Jumat, 29 Juni 2018

TAHAPAN MENJADI KHAWARIJ SALAFI WAHHABI ATAU AHLUS SUNNAH PALSU


AHLUSSUNNAH PALSU 

TAHAPAN MENJADI KHAWARIJ TALAFI WAHHABI ATAU AHLUS SUNNAH PALSU
======================================

1. Awalnya gak tahu islam/awam
2. Lalu diajak pengajian salah satu kelompok kecil.
3. Lalu merasa benar sendiri, padahal kajian lain beda-beda.
4. Lalu mengklaim satu pendapat sbgai pendapat yg benar.
5. Tdk mau ikut pengajian kalau ustadznya bukan dari kelompoknya sendiri atau yg disukai. Dibarengi dgn su'udzon kpd Ulama' yg tidak disukai.
6. Menuduh bid’ah ke sana-sini, dlm masalah KHILAFIYAH. Dan berlanjut menuduh syirik kelompok Ahlussunah wal Jama'ah karena beberapa kesalahan beberapa oknum, atau kelompok kajian. Bahkan mulai menentang orang tua kandungnya, dan guru ngaji.
7. Mulai menyerang pendapat lain.
8. Mengklaim bhwa kelompoknya adl satu-satunya kelompok yg sesuai dgn sunnah nabi, dan kelompok lain adlah kelompok ahli bid’ah. Paling bertauhid, yang lain syirik/murtadin.
9. Mulai timbul semangat untuk menghilangkan kebid’ahan dan kesesatan (VERSI MEREKA SENDIRI) dari muka bumi.
10. Jadilah benih-benih Khawarij, dimulai dan terus berkembang.

Tanda-tanda akan menjadi khawarij, DIMULAI dari ciri nomor 3 di atas.

MARI KITA CEGAH SANAK SAUDARA KITA SEDINI MUNGKIN, AGAR TIDAK MENJADI KHAWARIJ...
SEMOGA SANAK SAUDARA KITA DIJAUHKAN DARI FIRQOH-FIRQOH YANG MENYEMPAL


Jumat, 22 Juni 2018

PELAJARAN SANGAT BERHARGA DARI GENOSIDA UMAT ISLAM BOSNIA


PELAJARAN SANGAT BERHARGA
DARI GENOSIDA UMAT ISLAM BOSNIA


Pelajaran berharga bagi umat islam๐Ÿ‘‡๐Ÿ‘‡๐Ÿ‘‡


(Refleksi Terhadap Toleransi Beragama)

Pada abad ke-13, Bosnia adalah negara dengan mayoritas Muslim. Mereka hidup damai dengan kaum minoritas. Pada masa itu, setidaknya ada 45 persen dari 4,7 juta warga Bosnia memeluk agama Islam. Sisanya adalah Kristen Ortodoks, Katolik, Protestan, dan lainnya.

Arus modernisasi membuat penduduk Bosnia mengikuti gaya Eropa pada umumnya. Identitas agama tidak lagi terlihat mencolok. Semua hidup berdampingan dengan damai dalam bingkai kerukunan antarumat beragama.

Kehidupan Muslim dengan nilai-nilai Islamnya lambat laun pudar di negeri Balkan. Diskotek dan bar muncul di setiap sudut kota. Tak ada lagi jarak antara Muslim dan non-Muslim. Mulai dari cara berpakaian, bergaul, hingga merayakan hari-hari besar keagamaan. Semuanya membaur atas nama besar toleransi.

Dalam diary yang ditulis Zlatan Filipovic--seorang gadis Muslim yang terlahir dalam keluarga terhormat di Sarajevo yang menjadi ibu kota Bosnia--diceritakan bagaimana sekulernya warga Muslim sebelum 1992. Pada masa itu, tak ada lagi wanita Muslim yang memakai kerudung. Kaum lelaki juga hampir sama dengan para lelaki non-Muslim lainnya.

Ketika hari raya agama, seperti Natal dan Lebaran Muslim, hampir seluruh warga Bosnia merayakannya. Tak peduli dia Muslim atau bukan. Anak-anak Bosnia juga terbiasa dengan tradisi barat, seperti Valentine, April Mop, tahun baru, Halloween, dan sejenisnya. Sementara, shalat tak lagi dilakukan.

Muslim Bosnia--seperti Muslim Indonesia yang hijrah dari kepercayaan awalnya Hindu, Buddha, dan animisme--berasal dari pengikut Bogomil, pewaris keturunan Heretis. Keyakinan ini lenyap setelah Islam dari Ottoman Turki masuk dan menawarkan persamaan derajat. Sementara, Bosnia sendiri beridentitas sebagai penduduk mayoritas Muslim, pascaterpecahnya negara federal Yugoslavia (Slovenia, Kroasia, Bosnia dan Herzegovina, Serbia, Montenegro, dan Makedonia) pada 1990.

Di tengah keterlenaan mendalam umat Muslim Bosnia terhadap gaya hidup sekularisme dan toleransi agama yang berlebihan, bangsa Serbia yang mayoritas memeluk Kristen Ortodoks menyimpan api dalam sekam. Dengan dalih penyatuan kembali Yugoslavia dalam Republik Srpska, Serbia melakukan pembantaian terhadap Bosnia dan/atau pemeluk Islam.

Sejarah mencatat aksi Serbia kepada umat Muslim Bosnia itu sebagai genosida terbesar pada masa modern. Pembunuhan dilakukan secara sistematis. Tujuannya menghapus sebuah bangsa dan etnik. Sekuler dan bergaya non-Muslim tak menyelamatkan Muslim Bosnia. Mereka dilenyapkan dan dibantai karena menyandang identitas agama Islam.

Di atas kertas, Komisi Federal Bosnia untuk Orang Hilang mencatat ada 8.373 lelaki dan remaja Muslim Bosnia yang dibunuh dan terbuang dalam ratusan kuburan massal. Pada Juli 2012, 6.838 nama korban teridentifikasi dari galian kuburan massal.

Zlatan Filipovic, gadis 13 tahun (saat mulai peperangan) yang selamat dari pembantaian yang berlangsung hingga 1995 tersebut menulis kesaksiannya. Muslim Bosnia yang tadinya tidak begitu memedulikan nilai-nilai Islam tersentak kaget mendapat serangan yang dimulai pada April 1992.

Teman, saudara, dan anggota keluarga yang beragama lain yang tadinya akrab, natalan bersama, dan merayakan Valentine bersama, kini meninggalkan mereka, bahkan berbalik menyerang dan membunuh mereka bersama tentara Serbia.

Di tengah-tengah puing bangunan yang hancur terdengar desingan peluru yang menggema, ledakan mortir, dan tangis pilu wanita Muslim korban pemerkosaan. Dalam kegetiran, Muslim Bosnia mulai sadar dan kembali kepada identitas keislaman mereka.

Kesadaran muncul. Kaum perempuan kembali menggunakan kerudung, para lelaki sambil menenteng senjata untuk bertahan mulai kembali melakukan shalat. Azan mulai bergema di sela-sela gedung yang roboh. Kitab suci Alquran yang telah lama tersimpan di lemari-lemari dibuka kembali. Namun, mereka terlambat. Mereka sedang diburu peluru dan ujung belati yang haus darah Muslim.

Gempuran yang terjadi membuat Muslim Bosnia harus mengungsi ke kamp-kamp pengungsian. Srebrenica menjadi salah satu kamp terbesar. PBB menyatakan Srebrenica sebagai zona aman bagi pengungsi. Namun, zona itu hanya dijaga oleh 400 penjaga perdamaian dari Belanda, versi lain bahkan menyatakan hanya 100 personel. Tidak ada yang menjamin nyawa Muslim yang mengungsi aman.

Medan pembantaian terbesar umat Muslim abad modern ini bahkan membuat Indonesia tersentak. Pada awal Maret 1995, Presiden Soeharto dan rombongan terbang langsung ke Eropa dan merangsek ke wilayah yang membara, Sarajevo. walau PBB menyatakan tak bisa menjamin keamanan kunjungannya.

Pada 6 Juli 1995, pasukan Serbia mulai menggempur pos-pos tentara Belanda di Srebrenica dan berhasil memasuki Srebrenica lima hari setelahnya. Anak-anak, wanita, dan orang tua berkumpul di Potocari untuk mencari perlindungan dari pasukan Belanda. Pada 12 Juli, pasukan Serbia mulai memisahkan laki-laki berumur 12-77 tahun. Mereka dibawa dengan dalih untuk interogasi. Sehari setelah itu, pembantaian terjadi di gudang dekat Desa Kravica.

Malang tak terbendung. Kabar yang berembus menyebut 5.000 Muslim Bosnia yang berlindung diserahkan kepada pasukan Serbia karena Belanda meninggalkan Srebrenica. Muslim Bosnia pun sendirian di antara negara-negara Eropa yang hebat.

Dalam waktu lima hari, 8.000 orang terbunuh di Srebrenica. NATO turun tangan setelah pembantaian, memaksakan perdamaian yang sangat terlambat. Di Sarajevo, 11 ribu orang dibantai tanpa ampun selama tiga tahun penyerangan. Diperkirakan, keseluruhan korban perang Bosnia mencapai 100 ribu orang.

Sesuai dengan Kesepakatan Dayton tahun 1995, keutuhan wilayah Bosnia dan Herzegovina ditegakkan. Namun, negara tersebut dibagi dalam dua bagian: 51 persen wilayah gabungan Muslim-Kroasia (Bosnia dan Herzegovina) dan 49 persen Serbia. PBB juga berjanji mengadili para penjahat perang dalam serangan yang kemudian disebut genosida pertama di dunia.

Mantan presiden Republik Srpska (Serbia) Radovan Karadzic ditangkap pada 21 Juli 2008. Tiga bulan lalu, 23 Maret 2016, Karadzic diganjar 40 tahun penjara oleh International Criminal Tribunal for the former Yugoslavia (ICTY). Dia terbukti bersalah atas pembantaian 8.000 Muslim Bosnia.

"Karadzic juga melakukan kejahatan kemanusiaan lain selama Perang Bosnia 1992-1995,'' demikian bunyi amar putusan ICTY. Sementara, pemimpin serangan Srebrenica, Jenderal Ratko Mladic, ditangkap pada Mei 2011. Kini dia sedang diadili di Mahkamah Internasional.

Pembantaian Muslim Bosnia dengan dalih penyatuan negara menjadi pelajaran bagi umat Islam di luar semenanjung Arab, khususnya Indonesia. Cerita pilu yang mendera Bosnia sepatutnya mengingatkan Indonesia agar tidak terlena dalam penghambaan pada sekulerisme. Sebab, sekulerisme memiliki banyak wajah. Salah satunya adalah untuk menghilangkan warna, pengaruh, dominasi, dan hak-hak yang mayoritas.

Ketika Muslim mayoritas lemah karena krisis identitas, akan sangat mudah dipecah dan diadu domba. Di Indonesia sendiri, upaya agar Muslim meninggalkan identitas agama dalam kehidupan berbangsa dan negara telah ada sejak dulu.

Belakangan, gerakan itu mulai tampak di permukaan dengan sangat masif dan sistematis, bahkan oleh lembaga legal sekali pun. Karena itu, jangan heran jika ada Muslim yang sangat ngotot menghina agamanya demi membela kebebasan versinya.

Jangan heran jika ada Muslim yang ikut menghina ulamanya hanya karena ulama tersebut tak sepaham dengannya. Tidak heran jika banyak Muslim tak suka dengan tulisan-tulisan yang membahas penolakan Islam terhadap sekularisme. Inilah yang terjadi di Indonesia masa kini, negara yang masih dihuni oleh mayoritas umat Islam.

Sementara, tidak ada yang salah dalam toleransi, sepanjang yang diberi toleransi tidak berlebihan, apalagi sampai menindas yang memberi toleransi. Di al-Ludd (kini Tel Aviv), Palestina pada 1903, beberapa Yahudi datang menawarkan persaudaraan dan hidup damai dengan warga Arab dan Palestina.

Namun, hari-hari setelah deklarasi berdirinya Negara Israel pada 1948 oleh Eropa, warga Yahudi berubah menjadi buas bersama kedatangan para tentara Israel. Juli 1948, warga Arab Palestina dibantai, termasuk ribuan orang yang dimasukkan ke dalam masjid kemudian diberondong dengan peluru antitank.

Malamnya, sekitar 35 ribu orang Arab Palestina berduyun-duyun meninggalkan kota kelahiran mereka, yang kemudian menjadi pusat pembantaian berikutnya: Tel Aviv. Hari berganti, warga Yahudi datang dengan gelombang eksodus setiap saat. Jadilah Palestina yang terjajah hingga saat ini. Sederhana, tapi sangat ekstrem dan kejam.

Dunia juga mencatat betapa kejam perlakuan kepada pemeluk Islam yang menjadi minoritas. Hanya PBB dan bantahan dari Myanmar sendiri yang menyatakan pembunuhan terhadap Muslim Rohingya bukan sebuah genosida. Jauh dari itu, kenyataan menceritakan bagaimana genosida dilakukan dengan cara brutal dan terbuka oleh Buddha Myanmar kepada Rohingya yang tak berdaya.

Belajar dari Muslim Bosnia yang mayoritas, saat ini mereka menjadi lebih agamais. Di tengah toleransi, perbedaan, dan kerukunan antarumat beragama, mereka tetap memperhatikan nilai-nilai Islam sebagai identitasnya. Kenyataan pahit 1992-1995 telah mengajarkan kepada mereka bagaimana dunia berdetak, bahwa keburukan hanya beberapa helai di balik kebaikan.

Kini Muslim Bosnia tak lagi merayakan tahun baru. Mereka lebih banyak menjaga diri dari melecehkan akidah Islam. Meski begitu, Bosnia tetap menjadi satu-satunya tempat di Eropa, di mana terdapat gereja, masjid, dan sinagoge yang berdiri berdampingan.

Mungkin 1,8 juta Muslim Bosnia mulai sadar bahwa apa yang dikatakan menantu Rasulullah SAW, Ali bin Abi Thalib, "Kejahatan yang terorganisasi akan mampu mengalahkan kebaikan yang tak terorganisasi," benar adanya. Wallahualam.

Penulis : Ilham Tirta (Wartawan Republika Online.


Kamis, 21 Juni 2018

Menghargai Tamu

” HARGA SEORANG TAMU - Keutamaan Berkunjung Kepada Orang ‘Alim - Hikmah Bersilaturrahim & Tujuh Kunci Kebahagiaan Menurut sayyidina Ali bin Abi Thalib ra.

Ada seorang perempuan mengeluh kepada Rasulullah karena perilaku suaminya.

Suaminya selalu mengundang orang-orang datang ke rumahnya dan menjamunya sehingga tamu-tamu tersebut menyebabkan sang istri menjadi repot dan merasa kelelahan.

Lalu wanita tersebut keluar meninggalkan Rasulullah dan tidak mendapatkan jawaban apa pun dari Rasul saw.

Setelah beberapa waktu...

Rasulullah pergi ke rumah suami-istri tersebut, Rasulullah bersabda kepada sang suami : "Sesungguhnya aku adalah tamu di rumahmu hari ini."

Betapa bahagianya sang suami demi mendengar ucapan Rasulullah tersebut, maka dia segera menghampiri istrinya untuk mengabarkan bahwa tamu hari ini adalah Rasulullah.

Si istri pun merasa bahagia karena kabar tersebut, dia pun segera memasak makanan yang lezat dan nikmat.

Dia lakukan hal tersebut dengan penuh rasa bahagia di dalam hatinya.

Ketika Rasulullah akan pergi dari rumahnya setelah beliau mendapatkan kemuliaan dan merasa bahagia dengan keridhoan pasangan itu.

قال للزوج عندما أخرج من بيتك دع زوجتك تنظر إلى الباب الذي أخرج منه

Rasulullah bersabda kepada suaminya : "Ketika aku akan keluar nanti dari rumahmu, panggil istrimu dan perintahkan dia untuk melihat ke pintu tempat aku keluar."

Maka sang istri melihat Rasulullah keluar dari rumahnya diikuti oleh binatang-binatang melata, seperti kalajengking dan berbagai binatang yang berbahaya lainnya di belakang Rasulullah.

Terkejutlah sang istri dengan apa yang dilihat di depannya.

فقال لها رسول الله هكذا دائما عندما يخرج الضيوف من بيتكِ يخرج كل البلاء والضرر والدواب من منزلك.

Maka Rasulullah bersabda : "Seperti itulah yang terjadi. Setiap kali tamu keluar dari rumahmu, maka keluar pula segala bala', bahaya dan segala binatang yang membahayakan dari rumahmu."

"Maka inilah hikmah memuliakan tamu dan tidak berkeluh kesah karena kedatangannya."

Rumah yang banyak dikunjungi tamu adalah rumah yang dicintai ALLAH.

Begitu indahnya rumah yang selalu terbuka untuk anak kecil atau dewasa.

Rumah yang di dalamnya turun rahmat dan berbagai keberkahan dari langit.

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: " إذا أراد الله بقوم خيراً أهدى لهم هدية

Rasulullah bersabda : "Jika ALLAH menginginkan kebaikan terhadap satu kaum, maka ALLAH akan memberikan hadiah kepada mereka.

Para sahabat bertanya : "Hadiah apakah itu, ya Rasulullah...............?."

قال: الضيف ينزل برزقه، ويرتحل بذنوب أهل البيت."

Rasulullah bersabda : "Tamu akan menyebabkan turunnya rezeki untuk pemilik rumah dan menghapus dosa-dosau penghuni rumah."

وقال صلى الله عليه وسلم: كل بيت لا يدخل فيه الضيف لا تدخله الملائكة."

Rasulullah bersabda : "Rumah yang tidak dimasuki tamu (tidak ada tamu), maka Malaikat Rahmat tidak akan masuk ke dalamnya."

وقال صلى الله عليه وسلم: " الضيف دليل الجنة."

Rasulullah bersabda : "Tamu adalah penunjuk jalan menuju Surga."

وقال رسول الله صلى الله عليه وسلم من كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليكرم ضيفه

Rasulullah bersabda : "Barangsiapa beriman kepada ALLAH dan Hari Akhir maka hendaklah dia memuliakan tamunya."

Keutamaan Berkunjung Kepada Orang ‘Alim

وقال النبي صلى الله عليه وسلم: مَنْ زَارَ عَالِمًا فَكَأَنَمَّا زَارَنِي، وَمَنْ صَافَحَ عَالِمًا فَكَأَنَّما صَافَحَنِي، وَمَنْ جَالَسَ عَالِمًا فَكَأَنَّما جَالَسَنِي في الدُّنْيَا، وَمَنْ جَالَسَنِي في الدُّنْيَا أَجْلَسْتُهُ مَعِيْ يَوْمَ القِيَامَةِ
Nabi SAW bersabda: “Barang siapa mengunjungi orang alim, maka seolah-olah ia mengunjungiku. Barang siapa berjabat tangan dengan orang alim, maka seolah-olah ia berjabat tangan denganku. Barang siapa duduk berdampingan dengan orang alim, maka seolah-olah ia duduk berdampingan dengan denganku di dunia. Barang siapa duduk berdampingan denganku di dunia, maka ia akan duduk berdampingan denganku di hari kiamat.”

HIKMAH SILATURRAHIM

Menurut penjelasan Syaikh Nashir bin Muhammad biasa disebut Abu Al-Laits Al-Samarqandi menyebutkan dalam Karyanya Tanbih al-Ghafilin h. 49 tentang hikmah Silaturrahim ada Sepuluh:

واعلم بان فى صلة الرحم عشر خصال محمودة
اولها: ان فيها رضا الله تعالي لانه أمر بصلة الرحم

Pertama: Dalam silaturrahim itu ada keredhaan Allah swt karena Allah memerintahkan untuk menjalin silaturrahim. 

والثاني: ادخال السرور عليهم وقد روي فى الخبر ان افضل الاعمال ادخال السرور على المؤمن

Kedua: Menambah kesenangan dan kebahagiaan kepada mereka. Sesuai hadis Nabi: memberikan kebahagian terhadap orang mukmin itu merupakan amal yang terbaik.

والثالث : ان فيها فرح الملائكة لانهم يفرحون بصلة الرحم

Ketiga: Dengan Silaturrahim Malaikat merasa senang dan bangga kepada mereka yang bersilaturrahim.

والرابع: ان فيها حسن الثناء من المسلمين عليه

Keempat: Dalam Silaturrahim itu terdapat pujian kemuliaan dari orang- orang yang beriman.

والخامس: ان فيها ادخال الغم على ابليس عليه اللعنة

Kelima: Dengan silaturrahim membuat gelisah para syaitan- iblis.

والسادس: زيادة فى العمر

Keenam: Dengan Silaturrahim dapat menambah kualitas maupun kuantitas Umur.

والسابع : بركة فى الرزق

Ketujuh: Dengan silaturrahim dapat menambah keberkahan rizqi.

والثامن: سرور الاموات لان آلاباء والاجداد يسرون بصلة الرحم والقرابة

Kedelapan: Dengan silaturrahim membuat orang-orang yang telah meninggal dunia merasa senang karena mereka mendapatkan manfaat dari silaturrahim dengan para kerabat keluarganya.

والتاسع: زيادة فى المودة لانه اذا وقع له سبب من السرور والحزن يجتمعون اليه ويعينونه على ذلك فيكون له زيادة فى المودة

Kesembilan: Silaturrahim dapat menambah rasa cinta antarkeluarga sahabat handai tolan sebab jika terjadi sesuatu yang menyenangkan maupun menyedihkan mereka dapat berbagi bahagia maupun berbagi kesusahan yang itu dapat menambah kecintaan.

والعاشر: زيادة الاجر بعد موته لانهم يدعون له بعد موته كلما ذكروا احسانه.... انتهى

Kesepuluh: Silaturrahim dapat menambah pahala setelah meninggal dunia sebab mereka didoakan setelah meninggalnya acapkali disebut kebaikan mereka.

اللهم صل وسلم على سيدنا محمد وعلى اله وصحبه اجمعين

Tujuh Kunci Kebahagiaan Menurut sayyidina Ali bin Abi Thalib ra :

1. Jangan membenci siapapun sekalipun ada yang menyalahi hakmu.

2. Jangan pernah bersedih secara berlebihan, sekalipun problem memuncak.

3. Hiduplah dalam kesederhanaan sekalipun serba ada.

4. Berbuatlah kebaikan sekalipun banyak musibah.

5. Perbanyaklah memberi walaupun anda sedang susah.

6. Tersenyumlah walaupun hati anda sedang menangis.

7. Jangan memutuskan doa untuk saudara mukmin.

Mari saling ber anjang sana, bersilaturahmi.
"Selamat hari raya idulfitri, taqobalallohu minna wa minkum".

Rabu, 20 Juni 2018

KEUTAMAAN MENCINTAI AHLUL BAIT RASULULLAH


KEUTAMAAN MENCINTAI AHLUL BAIT RASULULLAH

SIAPAKAH AHLUL BAIT ITU ?

Sebelum kita membahas tentang Ahlul bait secara detail dan yang memusuhi meraka, sepantasnyalah kita mengenal terlebih dahulu siapakah sebenarnya Ahlul bait itu ?

Secara bahasa, kata ุงู„ุฃَู‡ْู„ berasal dari ุฃَู‡ْู„ุงً ูˆَ ุฃُู‡ُูˆْู„ุงً ุฃَู‡ِู„َ – ูŠَุฃู‡َู„ُ = seperti ุฃَู‡ْู„ُ ุงู„ู…ْูƒَุงَู† berarti menghuni di suatu tempat. ุฃَู‡ْู„ُ jamaknya adalah ุฃَู‡ْู„ُูˆْู†َ ูˆَ ุฃَู‡ْู„ุงَุชُ ูˆَ ุฃَู‡َุงِู„ูŠ misal ุฃَู‡ْู„ُ ุงู„ุฅِุณْู„ุงَู… artinya pemeluk islam, ุฃَู‡ْู„ُ ู…َูƒَّุฉ artinya penduduk Mekah. ุฃَู‡ْู„ُ ุงู„ْุจَูŠْุช berarti penghuni rumah. Dan ุฃَู‡ْู„ُ ุจَูŠْุชِ ุงู„ู†َّุจูŠ artinya keluarga Nabi yaitu para isrti, anak perempuan Nabi serta kerabatnya yaitu Ali dan istrinya.

Sedangkan menurut istilah, para ulama Ahlus Sunnah telah sepakat tentang Ahlul Bait bahwa mereka adalah keluarga Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang diharamkan memakan shadaqah. Mereka terdiri dari : keluarga Ali, keluarga Ja’far, keluarga Aqil, keluarga Abbas, keluarga bani Harist bin Abdul Muthalib, serta para istri beliau dan anak anak mereka.

Memang ada perselisihan, apakah para istri Nabi termasuk Ahlul Bait atau bukan ? Dan yang jelas bahwa arti Ahlu menurut bahasa (etimologi) tidak mengeluarkan para istri nabi untuk masuk ke Ahlul Bait, demikian juga penggunaan kata Ahlu di dalam Al-Qur’an dan hadits tidak mengeluarkan mereka dari lingkup istilah tersebut, yaitu Ahlul Bait.

Allah berfirman :

ูˆَุฃَุทِุนْู†َ ุงู„ู„ู‡َ ูˆَุฑَุณُูˆู„َู‡ُ ุฅِู†َّู…َุง ูŠُุฑِูŠุฏُ ุงู„ู„ู‡ُ ู„ِูŠُุฐْู‡ِุจَ ุนَู†ูƒُู…ُ ุงู„ุฑِّุฌْุณَ ุฃَู‡ْู„َ ุงู„ْุจَูŠْุชِ ูˆَูŠُุทَู‡ِّุฑَูƒُู…ْ ุชَุทْู‡ِูŠุฑًุง

Dan taatlah kalian kepada Allah dan rasulNya,sesungguhnya Allah bermaksud menghilangkan rijs dari kalian wahai ahlul bait dan memberbersihkan kalian sebersih-bersihnya. [QS. Al-ahzab : 33]

Ayat ini menunjukan para istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam termasuk Ahlul Bait. Jika tidak, maka tak ada faidahnya mereka disebutkan dalam ucapan itu (ayat ini) dan karena semua istri Nabi adalah termasuk Ahlul Bait sesuai dengan nash Al Quran maka mereka mempunyai hak yang sama dengan hak-hak Ahlul Bait yang lain.

Berkata Ibnu Katsir: “Orang yang memahami Al Quran tidak ragu lagi bahwa para istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk ke dalam Ahlul Bait” dan ini merupakan pendapat Imam Al-Qurtuby, Ibnu Hajar, Ibnu Qayim dan yang lainnya.

Ibnu Taimiyah berkata: “Yang benar (dalam masalah ini) bahwa para istri Nabi adalah termasuk Alul Bait. Karena telah ada dalam hadits yang diriwayatkan di shahihaini yang menjelaskan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajari lafadz bershalawat kepadanya dengan:

ุงู„َู„َّู‡ُู…َّ ุตَู„ِّ ุนَู„َู‰ ู…ُุญَู…َّุฏٍ ูˆَ ุฃَุฒْูˆَุงุฌِู‡ِ ูˆَ ุฐُุฑِّูŠَุชِู‡ِ (ุตุญูŠุญ ุงู„ุจุฎุงุฑู‰)

Ya Allah berilah keselamatan atas muhammad dan istri-istrinya serta anak keturunannya. [Diriwayatkan Imam Bukhari]

Demikian juga istri Nabi Ibrahim adalah termasuk keluarganya (Ahlu Baitnya) dan istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam Luth juga termasuk keluarganya sebagaimana yang telah di tunjukkan oleh Al Quran. Maka bagaimana istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bukan termasuk keluarga beliau ? !

Ada pula sebagian ulama yang berpendapat bahwa keluarga Nabi adalah para pengikutnya dan orang-orang yang bertaqwa dari umatnya, akan tetapi pendapat ini adalah pendapat yang lemah dan telah di bantah oleh Imam Ibnu Qoyyim dengan pernyataan beliau bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menyatakan bahwa Ahlul Bait adalah mereka yang di haramkan shadaqah.

 

HADITS-HADITS TENTANG AHLUL BAIT

 

ูˆุนู† ุนู„ู‰ ุฑุถู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู†ู‡ ู‚ุงู„ ู‚ุงู„ ุฑุณูˆู„ ุงู„ู„ู‡ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… (ู…ุซู„ ุงู‡ู„ ุจูŠุชู‰ ูƒู…ุซู„ ุณููŠู†ุฉ ู†ูˆุญ ู…ู† ุฑูƒุจู‡ุง ู†ุฌุง ูˆู…ู† ุชุนู„ู‚ ุจู‡ุง ูุงุฒ ูˆู…ู† ุชุฎู„ู ุนู†ู‡ุง ุฒุฌ ููŠ ุงู„ู†ุงุฑ) [ุฐุฎุงุฆุฑ ุงู„ุนู‚ุจู‰ – 20

Dari Ali ra. berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Perumpamaan ahli baitku adalah seperti kapal Nuh as, barangsiapa menaikinya akan selamat, siapa yang berpegangan dengannya beruntung dan barangsiapa yang bertetentangan darinya [tidak menaikinya] akan tercebur di dalam neraka.” [Dakhair al-‘Uqba: 20]

ุนู† ุงุจู† ุนุจุงุณ ุฑุถู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู†ู‡ู…ุง ู‚ุงู„ ู‚ุงู„ ุฑุณูˆู„ ุงู„ู„ู‡ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… (ู…ุซู„ ุงู‡ู„ ุจูŠุชู‰ ูƒู…ุซู„ ุณููŠู†ุฉ ู†ูˆุญ ู…ู† ุฑูƒุจู‡ุง ู†ุฌุง ูˆู…ู† ุชุนู„ู‚ ุจู‡ุง ูุงุฒ ูˆู…ู† ุชุฎู„ู ุนู†ู‡ุง ุบุฑู‚) [ุฐุฎุงุฆุฑ ุงู„ุนู‚ุจู‰ – 20

Dari Ibnu Abbas ra. berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Perumpamaan ahli baitku adalah seperti kapal Nuh as, barangsiapa menaikinya akan selamat, siapa yang berpegangan dengannya beruntung dan barangsiapa yang bertetentangan darinya [tidak menaikinya] akan tenggelam.” [Dakhair al-‘Uqba: 20]

ุนู† ุฃุจูˆ ุฐุฑ ุณู…ุนุช ุฑุณูˆู„ ุงู„ู„ู‡ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆ ุณู„ู… ูŠู‚ูˆู„ : ู…ุซู„ ุฃู‡ู„ ุจูŠุชูŠ ู…ุซู„ ุณููŠู†ุฉ ู†ูˆุญ ู…ู† ุฑูƒุจู‡ุง ู†ุฌุง ูˆ ู…ู† ุชุฎู„ู ุนู†ู‡ุง ุบุฑู‚ [ุงู„ู…ุณุชุฏุฑูƒ ุงู„ุฌุฒุก 2 ุตูุญุฉ 373

Dari Abu Dzar ra. berkata, aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Perumpamaan ahli baitku adalah seperti kapal Nuh as, barangsiapa menaikinya akan selamat dan barangsiapa yang bertetentangan darinya [tidak menaikinya] akan tenggelam.” [Al-Mustadrak juz 2: 373]

ุนู† ุฃุจูŠ ุณุนูŠุฏ ุงู„ุฎุฏุฑูŠ ุณู…ุนุช ุฑุณูˆู„ ุงู„ู„ู‡ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุขู„ู‡ ูˆุณู„ู… ูŠู‚ูˆู„ ุฅู†ู…ุง ู…ุซู„ ุฃู‡ู„ ุจูŠุชูŠ ููŠูƒู… ูƒู…ุซู„ ุณููŠู†ุฉ ู†ูˆุญ ู…ู† ุฑูƒุจู‡ุง ู†ุฌุง ูˆู…ู† ุชุฎู„ู ุนู†ู‡ุง ุบุฑู‚ ูˆุฅู†ู…ุง ู…ุซู„ ุฃู‡ู„ ุจูŠุชูŠ ููŠูƒู… ู…ุซู„ ุจุงุจ ุญุทุฉ ููŠ ุจู†ูŠ ุฅุณุฑุงุฆูŠู„ ู…ู† ุฏุฎู„ู‡ ุบูุฑ ู„ู‡ [ุงู„ู…ุนุฌู… ุงู„ุตุบูŠุฑ ุงู„ุฌุฒุก 2 ุตูุญุฉ 844]

Dari Abu Said Al-Khudzri ra. berkata, aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya perumpamaan ahli baitku diantara kalian adalah seperti kapal Nuh as, barangsiapa menaikinya akan selamat dan barangsiapa yang bertetentangan darinya [tidak menaikinya] akan tenggelam. Dan sesungguhnya perumpamaan ahli baitku diantara kalian adalah seperti pintu Khithoh dalam masa Bani Israil, barangsiapa memasukunya maka diampuni dosa-dosanya.” [Al-Mu’jam Ash-Shaghir juz 2: 844]

ุนู† ุฃู†ุณ ุจู† ู…ุงู„ูƒ ู‚ุงู„ ู‚ุงู„ ุฑุณูˆู„ ุงู„ู„ู‡ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ุฅู†ู…ุง ู…ุซู„ูŠ ูˆู…ุซู„ ุฃู‡ู„ ุจูŠุชูŠ ูƒุณููŠู†ู‡ ู†ูˆุญ ู…ู† ุฑูƒุจู‡ุง ู†ุฌุง ูˆู…ู† ุชุฎู„ู ุนู†ู‡ุง ุบุฑู‚[ ุชุงุฑูŠุฎ ุจุบุฏุงุฏ ุงู„ุฌุฒุก 12 ุตูุญุฉ 915

Dari Anas bin Malik ra. berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya perumpamaan aku dan perumpamaan ahli baitku adalah seperti kapal Nuh as, barangsiapa menaikinya akan selamat dan barangsiapa yang bertetentangan darinya [tidak menaikinya] akan tenggelam.” [Tarikh Baghdad juz 12: 015]

ุนู† ุฅูŠุงุณ ุจู† ุณู„ู…ุฉ ุจู† ุงู„ุฃูƒูˆุน ุนู† ุฃุจูŠู‡ ู‚ุงู„: ู‚ุงู„ ุฑุณูˆู„ ุงู„ู„ู‡ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… : ู…ุซู„ ุฃู‡ู„ ุจูŠุชูŠ ู…ุซู„ ุณููŠู†ุฉ ู†ูˆุญ ู…ู† ุฑูƒุจู‡ุง ู†ุฌุง [ู…ู†ุงู‚ุจ ุฃู…ูŠุฑ ุงู„ู…ุคู…ู†ูŠู† ู„ุงุจู† ุงู„ู…ุบุงุฒู„ูŠ ุจุฑู‚ู… 174

Dari Iyas bin Salamah bin Al-Akwa’ ra. dari bapaknya berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Perumpamaan ahli baitku adalah seperti kapal Nuh as, barangsiapa menaikinya akan selamat.” [Manaqib Amir Al-Mukminin li Ibni Al-Maghazali hal: 174]

ุนู† ุนุจุฏุงู„ู„ู‡ ุจู† ุงู„ุฒุจูŠุฑ ุฃู† ุงู„ู†ุจูŠ (ุต) ู‚ุงู„ : ู…ุซู„ ุฃู‡ู„ ุจูŠุชูŠ ู…ุซู„ ุณููŠู†ุฉ ู†ูˆุญ ู…ู† ุฑูƒุจู‡ุง ุณู„ู… ูˆู…ู† ุชุฑูƒู‡ุง ุบุฑู‚ [ู…ุฌู…ุน ุงู„ุฒูˆุงุฆุฏ ุงู„ุฌุฒุก 9 ุตูุญุฉ 265

Dari Abdullah bin Zubair ra. berkata, Sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Perumpamaan ahli baitku adalah seperti kapal Nuh as, barangsiapa menaikinya akan selamat dan barangsiapa yang bertetentangan darinya [tidak menaikinya] akan tenggelam.” [Majma’ Az-Zawaid juz 9: 265]

ุนู† ุฃุจูˆ ุงู„ุทููŠู„ ุนุงู…ุฑ ุจู† ูˆุงุซู„ุฉ ، ู‚ุงู„ ุณู…ุนุช ุฑุณูˆู„ ุงู„ู„ู‡ (ุต): ูŠู‚ูˆู„ : ู…ุซู„ ุฃู‡ู„ ุจูŠุชูŠ ู…ุซู„ ุณููŠู†ุฉ ู†ูˆุญ ู…ู† ุฑูƒุจู‡ุง ู†ุฌุง ูˆู…ู† ุชุฑูƒู‡ุง ุบุฑู‚ [ุงู„ูƒู†ู‰ ูˆุงู„ุงู„ู‚ุงุจ ู„ุงู„ุฏูˆู„ุงุจูŠ – ู…ู† ุฅุจุชุฏุงุก ูƒู†ูŠุชู‡ ( ุท

Dari Abu Thufail ‘Amir bin Wailah ra. berkata, aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Perumpamaan ahli baitku adalah seperti kapal Nuh as, barangsiapa menaikinya akan selamat dan barangsiapa yang bertetentangan darinya [tidak menaikinya] akan tenggelam.”

ุฃู…ุง ุนุฏุฏ ุงู„ุญุฏูŠุซ ุงู„ู…ุชูˆุงุชุฑ ููŠู‚ูˆู„ ุนู„ู…ุงุก ุฃู‡ู„ ุงู„ุณู†ุฉ

1) ู‚ุงู„ ุงุจู† ุญุฒู… ุงู„ู…ุญู„ู‰ ุจุงู„ุขุซุงุฑ – ุงู„ุฌุฒุก ุงู„ุณุงุจุน – ุต 489: ูู‡ุคู„ุงุก ุฃุฑุจุนุฉ ู…ู† ุงู„ุตุญุงุจุฉ ุฑุถูŠ ุงู„ู„ู‡ ุนู†ู‡ู… ، ูู‡ูˆู†ู‚ู„ ุชูˆุงุชุฑ ، ูˆู„ุง ุชุญู„ ู…ุฎุงู„ูุชู‡

2) ุงู„ุทุญุงูˆูŠ ู‚ุงู„ ููŠ ุดุฑุญ ู…ุนุงู†ูŠ ุงู„ุขุซุงุฑ ุงู„ุฌุฒุก 1 ุตูุญุฉ 474 : ูˆู‚ุฏ ุฌุงุกุช ุนู† ุฑุณูˆู„ ุงู„ู„ู‡ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู…ุขุซุงุฑ ู…ุชูˆุงุชุฑุฉ ุตุญุงุญ ููŠู‡ุง ุฃู† ุงู„ูุฎุฐ ู…ู† ุงู„ุนูˆุฑุฉ ูู…ู…ุง ุฑูˆู‰ ุนู†ู‡ ููŠ ุฐู„ูƒ ู…ุง

ุซู… ู†ู‚ู„ ุงู„ุญุฏูŠุซ ุนู† 4 ุงูˆ 5 ู…ู† ุงู„ุตุญุงุจุฉ

3) ูˆูŠู‚ูˆู„ ุงุจูˆ ุญุนูุฑ ููŠ ุดุฑุญ ู…ุนุงู†ูŠ ุงู„ุขุซุงุฑ ุจุชูˆุงุชุฑ ุจุนุถ ุงู„ุงุญุงุฏูŠุซ ุงู„ุชูŠ ุงุชุช ุนู† 6 ุงูˆ 7 ู…ู† ุงู„ุตุญุงุจุฉ

4) ุงู„ุดูŠุฎ ุนุจุฏ ุงู„ุฑุกูˆู ุงู„ู…ู†ุงูˆูŠ: ู‚ุงู„ ู…ุญู…ุฏ ุจู† ุฌุนูุฑ ุงู„ูƒุชุงู†ูŠ ุจุนุฏู…ุง ู†ู‚ู„ ุญุฏูŠุซ ุนู† 7 ู…ู† ุงู„ุตุญุงุจุฉ: (‏ู‚ู„ุช‏)‏ ู†ุต ุนู„ู‰ ุชูˆุงุชุฑู‡ ุฃูŠุถุงً ุงู„ุดูŠุฎ ุนุจุฏ ุงู„ุฑุกูˆู ุงู„ู…ู†ุงูˆูŠ ููŠ ุงู„ุชูŠุณูŠุฑ ู†ู‚ู„ุงً ุนู† ุงู„ุณูŠูˆุทูŠ

Hadits-hadits diatas tentang ahlul bait Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah hadits mutawatir, artinya adalah hadits yg sangat kuat dari segi perawinya, sanadnya nyambung terus, Adapun yg menguatkan keberadaannya adalah:

1.         Imam Ubnu Hazem Al-Mahalli dalam kitab Al-Atsar juz 7 hal. 489

2.         Imam Ath-Thahawi dalam kitab Syarh Al-Ma’ani Al-Atsar juz 1 hal. 474

3.         Abu Ja’far dan Syaikh Abdur Ra’uf Al-Manawi. Wallahu a’lam bish-Shawab

 

Senin, 18 Juni 2018

Dimanakah Roh Setelah Mati dan Tempat Roh Setelah Mati


Dimanakah Roh Setelah Mati dan Tempat Roh Setelah Mati

Menurut keyakinan kita Islam, roh-roh orang mati itu disimpan disuatu tempat. Roh orang mu’min disimpan di tempat bernama Illiyyin, sebagaimana firman Allah ‘Azza wa-Jalla:

إِنَّ كِتَابَ الأَبْرَارِ لَفِي عِلِّـيِّـيْن 

“Sesungguhnya tempat kembali orang-orang berbakti itu ada di Illiyyin.” (Al-Qur’an, surat Al-Muthaffifiin : 7)

Adapun roh orang kafir dan jahat berada di tempat bernama Sijjin, sebagaimana firman Allah ‘Azza wa-Jalla:

وَإِنَّ كِتَابَ الْفُجَّارِ لَفِي سِجِّـيْن

“Dan sesungguhnya tempat kembali orang-orang durhaka itu ada di Sijjin.” (Al-Qur’an, surat Al-Muthaffifin : 18)

Sahabat Abdullah bin Abbas bertanya kepada Sahabat Ka’b Radhiyallaahu ‘anhumaa tentang Illiyyin dan Sijjin itu, maka Sahabat Ka’b menjelaskan bahwa Illiyyin adalah sebuah tempat di langit ketujuh, tempat ditampungnya roh-roh orang shaleh. Sedangkan Sijjin adalah sebuah tempat di bumi ketujuh, bumi yang paling bawah, tempat ditampungnya roh-roh orang kafir.

Roh orang mati dijaga di tempatnya sampai hari Kiamat, tidak ada istilah gentayangan atau jelma menjelmaNamun, sebagaimana menurut sebagian riwayat, Allah ‘Azza wa-Jalla memang memberi kesempatan buat roh orang-orang shaleh untuk turun ke bumi dan menyaksikan kehidupan orang-orang dekat mereka, itupun hanya sesekali saja. Menurut riwayat ini, roh itu biasanya dititipkan pada seekor burung berwarna hijau, bukan menjelma! Selebihnya, roh orang mati itu dijaga di tempatnya, di Illiyyin atau di Sijjin, dan tidak turun ke bumi kecuali setelah Kiamat tiba ketika manusia akan dibangkitkan lagi, maka roh-roh itu turun ke kuburan masing-masing, kemudian menyatu dengan jasad yang telah diciptakan oleh Allah ‘Azza wa-Jalla dengan suatu proses, yaitu ditumbuhkan-Nya tulang belulang dan daging pembalut melalui hujan air sperma.

Dari keterangan diatas dapat dipastikan, bahwa hantu orang mati itu bukanlah jelmaan roh orang yang mati, dan sama sekali tidak berhubungan dengan orang yang mati, melainkan semua itu hanyalah ulah syaiton dan jin. Sebagai makhluk yang mempunyai kemampuan melebihi manusia, syaiton dapat dengan mudah melakukan sesuatu yang mengherankan buat manusia, namun sebagai manusia yang beriman dan berakal, kita harus jeli terhadap asumsi dan produksi alam gaib itu, agar kita tidak terkecoh oleh tipuan mereka.

Tempat Roh Setelah Kematian

Pertanyaan: Assalamu’ alaikum. Di mana roh ditempatkan setelah mati, apakah di langit, di surga dan
neraka? Apakah ada di sekeliling kita? Apakah ia mempunyai hubungan dengan jasad yang ditanam di bumi?
Jawaban: Wa’alaikumussalam warahmatullah wabarakatuh. Bismillah, wash-shalatu wassalamu ‘ala Rasulillah.

Pertama, kami ingatkan agar kita tidak disibukkan dengan pertanyaan yang “kurang bermanfaat” dalam kehidupan kita sehari-hari, karena ilmu semacam ini, baik kita ketahui maupun tidak kita ketahui, tidak memberikan banyak pengaruh bagi ibadah maupun amal kita. Salah satunya adalah pertanyaan tentang roh.

Jika kita mengetahui keberadaan roh–apakah di jasad, di langit, atau di bumi–apakah kemudian kita akan menjadi semakin rajin beribadah, atau kita menjadi semakin takut kepada Allah? Jika yang ditanyakan “Apakah roh orang yang zalim juga disiksa?”, mungkin bisa kita katakan bahwa pertanyaan tersebut termasuk pertanyaan yang wajar karena, boleh jadi, jawaban atas pertanyaan tersebut bisa menambah ketakwaan kita. Namun, tentunya tidak bermanfaat jika pertanyaan tentang keberadaan roh ini terkait dengan pemahaman yang salah di masyarakat. Oleh karena itu, Allah mencela sikap orang Yahudi yang bertanya tentang roh, sebagaimana disebutkan dalam surat Al-Isra`, ayat 85.

“Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: “Roh itu Termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit.”

Kedua, dari penjelasan di atas, bukan berarti bahwa para ulama tidak membahas masalah tempat roh setelah orangnya meninggal. Syeikh Dr. Umar Sulaiman Al-Asyqar menjelaskan posisi roh setelah terpisah dari jasad (dalam buku Al-Yaumul Akhir, hlm. 102), dengan rincian sebagai berikut:

a. Roh para nabi.
Roh mereka berada di tempat tertinggi, bersama para malaikat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, pada detik-detik wafatnya, mengatakan, “Ar-Rafiiqul a’la (kumpulkanlah aku bersama sahabat terbaik yang berada di atas).

b. Roh para syuhada.
Roh mereka berada di tembolok burung-burung hijau di surga. Burung ini memiliki sarang yang menggantung di bawah ‘Arsy, sebagaimana disebutkan dalam hadis sahih riwayat muslim.

c. Roh orang mukmin yang saleh.
Roh mereka berada di tembolok burung (bukan burung berwarna hijau) yang bergelantungan di pohon-pohon surga, sebagaimana disebutkan dalam hadis riwayat Ahmad yang dinilai sahih oleh Al-Albani.

d. Roh ahli maksiat (orang yang gemar bermaksiat).
Roh mereka berada di tempat mereka mendapat siksaan.
– Roh pezina berada di suatu lubang seperti tanur; bagian atasnya sempit, dan bagian bawahnya longgar. Dari bawah tanur ini dinyalakan api, kemudian mereka berlomba-lomba berebut naik ke atas.
– Roh orang yang makan hasil riba berada di sungai darah; dia berenang, berusaha menepi. Ketika hampir sampai ke tepi, dia dilempari batu, kemudian dia berbalik lagi ke tengah.
– Roh tukang bohong akan digantung, kemudian mulutnya dirobek sampai ke tengkuk.
Semua ini disebutkan dalam hadits sahih yang diriwayatkan Bukhari.

e. Roh orang kafir.
Roh mereka disiksa di alam kubur, dengan siksaan yang pedih. Dia dipukul dengan gadha oleh sosok makhluk yang buta lagi tuli. Andaikan gadha itu dipukulkan ke gunung, niscaya gunung tersebut akan menjadi tanah. Ini, sebagaimana disebutkan dalam hadis riwayat An-Nasa’i. Allahu a’lam.

Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits, dari Dewan Pembina Konsultasi Syariah.
Artikel www.KonsultasiSyariah.com 

Orang Meninggal Datang Menemui Keluarganya

Pertanyaan: Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarokatuh.

Beberapa waktu yang lalu ada salah seorang ustadz muda yang meninggal yang beritanya diblow up di media massa, kebetulan sehari setelah sang ustad meninggal saya membaca disebuah media yang menceritakan bahwa ustadz tersebut kembali kerumah menemui ibu dan keluarganya, hal tersebut dinyatakan dengan pernyataan ibunya ketika akan sholat tahajud anaknya yang sudah meninggal menemui, hal tersebut dibuktikan dengan parfum yang biasa dipake sang ustadz tiba tiba tercium diruangan tersebut padahal tidak ada yang memakai parfum tersebut, begitu menurut pengakuan ibunya, pertanyaannya, apakah hal tersebut benar, bahwa orang sudah meninggal bisa menemui orang yang masih hidup seperti cerita diatas, adakah dalil yang bisa menerangkannya.
Jazakallahu Khoiron

Dari : A. Althaf

Jawaban: Wa alaikumus salam warahmatullahi wabarokatuh.
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,

Hubungan Ruh dengan orang yang hidup ada tiga:

Pertama, pertemuan ruh orang yang telah meninggal dengan ruh orang yang masih hidup di alam mimpi

Para ulama menegaskan bahwa hal ini bisa terjadi. Ruh orang yang telah meninggal bisa berjumpa dengan ruh orang yang masih hidup dalam mimpi.

Berikut beberapa keterangan mereka,

1. Tafsir firman Allah di surat Az-Zumar ayat 42.

Allah berfirman,

اللَّهُ يَتَوَفَّى الْأَنْفُسَ حِينَ مَوْتِهَا وَالَّتِي لَمْ تَمُتْ فِي مَنَامِهَا فَيُمْسِكُ الَّتِي قَضَى عَلَيْهَا الْمَوْتَ وَيُرْسِلُ الْأُخْرَى إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ 

“Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) ruh (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; Maka Dia tahanlah ruh (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan ruh yang lain sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda- tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir.” (QS. Az-Zumar : 42)

Ada dua pendapat ahli tafsir tentang ayat ini. Salah satunya, bahwa ruh orang yang ditahan adalah ruh orang yang sudah meninggal, sehingga dia tidak bisa kembali ke jasadnya di dunia. Sedangkan ruh orang yang dilepas adalah ruh orang yang tidur. (Ar-Ruh, Ibnul Qoyim, hlm. 31).

Diriwayatkan dari Said bin Jubair, dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, beliau menjelaskan tafsir ayat tersebut,

إِنَّ أَرْوَاحَ الْأَحْيَاءِ وَالْأَمْوَاتِ تَلْتَقِي فِي الْمَنَامِ فَتَتَعَارَفُ مَا شَاءَ اللَّهُ مِنْهَا، فَإِذَا أَرَادَ جَمِيعُهَا الرُّجُوعَ إِلَى الْأَجْسَادِ أَمْسَكَ اللَّهُ أَرْوَاحَ الْأَمْوَاتِ عِنْدَهُ، وَأَرْسَلَ أَرْوَاحَ الْأَحْيَاءِ إِلَى أَجْسَادِهَا 

Sesungguhnya ruh orang yang hidup dan ruh orang mati bertemu dalam mimpi. Mereka saling mengenal sesuai yang Allah kehendaki. Ketika masing-masing hendak kembali ke jasadnya, Allah menahan ruh orang yang sudah mati di sisi-Nya, dan Allah melepaskan ruh orang yang masih hidup ke jasadnya. (Tafsir At-Thabari 21/298, Al-Qurthubi 15/260, An-Nasafi 4/56, Zadul Masir Ibnul Jauzi 4/20, dan beberapa tafsir lainnya).

2. Kejadian nyata yang dialami para sahabat

Kejadian ini pernah dialami seorang sahabat yang dijamin masuk surga karena kerendahan hatinya. Sahabat Tsabit bin Qois radhiyallahu ‘anhu. Peristiwa ini terjadi ketika perang Yamamah, menyerang nabi palsu Musailamah Al-Kadzab di zaman Abu Bakr. Dalam peperangan itu, Tsabit termasuk sahabat yang mati syahid. Ketika itu, Tsabit memakai baju besi yang bernilai harganya.

Sampai akhirnya lewatlah seseorang dan menemukan jasad Tsabit. Orang ini mengambil baju besi Tsabit dan membawanya pulang. Setelah peristiwa ini, ada salah seorang mukmin bermimpi, dia didatangi Tsabin bin Qois. Tsabit berpesan kepada si Mukmin dalam mimpi itu:

“Saya wasiatkan kepada kamu, dan jangan kamu katakan, ‘Ini hanya mimpi kalut’ kemudian kamu tidak mempedulikannya. Ketika saya mati, ada seseorang yang melewati jenazahku dan mengambil baju besiku. Tinggalnya di paling pojok sana. Di kemahnya ada kuda yang dia gunakan membantu kegiatannya. Dia meletakkan wadah di atas baju besiku, dan diatasnya ada pelana. Datangi Khalid bin Walid, minta beliau untuk menugaskan orang agar mengambil baju besiku. Dan jika kamu bertemu Khalifah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (yaitu Abu Bakr), sampaikan bahwa saya punya tanggungan utang sekian dan punya piutang macet sekian. Sementara budakku fulan, statusnya merdeka. Sekali lagi jangan kamu katakan, ‘Ini hanya mimpi kalut’ kemudian kamu tidak mempedulikannya.”

Setelah bangun, orang inipun menemui Khalid bin Walid radhiyallahu ‘anhu dan menyampaikan kisah mimpinya bertemu Tsabit. Sang panglima, Khalid bin Walid mengutus beberapa orang untuk mengambil baju besi itu, dia memperhatikan kemah yang paling ujung, ternyata ada seekor kuda yang disiapkan. Mereka melihat isi kemah, ternyata tidak ada orangnya. Merekapun masuk, dan langsung menggeser pelana. Ternyata di bawahnya ada wadah. Kemudian mereka mengangkat wadah itu, ketemulah baju besi itu. Merekapun membawa baju besi itu menghadap Khalid bin Walid.

Setelah sampai Madinah, orang itu penyampaikan mimpinya kepada Khalifah Abu Bakr As-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu, dan beliau membolehkan untuk melaksanakan wasiat Tsabit. Para sahabat mengatakan, “Kami tidak pernah mengetahui ada seorangpun yang wasiatnya dilaksanakan, padahal baru disampaikan setelah orangnya meninggal, selain wasiat Tsabit bin Qais. (HR. Al-Baihaqi dalam Dalail An-Nubuwah 2638 dan Al-Bushiri dalam Al-Ittihaf 3010)

Kasus semacam ini juga terjadi pada beberapa ulama. Kisah-kisah mereka banyak disebutkan Ibnul Qoyim dalam bukunya Ar-Ruh (hlm. 30 – 48). Salah satunya adalah kisah sahabat tsabit bin Qois di atas.

Kedua, Allah memperlihatkan keadaan keluarga yang masih hidup kepada beberapa orang yang telah meninggal.

Para ulama menegaskan bahwa mayit bisa mendengar suara orang yang berada di dunia dalam kondisi tertentu. Sebagaimana disebutkan dalam beberapa hadis, diantaranya,

1. Hadis dari Anas bin Malik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إن العبد إذا وضع في قبره، وتولى عنه أصحابه، إنه ليسمع قرع نعالهم.. 

“Sesungguhnya seorang hamba ketika telah diletakkan di kuburan dan ditinggal pulang orang yang mengantarkannya, dia bisa mendengar suara sandal mereka…” (HR. Muslim 2874)

2. Hadis dari Abu Thalhah, bahwa setelah belalu 3 hari pasca-perang Badr, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mendatangi tempat pertempuran bersama para sahabat dan memasukkan mayit orang musyrik ke dalam satu lubang. Selanjutnya beliau bersabda,

يا أبا جهل بن هشام، يا أمية بن خلف، يا عتبة بن ربيعة، يا شيبة بن ربيعة، أليس قد وجدتم ما وعد ربكم حقاً؟ فإني قد وجدت ما وعدني ربي حقاً 

Wahai Abu Jahl bin Hisyam, wahai Umayah bin Khalaf, wahai Uthbah bin Rabi’ah, wahai Syaibah bin Rabi’ah, apakah kalian telah mendapatkan kenyataan dari apa yang dijanjikan Rab kalian? Sungguh aku telah mendapatkan kenyataan dari apa yang dijanjikan Rabku.

Spontan Umar bertanya,

“Ya, Rasulullah, bagaimana mereka bisa mendengar? Bagaimana mereka bisa menjawab? Padahal mereka sudah jadi bangkai.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,

والذي نفسي بيده! ما أنتم بأسمع لما أقول منهم، ولكنهم لا يقدرون أن يجيبوا 

Demi Allah yang jiwaku berada di tangan-Nya. Kalian tidak lebih mendengar dari apa yang aku ucapkan dari pada mereka. Namun mereka tidak bisa menjawab. (HR. Bukhari 3976)
Apakah Kasus Semacam Ini Berlaku Umum?

Ulama berbeda pendapat apakah kasus semacam ini berlaku untuk semua keadaan. Dalam arti mayit bisa mendengar dan mengetahui semua keadaan orang yang masih hidup.

Sebagian menegaskan bahwa mayit mengetahui keadaan keluarganya dengan izin Allah, dan dia di alam kubur. Syaikhul Islam Ibn Taimiyah, Ibnul Qoyim menyebutkan bahwa terdapat berbagai riwayat dari para ulama masa silam yang menjelaskan bahwa mayit mengetahui keadaan keluarganya. Dia merasa senang ketika keluarganya dalam kondisi baik, dan dia merasa sedih ketika keluarganya dalam kondisi tidak baik.

Mereka yang menegaskan bahwa mayit mengetahui keadaan keluarganya, berdalil dengan hadis dari Anas. Namun hadis statusnya lemah, karena ada perawi yang tidak disebutkan namanya. (Majma’ Zawaid, 2/329).

Dalam riwayat lain dari Abu Ayyub, diriwayatkan Thabrani dalam Mu’jam Al-Kabir, namun dalam sanadnya terdapat perawi bernama Maslamah bin Ali Al-Khusyani, dan dia perawi dhaif. Maslamah bin Ali orang syam, perawi yang lemah, dan matruk (ditinggalkan). Sebagaimana dijelaskan dalam Mizan I’tidal (4/109). Ringkasnya, hadis dalam masalah ini tidak shahih.

Adapun Atsar yang disebutkan Ibnul Qoyim dalam Ar-Ruh, dinukil dari kitab Al-Qubur karya Ibnu Abi Ad-Dunya. Dan atsar-atsar ini dinilai bermasalah.

(Multaqa Ahlulhadits, 52691).

Syaikh Abdurrahman bin Nashir Al-Barrak mengatakan

والميت كذلك لا يعلم بشيء من أحوالهم لأنه غائب عنهم في نعيم أو عذاب ، ولكن قد يُطلع الله بعض الموتى على بعض أحوال أهله ولكن دون تحديد. وقد جاءت آثار لا يعتمد عليها بأن الأموات قد يعرفون أشياء من أحوال أهلهم 

Demikian pula mayit, dia tidak mengetahui keadaan keluarganya, karena dia tidak ada di tengah-tengah mereka. Mereka sibuk dalam kenikmatan atau adzab. Hanya saja, terkadang Allah tampakkan kepada beberapa mayit sebagian keadaan keluarganya, namun ini tanpa batasan waktu tertentu. Terdapat beberapa atsar (riwayat dari para ulama) tentang hal ini yang belum bisa dijadikan dalil (karena perllu dilakukan penelitian ulang) yang menyebutkan bahwa mayit terkadang mengetahui keadaan keluarganya. (Fatwa Islam, 13183).

Mengingat keterangan semacam ini belum jelas, sebagian ulama menasehatkan agar tidak kita tidak disibukkan dengan pembahasan semacam ini. Karena tidak memberikan banyak manfaat. Yang lebih penting, kita berusaha menunaikan semua yang menjadi tanggungan mayit, seperti utang, nadzar, fidyah, wasiat, dan semacamnya. Sehingga tidak ada beban baginya yang tidak ditunaikan. Kemudian kita berusaha menjadi hamba yang baik, bertaqwa kepada Allah, baik jenazah bisa mengetahui keadaan kita, atau tidak.

Nasehat semacam ini pernah disampaikan Imam Ibnu Utsaimin. Ketika beliau ditanya, apakah mayit bisa mengetahui kondisi keluarga ataukah tidak?

أما السؤال وهو: معرفة الميت ما يصنعه أهله في الدنيا؟ فإنني لا أعلم في ذلك أثراً صحيحاً يعتمد عليه.
وعلى أية حال فلا نرى نفعا في البحث عن هذا الأمر، والذي ينفعك أنك إذا كنت كذبت فالواجب عليك التوبة إلى الله، والتوبة تمحو ما قبلها، …. ، والانشغال بقبول التوبة، وإصلاح النفس بدلا من الانشغال بمعرفة الميت بهذا الأمر. 

Adapun pertanyaan, apakah mayit mengetahui apa yang dilakukan keluarganya di dunia? Saya tidak mengetahui atsar (riwayat) yang shahih yang bisa dijadikan dalil. Namun apapun itu, saya berpendapat tidak ada banyak manfaat untuk melakukan pembahasan masalah ini. Pelajaran yang bermanfaat bagi anda, bahwa jika anda mendustakan hal itu maka anda wajib bertaubat kepada Allah. Dan taubat bisa menghapus dosa sebelumnya. … dan hendaknya anda sibukkan diri agar diterima taubatnya, dan memperbaiki diri, dari pada menyibukkan diri dengan mengetahui keadaan mayit semacam ini.

(Fatawa Syabakah Islamiyah, no. 192755)

Ketiga, ruh orang yang meninggal mendatangi keluarganya di alam nyata

Sebagian orang berkeyakinan bahwa ruh orang yang meninggal akan kembali ke keluarganya selama 40 hari. Terlebih setelah peristiwa meninnggalnya salah satu dai di indonesia, disusul dengan cerita sebagian keluarganya yang merasakan kehadiran ruh sang dai. Akhirnya banyak orang semakin yakin dengan aqidah ini. Padahal semuanya diyakini tanpa dasar dan dalil yang tegas.

Ada beberapa catatan yang menunjukkan bahwa keyakinan ini adalah keyakinan yang menyimpang dan bertentangan dengan Al-Quran dan sunah,

1. Allah mengingkari permintaan orang mati untuk dikembalikan ke dunia

حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ ( ) لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ كَلَّا إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ 

(Demikianlah Keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, Dia berkata: “Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia), ( ) agar aku bisa berbuat amal yang saleh yang telah aku tinggalkan. sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah Perkataan yang dia ucapkan saja. dan di hadapan mereka ada dinding sampal hari mereka dibangkitkan. (QS. Al-Mukminun: 99 – 100)

Allah mengabarkan bagaimana orang kafir menyesali hidupnya. Mereka berharap agar dikembalikan ke dunia di detik-detik menghadapi kematian. Sehingga mereka mendapat tambahan usia untuk memperbaiki dirinya. Namun itu hanya ucapan lisan, yang sama sekali tidak bermanfaat baginya. Kemudian Allah menyatakan bahwa setelah mereka mati akan ada barzakh, dinding pemisah antara dirinya dengan kehidupan dunia. Mereka yang sudah memasuki barzakh, tidak akan lagi bisa keluar darinya. (Tafsir As-Sa’di, hlm. 559).

2. Ruh mereka berada di alam yang lain, alam kubur, yang berbeda dengan alam dunia

Pada surat Al-Mukminun di atas, Allah telah menegaskan bahwa ada barzakh (dinding pemisah) antara orang yang telah meninggal dan kehidupan dunia. Dan itu terjadi sejak mereka meninggal dunia. Selanjutnya masing-masing sudah sibuk dengan balasan yang Allah berikan kepada mereka. Ruh orang baik, berada di tempat yang baik, sebaliknya, ruh orang jelek berada di tempat yang jelek.

Dalam sebuah riwayat, seorang tabiin bernama Masruq pernah bertanya kepada sahabat Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, tentang tafsir firman Allah,

وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ

Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezki. (QS. Ali Imran: 169)

Ibnu Mas’ud menjawab, “Saya pernah tanyakan hal ini kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan beliau menjawab,

أرواحهم في جوف طير خضر لها قناديل معلقة بالعرش تسرح من الجنة حيث شاءت ثم تأوي إلى تلك القناديل فاطلع إليهم ربهم اطلاعة ، فقال : هل تشتهون شيئا ؟ قالوا : أي شيء نشتهي ونحن نسرح من الجنة حيث شئنا . ففعل ذلك بهم ثلاث مرات ، فلما رأوا أنهم لن يُترَكوا من أن يَسألوا قالوا : يا رب نريد أن ترد أرواحنا في أجسادنا حتى نقتل في سبيلك مرة أخرى ، فلما رأى أن ليس لهم حاجة تُركوا 

“Ruh-ruh mereka di perut burung hijau. Burung ini memiliki sarang yang tergantung di bawah ‘Arsy. Mereka bisa terbang kemanapun di surga yang mereka inginkan. Kemudian mereka kembali ke sarangnya. Kemudian Allah memperhatikan mereka, dan berfirman: ‘Apakah kalian menginginkan sesuatu?’ Mereka menjawab: ‘Apa lagi yang kami inginkan, sementara kami bisa terbang di surga ke manapun yang kami inginkan.’ Namun Allah selalu menanyai mereka 3 kali. Sehingga ketika mereka merasa akan selalu ditanya, mereka meminta: ‘Ya Allah, kami ingin Engkau mengembalikan ruh kami di jasad kami, sehingga kami bisa berperang di jalan-Mu untuk kedua kalinya.’ Ketika Allah melihat mereka sudah tidak membutuhkan apapun lagi, mereka ditinggalkan.” (HR. Muslim no. 1887)

Kemudian disebutkan dalam riwayat dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لما أُصِيب إخوانكم بأُحُد جعل الله أرواحهم في جوف طير خضر تَرِد أنهار الجنة تأكل من ثمارها وتأوي إلى قناديل من ذهب معلقة في ظل العرش ، فلما وجدوا طيب مأكلهم ومشربهم ومَقِيلهم قالوا : من يُبلِّغ إخواننا عنّـا أنا أحياء في الجنة نُرزق لئلا يزهدوا في الجهاد ولا ينكلوا عند الحرب ، فقال الله سبحانه أنا أبلغهم عنكم . قال فأنزل الله : ( ولا تحسبن الذين قتلوا في سبيل الله )

Ketika saudara kalian meninggal di perang Uhud, Allah menjadikan ruh mereka di perut burung hijau. Mendatangi sungai surga, makan buah surga, dan beristirahat di sarang dari emas, menggantung di bawah ‘Arsy. Ketika mereka merasakan lezatnya makanan, minuman, dan tempat istirahat, mereka mengatakan: ‘Siapa yang bisa memberi tahu kepada saudara-saudara muslim lainnya tentang kabar kami bahwa kami hidup di surga, dan kami mendapat rizki. Agar mereka tidak menghindari jihad dan tidak pengecut ketika perang. Lalu Allah menjawab: ‘Aku yang akan sampaikan kabar kalian kepada mereka.’ Kemudian Allah menurunkan firman-Nya: “Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya…”(HR. Abu Daud 2520 dan dinilai hasan oleh Al-Albani)

Demikian pula ruh orang yang jahat. Mereka mendapat hukuman dari Allah sesuai dengan kemaksiatan yang mereka lakukan.

Jika ruh itu bisa kembali dan tinggal bersama keluarganya selama rentang tertentu, tentu yang paling layak mendapatkan keadaan ini adalah ruh para nabi, para sahabat, atau para syuhada yang meninggal di medan jihad. Sementara hadis-hadis di atas merupakan bukti bahwa hal itu tidak terjadi. Allah tempatkan ruh mereka di surga, dan terpisah sepenuhnya dengan alam dunia.

Syaikh Abdurrahman bin Nashir Al-Barrak pernah ditanya, benarkan ruh orang yang meninggal akan kembali ke keluarganya dan bisa melihat semua keadaan keluarganya selama 40 hari?

Jawaban beliau,

الإنسان إذا مات يغيب عن هذه الحياة ويصير إلى عالم آخر ، ولا تعود روحه إلى أهله ولا يشعرون بشيء عنه ، وما ذكر من عودة الروح لمدة أربعين يوما فهي من الخرافات التي لا أصل لها ، والميت كذلك لا يعلم بشيء من أحوالهم لأنه غائب عنهم في نعيم أو عذاب

Seseorang setelah meninggal, dia menghilang dari kehidupan dunia ini, dan berpindah ke alam akhirat. Dan ruhnya tidak kembali ke keluarganya, dan tidak mengetahui semua keadaan keluarganya. Kabar yang menyebutkan bahwa ruh kembali ke keluarga selama 40 hari adalah khurafat, yang sama sekali tidak memiliki dalil. Demikian pula mayit, dia tidak mengetahui keadaan keluarganya, karena dia tidak ada di tengah-tengah mereka. Mereka sibuk dalam kenikmatan atau adzab. (Fatwa Islam, 13183).

Kembalikan Kepada Dalil!

Prinsip ini jangan sampai lepas dari lubuk hati kita. Apapun yang kita dengar, siapapun yang menyampaikan, kembalikan keterangan itu kepada dalil. Tidak semua keterangan yang disampaikan dai benar adanya. Mereka yang punya dalil, itulah yang menjadi pegangan. Karena informasi tentang syariat, apalagi terkait keyakinan baru boleh kita terima ketika ada dasar pijakannya. Mengingat semua harus dipertanggung jawabkan di hadapan Allah. Sebagaimana yang Allah tegaskan,

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا 

Janganlah kamu mengikuti sesuatu yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. (QS. Al-Isra’: 36).

Semoga Allah menyelamatkan kita dari setiap keyakinan yang menyimpang.

Minggu, 17 Juni 2018

Puasa Syawal: Puasa Seperti Setahun Penuh


Puasa Syawal: Puasa Seperti Setahun Penuh

Salah satu dari pintu-pintu kebaikan adalah melakukan puasa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَلَا أَدُلُّكَ عَلَى أَبْوَابِ الْخَيْرِ؟ الصَّوْمُ جُنَّةٌ …

“Maukah aku tunjukkan padamu pintu-pintu kebaikan? Puasa adalah perisai, …” (HR. Tirmidzi, hadits ini hasan shohih)

Puasa dalam hadits ini merupakan perisai bagi seorang muslim baik di dunia maupun di akhirat. Di dunia, puasa adalah perisai dari perbuatan-perbuatan maksiat, sedangkan di akhirat nanti adalah perisai dari api neraka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda dalam hadits Qudsi:

وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ

“Dan senantiasa hamba-Ku mendekatkan diri kepadaKu dengan amalan-amalan sunnah sehingga Aku mencintainya.” (HR. Bukhari)

Oleh karena itu, untuk mendapatkan kecintaan Allah ta’ala, maka lakukanlah puasa sunnah setelah melakukan yang wajib. Di antara puasa sunnah yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam anjurkan setelah melakukan puasa wajib (puasa Ramadhan) adalah puasa enam hari di bulan Syawal.

Dianjurkan untuk Puasa Enam Hari di Bulan Syawal

Puasa ini mempunyai keutamaan yang sangat istimewa. Hal ini dapat dilihat dari sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dari sahabat Abu Ayyub Al Anshoriy, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ

“Barang siapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh.” (HR. Muslim)

Pada hadits ini terdapat dalil tegas tentang dianjurkannya puasa enam hari di bulan Syawal dan pendapat inilah yang dipilih oleh madzhab Syafi’i, Ahmad dan Abu Daud serta yang sependapat dengan mereka. Sedangkan Imam Malik dan Abu Hanifah menyatakan makruh. Namun pendapat mereka ini lemah karena bertentangan dengan hadits yang tegas ini. (Lihat Syarh An Nawawi ‘ala Muslim, 8/56)

Puasa Syawal, Puasa Seperti Setahun Penuh

Dari Tsauban, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda:

مَنْ صَامَ سِتَّةَ أَيَّامٍ بَعْدَ الْفِطْرِ كَانَ تَمَامَ السَّنَةِ (مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا)

“Barang siapa berpuasa enam hari setelah hari raya Idul Fitri, maka dia seperti berpuasa setahun penuh. [Barang siapa berbuat satu kebaikan, maka baginya sepuluh kebaikan semisal].” (HR. Ibnu Majah )

Orang yang melakukan satu kebaikan akan mendapatkan sepuluh kebaikan yang semisal. Puasa ramadhan adalah selama sebulan berarti akan semisal dengan puasa 10 bulan. Puasa syawal adalah enam hari berarti akan semisal dengan 60 hari yang sama dengan 2 bulan. Oleh karena itu, seseorang yang berpuasa ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan syawal akan mendapatkan puasa seperti setahun penuh. (Lihat Syarh An Nawawi ‘ala Muslim, 8/56 dan Syarh Riyadhus Sholihin, 3/465). Segala puji bagi Allah yang telah memberikan nikmat ini bagi umat Islam.

Apakah Puasa Syawal Harus Berurutan dan Dilakukan di Awal Ramadhan Syawal?

Imam Nawawi dalam Syarh Muslim, 8/56 mengatakan, “Para ulama madzhab Syafi’i mengatakan bahwa paling afdhol (utama) melakukan puasa syawalsecara berturut-turut (sehari) setelah shalat ‘Idul Fithri. Namun jika tidak berurutan atau diakhirkan hingga akhir Syawal maka seseorang tetap mendapatkan keutamaan puasa syawal setelah sebelumnya melakukan puasa Ramadhan.”Oleh karena itu, boleh saja seseorang berpuasa syawal tiga hari setelah Idul Fithri misalnya, baik secara berturut-turut ataupun tidak, karena dalam hal ini ada kelonggaran. Namun, apabila seseorang berpuasa syawal hingga keluar waktu (bulan Syawal) karena bermalas-malasan maka dia tidak akan mendapatkan ganjaran puasa syawal.

Catatan: Apabila seseorang memiliki udzur (halangan) seperti sakit, dalam keadaan nifas, sebagai musafir, sehingga tidak berpuasa enam hari di bulan syawal, maka boleh orang seperti ini meng-qodho’ (mengganti) puasa syawal tersebut di bulan Dzulqo’dah. Hal ini tidaklah mengapa. (Lihat Syarh Riyadhus Sholihin, 3/466)

Tunaikanlah Qodho’ (Tanggungan) Puasa Terlebih Dahulu

Lebih baik bagi seseorang yang masih memiliki qodho’ puasa Ramadhan untuk menunaikannya daripada melakukan puasa Syawal. Karena tentu saja perkara yang wajib haruslah lebih diutamakan daripada perkara yang sunnah. Alasan lainnya adalah karena dalam hadits di atas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Barang siapa berpuasa Ramadhan.” Jadi apabila puasa Ramadhannya belum sempurna karena masih ada tanggungan puasa, maka tanggungan tersebut harus ditunaikan terlebih dahulu agar mendapatkan pahala semisal puasa setahun penuh.

Apabila seseorang menunaikan puasa Syawal terlebih dahulu dan masih ada tanggungan puasa, maka puasanya dianggap puasa sunnah muthlaq (puasa sunnah biasa) dan tidak mendapatkan ganjaran puasa Syawal karena kita kembali ke perkataan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tadi, “Barang siapa berpuasa Ramadhan.” (Lihat Syarhul Mumthi’, 3/89, 100)

Catatan: Adapun puasa sunnah selain puasa Syawal, maka boleh seseorang mendahulukannya dari mengqodho’ puasa yang wajib selama masih ada waktu lapang untuk menunaikan puasa sunnah tersebut. Dan puasa sunnahnya tetap sah dan tidak berdosa. Tetapi perlu diingat bahwa menunaikan qodho’ puasa tetap lebih utama daripada melakukan puasa sunnah. Hal inilah yang ditekankan oleh Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin -semoga Allah merahmati beliau- dalam kitab beliau Syarhul Mumthi’, 3/89 karena seringnya sebagian orang keliru dalam permasalahan ini.

Kita ambil permisalan dengan shalat dzuhur. Waktu shalat tersebut adalah mulai dari matahari bergeser ke barat hingga panjang bayangan seseorang sama dengan tingginya. Kemudian dia shalat di akhir waktu misalnya jam 2 siang karena udzur (halangan). Dalam waktu ini bolehkah dia melakukan shalat sunnah kemudian melakukan shalat wajib? Jawabnya boleh, karena waktu shalatnya masih lapang dan shalat sunnahnya tetap sah dan tidak berdosa. Namun hal ini berbeda dengan puasa syawal karena puasa ini disyaratkan berpuasa ramadhan untuk mendapatkan ganjaran seperti berpuasa setahun penuh. Maka perhatikanlah perbedaan dalam masalah ini!

Boleh Berniat di Siang Hari dan Boleh Membatalkan Puasa Ketika Melakukan Puasa Sunnah

Permasalahan pertama ini dapat dilihat dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah masuk menemui keluarganya lalu menanyakan: “Apakah kalian memiliki sesuatu (yang bisa dimakan, pen)?”Mereka berkata, “tidak” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Kalau begitu sekarang, saya puasa.” Dari hadits ini berarti seseorang boleh berniat di siang hari ketika melakukan puasa sunnah.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallamjuga terkadang berpuasa sunnah kemudian beliau membatalkannya sebagaimana dikatakan oleh Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu ‘anha dan terdapat dalam kitab An Nasa’i. (Lihat Zadul Ma’ad, 2/79)

Semoga dengan sedikit penjelasan ini dapat mendorong kita melakukan puasa enam hari di bulan Syawal, semoga amalan kita diterima dan bermanfaat pada hari yang tidak bermanfaat harta dan anak kecuali yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.

Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat, wa shallallaahu ‘alaa nabiyyina Muhammad wa ‘alaa aalihi wa shohbihi wa sallam.

Rabu, 13 Juni 2018

UCAPAN MAAF LAHIR BATHIN

السلام عليكم ورحمه الله وبركاته

UCAPAN MAAF LAHIR BATHIN

Saudaraku sekalian...
Perjalanan waktu terkadang tidak terasa
Seolah baru kemaren kita mengucapkan Marhaban Yaa syahru Romadhon, Marhaban Yaa syahru syiami...
Tahu2 sekarang kita berada dipenghujung bulan yg suci dan penuh Barokah ini...
Saudaraku sekalian
Romadhon akan meninggalkan kita....
Bulan yg sangat Murah, mulia dan penuh barokah
Akan menjauhkan kita..
Kita lepas kepergiannya dengan air mata, bagai melepas sahabat tercinta yg senantiasa terkenang sepanjang masa....
Bahkan kepergian ditangisi oleh langit,bumi dan para Malaikat Alloh SWT...
Yaa Alloh setiap kali Romadhon telah berakhir..
Hamba cemas Yaa Alloh kalau2 umur hamba..
Tidak sampai pada Romadhon tahun depan..
Hamba cemas Yaa Alloh kalau2 ini Romadhon terakhir dalam hidup Hamba...
Karena itu panjangkan umur Hamba Yaa Alloh..
Untuk dapat kembali berjumpa dengan Romadhon tahun depan...

Agar Hamba semakin dekat dengan-Mu Yaa Alloh...Yaa Robbi...

Bimbing kami...
Yaa Alloh
YAA ILAHI ANTA MAKSUDI ...WARIDHOOKMATLUBI ...A'TINI MAHABBATAKA WA MA'RIFATAK

Saudaraku sekalian menjelang datangnya hari yg Fitri ini ijinkan dan perkenankan
SANHAJI DAN KELUARGA mengucapkan Mohon maaf lahir dan batin....
Kami Hamba yg banyak berbuat kesalahan dan kealfaan... banyak Tutur kata yg terangkai dusta
Banyak hilaf dalam bersikap...banyak hianat dalam berbuat, banyak janji yg belum ditepati...
Banyak prasangka yg berujung luka...

Mohon maaf lahir dan batin...

Kepada komandan...
Kepada orang tua...
Kepada guru...
Keluarga, sahabat, dan saudara 2 dimanapun saudara berada...

Semoga kita benar2 kembali pada Fitroh kembali suci bagai bayi yang baru lahir dari rahim sang ibu tercinta...

TAQOBBALALOHU MINNA WA MUNKUM..SYIAMANA WASYIAMAKUM...
TAQOBBAL YAA KARIIM...
MINAL 'AAIDZIN WAL FAIDZIN...
WA KULLU AAM WA ANTA BIKHOIR..

WASSALAMU'ALAIKUM WARAHMATULLAHI WA BAROKAATUH...

Senin, 11 Juni 2018

Khutbah Idul Fitri: Menebar Maaf, Membangun Kebersamaan

Khutbah Idul Fitri: Menebar Maaf, Membangun Kebersamaan


Khutbah I

ุงู„ู„ู‡ ุฃูƒุจุฑ، ุงู„ู„ู‡ ุฃูƒุจุฑ، ุงู„ู„ู‡ ุฃูƒุจุฑ، ุงู„ู„ู‡ ุฃูƒุจุฑ، ุงู„ู„ู‡ ุฃูƒุจุฑ، ุงู„ู„ู‡ ุฃูƒุจุฑ، ุงู„ู„ู‡ ุฃูƒุจุฑ، ุงู„ู„ู‡ ุฃูƒุจุฑ، ุงู„ู„ู‡ ุฃูƒุจุฑ
 ุงู„ุญู…ุฏ ู„ู„ู‡ ุงู„ุฐู‰ ุนุงุฏ ุนู„ูŠู†ุง ู†ِุนู…ู‡ ูู‰ ูƒู„ ู†ูุณ ูˆู„ู…ุญุงุช ูˆุฃุณุจุบ ุนู„ูŠู†ุง ุธุงู‡ุฑุฉ ูˆุจุงุทู†ุฉ ูู‰ ุงู„ุฌู„ูˆุงุช ูˆุงู„ุฎู„ูˆุงุช. ูˆุฃุดู‡ุฏ ุฃู† ู„ุง ุฅู„ู‡ ุฅู„ุง ุงู„ู„ู‡ ูˆุญุฏู‡ ู„ุง ุดุฑูŠูƒ ู„ู‡ ุงู„ุฐู‰ ุงู…ุชู† ุนู„ูŠู†ุง ู„ู†ุดูƒุฑู‡ ุจุฃู†ูˆุงุน ุงู„ุฐูƒุฑ ูˆุงู„ุทุงุนุงุช. ูˆุฃุดู‡ุฏ ุฃู† ู…ุญู…ุฏุง ุนุจุฏู‡ ูˆุฑุณูˆู„ู‡ ุณูŠุฏ ุงู„ุฃู†ุจูŠุงุก ูˆุงู„ู…ุฑุณู„ูŠู† ูˆุณุงุฆุฑ ุงู„ุจุฑูŠุงุช. ุงู„ู„ู‡ู… ุตู„ ูˆุณู„ู… ุนู„ู‰ ุณูŠّุฏู†ุง ู…ุญู…ّุฏ ูˆุนู„ู‰ ุฃู„ู‡ ูˆุฃุตุญุงุจู‡ ุฃู‡ู„ ุงู„ูุถู„ ูˆุงู„ูƒู…ุงู„ุงุช.
ุงู„ู„ู‡ ุฃูƒุจุฑ ุฃู…ุง ุจุนุฏ : ุฃูŠู‡ุง ุงู„ุญุงุถุฑูˆู† ุงุชّู‚ูˆุง ุงู„ู„ู‡ ุญู‚ّ ุชู‚ุงุชู‡ ูˆู„ุง ุชู…ูˆ ุชู†ّ ุฅู„ุงّ ูˆุงู†ุชู… ู…ุณู„ู…ูˆู† ูˆุงุดูƒุฑูˆุง ู†ุนู…ุช ุงู„ู„ู‡ ุงู„ّุชูŠ ูˆุตู„ู†ุง ู„ู„ุฅูŠู…ุงู† ูˆูˆุตู„ู†ุง ุฅู„ู‰ ุงู„ุนูŠุฏ ุงู„ูุทุฑ ุงู„ู…ุจุงุฑูƒ.
ู‚ุงู„ ุงู„ู„ู‡ ุชุนุงู„ู‰ ููŠ ูƒุชุงุจู‡ ุงู„ูƒุฑูŠู… : ูŠุงุฃูŠู‡ุงุงู„ุฐูŠู† ุขู…ู†ูˆุง ุงุชّู‚ูˆุง ุงู„ู„ู‡ ูˆุงู„ุชู†ุธุฑ ู†ูุณٌ ู…ุง ู‚ุฏّู…ุช ู„ุบุฏٍ ูˆุชّู‚ูˆุง ุงู„ู„ู‡ ุฅู†ّ ุงู„ู„ู‡ ุฎุจูŠุฑٌ ุจู…ุง ุชุนู…ู„ูˆู† ูˆู‚ุงู„ ุฑุณูˆู„ ุงู„ู„ู‡ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ّู…: ู…ู† ู†ูّุณ ุนู† ู…ุคู…ู†ٍ ูƒُุฑْุจุฉٌ ู…ู† ูƒُุฑุจِ ุงู„ุฏู†ูŠุง ู†ูّุณ ุงู„ู„ู‡ ุนู†ู‡ ูƒุฑุจุฉ ู…ู† ูƒุฑุจ ูŠูˆู…ِ ุงู„ู‚ูŠุงู…ุฉ’ ูˆู…َู† ูŠَุณّุฑ ุนู„ู‰ ู…ُุนุณุฑٍ ูŠุณّุฑ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ููŠ ุงู„ุฏู†ูŠุง ูˆุงู„ุขุฎูŠุฑุฉ’ ูˆู…ู† ุณุชَุฑ ู…ุณู„ู…ุงً ุณุชَุฑู‡ ุงู„ู„ู‡ُ ููŠ ุงู„ุฏู†ูŠุง ูˆุงู„ุขุฎุฑุฉ’ ูˆุงู„ู„ู‡ ููŠ ุนูˆู†ِ ุงู„ุนุจุฏِ ู…ุงุฏุงู… ุงู„ุนุจุฏُ ููŠ ุนูˆู† ุฃุฎูŠู‡.

Alhamdulillah dengan penuh hidayah Allah SWT, di pagi yang cerah ini kita dapat bersama-sama melaksanakan shalat Idul Fitri 1437 H dengan penuh kekhusyukan, kebahagiaan, dan persaudaraan. Oleh karena itu marilah kita bersyukur atas nikmat Allah SWT atas hidayah dan inayah-Nya sehingga kita ditakdirkan untuk hadir bersama-sama di masjid yang dimuliakan Allah ini, karena masih banyak saudara-saudara kita yang berhalangan, tengah berada di jalan atau terbaring sakit.

ุงู„ู„ู‡ ุฃูƒุจุฑ ุงู„ู„ู‡ ุฃูƒุจุฑ ุงู„ู„ู‡ ุฃูƒุจุฑ ูˆู„ู„ู‡ ุงู„ุญู…ุฏ

Ma‘รขsyiral muslimin wal muslimat rahimakumullรขh,

Marilah bersama-sama kita tingkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT, dzat yang maha penyayang yang tak pandang sayang, dzat yang maha pengasih yang tak pernah pilih kasih, dengan cara menjalankan segala perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Juga khatib mengajak, marilah di pagi yang cerah ini kita buka seluas-luasnya pintu maaf yang telah lama tertutup, kita buka hati suci kita, pikiran jernih kita, kita singkirkan kotoran jiwa kita, yaitu rasa dendam, benci dan permusuhan di antara sesama saudara dan umat beragama. Mudah-mudahan kita yang hadir ini senantiasa tercatat dan digolongkan sebagai orang-orang yang mendapat ampunan Allah SWT, sebagaimana dalam hadits qudsi-Nya yang berbunyi:

 ุฅِุฐَุง ุตุงَู…ُูˆْุง ุดَู‡ْุฑَ ุฑَู…َุถَุงู†َ ูˆَุฎَุฑَุฌُูˆุง ุฅู„َู‰ ุนِูŠุฏِูƒُู…ْ ูŠَู‚ُูˆْู„ُ ุงู„ู„ู‡َ ุชَุนุงَู„ู‰ ูŠุงَ ู…َู„َุง ุฆِูƒَุชูŠ ูƒُู„ُّ ุนَุงู…ู„ٍ ูŠَุทْู„ُุจُ ุฃَุฌْุฑَู‡ُ ุฅِู†ِّูŠ ู‚َุฏْ ุบَูَุฑْุชُ ู„َู‡ُู…ْ ูَูŠُู†ุงَุฏูŠ ู…ُู†َุงุฏٍ ูŠุงَ ุฃُู…ّุฉَ ู…ُุญَู…ّุฏ ุงุฑْุฌِุนูˆْุง ุฅู„َู‰ ู…َู†َุงุฒِู„ِูƒู…ْ ู‚ุฏ ุจَุฏَู„ْุชُ ุณَูŠِّุฆุงَุชِูƒُู… ุญَุณَู†َุงุชٍ ููŠَู‚ูˆُู„ ุงู„ู„ู‡ُ ุชَุนุงู„ู‰ ูŠุงَ ุนِุจุงุฏูŠ ุตُู…ุชُู… ู„ูŠ ูˆุงูุทَุฑْุชู… ู„ูŠ ูَู‚ُูˆู…ูˆْุง ู…َุบْููˆْุฑุงً ู„َูƒู…

Artinya: “Apabila mereka berpuasa di bulan Ramadhan kemudian keluar untuk merayakan hari raya, maka Allah pun berkata, ‘Wahai malaikatku, setiap yang mengerjakan amal kebajikan dan meminta balasannya sesungguhnya Aku telah mengampuni mereka’. Seseorang kemudian berseru, ‘Wahai umat Muhammad, pulanglah ke tempat tinggal kalian. Seluruh keburukan kalian diganti dengan kebaikan’. Kemudian Allah pun berkata, ‘Wahai hamba-Ku, kalian berpuasa untukku dan berbuka untukku. Maka bangunlah sebagai orang yang telah mendapat ampunan'.

ุงู„ู„ู‡ ุฃูƒุจุฑ ุงู„ู„ู‡ ุฃูƒุจุฑ ุงู„ู„ู‡ ุฃูƒุจุฑ ูˆู„ู„ู‡ ุงู„ุญู…ุฏ

Ma‘รขsyiral muslimin wal muslimat rahimakumullรขh,

Semalam suntuk kita kumandangkan takbir, tahmid dan tahlil tanpa henti, tanpa lelah. Semua itu merupakan simbol kita mencintai dan mengagungkan asma Allah dengan penuh penghayatan dan pengharapan akan hari di mana kita akan berjumpa dengan Penguasa Alam. Sebagaimana sabda Rasulullah Muhammad SAW:

ู„ِู„ุตَّุงุฆِู…ِ ูَุฑْุญุชَุงู†ِ ูَุฑْุญَุฉٌ ุนِู†ุฏَ ุฅูْุทَุงุฑِู‡ِ ูˆَูَุฑْุญَุฉٌ ุนِู†ْุฏَ ู„ِู‚ุงَุกِ ุฑุจّู‡ِ

Dua kebahagiaan bagi mereka yang berpuasa: (1) kebahagiaan ketika berbuka dan (2)  kebahagiaan ketika bertemu langsung dengan Tuhannya.

ุงู„ู„ู‡ ุฃูƒุจุฑ ุงู„ู„ู‡ ุฃูƒุจุฑ ุงู„ู„ู‡ ุฃูƒุจุฑ ูˆู„ู„ู‡ ุงู„ุญู…ุฏ

Ma‘รขsyiral muslimin wal muslimat rahimakumullรขh,

Rasulullah SAW bersabda:

ุฒَูŠِّู†ูˆْุง ุฃุนْูŠَุงุฏَูƒู… ุจِุงุงู„ุชَูƒุจูŠุฑِ

"Hiasilah hari rayamu dengan Takbir"

Islam sesungguhnya telah mengajarkan umatnya agar senantiasa bertakbir. Saat adzan dikumandangkan, saat iqamah dilafadhkan, saat bayi dilahirkan, dan saat jenazah dikuburkan, kita bunyikan takbir.

Takbir kita tanamkan ke dalam lubuk hati kita sebagai wujud pengakuan atas kebesaran dan keagunggan Allah, karena selain Allah semua kecil. sedangkan tasbih dan tahmid adalah wujud menyucikan asma Allah dan segenap yang berhubungan dengan-Nya.

ุงู„ู„ู‡ ุฃูƒุจุฑ ุงู„ู„ู‡ ุฃูƒุจุฑ ุงู„ู„ู‡ ุฃูƒุจุฑ ูˆู„ู„ู‡ ุงู„ุญู…ุฏ

Ma‘รขsyiral muslimin wal muslimat rahimakumullรขh,

Rasulullah SAW bersabda:

ู…َู†ْ ุตุงَู…َ ุฑَู…َุถุงู†َ ุงูŠْู…ุงู†ุงً ูˆَุงุญْุชِุณุงุจุงً ุบُูุฑ ู„ู‡ُ ู…ุงَ ุชู‚ุฏَّู…َ ู…ِู†ْ ุฏู†ْุจู‡ِ

"Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan atas dasar keimanan dan dilaksanakan dengan benar maka diampuni dosa-dosanya yang telah lewat." (HR. Imam Muslim)

Terampuni dosa-dosa di sini adalah ุญَู‚ُّ ุงู„ู„ู‡ (haqqu Allah) atau hubungan manusia dengan Allah sedangkan apabila terjadi kekhilafan antarsesama manusia, maka akan terampuni apabila mereka saling memaafkan, saling ridha-meridhai. Oleh sebab itu mari kita buang sifat sombong kita, egois kita untuk senantiasa membuka pintu maaf dan memohon maaf jika khilaf. Dan seyogianya kita melakukan hal itu secara langsung ketika kita mumpun hidup di dunia.

Di dalam kitab Syarhul Hikam dijelaskan bahwa ahli waris tidak berhak untuk memberi maaf jika kesalahan dilakukan terhadap seseorang yang telah meninggal dunia, karena di akhirat nanti tidak ada perbuatan saling maaf memaafkan seperti sekarang ini di dunia kita lakukan. Lantas, bagaimana cara agar dapat menebus dosa terhadap si mayit. Yang bisa kita lakukan adalah memperbanyak amal ibadah, karena di akhirat nanti mereka yang pernah kita aniaya akan menuntut dan meminta keadilan di hadapan Allah, sehingga amal ibadah kita akan diberikan kepada mereka.

Sebagaimana sabda Rasulullah SAW di dalam kitab Riyadus Shalihin, Abu Hurairah mendengar Rasulullah SAW bersabda: 

ุนَู†ْ ุฃَุจِูŠ ู‡ُุฑَูŠْุฑَุฉَ ุฃَู†َّ ุฑَุณُูˆู„َ ุงู„ู„َّู‡ِ ุตَู„َّู‰ ุงู„ู„َّู‡ُ ุนَู„َูŠْู‡ِ ูˆَุณَู„َّู…َ ู‚َุงู„َ ุฃَุชَุฏْุฑُูˆู†َ ู…َุง ุงู„ْู…ُูْู„ِุณُ ู‚َุงู„ُูˆุง ุงู„ْู…ُูْู„ِุณُ ูِูŠู†َุง ู…َู†ْ ู„ุงَ ุฏِุฑْู‡َู…َ ู„َู‡ُ ูˆَู„ุงَ ู…َุชَุงุนَ، ูَู‚َุงู„َ ุฅِู†َّ ุงู„ْู…ُูْู„ِุณَ ู…ِู†ْ ุฃُู…َّุชِูŠ ูŠَุฃْุชِูŠ ูŠَูˆْู…َ ุงู„ْู‚ِูŠَุงู…َุฉِ ุจِุตَู„ุงَุฉٍ ูˆَุตِูŠَุงู…ٍ ูˆَุฒَูƒَุงุฉٍ ูˆَูŠَุฃْุชِูŠ ู‚َุฏْ ุดَุชَู…َ ู‡َุฐَุง ูˆَู‚َุฐَูَ ู‡َุฐَุง ูˆَุฃَูƒَู„َ ู…َุงู„َ ู‡َุฐَุง ูˆَุณَูَูƒَ ุฏَู…َ ู‡َุฐَุง ูˆَุถَุฑَุจَ ู‡َุฐَุง ูَูŠُุนْุทَู‰ ู‡َุฐَุง ู…ِู†ْ ุญَุณَู†َุงุชِู‡ِ ูˆَู‡َุฐَุง ู…ِู†ْ ุญَุณَู†َุงุชِู‡ِ ูَุฅِู†ْ ูَู†ِูŠَุชْ ุญَุณَู†َุงุชُู‡ُ ู‚َุจْู„َ ุฃَู†ْ ูŠُู‚ْุถَู‰ ู…َุง ุนَู„َูŠْู‡ِ ุฃُุฎِุฐَ ู…ِู†ْ ุฎَุทَุงูŠَุงู‡ُู…ْ ูَุทُุฑِุญَุชْ ุนَู„َูŠْู‡ِ ุซُู…َّ ุทُุฑِุญَ ูِูŠ ุงู„ู†َّุงุฑِ - ุฑูˆุงู‡ ู…ุณู„ู…

Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, 'Tahukah kalian siapakah orang yang muflis (bangkrut) itu? Para sahabat menjawab, 'Orang yang muflis (bangkrut) di antara kami adalah orang yang tidak punya dirham dan tidak punya harta.' Rasulullah SAW bersabda, 'Orang yang bankrut dari umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan (pahala) melaksanakan shalat, menjalankan puasa dan menunaikan zakat, namun ia juga datang (membawa dosa) dengan mencela si ini, menuduh si ini, memakan harta ini dan menumpahkan darah si ini serta memukul si ini. Maka akan diberinya orang-orang tersebut dari kebaikan-kebaikannya. Dan jika kebaikannya telah habis sebelum ia menunaikan kewajibannya, diambillah keburukan dosa-dosa mereka, lalu dicampakkan padanya dan ia dilemparkan ke dalam neraka. (HR. Muslim)

ุงู„ู„ู‡ ุฃูƒุจุฑ ุงู„ู„ู‡ ุฃูƒุจุฑ ุงู„ู„ู‡ ุฃูƒุจุฑ ูˆู„ู„ู‡ ุงู„ุญู…ุฏ

Ma‘รขsyiral muslimin wal muslimat rahimakumullรขh

Nuansa hari raya seperti sekarang ini kita pasti membayangkan saat-saat begitu indahnya kebersamaan, berkumpul dengan sanak saudara, kita cium tangan kedua orang tua kita dengan rasa haru, kita meminta maaf atas salah dan khilaf kita. Begitulah tuntunan baginda Rasulullah SAW agar kita selalu berbakti kepada orang tua, menghormati mereka dan mengingat jerih payah mereka. Demikian tinggi derajat kedua orang tua kita sehingga berbuat baik terhadap orang tua adalah ibadah yang sangat di cintai Allah SWT. Suatu ketika sahabat Abdullah RA bertanya kepada Rasulullah SAW tentang amal apakah yang dicintai Allah; beliau bersabda:

ุนَู† ุนุจุฏِ ุงู„ู„ู‡ ู‚ุงَู„ ุณุฃู„ุชُ ุงู„ู†َุจูŠ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ุฃูŠُّ ุงู„ุนَู…ู„ِ ุฃَุญَุจُّ ุฅِู„ู‰َ ุงู„ู„ู‡ ุนَุฒَّ ูˆَุฌَู„َّ ู‚َุงู„َ ุงู„ุตَّู„ุงุฉُ ุนَู„ู‰َ ูˆَู‚ْุชِู‡ุงَ ู‚َุงู„َ ุซُู…َّ ุฃَูŠّ ู‚ุงَู„َ ุจِุฑُّ ุงู„ูˆَุงู„ِุฏَูŠْู†ِ ู‚َุงู„َ ุซُู…َّ ุฃَูŠّ ุงู„ุฌِู‡َุงุฏُ ูِูŠ ุณَุจِูŠْู„ِ ุงู„ู„ู‡ِ

Dari Abdulullah RA berkata, saya bertanya kepada Nabi Muhammad SAW, ‘Apakah amalan yang lebih dicintai Allah?’ Jawab beliau, ‘Shalat dalam waktunya.’ ‘Kemudian apa?’ ‘Berbakti terhadap kedua orang tua.’ ‘Kemudian apa?’ ‘Berjuang di jalan Allah.’

Kemudian ada hadits yang kedua yang artinya, “Diceritakan dari Sahabat Abdullah bin Amr, ada seorang laki-laki bertanya kepada Nabi Muhammad SAW, ‘Saya ingin berjihad ya Rasulullah.’ Nabi menjawab, ‘Apakah ibu bapakmu masih hidup, laki-laki tersebut menjawab, ‘Masih.’ Nabi bersabda, ‘Berjuanglah menjaga kedua orang tuamu. 

ุงู„ู„ู‡ ุฃูƒุจุฑ ุงู„ู„ู‡ ุฃูƒุจุฑ ุงู„ู„ู‡ ุฃูƒุจุฑ ูˆู„ู„ู‡ ุงู„ุญู…ุฏ

Ma‘รขsyiral muslimin wal muslimat rahimakumullรขh

Makna Idul Fitri selanjutnya adalah kita wajib menjaga persatuan dan kesatuan. Diawali dengan saling memaafkan, bersedia berkunjung dan bersilaturahim mempererat dan menyambung kembali orang-orang yang terputus dengan kita sebagaimana hadits shahih Imam Bukhari Muslim beliau bersabda:

ู…َู†ْ ุฃุญุจَّ ุงู†ْ ูŠُุจุณุทุงَ ู„ู‡ُ ููŠِ ุฑِุฒู‚ِู‡ِ ูˆَูŠُู†ْุณَุฃَ ู„ู‡ُ ููŠِ ุฃَุซَุฑِู‡ِ ูَู„ْูŠَุตِู„ْ ุฑَุญِู…َู‡

Barangsiapa yang ingin diluaskan rezekinya dan ditunda ajalnya (dipanjangkan usiannya) maka hendaknya menyambung hubungan familinya. (HR. Bukhari dan Muslim)

ุงู„ู„ู‡ ุฃูƒุจุฑ ุงู„ู„ู‡ ุฃูƒุจุฑ ุงู„ู„ู‡ ุฃูƒุจุฑ ูˆู„ู„ู‡ ุงู„ุญู…ุฏ

Ma‘รขsyiral muslimin wal muslimat rahimakumullรขh

Akhirnya semoga Allah SWT menjadikan kita sebagai orang-orang pemaaf, orang-orang yang senang bersilaturahim, pembela agama Allah dan berbakti terhadap orang tua kita, dan semoga kita dipertemukan Allah di akhirat kelak dalam keadaan suci, bahagia bersama keluarga kita memasuki surga Nya Allah SWT. Aamiin Yaa Rabbal Aalamin.

ุฃุนูˆุฐ ุจุงู„ู„ู‡ ู…ู† ุงู„ุดูŠุทุงู† ุงู„ุฑุฌูŠู…. ูˆَุฃَู…َّุง ู…َู†ْ ุฎَุงูَ ู…َู‚َุงู…َ ุฑَุจِّู‡ِ ูˆَู†َู‡َู‰ ุงู„ู†َّูْุณَ ุนَู†ِ ุงู„ْู‡َูˆَู‰ ูَุฅِู†َّ ุงู„ْุฌَู†َّุฉَ ู‡ِูŠَ ุงู„ْู…َุฃْูˆَู‰
 ุฌุนู„ู†ุง ุงู„ู„ู‡ ูˆุงูŠุงูƒู… ู…ู† ุงู„ุนุงุฆุฏูŠู† ูˆุงู„ูุงุฆุฒูŠู† ูˆุงู„ู…ู‚ุจูˆ ู„ูŠู† ูˆุงุฏุฎู„ู†ุง ูˆุงูŠّุงูƒู… ููŠ ุฒู…ุฑุฉ ุนุจุงุฏู‡ ุงู„ุตّุงู„ุญูŠู† 
ูˆุงู‚ูˆู„ ู‚ูˆู„ูŠ ู‡ุฐุง ูˆุงุณุชุบูุฑ ู„ูŠ ูˆู„ูƒู… ูˆู„ูˆุงู„ุฏูŠ ูˆู„ุณุงุฆุฑ ุงู„ู…ุณู„ู…ูŠู† ูˆุงู„ู…ุณู„ู…ุงุช ูุงุณุชุบูุฑู‡ ุฅู†ّู‡ ู‡ูˆ ุงู„ุบููˆุฑ ุงู„ุฑّุญูŠู…

Khutbah II

ุงู„ู„ู‡ ุฃูƒุจุฑ، ุงู„ู„ู‡ ุฃูƒุจุฑ، ุงู„ู„ู‡ ุฃูƒุจุฑ، ุงู„ู„ู‡ ุฃูƒุจุฑ، ุงู„ู„ู‡ ุฃูƒุจุฑ، ุงู„ู„ู‡ ุฃูƒุจุฑ، ุงู„ู„ู‡ ุฃูƒุจุฑ.
ุงู„ุญู…ุฏ ู„ู„ู‡ ุฃูุงุถ ู†ุนู…ู‡ ุนู„ูŠู†ุง ูˆุฃุนุธู…. ูˆุฅู† ุชุนุฏูˆุง ู†ุนู…ุฉ ุงู„ู„ู‡ ู„ุง ุชุญุตูˆู‡ุง، ุฃุดู‡ุฏ ุฃู† ู„ุง ุฅู„ู‡ ุฅู„ุง ุงู„ู„ู‡ ูˆุญุฏู‡ ู„ุง ุดุฑูŠูƒ ู„ู‡. ุฃุณุจุบ ู†ุนู…ู‡ ุนู„ูŠู†ุง ุธุงู‡ุฑู‡ุง ูˆุจุงุทู†ู‡ุง ูˆุฃุดู‡ุฏ ุฃู† ู…ุญู…ุฏุง ุนุจุฏู‡ ูˆุฑุณูˆู„ู‡. ุฑุณูˆู„ ุงุตุทูุงู‡ ุนู„ู‰ ุฌู…ูŠุน ุงู„ุจุฑูŠุงุช. ู…ู„ูƒู‡ุงูˆุฅู†ุณู‡ุง ูˆุฌู†ّู‡ุง. ุงู„ู„ู‡ู… ุตู„ ูˆุณู„ู… ุนู„ู‰ ุณูŠุฏู†ุง ู…ุญู…ุฏ ูˆุนู„ู‰ ุฃู„ู‡ ูˆุฃุตุญุงุจู‡ ุฃู‡ู„ ุงู„ูƒู…ุงู„ ูู‰ ุจู‚ุงุน ุงู„ุฃุฑุถ ุจุฏูˆู‡ุง ูˆู‚ุฑุงู‡ุง، ุจู„ุฏุงู†ู‡ุง ูˆู‡ุฏู†ู‡ุง.
ุงู„ู„ู‡ ุฃูƒุจุฑ ุฃู…ุง ุจุนุฏ : ุฅุฎูˆุงู†ู‰ ุงู„ูƒุฑุงู… ! ุงุณุชุนุฏูˆุง ู„ุฌูˆุงุจ ุฑุจูƒู… ู…ุชู‰ ุชุฎุดุน ู„ุฐูƒุฑ ุงู„ู„ู‡ ู…ุชู‰ ู†ุนู…ู„ ุจูƒุชุงุจ ุงู„ู„ู‡ ؟ ู‚ุงู„ ุชุนุงู„ู‰ ูŠุงุฃูŠู‡ุง ุงู„ุฐูŠู† ุฃู…ู†ูˆุง ุงุณุชุฌูŠุจูˆุง ู„ู„ู‡ ูˆู„ุฑุณูˆู„ู‡ ุฅุฐุง ุฏุนุงูƒู… ู„ู…ุง ูŠุญูŠูŠูƒู… ูˆุงุนู„ู…ูˆุง ุฃู† ุงู„ู„ู‡ ูŠุญูˆู„ ุจูŠู† ุงู„ู…ุฑุก ูˆู‚ู„ุจู‡ ูˆุฃู†ู‡ ุฅู„ูŠู‡ ุชุฎุดุฑูˆู†.
ุงู„ู„ู‡ ุฃูƒุจุฑ. ุงู„ู„ู‡ู… ุตู„ ุนู„ู‰ ุณูŠุฏู†ุง ู…ุญู…ุฏ ูˆุนู„ู‰ ุฃู„ ุณูŠุฏู†ุง ู…ุญู…ุฏ. ูƒู…ุง ุตู„ูŠุช ุนู„ู‰ ุฅุจุฑุงู‡ูŠู… ูˆุนู„ู‰ ุฃู„ ุฅุจุฑุงู‡ูŠู…، ูˆุจุงุฑูƒ ุนู„ู‰ ู…ุญู…ุฏ ูˆุนู„ู‰ ุฃู„ ู…ุญู…ุฏ، ูƒู…ุงุจุงุฑูƒุช ุนู„ู‰ ุฅุจุฑุงู‡ูŠู… ูˆุนู„ู‰ ุฃู„ ุฅุจุฑุงู‡ูŠู… ูู‰ ุงู„ุนุงู„ู…ูŠู† ุฅู†ูƒ ุญู…ูŠุฏ ู…ุฌูŠุฏ.
ุงู„ู„ู‡ ุฃูƒุจุฑ. ุงู„ู„ู‡ู… ุงุบูุฑ ู„ู„ู…ุณู„ู…ูŠู† ูˆุงู„ู…ุณู„ู…ุงุช ูˆุงู„ู…ุคู…ู†ูŠู† ูˆุงู„ู…ุคู…ู†ุงุช ุงู„ุฃุญูŠุงุก ู…ู†ู‡ู… ูˆุงู„ุฃู…ูˆุงุช. ุฅู†ูƒ ุณู…ูŠุน ู‚ุฑูŠุจ ู…ุฌูŠุจ ุงู„ุฏุนูˆุงุช ูˆู‚ุงุถู‰ ุงู„ุญุงุฌุงุช. ุงู„ู„ู‡ู… ูˆูู‚ู†ุง ู„ุนู…ู„ ุตุงู„ุญ ูŠุจู‚ู‰ ู†ูุนู‡ ุนู„ู‰ ู…ู…ุฑ ุงู„ุฏู‡ูˆุฑ. ูˆุฌู†ุจู†ุง ู…ู† ุงู„ู†ูˆุงู‡ู‰ ูˆุฃุนู…ุงู„ ู‡ู‰ ุชุจูˆุฑ. ุงู„ู„ู‡ู… ุฃุตู„ุญ ูˆู„ุงุฉ ุฃู…ูˆุฑู†ุง. ูˆุจุงุฑูƒ ู„ู†ุง ูู‰ ุนู„ูˆู…ู†ุง ูˆุฃุนู…ุงู„ู†ุง. ุงู„ู„ู‡ู… ุฃู„ู ุจูŠู† ู‚ู„ูˆุจู†ุง ูˆุฃุตู„ุญ ุฐุงุช ุจูŠู†ู†ุง. ุงู„ู„ู‡ู… ุงุฌุนู„ู†ุง ู†ุนุธู… ุดูƒุฑูƒ. ูˆู†ุชุจุน ุฐูƒุฑูƒ ูˆูˆุตูŠุชูƒ. ุฑุจู†ุง ุฃุชู†ุง ูู‰ ุงู„ุฏู†ูŠุง ุญุณู†ุฉ ูˆูู‰ ุงู„ุฃุฎุฑุฉ ุญุณู†ุฉ ูˆู‚ู†ุง ุนุฐุงุจ ุงู„ู†ุงุฑ. ุฑุจู†ุง ู„ุง ุชุฒุบ ู‚ู„ูˆุจู†ุง ุจุนุฏ ุฅุฐ ู‡ุฏูŠุชู†ุง ูˆู‡ุจ ู„ู†ุง ู…ู† ู„ุฏู†ูƒ ุฑุญู…ุฉ ุฅู†ูƒ ุฃู†ุช ุงู„ูˆู‡ุงุจ.
ุงู„ู„ู‡ ุฃูƒุจุฑ. ุนุจุงุฏ ุงู„ู„ู‡ ! ุฅู† ุงู„ู„ู‡ ูŠุฃู…ุฑ ุจุงู„ุนุฏู„ ูˆุงู„ุฅุญุณุงู† ูˆุฅูŠุชุงุก ุฐู‰ ุงู„ู‚ุฑุจู‰ ูˆูŠู†ู‡ู‰ ุนู† ุงู„ูุญุดุงุก ูˆุงู„ู…ู†ูƒุฑ. ูŠุนุฐูƒู… ู„ุนู„ูƒู… ุชุฐูƒุฑูˆู†. ูุงุฐูƒุฑูˆุง ุงู„ู„ู‡ ูŠุฐูƒุฑูƒู… ูˆุงุดูƒุฑูˆุง ุนู„ู‰ ู†ุนู…ู‡ ูŠุดูƒุฑูƒู…. ูˆู„ุฐูƒุฑ ุงู„ู„ู‡ ุฃูƒุจุฑ. 
ุงู„ู„َّู‡ُ ุฃَูƒْุจَุฑُ، ุงู„ู„َّู‡ُ ุฃَูƒْุจَุฑُ، ุงู„ู„َّู‡ُ ุฃَูƒْุจَุฑُ، ูˆู„ู„ู‡ِ ุงู„ุญู…ุฏُ.