“Setelah ISLAM NUSANTARA, terbit pula AL-QUR’AN NUSANTARA, kira² make bahasa Indonesia kali ya…
Allahul Musta’an..”

“Sekalipun akan ada al-Qur’an Nusantara, yg mungkin tidak ada bahasa Arab di dalamnya, aku harap kalian wahai saudaraku, tetap berpegang teguh terhadap al-Qur’an Karim… Tetep membaca & menghafalnya dalam bahasa al-Qur’an, bukan bahasa daerah masing-masing..

“SETELAH ISLAM NUSANTARA,,,KINI MUNCUL AL-QUR’AN NUSANTARA.
MUNGKIN SELANJUTNYA AKAN ADA NABI NUSANTARA ?????

Penjelasan 

Banyak warganet yang bekomentar negatif atas informasi yang beredar luas melalui media sosial terkait Workshop Al-Qur’an Nusantara yang diselenggarakan di Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol, Padang, Selasa (17/718).

Warganet menduga acara tersebut bertujuan akan lahirnya Al-Qur’an Nusantara yang isi ayat dalam Al-Qur’an diganti, dengan menggunakan bahasa Indonesia maupun bahasa-bahasa daerah atau saudara beranggapan bahwa Alquran Nusantara adalah Al-Qur'an yg diterjemahkan dan ditafsirkan oleh para Ulama Indonesia tanpa merujuk  pada Ulama Tafsir, namun kalau rujukannya tetap dari para Mufassirin terdahulu  maka sah saja sepanjang tidak merubah Tafsir, dan isi kandungan Al-Quran yang ada di Nusantara.

Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol Padang Dr Putra Eka Wirman menjawab polemik workshop Alquran Nusantara yang menjadi viral di media sosial. Ia menjelaskan, yang dimaksud dengan Alquran Nusantara itu adalah mushaf-mushaf Alquran kuno yang ditulis tangan oleh ulama-ulama Minangkabau pada awal abad ke-19.

“Itu digelarnya tanggal 17 Juli lalu oleh Lajnah Pentashihan Mushaf Alquran Kemenag RI dan ini untuk kali ketiga. Sebelumnya digelar di Aceh, dan daerah lainnya,” katanya, Minggu (22/7).

Ia mengatakan, Workshop Alquran Nusantara kontennya mengenalkan pada peserta workshop model-model Alquran yang ditulis tangan di Minangkabau. Sekaligus membedah Alquran-Alquran yang ditulis para ulama di Minangkabau, baik tulisan tangan maupun cetak di awal abad ke-19.

“Yang dibahas dalam workshop itu kapan Alqurannya ditulis, langgam yang dipakai, spesifikasi, dan lainnya. Ciri-ciri mushaf Alquran kuno ini, tidak ada penomoran ayat, cara penulisan bahasa arab, kaligrafi yang benar dan beberapa klasifikasinya, serta umur mushafnya,” tuturnya.

Melalui surat siaran pers, Kementerian Agama RI Badan Litbang dan Diklat Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an memberikan klarifikasinya.

 

Berikut isi surat siaran pers yang dibuat oleh Kemenag RI :

Sehubungan dengan informasi yang tersebar luas melalui media sosial terkait workshop kajian Al-Qur’an yang diselenggarakan di Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol, Padang, pada Selasa 17 Juli 2018, dengan ini Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an (LPMQ) menjelaskan sebagai berikut:

1. Kegiatan tersebut seyogianya berjudul “Workshop Manuskrip Al-Qur’an Nusantara’. Sebuah kegiatan LPMQ yang bertujuan menggalakkan kajian khazanah mushaf kuno Al-Qur’an di Kepulauan Nusantara. Kajian terhadap manuskrip Al-Qur’an warisan para ulama Nusantara selama ini masih kurang memperoleh perhatian.

2. Kegiatan workshop ini merupakan pengembangan dari penelitian manuskrip Al-Qur’an di Nusantara yang sudah dilakukan oleh Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an selama beberapa tahun terakhir (2011-2017).

3. Kegiatan di UIN Imam Bonjol membahas khazanah manuskrip Al-Qur’an yang terdapat di suaru-surau, museum, dan koleksi pribadi di Sumatera Barat. Mushaf-mushaf kuno tersebut merupakan hasil karya tulis tangan para ulam surau pada sekitar abad ke-19

4. Pada acara workshop para peserta diberikan materi tentang wawasan manuskrip Al-Qur’am di Nusantara dan bagaimana menerapkan kajian ulumul-Qur’an seperti ilmu rasm, dabt (tanda baca), waqaf dan ibtida, dan lain-lain, dengan objek mushaf kuno setempat.

Nah saudaraku, setelah kalian membaca artikel ini maka kalian tidak menjabarkan Alquran dirubah Terjemahan dan Tafsirnya oleh Ulama sekarang...tetap AlquranulKariim Alquran yg masih dijaga otentifikasinya oleh para Ulama dan para Hafidzin...hanya sekedar Tulisan yg ditulis Ulama terdahulu dari Nusantara Saja tanpa ada gubahan dari huruf-hurufnya, ayat-ayatnya tetap Original dari Baginda Nabi SAW, akan tetapi kalau sdh ada gubahan sedikitpun maka kitapun wajib memperjuangkan kitab suci kita.