رَبَّتَهَا وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِي الْبُنْيَانِ، ثُمَّ انْطَلَقَ فَلَبِثْتُ مَلِيًّا، ثُمَّ قَالَ : يَا عُمَرَ أَتَدْرِي مَنِ السَّائِلِ ؟ قُلْتُ : اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمَ . قَالَ فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتـَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ .

[ رواه مسلم ]

Terjemahan Hadits:

Dari Umar radhiallahuanhu juga dia berkata : Ketika kami duduk-duduk disisi Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun diantara kami yang mengenalnya. 

Hingga kemudian dia duduk dihadapan Nabi lalu menempelkan kedua lututnya kepada kepada lututnya (Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam) seraya berkata: “Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam?”, maka bersabdalah Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam:“Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada Ilah (Tuhan yang disembah) selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji jika mampu“, kemudian dia berkata: “anda benar“.

Kami semua heran, dia yang bertanya dia pula yang membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi: “Beritahukan aku tentang Iman“. Lalu beliau bersabda: “Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk“, kemudian dia berkata: “ anda benar“. Kemudian dia berkata lagi: “Beritahukan aku tentang ihsan“.

Lalu beliau bersabda: “Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia melihat engkau”. 

Kemudian dia berkata: “Beritahukan aku tentang hari kiamat (kapan kejadiannya)”. Beliau bersabda: “Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya“. Dia berkata: “Beritahukan aku tentang tanda-tandanya“, beliau bersabda: “Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau melihat seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin dan penggembala domba, (kemudian) berlomba-lomba meninggikan bangunannya“, kemudian orang itu berlalu dan aku berdiam sebentar. Kemudian beliau (Rasulullah) bertanya: “Tahukah engkau siapa yang bertanya?”. aku berkata: “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui“. Beliau bersabda: “Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian (bermaksud) mengajarkan agama kalian“.

(Riwayat Muslim)

Catatan:

Hadits ini merupakan hadits yang sangat dalam maknanya, karena didalamnya terdapat pokok-pokok ajaran Islam, yaitu Iman, Islam dan Ihsan.

Hadits ini mengandung makna yang sangat agung karena berasal dari dua makhluk Allah yang terpercaya, yaitu:Amiinussamaa’ (kepercayaan makhluk di langit/Jibril) dan Amiinul Ardh (kepercayaan makhluk di bumi/ Rasulullah).

Pelajaran yang terdapat dalam Hadits

Disunnahkan untuk memperhatikan kondisi pakaian, penampilan dan kebersihan, khususnya jika menghadapi ulama, orang-orang mulia dan penguasa.

Siapa yang menghadiri majlis ilmu dan menangkap bahwa orang–orang yang hadir butuh untuk mengetahui suatu masalah dan tidak ada seorangpun yang bertanya, maka wajib baginya bertanya tentang hal tersebut meskipun dia mengetahuinya agar peserta yang hadir dapat mengambil manfaat darinya.

Jika seseorang yang ditanya tentang sesuatu maka tidak ada cela baginya untuk berkata: “Saya tidak tahu“, dan hal tersebut tidak mengurangi kedudukannya.

Kemungkinan malaikat tampil dalam wujud manusia.

Termasuk tanda hari kiamat adalah banyaknya pembangkangan terhadap kedua orang tua. Sehingga anak-anak memperlakukan kedua orang tuanya sebagaimana seorang tuan memperlakukan hambanya.

Tidak disukainya mendirikan bangunan yang tinggi dan membaguskannya sepanjang tidak ada kebutuhan.

Didalamnya terdapat dalil bahwa perkara ghaib tidak ada yang mengetahuinya selain Allah ta’ala.

Didalamnya terdapat keterangan tentang adab dan cara duduk dalam majlis ilmu.

..................... HADIST 3............................

RUKUN ISLAM

عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله وسلم يَقُوْلُ : بُنِيَ اْلإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ : شَهَادَةُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّداً رَسُوْلُ اللهِ وَإِقَامُ الصَّلاَةِ وَإِيْتَاءُ الزَّكَاةِ وَحَجُّ الْبَيْتِ وَصَوْمُ رَمَضَانَ.

[رواه الترمذي ومسلم ]

Terjemahan Hadits:

Dari Abu Abdurrahman, Abdullah bin Umar bin Khattab radiallahuanhu dia berkata : Saya mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : Islam dibangun diatas lima perkara; Bersaksi bahwa tiada Ilah yang berhak disembah selain Allah dan bahwa nabi Muhammad utusan Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan haji dan puasa Ramadhan.

(Riwayat At-Tirmidzi dan Muslim)

Catatan:

Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam menyamakan Islam dengan bangunan yang kokoh dan tegak diatas tiang-tiang yang mantap. Pernyataan tentangkeesaan Allah dan keberadaannya, membenarkan kenabian Muhammad Shallallahu’alaihi wasallam, merupakan hal yang paling mendasar dibanding rukun-rukun yang lainnya. Selalu menegakkan shalat dan menunaikannya secara sempurna dengan syarat rukunnya, adab-adabnya dan sunnah-sunnahnya agar dapat memberikan buahnya dalam diri seorang muslim yaitu meninggalkan perbuatan keji dan munkar karena shalat mencegah seseorang dari perbuatan keji dan munkar. Wajib mengeluarkan zakat dari harta orang kaya yang syarat-syarat wajibnya zakat sudah ada pada mereka lalu memberikannya kepada orang-orang fakir dan yang membutuhkan. Wajibnya menunaikan ibadah haji dan puasa (Ramadhan) bagi setiap muslim.

Adanya keterkaitan rukun Islam satu sama lain. Siapa yang mengingkarinya maka dia bukan seorang muslim berdasarkan ijma’.Nash diatas menunjukkan bahwa rukun Islam ada lima, dan masih banyak lagi perkara lain yang penting dalam Islam yang tidak ditunjukkan dalam hadits. Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda:

“Iman itu terdapat tujuh puluh lebih cabang“

Islam adalah aqidah dan amal perbuatan. Tidak bermanfaat amal tanpa iman demikian juga tidak bermanfaat iman tanpa amal.

........................HADITS 4........................

NASIB MANUSIA TELAH DITETAPKAN

عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَبْدِ اللهِ بنِ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : حَدَّثَنَا رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم وَهُوَ الصَّادِقُ الْمَصْدُوْقُ : إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِيْنَ يَوْماً نُطْفَةً، ثُمَّ يَكُوْنُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُوْنُ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فِيْهِ الرُّوْحَ، وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيْدٌ. فَوَ اللهِ الَّذِي لاَ إِلَهَ غَيْرُهُ إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا، وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا

[رواه البخاري ومسلم]

Terjemahan Hadits:

Dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas’ud radiallahuanhu beliau berkata: Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam menyampaikan kepada kami dan beliau adalah orang yang benar dan dibenarkan:Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya sebagai setetes mani selama empat puluh hari, kemudian berubah menjadi setetes darah selama empat puluh hari, kemudian menjadi segumpal daging selama empat puluh hari.

Kemudian diutus kepadanya seorang malaikat lalu ditiupkan padanya ruh dan dia diperintahkan untuk menetapkan empat perkara: menetapkan rizkinya, ajalnya, amalnya dan kecelakaan atau kebahagiaannya.

Demi Allah yang tidak ada Ilah selain-Nya, sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli surga hingga jarak antara dirinya dan surga tinggal sehasta akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli neraka maka masuklah dia ke dalam neraka.

Sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli neraka hingga jarak antara dirinya dan neraka tinggal sehasta akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli surga maka masuklah dia ke dalam surga.

(Riwayat Bukhari dan Muslim)

Catatan:

Allah ta’ala mengetahui tentang keadaan makhluknya sebelum mereka diciptakan dan apa yang akan mereka alami, termasuk masalah kebahagiaan dan kecelakaan.Tidak mungkin bagi manusia di dunia ini untuk memutuskan bahwa dirinya masuk surga atau neraka, akan tetapi amal perbutan merupakan sebab untuk memasuki keduanya.Amal perbuatan dinilai di akhirnya. Maka hendaklah manusia tidak terpedaya dengan kondisinya saat ini, justru harus selalu mohon kepada Allah agar diberi keteguhan dan akhir yang baik (husnul khatimah).Disunnahkan bersumpah untuk mendatangkan kemantapan sebuah perkara dalam jiwa.Tenang dalam masalah rizki dan qanaah (menerima) dengan mengambil sebab-sebab serta tidak terlalu mengejar-ngejarnya dan mencurahkan hatinya karenanya.Kehidupan ada di tangan Allah. Seseorang tidak akan mati kecuali dia telah menyempurnakan umurnya.Sebagian ulama dan orang bijak berkata bahwa dijadikannya pertumbuhan janin manusia dalam kandungan secara berangsur-angsur adalah sebagai rasa belas kasih terhadap ibu. Karena sesungguhnya Allah mampu menciptakannya sekaligus.
demikian semoga bermanfaat, selanjutnya msh ada pembahasan hadist berikutnya...

(BERSAMBUNG)...... HADIST 5....

PERBUATAN BID'AH TERTOLAK 

عَنْ أُمِّ الْمُؤْمِنِيْنَ أُمِّ عَبْدِ اللهِ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ : قَالَ رَسُوْلُ الله صلى الله عليه وسلم : مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ. [رواه البخاري ومسلم وفي رواية لمسلم : مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

Terjemahan Hadits:

Dari Ummul Mu’minin; Ummu Abdillah; Aisyah radhiallahuanha dia berkata: Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: Siapa yang mengada-ada dalam urusan (agama) kami ini yang bukan (berasal) darinya, maka dia tertolak. (Riwayat Bukhari dan Muslim), dalam riwayat Muslim disebutkan: siapa yang melakukan suatu perbuatan (ibadah) yang bukan urusan (agama) kami, maka dia tertolak.

Catatan:

*  Setiap perbuatan ibadah yang tidak bersandar pada dalil syar’i ditolak dari pelakunya.

*  Larangan dari perbuatan bid’ah yang buruk berdasarkan syari’at.

*  Islam adalah agama yang berdasarkan ittiba’ (mengikuti berdasarkan dalil) bukan ibtida’ (mengada-adakan sesuatu tanpa dalil) dan Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam telah berusaha menjaganya dari sikap yang berlebih-lebihan dan mengada-ada.

*  Agama Islam adalah agama yang sempurna tidak ada kurangnya.

.......................... HADIST 6......................

DALIL HARAM,HALAL TELAH JELAS

عَنْ أَبِي عَبْدِ اللهِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيْرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ : إِنَّ الْحَلاَلَ بَيِّنٌ وَإِنَّ الْحَرَامَ بَيِّنٌ وَبَيْنَهُمَا أُمُوْرٌ مُشْتَبِهَاتٌ لاَ يَعْلَمُهُنَّ كَثِيْرٌ مِنَ النَّاسِ، فَمَنِ اتَّقَى الشُّبُهَاتِ فَقَدْ اسْتَبْرَأَ لِدِيْنِهِ وَعِرْضِهِ، وَمَنْ وَقَعَ فِي الشُّبُهَاتِ وَقَعَ فِي الْحَرَامِ، كَالرَّاعِي يَرْعىَ حَوْلَ الْحِمَى يُوْشِكُ أَنْ يَرْتَعَ فِيْهِ، أَلاَ وَإِنَّ لِكُلِّ مَلِكٍ حِمًى أَلاَ وَإِنَّ حِمَى اللهِ مَحَارِمُهُ أَلاَ وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلاَ وَهِيَ الْقَلْبُ

[رواه البخاري ومسلم]

Terjemahan Hadits:

Dari Abu Abdillah Nu’man bin Basyir radhiallahuanhu dia berkata: Saya mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas.

Di antara keduanya terdapat perkara-perkara yang syubhat (samar-samar)yang tidak diketahui oleh orang banyak. Maka siapa yang takut terhadap syubhat berarti dia telah menyelamatkan agama dan kehormatannya. Dan siapa yang terjerumus dalam perkara syubhat, maka akan terjerumus dalam perkara yang diharamkan.

Sebagaimana penggembala yang menggembalakan hewan gembalaannya disekitar (ladang) yang dilarang untuk memasukinya, maka lambat laun dia akan memasukinya. Ketahuilah bahwa setiap raja memiliki larangan dan larangan Allah adalah apa yang Dia haramkan.

Ketahuilah bahwa dalam diri ini terdapat segumpal daging, jika dia baik maka baiklah seluruh tubuh ini dan jika dia buruk, maka buruklah seluruh tubuh; ketahuilah bahwa dia adalah hati“.

(Riwayat Bukhari dan Muslim)

Catatan:

1. Termasuk sikap wara’ (hati-hati)adalah meninggalkan syubhat.

2. Banyak melakukan syubhat akan mengantarkan seseorang kepada perbuatan haram.

3. Menjauhkan perbuatan dosa kecil karena hal tersebut dapat menyeret seseorang kepada perbuatan dosa besar.

4. Memberikan perhatian terhadap masalah hati, karena padanya terdapat kebaikan fisik.Baiknya amal perbuatan anggota badan merupakan pertanda baiknya hati.

5. Pertanda ketakwaan seseorang jika dia meninggalkan perkara-perkara yang diperbolehkan karena khawatir akan terjerumus kepada hal-hal yang diharamkan.

6. Menutup pintu terhadap peluang-peluang perbuatan haram serta haramnya sarana dan cara ke arah sana.

7. Hati-hati dalam masalah agama dan kehormatan serta tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat mendatangkan persangkaan buruk.

......................... HADIST 7......................

AGAMA ADALAH NASEHAT

عَنْ أَبِي رُقَيَّةَ تَمِيْم الدَّارِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ . قُلْنَا لِمَنْ ؟ قَالَ : لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُوْلِهِ وَلأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِيْنَ وَعَامَّتِهِمْ .

[رواه البخاري ومسلم]

Terjemahan Hadits:

Dari Abu Ruqoyah Tamim Ad Daari radhiallahuanhu, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: Agama adalah nasehat, kami berkata : Kepada siapa? beliau bersabda:Kepada Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya dan kepada pemimpan kaum muslimin dan rakyatnya.

(Riwayat Bukhari dan Muslim)

Catatan:

1. Agama Islam berdiri tegak diatas upaya saling menasihati, maka harus selalu saling menasihati diantara masing-masing individu muslim.

2. Nasihat wajib dilakukan sesuai kemampuannya.

Selasa, 18 Oktober 2016

MAZHAB SYAFI'I

MAZHAB SYAFI'I
(bahasa Arab: شافعية ,Syaf'iyah) adalah mazhab fiqih yang dicetuskan oleh Muhammad bin Idris asy-Syafi'i atau yang lebih dikenal dengan nama Imam Syafi'i.Mazhab ini kebanyakan dianut para penduduk Mesir bawah, Arab Saudi bagian,barat, Suriah, 
Indonesia,Malaysia, 
Brunei, pantai koromandel, 
Malabar,Hadramaut, dan Bahrain.

SEJARAH

Pemikiran fiqh mazhab ini diawali oleh Imam Syafi'i, yang hidup pada zaman pertentangan antara aliran Ahlul Hadits (cenderung berpegang pada teks hadist) dan Ahlur Ra'yi(cenderung berpegang pada akal pikiran atauijtihad). Imam Syafi'i belajar kepada Imam Malik sebagai tokoh Ahlul Hadits, dan Imam Muhammad bin Hasan asy-Syaibani sebagai tokoh Ahlur Ra'yi yang juga murid Imam Abu Hanifah. Imam Syafi'i kemudian merumuskan aliran atau mazhabnya sendiri, yang dapat dikatakan berada di antara kedua kelompok tersebut. Imam Syafi'i menolak Istihsan dari Imam Abu Hanifah maupun Mashalih Mursalah dari Imam Malik. Namun Mazhab Syafi'i menerima penggunaan qiyas secara lebih luas ketimbang Imam Malik. Meskipun berbeda dari kedua aliran utama tersebut, keunggulan Imam Syafi'i sebagai ulama fiqh,ushul fiqh, dan hadits pada zamannya membuat mazhabnya memperoleh banyak pengikut; dan kealimannya diakui oleh berbagai ulama yang hidup sezaman dengannya.

DASAR-DASAR

Dasar-dasar Mazhab Syafi'i dapat dilihat dalam kitab ushul fiqh Ar-Risalah dan kitab fiqh al-Umm. Di dalam buku-buku tersebut Imam Syafi'i menjelaskan kerangka dan prinsip mazhabnya serta beberapa contoh merumuskan hukum far'iyyah (yang bersifat cabang). Dasar-dasar mazhab yang pokok ialah berpegang pada hal-hal berikut.

1.Al-Quran, tafsir secara lahiriah, selama tidak ada yang menegaskan bahwa yang dimaksud bukan arti lahiriahnya. Imam Syafi'i pertama sekali selalu mencari alasannya dari Al-Qur'an dalam menetapkan hukum Islam.

2. Sunnah dari Rasulullah SAW kemudian digunakan jika tidak ditemukan rujukan dari Al-Quran. Imam Syafi'i sangat kuat pembelaannya terhadap sunnah sehingga dijuluki Nashir As-Sunnah (pembela Sunnah Nabi).

3. Ijma' atau kesepakatan para Sahabat Nabi, yang tidak terdapat perbedaan pendapat dalam suatu masalah. Ijma' yang diterima Imam Syafi'i sebagai landasan hukum adalah ijma' para sahabat, bukan kesepakatan seluruh mujtahid pada masa tertentu terhadap suatu hukum; karena menurutnya hal seperti ini tidak mungkin terjadi.

4.Qiyas yang dalam Ar-Risalah disebut sebagai ijtihad, apabila dalam ijma' tidak juga ditemukan hukumnya. Akan tetapi Imam Syafi'i menolak dasar istihsan dan istislah sebagai salah satu cara menetapkan hukum Islam.
Lihat pula: Ijtihad

QAUL QODIM DAN QAUL JADID

Imam Syafi'i pada awalnya pernah tinggal menetap di Baghdad. Selama tinggal di sana ia mengeluarkan ijtihad-ijtihadnya, yang biasa disebut dengan istilah Qaul Qadim ("pendapat yang lama").

Ketika kemudian pindah ke Mesir karena munculnya aliran Mu’tazilah yang telah berhasil memengaruhi kekhalifahan, ia melihat kenyataan dan masalah yang berbeda dengan yang sebelumnya ditemui di Baghdad. Ia kemudian mengeluarkan ijtihad-ijtihad baru yang berbeda, yang biasa disebut dengan istilah Qaul Jadid ("pendapat yang baru").

Imam Syafi'i berpendapat bahwa tidak semuaqaul jadid menghapus qaul qadim. Jika tidak ditegaskan penggantiannya dan terdapat kondisi yang cocok, baik dengan qaul qadimataupun dengan qaul jadid, maka dapat digunakan salah satunya. Dengan demikian terdapat beberapa keadaan yang memungkinkan kedua qaul tersebut dapat digunakan, dan keduanya tetap dianggap berlaku oleh para pemegang Mazhab Syafi'i.

PENYEBARAN 

Mazhab Syafi'i dominan di Afrika Timur, dan di sebagian Jazirah Arab dan Asia Tenggara.

Penyebar-luasan pemikiran Mazhab Syafi'i berbeda dengan Mazhab Hanafi dan Mazhab Maliki, yang banyak dipengaruhi oleh kekuasaan kekhalifahan. Pokok pikiran dan prinsip dasar Mazhab Syafi'i terutama disebar-luaskan dan dikembangkan oleh para muridnya. Murid-murid utama Imam Syafi'i di Mesir, yang menyebar-luaskan dan mengembangkan Mazhab Syafi'i pada awalnya adalah:

Yusuf bin Yahya al-Buwaiti (w. 846)Abi Ibrahim Ismail bin Yahya al-Muzani (w. 878)Ar-Rabi bin Sulaiman al-Marawi (w. 884)

Imam Ahmad bin Hanbal yang terkenal sebagai ulama hadits terkemuka dan pendiri fiqh Mazhab Hambali, juga pernah belajar kepada Imam Syafi'i[4]. Selain itu, masih banyak ulama-ulama yang terkemudian yang mengikuti dan turut menyebarkan Mazhab Syafi'i, antara lain:

Imam Abu al-Hasan al-Asy'ari
Imam Bukhari
Imam Muslim
Imam Nasa'i
Imam Baihaqi
Imam Turmudzi
Imam Ibnu Majah
Imam Tabari
Imam Ibnu Hajar al-Asqalani
Imam Abu Daud
Imam Nawawi
Imam as-Suyuti
Imam Ibnu Katsir
Imam adz-Dzahabi
Imam al-Hakim.

PENINGGALAN

Imam Syafi'i terkenal sebagai perumus pertama metodologi hukum Islam. Ushul fiqh(atau metodologi hukum Islam), yang tidak dikenal pada masa Nabi dan sahabat, baru lahir setelah Imam Syafi'i menulis Ar-Risalah. Mazhab Syafi'i umumnya dianggap sebagai mazhab yang paling konservatif di antara mazhab-mazhab fiqh Sunni lainnya. Dari mazhab ini berbagai ilmu keislaman telah bersemi berkat dorongan metodologi hukum Islam yang dikembangkan para pendukungnya.

Karena metodologinya yang sistematis dan tingginya tingkat ketelitian yang dituntut oleh Mazhab Syafi'i, terdapat banyak sekali ulama dan penguasa di dunia Islam yang menjadi pendukung setia mazhab ini. Di antara mereka bahkan ada pula yang menjadi pakar terhadap keseluruhan mazhab-mazhab Sunni di bidang mereka masing-masing. Saat ini, Mazhab Syafi'i diperkirakan diikuti oleh 28% umat Islam sedunia, dan merupakan mazhab terbesar kedua dalam hal jumlah pengikut setelah Mazhab Hanafi.

Senin, 17 Oktober 2016

Memahami Islam dan Gerakannya


Oleh M Kholid Syeirazi

Gerakan Islam yang berkembang di Indonesia tidak terlepas dari konfigurasi dan dinamika harakah Islam di Timur Tengah. Di bagian pertama tulisan ini telah dijelaskan anatomi dan genealogi kelompok Islam garis keras, yang bermuasal dari ortodoksi Imam Ahmad Ibn Hanbal, absolutisme Ibn Taymiyyah, dan salafisme Muhammad Ibn Abdul Wahab. Selain itu bersumber juga dari Dinasti Saudi, neo-fundamentalisme Ikhwan al-Muslimun serta Jama’ati Islami dan pecahan-pecahannya. Teror dan kekerasan bersampul Islam sebagian besar bersumber dari tafsir Islam ortodoks dan kaku ala Ibn Taymiyyah dan pengikutnya. Tentu saja tidak semua penganut salafi Wahabi dan Ikhwan adalah pelaku teror dan kekerasan, tetapi hampir semua gerakan teror dan kekerasan modern bersumber dari epsitemologi Islam radikal-fundamentalistik yang dikembangkan Ibn Taymiyyah pada ke-13 dan penerusnya. 

Ada benang merah yang menalipusarkan gerakan Wahabi di abad ke-18 dengan al-Ikhwan al-Muslimun di abad ke-20 dan al-Qaedah serta ISIS di abad ke-21. Tafsir Islam yang kaku, letterlijk, puritan, cenderung hitam putih dan melihat sesuatu secara oposisi biner melandasi perilaku ekstrem-fundamentalistik para pemeluk salafisme dari abad ke-13 hingga kini. Para pengikutnya yang mulai menjamur di Tanah Air menggemakan jargon: “Kembali kepada Qur’an dan Hadis,” tetapi hanya sedikit sekali yang mengerti apa isi Qur’an dan Hadis. Kembali kepada Qur’an dan Hadis itu seringkali ditafsirkan secara simplistis sebagai menjiplak persis apa yang ada pada masa Rasulullah dan menyebut selebihnya sebagai bid’ah. 

Manhaj Islam Moderat

Nahdhatul Ulama (NU), embrio kelahirannya adalah Komite Hijaz, dibentuk pada 1925 sebagai reaksi keras atas rencana rezim Wahabi dinasti Saud memugar makam Rasulullah dan situs-situs bersejarah Islam karena dianggap sumber kultus dan kemusyrikan. Para ulama mengirim delegasi, dipimpin KH Abdul Wahab Hasbullah, murid Hadlratus Syeikh Hasyim Asy’ari yang paling cemerlang di Tebuireng, Jombang. Kepada Raja Ibn Saud, delegasi menyampaian lima permohonan, antara lain meminta Raja menjamin kebebasan beramaliyah dalam empat madzhab di Tanah Haram dan tidak ada penggusuran terhadap makam Nabi dan para sahabat. 

Untuk mendukung legalitas komite, pada 16 Rajab 1344 H/31 Januari 1926M dibentuklah secara resmi jam’iyyah Nahdlatul Ulama, organisasi Islam beraliran Ahlussunnah Waljama’ah. Hadlratus Syeikh Hasyim Asy’ari, Rais Akbar NU, menyusun Qânûn Asâsi, di dalamnya berisi salah satunya tentang definisi Ahlussunnah Waljam’ah, yang kemudian dielaborasi oleh KH Bisri Mustofa, ayahnda KH Mustofa Bisri (Gus Mus). 

Ahlussunnah Waljama’ah didefinisikan sebagai kelompok Islam bermadzhab, yang mengikuti manhaj para tokoh dalam tauhid, fiqih, dan tasawuf: yaitu mengikuti pandangan Abu Hasan al-Asy’ari (873-935 M) dan Abu Mansur al-Maturidi  (853-944 M) dalam akidah; mengikuti salah satu di antara empat imam madzhab yaitu Imam Abu Hanifah (700-767 M), Imam Malik bin Anas (713-795 M),  Imam Muhammad ibn Idris al-Syafi’i (767-820 M), dan Imam Ahmad bin Hanbal (780-855 M) dalam fiqih; dan mengikuti Junaid al-Baghdadi (830-910 M) dan Abu Hamid al-Ghazali (1058-1111 M) dalam tasawuf. 

Semangat dari kelahiran Nahdlatul Ulama adalah menjalankan paham keagamaan moderat yang bersendikan prinsip tawassuth yang meliputi sikaptawâzun (proporsional), i’tidâl (tidak berat sebelah), dan iqtishâd (tidak berlebihan/ifrâth). Prinsip-prinsip ini diyakini sebagai intisari ajaran Islam. Al-qur’an secara tegas menyebut umat Islam sebagai ummatan wasathan (umat tengah/moderat). Dalam hadisnya, Rasulullah menyatakan: “Aku diutus untuk menyampaikan agama tegak lurus dan toleran (bu’itstu bil hanafiyyah al-samhah). Beliau juga mencela kelompok-kelompok ekstrem dalam beragama. Dalam sahih Muslim, Rasulullah diriwayatkan bersabda: “Halakal mutanatthi’ûn, halakal mutanatthi’ûn” (Hancurlah orang-orang ekstrem, hancurlah orang-orang ekstrem). Dalam rangka menjunjung prinsip-prinsip tawasutthiyyahinilah jam’iyyah NU didirikan. Tokoh-tokoh yang dirujuk NU sebagai nisbat paham Ahlussunnah Waljama’ah adalah ulama yang pada masanya menolak ekstremitas. 

Empat ahli fiqih yang kelak membentuk madzhab Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hanbali adalah para tokoh yang hidup di puncak-puncak keemasan dinasti Abbasiyah, khususnya pada periode tujuh kekuasaan kekhilafahan antara al-Mahdi (775-785 M) dan al-Mutawakkil (847-861 M). Pada periode ini, umat Islam mengenyam dinamika ilmu pengetahuan yang didukung Khalifah Harun al-Rasyid (786-809 M) dan puteranya al-Ma’mun (813-833 M). Para ulama dan filsuf merayakan kebebasan intelektual dengan penggalakan penerjemahan buku-buku asing, termasuk filsafat Yunani. Pendirian Baitul Hikmah (Home of Wisdom) oleh Khalifah al-Ma’mun mengukuhkan Baghdad sebagai mercusuar kebudayaan dan ilmu pengetahuan. Pengaruh dari gerakan penerjemahan buku-buku asing telah membawa kemajuan bukan hanya di bidang ilmu pengetahuan umum, tetapi juga di bidang ilmu pengetahuan agama. Pada masa dinasti Abbasiyah, telah berkembang dua jenis tafsir, tafsir bi al-ma’tsur dan tafsir bi al-ra’yi. Jelas sekali bahwa tafsir bi al-ra’yi sangat dipengaruhi oleh perkembangan pemikiran filsafat dan ilmu pengetahuan. 

Empat imam madzhab yang dijadikan rujukan definisi Aswaja ala NU adalah tokoh-tokoh moderat yang tidak bermadzhab dengan cara ekstrem. Semua tidak mempertentangkan ‘aql (rasio) dengan naql(teks), meski ada kecenderuang penonjolan ke salah satu. Imam Abu Hanifah yang hidup di Kufah, kota yang berada di tengah-tengah kebudayaan Persia yang telah maju, lebih menonjolkan ‘aql daripadanaql dalam proses istinbâth al-ahkâm. Sementara Imam Malik bin Anas yang hidup di Madinah yang kaya sumber naqliyyah, lebih banyak menonjolkannaql (hadis) ketimbang ‘aql. Pendapat dua tokoh mazhab ini ditengahi oleh Imam Syafi’i yang mendudukkan ‘aql dan naql dalam neraca yang seimbang. Moderatisme Imam Syafi’i inilah yang diikuti NU. Imam Ahmad bin Hanbal, diantara empat imam madzhab, adalah yang paling tekstualis. Kepada para muridnya, dia memerintahkan agar berpegang kepada hadis Nabi dan pemahaman para sahabat. Ini dilakukan dalam rangka menjaga dan memurnikan ajaran Islam dari kebudayaan serta adat istiadat non-Arab. Disamping empat imam madzhab itu, karena kebebasan intelektual dilindungi pemerintahan Bani Abbas, banyak para mujtahid lain yang mengeluarkan pendapatnya secara bebas dan mendirikan madzhab sendiri. Di antaranya adalah Madzhab al-Tsawri (didirikan oleh Abu Abdillah Sufyan ibn Masruq al-Tsawry--65-161 H), Madzhab Ibn ‘Uyaiynah(didirikan oleh Abu Muhammad Sufyan ibn ‘Uyaiynah), Madzhab al-Awza’iy (didirikan oleh Abd al-Rahman ibn Amr al-Awza’iy), Madzhab al-Thabary (didirikan oleh Abu Ja’far Muhammad ibn Jarir ibn Yazid ibn Khalid ibn Ghalib al-Thabary—224-310 H), dan Madzhab al-Zhahiry (didirikan oleh Abu Sulayman Dawud ibn ‘Ali al-Zhahiry—202-270 H). Akan tetapi, karena pengikutnya tidak berkembang atau tidak ditopang oleh kekuasaan, pemikiran dan mazhab itu hilang seiring berlalunya zaman.

Dalam hal teologi, Imam Abu Hasan al-Asy’ari dan Abu Mansur al-Maturidi  juga merupakan tokoh yang menampik keekstreman teologis seperti yang ditunjukkan oleh kaum Khawarij dan Mu’tazilah. Al-Asy’ari tidak menolak rasio karena dia sebelumnya pengikut Mu’tazilah dan banyak sekali terpengaruh logika Yunani. Tetapi, dia tidak mengagungkan rasio sebagai instrumen tunggal penemu kebenaran. Al-Asy’ari juga menengahi konflik aliran Qadariyah dan Jabariyah dengan memperkenalkan teori kasab. Keluar dari perdebatan lama antara kaum Khawarij dan Murji’ah, al-Asy’ari berpendapat mukmin pelaku dosa besar adalah mukmin yang fasik, sebab iman tidak mungkin hilang karena dosa selain kufur. Al-Asy’ari juga memperkenalkan ta’wil sebagai jalan tengah dari dua pandangan ekstrem kaum Mujassimah (antropomorfis) dan kaum Musyabbihah. Doktrin-doktrin teologi al-Maturidi yang mencakup akal dan wahyu, perbuatan manusia, kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan, sifat Tuhan, melihat Tuhan, kalam Tuhan, perbuatan manusia, pengutusan Rasul dan dosa besar juga merefleksikan struktur berpikir (manhajul fikr) dialektis yang menolak ekstremitas.

Dalam bidang tasawuf, al-Baghdadi adalah tokoh yang berhasil memadukan dzauq tasawuf dengan syariah. Al-Baghdadi merupakan perintis aliran tasawuf yang bersendikan syariah. Praksis sufistik al-Baghdadi tidak ditempuh dengan cara meninggalkan dunia, karena beliau juga adalah seorang pedagang. Teori zuhud al-Baghdadi dinilai paling manusiawi. Karena fitrah manusia goncang di antara imanensi dan transendensi, bimbang di antara makhluk langit dan  makhluk bumi, tasawuf tidak boleh ditempuh dengan cara meninggalkan dunia, sebab dunia adalah taman sari akhirat. Al-Ghazali merupakan tokoh penting lain yang mencoba membangun jembatan antara syariat dan hakikat, hukum (fiqih) dan etika (tasawuf) dalam magnum opus-nya, Ihyâ Ulum al-Dîn.

Dalam semangat menegakkan prinsiptawasutthiyyah inilah NU dibentuk untuk menentang gerakan purifikasi Islam yang tidak toleran dari dinasti Wahabi Saudi. Selain untuk menyelamatkan aset-aset dan peninggalan Islam yang berharga, terutama makam Nabi, para ulama membela keragaman tafsir atas Islam sebagaimana diwakili oleh para ulama madzhab. Keragaman tafsir Islam dan manifestasinya harus dipertahankan karena Qur’an dan Hadis, dua sumber otoritatif Islam, adalah kitab yang terbuka terhadap tafsir dan nalar yang berkembang dalam sejarah. Sikap ini membuat NU menjelma menjadi organisasi Islam dengan khazanah intelektual yang sangat kaya. NU mewarisi berjilid-jilid kitab tafsir Qur’an, kitab-kitab hadis, fiqih, kalam, dan sebagainya. Dalam pandangan NU, sumber Islam bukan hanya Qur’an, tetapi juga hadis, terutama yang diseleksi oleh Imam Bukhari (810-870 M), Imam Muslim (821-875 M), Imam Abu Dawud (817-888 M), Imam Turmudzi (824-892 M), Imam Ibn Majah (824-887 M), dan Imam An-Nasa’i (839-915 M). 

Karena semangat NU adalah mewarisi khazanah Islam klasik yang berkembang pada abad ke-7 hingga 13 M, NU merujuk kepada tokoh-tokoh yang hidup pada masa di mana kebebasan ijtihad diakui. Sebagaimana telah disebutkan di atas, empat tokoh madzhab fiqih, dua tokoh kalam, dan dua tokoh tasawuf tersebut adalah bintang-bintang yang bersinar terang di era kejayaan Bani Abbasiyah yang menghargai keterbukaan sikap dan kebebasan berpikir. Selain mereka, masih berjejer tokoh-tokoh yang sumbangan intelektualnya terhadap peradaban dunia tidak diragukan seperti Jabir ibn Hayyan (721-815 M) bapak ilmu kimia modern; al-Fazari (w. 796/806 M) dan al-Farghani (w. 870 M), keduanya ahli matematika dan astronomi yang banyak dirujuk para penulis Eropa; al-Kindi (801-873) filsuf Muslim pertama yang banyak sekali menerjemahkan karya-karya Yunani;al-Khawarizmi (780-850 M) pencipta ilmu aljabar/algoritma; al-Farabi (874-950 M)  ahli filsafat, logika, ilmu jiwa, etika, dan kenegaraan; al-Mas’udi (896-956) ahli ilmu geografi; Ibn Miskawaih (932-1030) ahli etika dan ilmu jiwa; Ibn Sina (980-1037 M) dan al-Razi (1149-1209 M), keduanya ahli ilmu kedokteran dan filsafat yang nyaris tiada bandingannya dalam sejarah; al-Haitsami (w. 1039 M) pakar ilmu optik; dan Ibn Rushd  (1126-1198 M) yang di Eropa terkenal dengan Averroes. Tanpa sumbangan pemikiran tokoh terakhir ini, demikian tulis para sarjana, Eropa masih tetap akan dibekap abad kegelapan (the dark age). 

Semangat keterbukaan inilah yang diwariskan ketika penguasa Dinasti Abbasiyah (pada waktu al-Ma’mun) mengirim juru dakwah pada sekitar abad ke-9 ke Nusantara. Juru dakwah yang dikirim adalah ahli agama yang beraliran Aswaja dan bermadzhab Syafi’i ke wilayah Sumatera Utara. Pada tahun 839 M, berdiri kerajaan Islam pertama di Indonesia, yaitu Kerajaan Perlak. Khalifah yang berkuasa pada waktu itu adalah al-Mu’tashim Billah. Dapat dipastikan bahwa agama Islam telah masuk jauh sebelum kerajaan itu berdiri, sebab ketika kerajaan itu berdiri sebagian besar penduduknya telah cukup lama memeluk Islam. Pada 1042 M berdiri kerajaan Islam Samudera-Pasai dan pada tahun 1025 berdiri kerajaan Islam Aceh. Kesultanan Samudera-Pasai pada masa Sultan al-Malikus Shaleh menganut paham Aswaja dan beraliran Syafi’i. 

Islam masuk ke Pulau Jawa diperkirakan pada akhir abad ke-14 atau awal abad ke-15. Pada saat itu, dengan dukungan Walisongo, Raden Fatah mendirikan kerajaan Demak. Berkat metode dakwah yang ditempuh Walisongo, Islam berkembang pesat sehingga dalam waktu yang relatif singkat, hampir seluruh masyarakat Jawa memeluk agama Islam. Islam kemudian menyebar ke wilayah lain yang ditandai oleh berdirinya beberapa kerajaan Islam di Ternate, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Nusa Tenggara. Pada abad ke-16, Islam telah menjadi agama yang dipeluk oleh mayoritas penduduk yang kelak bernama Indonesia. Metode dakwah yang dikembangkan Walisongo, terutama Sunan Kalijogo, dilestarikan oleh para ulama yang mendirikan pesantren sebagai pusat penyebaran dakwah Islam. 

Adalah nikmat yang harus disyukuri bahwa Islam datang di Indonesia dengan pendekatan budaya. Islam tidak datang melalui kampanye militer dan konflik kekerasan terhadap para penganut agama dan budaya lokal. Kearifan Hindu-Budha yang telah mengguyur Nusantara lebih dari 300 tahun justru berhasil disisihkan Wali Sanga dengan strategi budaya, yang adaptif dan mengayomi tradisi lokal. Wali Sanga menjalankan pendekatan substansialisasi Islam, tidak memerangi bentuk tetapi menyusupkan isi. Beberapa bentuk kebudayaan yang telah ada dipertahankan, tetapi isi dan maknanya diubah dengan pesan-pesan dakwah. Pendekatan sintesis kreatif ini secara sempurna ditunjukkan oleh model dakwah Sunan Kalijaga, yang menciptakan istilah-istilah kejawen tetapi sebenarnya berisi Islam, seperti Sekaten, Dalang, jimat Kalimosodo, dan sebagainya. Hasilnya, proses Islamisasi yang telah berlangsung sejak pertengahan abad ke-15 mengalami akselerasi yang luar biasa sehingga penduduk kepulauan Nusantara, kecuali sebagian kecil saja, telah berhasil diislamkan seluruhnya pada abad ke-16.

Setelah Terusan Suez dibuka pada tahun 1869, terjadi kontak langsung antara umat Islam di Indonesia dan dunia lain, baik melalui jamaah haji maupun para pelajar Indonesia yang menuntut ilmu di negeri Arab. Kontak ini menyebabkan masuknya paham lain, terutama Wahabisme. Mereka datang dengan tangan terkepal dan wajah muram, menuding Muslim yang menjalankan Islam dengan budaya sebagai pelaku bid’ah, syirik, dan kafir. Padahal, tanpa budaya, mungkin nenek moyang kita masih memeluk agama Hindu-Budha. Mereka ingin menggusur budaya lokal, diganti dengan budaya Arab. Bagi mereka, Arab adalah Islam, Islam adalah Arab. Menyinggung Arab berarti menghina Islam. Simbol-simbol Arab adalah pertanda surga, melecehkan Arab dekat dengan neraka. Jika ada tulisan Arab diinjak atau digunakan sebagai kostum pekerja seni yang “kafir”, bisa dituding melecehkan Islam karena tulisan Arab adalah huruf al-Qur’an. Banyak orang bangga menggunakan jubbah dan merasa sudah berislam secara kaffah. Jelas ini salah kaprah, tetapi sedang mewabah. Wahabisme telah sukses membuat banyak orang Islam rabun mata sehingga tidak bisa membedakan agama dengan budaya. Padahal, mengutip Gus Dur, “Islam datang bukan untuk mengubah budaya leluhur menjadi budaya Arab, bukan untuk (mengganti) ‘aku’ menjadi ‘ana,’ ‘sampeyan’ jadi ‘antum’, dan ‘sedulur’ menjadi ‘akhi’… Kita pertahankan milik kita, kita harus serap ajarannya, bukan budaya Arabnya.”

Agar semakin tidak gagal paham, setiap orang Islam harus mempelajari Islam (tafaqquh fid dîn) dari sumber yang terpercaya, sanad ilmunya sahih dan bisa dipertanggungjawabkan, metodologinya teruji dan layak diikuti. 

Sekjen Pimpinan Pusat Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (PP ISNU)