Rabu, 29 Januari 2020

Mengingat Kematian

Mengingat Kematian

Khutbah Pertama:

إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.

يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا

يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ …

فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.

Maasyiral Muslimin rahimakumullah.

Kehidupan manusia di dunia ini dimulai dengan proses lahirnya seseorang dari rahim ibunya. Kemudian setelah ia hidup beberapa lama, iapun akan menemui sebuah kenyataan yang tidak bisa dihindari, kenyataan sebuah kematian yang akan menjemputnya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, artinya,

كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلاَّ مَتَاعُ الْغُرُورِ

Tiap-tiap jiwa akan merasakan kematian dan sesungguhnya pada hari kiamatlah akan disempurnakan pahalamu, barangsiapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung dan kehidupan dunia hanyalah kehidupan yang memperdayakan.” (QS. Ali-Imran: 185)

Ayat di atas adalah merupakan ayat yang agung yang apabila dibaca mata menjadi berkaca-kaca. Apabila didengar oleh hati maka ia menjadi gemetar. Dan apabila didengar oleh seseorang yang lalai maka akan membuat ia ingat bahwa dirinya pasti akan menemui kematian.

Memang perjalanan menuju akhirat merupakan suatu perjalanan yang panjang. Suatu perjalanan yang banyak aral dan cobaan, yang dalam menempuhnya kita memerlukan perjuangan dan pengorbanan yang tidak sedikit. Yaitu suatu perjalanan yang menentukan apakah kita termasuk penduduk surga atau neraka.

Perjalanan itu adalah kematian yang akan menjemput kita, yang kemudian dilanjutkan dengan pertemuan kita dengan alam akhirat. Karena keagungan perjalanan ini, Rasulullah telah bersabda:

لَوْتَعْلَمُوْنَ مَا أَعْلَمُ لَضَحِكْتُمْ قَلِيْلاً وَلَبَكَيْتُمْ كَثِيْرًا.

Andai saja engkau mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya engkau akan sedikit tertawa dan banyak menangis.” (Mutafaq ‘Alaih)

Maksudnya apabila kita tahu hakekat kematian dan keadaan alam akhirat serta kejadian-kejadian di dalamnya niscaya kita akan ingat bahwa setelah kehidupan ini akan ada kehidupan lain yang lebih abadi.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, artinya,

وَاْلأَخِرَةُ خَيْرٌوَأَبْقَى

Dan kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal.” (QS. Al-A’la: 17).

Akan tetapi kadang kita lupa akan perjalanan itu dan lebih memilih kehidupan dunia yang tidak ada nilainya di sisi Allah.

Jamaah Jumat yang berbahagia.

Marilah kita siapkan bekal sebanyak-banyaknya untuk menyempurnakan perjalanan itu, yaitu dengan melakukan ketaatan-ketaatan kepada Allah Ta’ala. Dan marilah kita perbanyak taubat dari segala dosa-dosa yang telah kita lakukan. Seorang penyair berkata:

Lakukanlah bagimu taubat yang penuh pengharapan. Sebelum kematian dan sebelum dikuncinya lisan. Cepatlah bertaubat sebelum jiwa ditutup. Taubat itu sempurna bagi pelaku kebajikan.

Allah Subhanahu wa Ta’ala’ berfirman, artinya,

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا تُوبُوا إِلَى اللهِ تَوْبَةً نَّصُوحًا

Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya.” (QS. At-Tahrim: 8)

Ingatlah wahai saudaraku.

Di kala kita merasakan pedihnya kematian maka Rasulullah sebagai makhluk yang paling dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala telah bersabda,

لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ إِنَّ لِلْمَوْتِ سَكَرَاتٍ.

Tiada sesembahan yang haq melainkan Allah, sesungguhnya di dalam kematian terdapat rasa sakit.” (HR. Bukhari)

Ingatlah di kala nyawa kita dicabut oleh malaikat maut. Nafas kita tersengal, mulut kita dikunci, anggota badan kita lemah, pintu taubat telah tertutup bagi kita. Di sekitar kita terdengar tangisan dan rintihan handai taulan yang kita tinggalkan. Pada saat itu tidak ada yang bisa menghindarkan kita dari sakaratul maut. Tiada daya dan usaha yang bisa menyelamatkan kita dari kematian.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, artinya,

وَجَآءَتْ سَكْرَةُ الْمَوْتِ بِالْحَقِّ ذَلِكَ مَاكُنتَ مِنْهُ تَحِيدُ

Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari darinya.” (QS. Qaaf: 19)

Allah juga berfirman, artinya,

أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِككُّمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ

Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkanmu, kendatipun kamu berada di benteng yang kuat.” (QS. An-Nisaa’: 78)

Jamaah Jumat yang berbahagia.

Cukuplah kematian sebagai nasehat, cukuplah kematian menjadi-kan hati bersedih, cukuplah kematian menjadikan air mata berlinang. Perpisahan dengan saudara tercinta. Penghalang segala kenikmatan dan pemutus segala cita-cita.

Marilah kita tanyakan kepada diri kita sendiri, kapan kita akan mati ? Di mana kita akan mati ?

Demi Allah, hanya Allah-lah yang mengetahui jawabannya, oleh karenanya marilah kita selalu bertaubat kepada Allah dan jangan kita menunda-nunda dengan kata nanti, nanti dan nanti.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, artinya,

إِنَّمَا التَّوْبَةُ عَلَى اللهِ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السُّوءَ بِجَهَالَةٍ ثُمَّ يَتُوبُونَ مِن قَرِيبٍ فَأُوْلاَئِكَ يَتُوبُ اللهُ عَلَيْهِمْ وَكَانَ اللهُ عَلِيمًا حَكِيمًا {17} وَلَيْسَتِ التَّوْبَةُ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ حَتَّى إِذَا حَضَرَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ إِنِّي تُبْتُ الْئَانَ… {18}

Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejelekan lantaran kejahilannya, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima oleh Allah taubatnya, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejelekan (yang) hingga apabila datang kematian kepada seseorang di antara mereka, mereka berkata: Sesungguhnya aku bertaubat sekarang…” (QS. An-Nisaa’: 17-18)

Sidang Jumat yang berbahagia.

Marilah kita tanyakan kepada diri kita. Apa yang menjadikan diri kita terperdaya dengan kehidupan dunia, padahal kita tahu akan meninggalkannya. Perlu kita ingat bahwa harta dan kekayaan dunia yang kita miliki tidak akan bisa kita bawa untuk menemui Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hanya amal shalihlah yang akan kita bawa nanti di kala kita menemui Allah.

Maka marilah kita tingkatkan amalan shaleh kita sebagai bekal nanti menuju akhirat yang abadi.

فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ أَقُولُ قَوْ لِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُوا اللهَ اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

Khutbah Kedua

إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ تَسْلِمًا. أما بعد:

Marilah kita mencoba merenungi sisa-sisa umur kita, muhasabah pada diri kita masing-masing. Tentang masa muda kita, untuk apa kita pergunakan. Apakah untuk melaksanakan taat kepada Allah ataukah hanya bermain-main saja ? Tentang harta kita, dari mana kita peroleh, halalkah ia atau haram ? Dan untuk apa kita belanjakan, apakah untuk bersedekah ataukah hanya untuk berfoya-foya? Dan terus kita muhasabah terhadap diri kita dari hari-hari yang telah kita lalui.

Perlu kita ingat, umur kita semakin berkurang. Kematian pasti akan menjemput kita. Dosa terus bertambah. Lakukanlah taubat sebelum ajal menjemput kita. Waktu yang telah berlalu tidak akan kembali lagi.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخَوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلاًّ لِلَّذِيْنَ آمَنُواْ رَبَّنَا إِنَّكّ رَؤُوْفٌ رَّحِيْمٌ. اَللَّهُمَّ افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَا بِالْحَقِّ وَأَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ عِلْمًا نًافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانِ إِلَى يِوْمِ الدِّيْنِ وَآَخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ


Minggu, 26 Januari 2020

DEFINISI SANDEKALA

Mungkin bagi masyarakat diluar pulau jawa tidak mengenal istilah ini, namun bagi masyarakat jawa khususnya orang-orang lama akan sering mendengar istilah sandekala. sandekala sering kita dengar pada saat masih anak-anak, sebuah kata untuk memberi peringatan yang diberikan oleh orang tua kepada anak-anaknya yang masih kecil agar tidak berada di luar rumah.

apabila di jabarkan dengan bahasa jawa, sandekala berasal dari dua kata yaitu sande dan kala. sande berasal dari kata sanding/sebelah/penghujung/pergantian, sedangkan kala adalah saat/waktu. jadi apabila digabungkan sandekala memiliki arti pergantian waktu atau penghujung hari. kemudian mengapa istilah ini dijadikan alasan atau sebab yang tidak boleh dilanggar untuk melaksanakan kegiatan diluar rumah pada saat terjadinya perubahan waktu tersebut atau disebut pamali.

berbicara masalah nasehat orang tua kepada anak di kala senja hari untuk tidak berada diluar rumah, maka kembali ke hukum adat dan mitos. orang-orang terdahulu percaya akan adanya suatu kejadian yang diakibatkan mahluk gaib di waktu senja atau identik dengan pergantian waktu dari siang ke malam, ada saat di namakan sandekala dalam pertemuan tersebut tersebut yakni pergantian siang ke malam bukan dari malam ke siang. kejadian yang dikisahkan dalam cerita-cerita orang tua adalah bahwasannya pada saat pergantian waktu tersebut setan, jin dan iblis keluar dari sarangnya untuk menculik umat manusia khususnya anak-anak agar disesatkan dari jalan pulang, melalui salah satu mahluk gaib yang disebut kolongwewe, wewegombel atau sejenisnya.

dilihat dari sudut pandang Agama islam bahwasannya ungkapan sandekala kepada anak adalah sebuah istilah agar anak-anak mau kembali kerumah untuk melaksanakan shalat magrib dan menghentikan segala kegiatan diluar rumah, menginggat saat anak-anak biasanya lebih takut sama hantu daripada sama amarah orang tuanya. jadi bisa jadi sandekala adalah sebuah kata untuk menakuti seorang anak agar menuruti perintah orang tuanya.

kemudian dilihat dari pernyataan para orang tua yang sudah turun tenurun bahwasannya sandekala itu identik dengan waktu munculnya kejahatan yang dilakukan oleh bangsa jin kepada manusia baik anak-anak maupun orang tua, diceritakan bahwa apabila seseorang sudah di sesatkan oleh bangsa jin seperti kolongwewe pada saat sandekala maka orang tersebut akan menyimpang dari jalan pulang meskipun dalam pemikirannya sudah benar jalannya, akan tetapi disesatkan ke tempat lain seperti kuburan, hutan dan pantai. tidak hanya itu saja apabila di beri makan ternyata makanan itu bukanlah makanan yang layak di makan manusia akan tetapi binatang-binatang menjijikan seperti cacing,tikus, ular dll. dan apabila sudah ditemukan oleh keluarganya maka anak yang tersesat/ keselong tersebut sudah tidak normal alias hilang ingatan atau bisu tidak bisa bicara.

sedangkan apabila dilihat secara ilmiah bahwasannya pergantian waktu sandekala dari siang ke malam ternyata berpengaruh kepada fisik manusia baik dari penglihatan maupun pikiran. secara umum kita ketahui bahwa perubahan dari terang ke gelap akan membutuhkan waktu sedikit untuk penyesuaian mata dan disaat itulah kadang bagi anak-anak yang mengakibatkan hilangnya kesadaran sehingga bisa mempengaruhi pikiran untuk mengingat atau melihat arah jalan pulang kerumah sehingga menjadikan dirinya tersesat karena mengikuti naluri yang sudah tidak berjalan secara normal. selain dari penglihatan juga bisa juga karena cuaca dari panas ke dingin sehingga tubuh seseorang akan menyesuaikan, namun apabila penyesuain tersebut tidak berjalan semestinya maka dapat mempengaruhi akal pikiran juga.

kesimpulannya adalah bahwa apapun bentuk persepsi serta penilaian dari sisi manapun tentang makna sandekala, yang jelas kita sebagai manusia wajib ber ikhtiar, menghindari segala kemungkinan yang bisa berakibat fatal, menjauhi segala larangan-larangan yang di berikan oleh Yang Maha Kuasa maupun larangan yang di nasehatkan oleh orang tua kepada anak. bukan mempercayai hal mistis/mitos maupun takhayul akan tetapi lebih memilih untuk menghindari segala kemungkinan yang terjadi mengingat kita sebagai manusia hidup berdampingan dengan mahluk lain. dan yang paling utama adalah selalu berdoa sesuai keyakinan masing-masing baik didalam rumah maupun diluar rumah agar senantiasa di berikan keselamatan.


Sabtu, 25 Januari 2020

Enam (6 ) amal perbuatan Yang merusak Amal


Enam (6 ) amal perbuatan Yang merusak Amal Ibadah

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُاللهِ وَبَرَكَاتُهُ
اَلْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ صَدَقَ وَعْدَهُ . وَنَصَرَ عَبْدَهُ . وَاَعَزَّجُنْدَهُ . وَهَزَمَ الْاَحْزَابَ وَحْدَهُ . وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ . وَعَلَى آلِه وَ اَصْحَابِهِ وَمَوَّ لَهُ . لَاحَوْلَ وَلَاقُوَّةَ إلَّا بِاللهِ . أَمَّا بَعْدُ



saya ingin menyampaikan sebuah hadits, yang diriwayatkan oleh Imam Ad-Dailami, dari ‘Addi bin Hatim. Bahwa Rasulullah saw bersabda :
سِتَّةُ اَشْيَاءَ تُحبِةُ الاَعمَالَ
الْإسْتِغَالُ بِعُيُوْبِ الْخَالْقِ
وَقَسْوَةُ الْقَلبِ
وَحُبُّ الدُّ نْيَا
وَ كِلَّةُ الْحَيَاء
وَطُوْلُ الْعَمَل
وَ ظَالِمٌ لاَيَنْتَهِى


“Ada enam perkara yang dapat merusak suatu amal”
“Seseorang terlalu sibuk mencari-cari aib, mencari-cari kekurangan orang lain”.
Orang yang keras hati”.
Orang yang terlalu cinta kepada dunia”.


Merusak shalat kita, merusak puasa kita, merusak zakat kita, bahkan merusak haji kita, dan seterusnya. Inilah yang harus kita waspadai. Kita merasa kita sudah melakukan amal begitu banyak, tahu-tahu dirusak oleh hal-hal lain yang ada pada diri kita.

            Apa enam perkara yang dapat merusak amal itu ?

Yang pertama,
الْإسْتِغَالُ بِعُيُوْبِ الْخَالْقِ
“Seseorang terlalu sibuk mencari-cari aib, mencari-cari kekurangan orang lain”.

Sekarang ini oleh budaya kita, mencari dan membicarakan kekurangan orang lain bukan lagi hal yang tabu. Dikorek, dicari, kemudian berakhir dengan fitnah, dan begitu seterusnya. Dan itu merusak nilai amal yang sudah kita kerjakan. Sibuk dengan aib orang lain, lalu lupa kepada kekurangan dirinya sendiri. Bukankah dalam hadits lain Nabi mengajarkan :
تُوْبَ لِمَنْ سَغَلَهُ عَيْبُهُ عَنْ عُيُوْبِ النَّاسِ
Beruntunglah orang yang kekurangan pada dirinya menyebabkan dia sibuk, sehingga tidak sempat lagi mencari-cari kekurangan orang lain”.

Tapi sebaliknya, akan sangat celakalah orang, kalau waktunya habis untuk mencari aib dan kekurangan orang lain, lalu melupakan aib dan kekurangan yang ada pada dirinya sendiri.

            Sibuk dengan aib dan kekurangan orang lain, dan asik tenggelam didalamnya. Membicarakan si A, membicarakan si B, membicarakan si ini, membicarakan si itu. Sehingga menyebabkan kita terlena dan tidak sadar akan aib dan kekurangan yang ada pada diri kita.

Dalam dunia jurnalistik ada ungkapan “Bad news is good news” (berita jelek itulah berita bagus). Berita yang bagus biasa-biasa saja. Tapi berita yang jelek kalau diangkat ke permukaan, dikemas sedemikian rupa, bisa menjadi berita yang bagus, sehingga menarik, kejutan, membuat penasaran, menimbulkan rasa ingin tahu, dan bagitu seterusnya.

Termasuk dalam konteks ini, setiap hari sekarang ini kita dijejali dengan tayangan-tayangan yang sibuk dengan aib dan kekurangan orang lain. Sehingga lalu itu menjadi budaya kita. Dan hal-hal yang tabu tidak lagi dianggap tabu, hal-hal yang sebenarnya memalukan sudah dianggap tidak memalukan, sementara sedikit sekali contoh-contoh yang dapat diambil dari hal-hal-hal seperti itu.

الْإسْتِغَالُ بِعُيُوْبِ الْخَالْقِ

“Sibuk mencari-cari aib dan kekurangan orang lain,sampai melupakan kekurangan dirinya sendiri”.


Yang Kedua, yang dapat merusak amal itu adalah :
وَقَسْوَةُ الْقَلبِ
Orang yang keras hati”.

Hatinya kasar, keras. Beruntung kita kalau oleh Allah diberikan hati yang lembut, yang peka, cepat menerima kebenaran. Sebuah contoh, Umar bin Khattab r.a, orang yang diberikan hati yang keras tapi mudah dan cepat menerima kebenaran.

Yang dimaksud dengan “Qaswatul qalbi” ini, sudah hatinya keras, kasar, dan tertutup untuk menerima kebenaran. Hatinya itu degil, hatinya itu tertutup, cupik, seperti katak dibawah tempurung, tidak mau menerima kebenaran. Nah, tatkala kita tidak mau menerima kebenaran, kita merasa kitalah yang paling benar.
Banyak sekali dalam perjalanan hidup ini orang-orang yang terjebak menjadi pemilik kebenaran. Mengklaim, cuma dia yang benar sementara yang lain salah semua. Akhirnya terjebak juga pada hati yang keras dan kasar seperti tadi.

Hati adalah raja dari kerajaan tubuh manusia. Sementara anggota badan kita yang lain cuma prajurit saja. Kaki hanya berjalan, tangan hanya mengambil, mata hanya melihat, telinga hanya mendengar, dan itu terjadi kalau hati cenderung dan memerintah ke arah situ. Maka benar, ketika Nabi bersabda : “Kalau baik hati maka baiklah seluruh badan, tapi kalau rusak hati maka rusaklah seluruh badan”.


Yang Ketiga, yang merusak amal itu adalah :
وَحُبُّ الدُّ نْيَا
Orang yang terlalu cinta kepada dunia”.

Saya menggunakan kata “terlalu”. Karena cinta kepada dunia bukan hal yang salah, sepanjang dunia itu kita jadikan sebagai alat untuk mencapai tujuan jangka panjang yakni akhirat dan ridha Allah swt. Tapi “terlalu”, sehingga ia berakar dan berurat di hati, dan kita sulit melepaskannya, ini akan merusak amal. Sebab apa ? Sebab kalau  kegiatan hidup kita sudah dipacu oleh Hubbud dun ya (cinta kepada dunia yang berlebihan), apakah itu cinta pangkat, cinta jabatan, cinta harta, cinta pujian. Kalau semua itu sudah berlebihan dalam hidup kita, kita akan cenderung melakukan hal-hal yang menghalalkan segala cara. Dan ini akhirnya akan merusak nilai amal yang sudah kita kerjakan.

Bukankah ini memang penyakit kita hubbud dun ya ? terlalu cinta kepada dunia, lalu menjilat keatas injak bawah, sikut kiri dan kanan, masa bodoh teman jadi lawan ; lawan jadi teman, asal kita bisa mencapai target dunia. Akhirat?! Akhirat urusan nanti yang penting yang sekarang. Padahal yang nanti itu, ditentukan oleh yang sekarang ini. Kalau beginilah cara kita mencapai tujuan maka kita telah merusak yang nanti itu juga. Karena itu, cinta kepada dunia secara berlebihan akan dapat merusak amal kita.

mari kita renunhkan bahwa dunia adalah sesuatu yang bersifat sementara. Sering disampaikan, ini dunia; ambil apa yang memang perlu, nikmati apa yang memang boleh, kalau bisa jangan gagal kita di dunia ini. Kalaupun kita gagal, kita kan masih punya akhirat. Ini yang menyebabkan cara kita mencapai dunia tidak menghalalkan segala cara, karena kita yakin akan ada pertanggungan jawab akhirat nanti.

Yang Keempat, yang dapat merusak amal itu adalah
وَ كِلَّةُ الْحَيَاء
Sedikit rasa malu”

Inikan budaya malu sekarang ini sudah setipis kulit ari. Tadi saya katakan, yang tabu sudah orang lakukan secara biasa. Kita tidak mengerti, misalnya ada perempuan dengan bangga cerita,”anak saya sudah tiga, semua tidak ketahuan bapaknya”. Dia cerita secara terbuka di media, dan dia merasa enjoy dengan itu.

Bayangkan kalau ini lalu diikuti oleh yang lain, bayangkan kalau ini menjadi tradisi di tengah-tengah masyarakat kita. Hal yang memalukan dan memilukan sudah dianggap sebagai sesuatu yang biasa, tidak ada yang tabu lagi. Padahal malu adalah bagian daripada iman. Kalau tidak ada rasa malu, kuranglah syarat untuk mencapai nilai-nilai keimanan, mari perbanyak mengingat Alloh SWT.

Dengan kita banyak tafakur menimbulkan rasa malu yang paling tinggi yaitu malu kepada Allah swt. 

Kalau Mungkin berbuat dosa dalam keadaan sepi tak seorangpun tahu, tidak seorangpun lihat, dan kita tidak mau melakukan itu, kenapa? Karena kita malu. Malu kepada siapa? Malu kepada Allah swt. Dan ukurannya adalah nurani.

Yang Kelima,  yang merusak amal kita adalah
وَطُوْلُ الْعَمَل
orang yang terlalu panjang angan-angan,terlalu muluk cita-cita”

Silahkan saja, cita-cita digantungkan setinggi bintang di langit, tapi kaki harus tetap berpijak di bumi. Kaki harus tetap berpijak kepada realitas. Kalau tidak, kita akan jadi penghayal kelas berat, tukang ngelamun kelas tinggi, yang hidup cuma mengumpulkan jikalau, andaikata, umpama dan misalnya. Orang sudah pergi bekerja kemana-mana dia masih terjebak disitu.

Yang Keenam, yang merusak amal itu
وَ ظَالِمٌ لاَيَنْتَهِى
perbuatan zalim yang tidak kita hentikan”.

Zalim, berasal dari kata Zhalama artinya kegelapan. Kita terlahir putih, bersih, suci. Kitalah yang menghitamkan diri kita sendiri, dengan perbuatan-perbuatan yang menentang Allah, dan itu artinya kita zalim kepada diri kita sendiri.

Oleh karena itu, selain kita harus mati-matian meningkatkan amal ibadah kita, tapi kita juga harus tetap waspada terhadap hal-hal yang dapat merusaknya. Dan yang paling sering merusak amal kita adalah perbuatan-perbuatan dari diri kita sendiri yang buruk, yakni hal-hal yang dapat mengotori hati kita.

Kita sering berusaha keras menjaga agar baju kita tidak kotor. Kita sering berusaha keras menjaga agar kendaraan kita tidak kotor. Tapi kita jarang sekali mati-matian menjaga agar hati kita tidak kotor. Kalau ada yang bertanya,”Mengapa saya ini koq kurang yakin dengan Allah?” Ketahuilah bahwa itu tandanya menunjukkan hati kita ini masih kotor. Inilah yang harus kita waspadai, jangan sampai kita terjebak ke dalam perbuatan yang bisa menyebabkan hati kita ini menjadi kotor. Hati yang kotor akan menyebabkan tumbuhnya berbagai macam penyakit di hati itu sendiri sehingga hati kita menjadi sakit.

Hati yang sakit adalah hati yang hidup namun mengandung penyakit. Penyakit-penyakit hati yang dimaknai dengan sifat-sifat tercela yang ada pada diri manusia, apabila itu mendominasi kehidupan manusia, maka jadilah hatinya menjadi sakit. Penyakit ini berbahaya karena merupakan keinginan atas cinta manusia kepada dunia, yang diwujudkan dalam bentuk ingin mendapat pujian dan sanjungan dari manusia atas perbuatannya.

Tanda hati yang sakit itu adalah, 
pertama, tidak merasa sulit melakukan perbuatan maksiat. 
Kedua enggan memberikan santapan rohani yang bermanfaat bagi hatinya  dan cenderung kepada makanan rohani yang memudharatkan hatinya. 
Adapun penyakit hati diantaranya adalah ghibah (membicarakan keburukan orang lain), hasud (dengki), sombong, kikir, dendam,riya’, munafik dan sebagainya.

            








مِنَ الآعِدِيْنَ وَالْفَائِزِيْنَ
كُلُّ عَامٍ وَاَنْتُمْ بِخَيْرٍ

SELAMAT IDUL FITRI
Mohon Maaf Lahir & Bathin

Insya Allah, kita bisa jumpa lagi pada lain waktu dan kesempatan.

اُوْصِيْكُمْ وَاِيَّايَ بِتَقْوَاللهُ
وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُاللهِ وَبَرَكَاتُهُ


         

Jumat, 24 Januari 2020

MENJALANKAN THORIQOT TANPA SYARI'AT

Supaya tidak salah paham, Syeikh Nawawi al-Bantani menjelaskan pengertian dan maksud dari tiga istilah ini dalam kitab Maraqil Ubudiyah. Beliau mengatakan, syariat adalah hukum-hukum yang dibebankan Rasulullah dari Allah kepada kita. Hukum-hukum itu meliputi perkara-perkara wajib, sunah, haram, makruh, dan mubah. Selain itu, ada pula yang mendefenisikan syariat sebagai pelaksanaan agama Allah dengan menaati segala perintah dan meninggalkan segala larangan-Nya.

Adapun tarekat adalah melaksanakan perkara-perkara wajib dan sunnah, meninggalkan yang haram, memalingkan diri dari perkara-perkara yang mubah yang tidak bermanfaat, mengutamakan sifat wara’, atau hati-hati agar tidak terjerumus pada hal-hal haram atau makruh, yang dapat ditempuh melalui riyadhah, semisal puasa, dan lain-lain.

Sementara hakikat adalah memahami hakikat sesuatu, seperti hakikat asma, sifat, dan dzat. Memahami rahasia al-Qur’an, rahasia perintah dan larangan, rahasia alam ghaib, dan lain-lain.

Sebagian ulama menggambarkan syariat sebagai bahtera, tarekat sebagai lautan dan hakikat sebagai mutiara. Seorang tidak akan menemukan mutiara kecuali di dasar lautan, dan tidak akan bisa sampai ke laut kecuali dengan bahtera.

Dengan demikian, pembagian ini bertujuan untuk memberi gambaran bahwa dalam setiap ibadah yang dilakukan itu adalah hikmah dan tujuan yang bisa dipahami setelah melakukan ibadah itu secara terus-menerus dan istiqamah. Akan tetapi, orang yang sudah sampai pada pemahaman inti dari sebuah ibadah, bukan berati tidak diwajibkan lagi mengerjakan ibadah tersebut, karena bagaimanapun selama masih hidup, kewajiban yang dibebankan Tuhan kepada manusia tetap harus dilakukan.

Thoriqoh tanpa syariat akan rancu dan tidak bermakna sama sekali misalnya ada seorang ahli Ibadah sholat Tahajud setiap malam, Dzikir tak pernah Henti tapi syariat tidak dijalankan.


Kamis, 23 Januari 2020

Delapan Perkara yang Tak Pernah Puas dengan Delapan Perkara

Delapan Perkara yang Tak Pernah Puas dengan Delapan Perkara 

الْحَمْدُ لِلَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ، الْعَزِيزِ الْوَهَّابِ؛ يُعْطِي وَيَمْنَعُ، وَيَرْفَعُ وَيَضَعُ، وَيُعِزُّ وَيُذِلُّ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، نَحْمَدُهُ حَمْدًا كَثِيرًا، وَنَشْكُرُهُ شُكْرًا مَزِيدًا؛ وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ؛ خَيَّرَهُ اللَّهُ -تَعَالَى- بَيْنَ الْمُلْكِ وَالْعُبُودِيَّةِ، فَاخْتَارَ أَنْ يَكُونَ عَبْدًا رَسُولًا، لَا مَلِكًا رَسُولًا، وَخَيَّرَهُ بَيْنَ الْخُلْدِ فِي الدُّنْيَا وَلِقَائِهِ، فَاخْتَارَ لِقَاءَ اللَّهِ -تَعَالَى- صَلَّى اللَّهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَأَتْبَاعِهِ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.     أَمَّا بَعْدُ: فَاتَّقُوا اللَّهَ -تَعَالَى- وَأَطِيعُوهُ، وَاعْمَلُوا صَالِحًا فِي الدُّنْيَا تَجِدُوا فَوْزًا عَظِيمًا فِي الْآخِرَةِ ، قَالَ اللهُ –تَعَالَى- فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَهُوَ أَصْدَقُ الْقَائِلِيْنَ، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ: كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ (آلِ عِمْرَانَ: 185).   

Hadirin, sidang Jum’ah yang dirahmati Allah subhanahu wata‘ala     Dalam sebuah hadits, sebagaimana termaktub dalam banyak kitab para ulama, salah satunya Nashaihul Ibad, halaman 53, Baginda Nabi shallahu ‘alaihi wasallam bersabda: 

    ثَمَانِيَةُ أَشْيَاءَ لَا تَشْبَعُ مِنْ ثَمَانِيَةٍ: اَلْعَيْنُ مِنَ النَّظْرِ ، وَالْاَرْضُ مِنَ الْمَطَرِ ، وَالْأُنْثَى مِنَ الذَّكَرِ ، وَالْعَالِمُ مِنَ الْعِلْمِ ، وَالسَّائِلُ مِنَ الْمَسْئَلَةِ ، وَالْحِرْصُ مِنَ الْجَمْعِ ، وَالْبَحْرُ مِنَ الْمَاءِ ، وَالنَّارُ مِنَ الْحَطَبِ   

Artinya, “Delapan perkara yang tak pernah merasa puas dengan delapan perkara. Mata tak pernah puas dari memandang, bumi dari siraman hujan, wanita dari laki-laki, seorang alim dari ilmu, orang yang suka bertanya dari masalah, orang yang tamak dari menghimpun harta, lautan dari air, dan api dari kayu bakar,” 
(al-Hadits).   

Sidang Jum’ah yang berbahagia,   Apa maksud dari sabda Rasulillah shllallahu ‘alaihi wasallam di atas? Sesungguhnya, secara tidak langsung, beliau hendak menyampaikan, ada hukum sebab-akibat atau kausalitas yang berlaku di dunia ini. 

Mata tidak pernah puas dari memandang. Maksudnya, disebabkan oleh ketidakpuasan inilah, mata harus dikendalikan! Jangan dibiarkan begitu saja. Sebab, mata bisa menjadi penyebab lahirnya kemaslahatan, namun juga bisa menjadi penyebab lahirnya kemudlaratan, kerusakan, dan kerugian bagi orang lain, bahkan bagi pemiliknya sendiri. Contohnya, kaum perempuan diperintah menutup aurat. Ini artinya, laki-laki diperintah untuk menjaga pandangan dari melihat aurat mereka.       

Bumi tidak pernah cukup dari air.
Jika dibaratkan, bumi itu gambaran jiwa. Sedangkan air gambaran nasehat. Sebagaimana air yang dapat menghidupkan bumi yang mati, maka nasehat juga dapat menghidupkan hati yang mati. Pertanyaannya, nasehat apa yang paling utama? Dalam hadis lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda:   

اَلدِّيْنُ اَلنَّصِيْحَةُ قُلْنَا: لِمَنْ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: لِلهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُوْلِهِ وَلِأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِيْنَ وَعَامَّتِهِمْ   

Artinya, “Agama itu nasehat.” Kami bertanya, “Bagi siapa ya Rasul?” Rasulullah menjawab, “Bagi Allah, bagi kitab-Nya, bagi rasul-Nya, bagi para pemimpin kaum muslimin, dan bagi seluruh kalangan mereka.”     

Walhasil, nasehat yang pokok adalah agama. Sebab, agama ialah timbangan dalam berpendapat dan bermuamalah. Jika ingin bermuamalah yang halal, maka berpedomanlah kepada nasehat agama. Ingin menikah, maka agamalah yang menjadi panduan tata cara, syarat dan rukunnya. Ini pula yang dimaksud dalam sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

perempuan tidak pernah puas dengan laki-laki. Atau sebaliknya, laki-laki tidak pernah puas dengan perempuan. 

Seandainya diperbolehkan, 100 perempuan pun mungkin tidak akan cukup bagi seorang laki-laki. Untuk itu, diperlukan kendali dan pengendalian. Tentu saja, kendali yang mampu menghentikan ketidakpuasan seseorang, yang tak lain adalah agama. Sebab, undang-undang mungkin saja untuk dilanggar. Sementara agama, jangankan kita sebagai manusia, Iblis pun pada dasarnya takut melanggar aturannya yang sudah ditetapkan Allah subhanahu wa ta’ala. 
 
Demikian pula, kata Rasulullah shallallahu orang alim yng tidak akan pernah puas dengan ilmunya.

Sebab, orang yang puas dengan ilmu, pada hakikatnya orang yang tak berilmu. Dia tidak tahu masih banyak perkara yang belum diketahui dirinya. Dalam sebuah maqalah, Habib Alwi al-Haddad rahimahullah menuturkan:  

 مَنْ طَلَبَ الْعِلْمَ لِنَفْسِهِ فَوَاحِدٌ مِنْهُ يَكْفِيْهِ وَمَنْ طَلَبَ الْعِلْمَ لِلنَّاسِ فَاعْلَمْ أَنَّ حَوَائِجَ النَّاسِ كَثِيْرَةٌ   

Artinya, “Orang yang menuntut ilmu untuk dirinya, maka satu bidang ilmu sudah cukup untuknya. Namun, siapa saja yang menuntut ilmu karena orang banyak, maka ketahuilah kebutuhan manusia itu sangat banyak.”   Kenyataannya, masyarakat menghadapi berbagai masalah yang harus diselesaikan. Harapan mereka, orang-orang berilmu mampu membantu mereka untuk menyelesaikannya. Bukan mereka yang tidak berilmu. Untuk itu, orang yang dikaruniai akal cerdas, hendaknya tidak merasa puas dengan ilmu yang sudah ada pada dirinya. Setelah itu, ia kemudian berusaha mengamalkan dan mengembangkannya.  

Orang yang suka bertanya tidak pernah puas dengan masalah. 

Dengan kata lain, delapan perkara yang disabdakan Baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah kiasan. Bagi orang-orang yang berakal, tugasnya adalah menjelaskan.   Semoga khutbah singkat ini bermanfaat bagi kita semua! Amin ya rabbal ‘alamin.  

 وَالْعَصْرِ ، إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ ، إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ  (العصر:1-3) بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَلَّ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ. Khutbah II   اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِتِّحَادِ وَاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ الْمَتِيْنِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، إِيَّاهُ نَعْبُدُ وَإِيَّاُه نَسْتَعِيْنُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَسَارِعُوْا إِلَى مَغْفِرَةِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.. وَصَلَّى الله عَلَى سَيِّدَنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ   اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ ،اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَ نَعُوذُ بِكَ مِنْ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ. أَقِيْمُواالصَّلَاةَ  

   

Rabu, 22 Januari 2020

Apa Makna Gerakan-gerakan Dalam Sholat

Apa Makna Gerakan-gerakan Dalam Sholat

Merepresentasikan apakah gerakan-gerakan sholat seprti Qiyam, ruku dan sujud itu?


Niyyah (Niat Sholat):

Niat adalah keputusan hati, pernyataan dari alasan-alasan di balik perbuatan. Ia artinya berniat untuk mengatakan “ya’ kepada Allah (swt) dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya.

Takbir Iftitah (Takbir Pembukaan)

Dengan mengucapkan Allahu Akbar, kita melemparkan seluruh urusan duniawi di belakang kita dengan tangan kita dan memohon perlindungan dalam kasih sayang Allah (swt). Ia untuk menegaskan bahwa  Allah Maha Besar dengan mengucapkan takbir (Allahu Akbar).

Qiyam (berdiri):

Dengan prinsip ini di dalam sholat, manusia merepresentasikan para malaikat dan pepohonan yang senantiasa berdiri dan memuji Allah (swt). Qiyam adalah berdirinya manusia di hadapan Zat (swt) Yang Maha Kekal dengan raga dan hatinya.Kepala yang tertunduk saat qiyam mencerminkan ketiadaan kesombongan dan kerendahan hati.

Qira’at (Bacaan):

Qira’at adalah untuk mensyukuri kesempurnaan Allah yang tanpa cacat, keindahan yang tidak dapat diserupai, dan kasih sayang Allah yang tiada batas dengan mengucapkan Alhamdulillah.Juga, Qira’at menunjukkan bahwa segala perbuatan dapat terwujud dengan pertolongan Allah dan pujian hanya bagi Dia.Untuk terhubung dengan Zat Yang Maha Kekal(swt) dengan mengucapkan

(“Ya Tuhan Hanya kepada-Mu aku menyembah dan hanya kepada-Mu aku memohon pertolongan). (Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in).

Ruku’

Dalam posisi ini manusia mewakili ibadahnya para malaikat yang menyembah Allah dalam posisi ini secara konsisten  dan hewan-hewan yang selalu berdiri dalam ruku’nya di atas empat kaki mereka. Ruku’ artinya mengagungkan Kebesaran Sang Pencipta beserta seluruh alam semesta  yang melihat kelemahan dan kemiskinan manusia dengan melafazkan “subhana robbial azim”… untuk berusaha menanamkan akarnya di dalam hati kita dan untuk mengangkat kepala kita dari ruku’ dengan harapan memperoleh rahmat Allah dengan cara mengulang-ulang kebesaran Allah (swt).

Sujud:

Dengan posisi ini manusia mewakili ibadahnya para malaikat yang secara terus menerus bersujud dan binatang melata yang nampaknya hampir selalu bersujud seumur hidupnya.Sujud adalah meninggalkan segala sesuatu selain dari pada Allah (swt) dengan mengucapkan “subhanarobial a’la” dengan kerendahan hati kepada Keindhan Allah, asma  Allah dan segala sifat-Nya.” Seorang hamba menjadi paling dekat dengan Tuhannya ketika bersujud. Maka, perbanyaklah doa dalam sujud” (Muslim).

Qa’da (duduk):

Dengan posisi ini manusia mewakili ibadahnya para malaikat yang menyembah-Nya sambil duduk dan juga gunung-gunung, bebatuan juga Nampak dalam bentuk yang sedang duduk. Manusia menegaskan bahwa segala sesuatu yang dia miliki sebenarnya adalah milik Allah dengan mengucapkan tahiyyat. Dia memperbarui imannya dengan mengucapkan dua kalimat syahadat ( Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya). Di dalam sholat- semacam Mi’raj bagi orang beriman- tasyahud adalah mengingat percakapan antara  Nabi Muhammad (saw) dengan Allah (swt) pada saat Mi’raj.

Kamis, 16 Januari 2020

Kiai Hamid yang Menciptakan Kalimat “Wabillahi Taufiq Wal Hidayah” Khusus NU

Kiai Hamid yang Menciptakan Kalimat “Wabillahi Taufiq Wal Hidayah” Khusus NU


Pada umumnya umat Islam mengakhiri ceramah atau
surat-menyurat keagamaan dengan kalimat “Billahit taufiq wal-hidayah”
atau “Wallahul Muwaffiq Ila Aqwamith Thariq
” yang diucapkan atau
ditulis sebelum salam penutup. Tetapi tahukah mereka siapa pencipta ke dua
kalimat tersebut?


Pencipta kedua kalimat itu adalah K.H. Ahmad Abdul Hamid yang lebih dikenal
dengan nama K.H. Achmad Abdul Hamid Kendal. Beliau adalah salah satu ulama
kharismatik di Jawa Tengah, pengasuh Ponpes Al-Hidayah Kendal Kota dan Imam
Masjid Besar Kendal. Karena peran dan ketokohan beliau, masyarakat Kendal
menyebut beliau sebagai “Bapak Kabupaten Kendal”.


KH. Achmad Abdul Hamid Kendal lahir di Kendal Tahun 1915. Ayahandanya bernama
KH. Abdul Hamid. Beliau dilahirkan pada saat di negeri ini sedang marak berdiri
berbagai pergerekan dan organisasi keagamaan, sosial, ekonomi, politik dan
lain-lain. Seperti Sarekat Dagang Islam (SDI) yang didirikan pada tahun 1905
lalu pada tahun 1906 berubah menjadi Sarikat Islam, Muhammadiyah berdiri pada
tahun 1912. 

Pada tahun 1918 lahir Nahdlatul Tujjar sebagai cikal bakal Nahdatul Ulama (NU).
Kemudian pada 31 Januari 1926 berdirilah NU, tahun 1928 terjadi Sumpah Pemuda
dan lain-lain.

Mulanya kalimat “Billahit Taufiq wal Hidayah”  beliau ciptakan
sebagai ciri khas warga NU untuk mengakhiri ceramah, pidato dan surat menyurat.
Pertama kali beliau mengucapkan kalimat itu di Magelang yang selanjutkan
diikuti oleh para Ulama NU dan seluruh warga Nahdliyin. Namun kalimat itu
akhirnya ditiru dan digunakan oleh hampir semua kalangan umat Islam dari
berbagai organisasi dan pergerakan. Kekhasan untuk warga NU pun sudah tidak ada
lagi. 

Untuk itu beliau menciptakan kalimat baru  “Wallahul Muwaffiq
ila Aqwamith Thariq” yang dirasa cukup sulit ditirukan oleh warga non-NU.
Sehingga sejak itu warga Nahdliyyin menggunakan kalimat :  “Wallahul
Muwaffiq Ila Aqwamit Thari
q” dalam mengakhiri ceramah, pidato dan surat
menyurat sebelum salam penutup, meski yang tetap terbiasa menggunakan
:”Billahit Taufiq wal Hidayah” juga masih banyak.

Khidmah Kiai
Ahmad (demikian panggilannya sehari-hari) di NU dimulai dari tingkat cabang
sampai PBNU. Banyak tugas penting di NU yang pernah diembannya seperti Rais
Syuriyah PCNU Kabupaten Kendal, Wakil Rais Syuriyah PWNU Jawa Tengah, Rais
Syuriyah PWNU Jawa Tengah (dengan Katib KH Sahal Mahfudz), dan terakhir sebagai
Mustasyar PBNU dan MUI Jawa Tengah. Beliau juga tercatat sebagai kontributor
dan distributor majalah Berita NO, yang terbit tahun 1930an.

Dalam sebuah tulisan, Kiai Sahal Mahfudz menyebutkan bahwa Kiai Ahmad menyimpan
dokumen-dokumen jurnalistik NU seperti Buletin LINO (Lailatul Ijtima’
Nadhlatoel Oelama).

Kiai Ahmad cukup produktif menulis dan menerjemahkan kitab-kitab. Salah satu
tulisannya yang cukup fenomenal adalah terjemahan al-Qanun al-Asasi Hadlratusy
Syaikh KH. M. Hasyim Asy’ari ke dalam bahasa Indonesia yang beliau
terjemahkan atas permintaan Sekretaris Jenderal PBNU Prof. KH Saifudin Zuhri.
Penerjemahan tersebut telah dimulai oleh KH Mahfud Sidiq, tetapi belum selesai
sehingga PBNU meminta Kiai Ahmad untuk menyelesaikannya. Terjemahan itu oleh
Kiai Ahmad dinamakan “Ihyau Amalil Fudlala’ Fi Tarjamati Muqaddimatil
Qanunil Asasi li-Jam’iyati Nahdlatil Ulama”.

KH Ahmad Abdul Hamid wafat pada 14 Februari 1998 bertepatan dengan 16 Syawal
1418 H. Semoga Allah menerima seluruh amal kebaikannya. Amin.

بالله التوفيق والهداية


Billahit Taufiq Wal Hidayah

والله الموفق إلى أقوم الطريق


Wallahul Muwaffiq Ila Aqwamith Thariq

Jumat, 10 Januari 2020

Akhirnya Terungkap, Pimpinan ISIS Ternyata Agen Mossad Israel

Akhirnya Terungkap, Pimpinan ISIS Ternyata Agen Mossad Israel   

Spionase-News.com–Nasional--Sejumlah media asing, diantaranya Veterans Today, mengabarkan pemimpin ISIS Abu Bakar Al – Baghdadi adalah orang Yahudi tulen, yg paling mengejutkan adalah, disebutkan bahwa dia sejatinya adalah agen Mossad (dinas rahasia luar negeri Israel).*

*Disebutkan bahwa nama asli Abu Bakar Al – Baghdadi adalah Emir Daash alias Simon Elliot alias Elliot Shimon. Dia lahir dari orang tua Yahudi dan direkrut serta dilatih Mossad utk membuat kekacauan di kawasan Timur Tengah serta perang sesama masyarakat Arab dan muslim.*

*Hal ini makin menguatkan bocoran rahasia dari mantan agen NSA (dinas rahasia Amerika Serikat) Edward Snowden, yg menyebut ISIS sebenarnya adalah bentukan dari intelijen Amerika Serikat, Inggris dan Israel. Mereka menciptakan sebuah organisasi militer yg mengklaim kekhalifahan Islam dg Abu Bakar Al – Baghdadi diusung sebagai khalifah utk menarik para militan Islam dari seluruh dunia bergabung di dalamnya.*

Bukti nyata bahwa ISIS adalah bentukan Israel makin menguat ketika organisasi militer ini justru menyerang negara-negara Arab yg sedang kacau, diantaranya Irak dan Suriah.

ISIS kini telah menguasai sebagian wilayah Suriah dan Irak. Di Suriah mereka mendirikan pusat pemerintahan di Raqqa dan berhasil menguasai kota besar Mossul di Irak.

Mengklaim sebagai organisasi militer bernafas Islam, kelompok ini justru meledakan makam Nabi Yunus dan mengancam akan meledakkan Ka`bah (Kiblat umat muslim se-dunia). ISIS juga mengancam menghancurkan Pemerintahan Hamas di Gaza Palestina , yg saat ini sedang diserang Israel .

Parahnya di Indonesia, ISIS justru mendapat simpati dari sejumlah orang yg langsung sukarela mendaftarkan diri sebagai pengikut. Tanpa menyelidiki atau mencari kebenaran informasi tentang ISIS, sedikitnya 56 orang Indonesia sukarela menjadi anggota ISIS.

Adalah fakta bahwa para militan ISIS yg luka dirawat di RS Israel di Dataran Tinggi Golan, perbatasan Suriah. Setelah sehat dikembalikan. Tak satupun peluru ISIS ditembakkan ke wilayah Israel, padahal sebagian wilayah pendudukan mereka berbatasan dgn Golan (wilayah Suriah yg dicaplok Israel).

*Pembentukan ISIS adalah strategi “madu”, menarik para lebah militan Islam yg secara polos terpesona utk hijrah ke negara “Khalifah”.*
Setelah terkumpul dan terpisah dgn yg moderat, setelah dimanfaatkan, langkah Israel dan Barat adalah membasmi habis para militan tsb, dgn pemboman cara genoside. Itu metode Seperti memisahkan serigala dari domba.

ISIS juga bertujuan menghancurkan kestabilan negara yg berbatasan dgn Israel : Suriah, Yordan, Lebanon Selatan, Mesir Sinai. Agar negara Zionis aman. Dgn taktik adu domba, perang saudara, issu Sunni versus Syiah, moderat versus fundamentalis, Islam versus Krisren, Kurdi versus Arab . Banyak muslim termakan issu tsb, termasuk di Indonesia.

Sekali lagi, ini adalah grand design Zionis Yahudi*.

Waspadalah, ayo lawan ISIS dan Antek2nya…!!!

Mari Sebarkan agar ISIS tidak Berkembang di Indonesia & Skenario Jahat Zionis Yahudi Israel la’natullah ‘alaih akan Terbongkar & Gagal…!!!


RUKHSHOH SHOLAT FARFHU

RUKHSHOH SHOLAT FARFHU

Bismillah… Assalamu’alaikum wr. wb. Selamat datang kembali di blog kami, semoga Allah senantiasa mencurahkan rahmatnya kepada kita semua dan meridhoi apa yang kita kerjakan, begitupun juga saat ini dimana anda dan kami ingin terus belajar untuk memahami apa yang belum kita mengerti.

Berbicara jauh mengenai kewajiban shalat fardu/wajib, sering kita dengar istilah shalat jamak, qasar maupun jamak qasar. Kita semua sudah diajarkan oleh guru kita saat masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Namun karena jarang atau bahkan tidak pernah mempraktekan, kita lupa akan tata caranya. Baiklah, karena banyak permintaan kepada kami untuk membahas topik ini, dengan senang hati kami akan mengulas kembali pengertian, hukum serta tata cara mengerjakan shalat jamak, qasar dan jamak qasar.
Shalat Jamak
Rukhsah ialah satu keringanan yang diberikan oleh Allah S.W.T kepada hambanya dalam hal-hal tertentu, shalat jamak contohnya. Apa itu shalat jamak? Shalat jamak ialah mengerjakan 2 shalat wajib dalam satu waktu. Contoh: shalat dzuhur dan shalat ashar, shalat maghrib dan shalat isya. INGAT: Shalat subuh tidak boleh dijamak dan harus dikerjakan pada waktunya. Ada dua macam shalat jamak:
1) Shalat Jamak Takdim
Jamak takdim dikerjakan pada waktu shalat yang pertama. Maksudnya, jika anda akan menjamak shalat dzuhur dan ashar, maka anda mengerjakannya saat waktu dzuhur. Begitupun maghrib dan isya yang dilakukan saat waktu maghrib tiba. Urutannya, kerjakan shalat yang pertama kemudian shalat kedua tanpa diselingi kegiatan apapun. Maksudnya, setelah salam pada shalat dzuhur anda langsung berdiri mengerjakan shalat ashar. Keduannya dikerjakan 4 rakaat tanpa dikurangi, berikut niatnya:
• Niat shalat jamak takdim dzuhur
أُصَلِّي فَرْضَ الظُّهْرِأربع رَكعَاتٍ مَجْمُوْعًا مع العَصْرِ اَدَاءً للهِ تَعَالى
Ushollii fardlozh zhuhri arba’a raka’aatin majmuu’an ma’al ashri adaa-an lillaahi ta’aalaa.
“Aku sengaja shalat fardu dhuhur empat rakaat yang dijama’ dengan Ashar, fardu karena Allah Ta’aala”
Untuk shalat ashar nya, anda tidak perlu menggunakan niat shalat jamak lagi, melainkan membaca niat shalat ashar seperti biasa.
2) Shalat Jamak Takhir
Jamak takhir adalah kebalikan dari jamak takdim, yakni mengerjakan dua shalat fardu pada waktu shalat yang kedua (adalah waktu ashar dan isya).
• Niat shalat zhuhur jamak takhir dengan ashar
أُصَلِّي فَرْضَ الظُّهْرِأربع رَكعَاتٍ مَجْمُوْعًا مع العَصْرِ اَدَاءً للهِ تَعَالى
Ushollii fardlozh zhuhri arba’a raka’aatin majmuu’an ma’al ashri adaa-an lillaahi ta’aalaa.
“Aku sengaja shalat fardu dhuhur empat rakaat yang dijama’ dengan Ashar, fardu karena Allah Ta’aala”
Kedua shalat dilakukan pada waktu ashar, bisa zhuhur dulu, bisa ashar dulu.
• Niat shalat ashar jamak takhir dengan zhuhur (Kedua shalat dilakukan pada waktu ashar)
أُصَلِّي فَرْضَ العَصْرِ أربع رَكعَاتٍ مَجْمُوْعًا مع الظُّهْرِ اَدَاءً للهِ تَعَالى
Ushollii fardlol ‘ashri arba’a raka’aatin majmuu’an ma’azh zhuhri adaa-an lillaahi ta’aalaa.
“Aku sengaja shalat fardu Ashar empat rakaat yang dijama’ dengan dhuhur, fardu karena Allah Ta’aala”
Note: Untuk shalat maghrib dan isya, tinggal menyesuaikan bacaan niatnya.
Shalat Qashar
Berbeda dengan shalat jamak yang menggambungkan, shalat qasar artinya meringkas. Rukhsah shalat qasar ialah meringkas 4 rakaat menjadi 2 rakaat. Contoh, shalat dzuhur dikerjakan 2 rakaat, begitupun shalat ashar dan isya. INGAT: hanya shalat dengan jumlah 4 rakaat yang boleh di qasar. Maka dari itu, anda tidak diperbolehkan meng qasar shalat subuh dan maghrib.
Allah berfirman dalam al Qur’an surat An Nisa ayat 101 yang artinya: “Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, maka tidak mengapa kamu menqashar shalatmu, jika kamu takut diserang orang-orang kafir, sesungguhnya orang-orang kafir itu musuh yang nyata bagimu,” Q.S.(An Nisa: 101)
اُصَلِّى فَرْضَ الظُّهْرِ رَكْعَتَيْنِ قَصْرًا اَدَاءً لِلَّهِ تَعَالَى
Usholli farduzh dzuhri qasran rok’ataini lillahi ta’ala
“Niat shalat fardhu dzuhur secara qashar dua rakaat karena Allah”
Shalat Jamak Qasar
Betapa murahnya Allah S.W.T. Selain memperbolehkan hambanya menjamak atau mengqashar ibadah shalatnya. Allah juga mengizinkan kita untuk mengerjakan shalat jamak qashar, yakni digabung dan diringkas. Artinya anda mengerjakan 2 shalat fardu dalam satu waktu dan juga meringkasnya. Shalat jamak qashar bisa dilakukan secara takdim maupun takhir. Lafadzkan niat shalat jamak qashar sebagai berikut:
• Niat shalat qashar dan jamak taqdim
أصلي فرض الظهر جمع تقديم بالعصر قصرا ركعتين لله تعالي
Ushallii fardhazh zhuhri rak’ataini qashran majmuu’an ilaihil ‘ashru adaa’an lillaahi ta’aalaa.
“Aku berniat shalat fardhu zhuhur 2 rakaat, qashar, dengan menjamak ashar kepadanya, karena Allah ta’ala.”
• Niat shalat qashar dan jamak ta’khir:
أصلي فرض الظهر جمع تأخير بالعصر قصرا ركعتين لله تعالي
Ushallii fardhal ‘ashri rak’ataini qashran majmuu’an ilazh zhuhri adaa’an lillaahi ta’aalaa.
“aku berniat shalat fardhua shar 2 rakaat, qashar, dengan menjamaknya kepada zhuhur, karena Allah ta’ala.”
Syarat-Syarat Sah Shalat Jamak, Qasar dan Jamak Qashar
Shalat jamak dan qashar memang diperuntukan bagi ummat muslim yang sedang melakukan perjalanan jauh atau karena halangan lain sehingga tidak dapat mengerjakan shalat fardu tepat pada waktunya. Hal ini meliputi:
• Melakukan perjalanan jauh minimal 81 kilometer (sesuai kesepakatan para ulama)
• Perjalanan tidak bertujuan untuk hal negatif atau berbuat dosa
• Sedang dalam keadaan bahaya; hujan lebat disertai angin kencang, perang atau bencana lainnya.

Rabu, 08 Januari 2020

Musibah, Muhasabah, dan Mahabbah

Musibah, Muhasabah, dan Mahabbah 

Khutbah I   

الحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَنْزَلَ السَّكِيْنَةَ عَلَى قُلُوْبِ اْلمُسْلِمِيْنَ المُؤْمِنِيْنَ، وَجَعَلَ الضِّياَقَ عَلَى قُلُوْبِ الْمُنَافِقِيْنَ وَالْكَافِرِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ الْمَلِكُ اْلحَقُّ اْلمُبِيْنُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الصَّادِقُ الْوَعْدِ الأَمِيْنِ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلمِّ عَلَى سَيِّدِنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ المَبْعُوْثِ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِيْنَ لَاحَوْلَ وَلَاقُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ اْلعَلِيِّ اْلعَظِيْمِ. أَمَّا بَعْدُ أَيُّهاَ اْلحَاضِرُوْنَ اْلمُسْلِمُوْنَ حَفِظَكُمُ اللهُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ. قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ     Jamaah shalat Jumat hafidhakumullah, Khatib mengajak diri sendiri dan para jamaah sekalian untuk senantiasa meningkatkan kualitas ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wata’ala, mempertajam kesadaran ilahiah, mempertebal sikap berserah diri kepada-Nya.   Hadirin, Tak ada manusia yang tak membutuhkan rasa aman. Namun dalam realitas kehidupan, kesulitan, musibah, atau kondisi tak aman mustahil dihindari. Manusia memang hidup dalam serba-dua kemungkinan: siang dan malam, sehat dan sakit, hidup dan mati, aman dan taka man, dan sebagainya.   وَمِنْ كُلِّ شَيْءٍ خَلَقْنَا زَوْجَيْنِ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ (٤٩)   “Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah” (QS Adz-Dzariat[51]: 49).   Dalam Tafsir Jalalain dijelaskan, ayat tersebut bermakna bahwa pencipta segala yang berpasangan adalah satu, yakni Allah, maka sembahlah Allah (Syekh Jalaluddin, h. 377). Artinya, di balik keberpasangan setiap kondisi tersebut ada Dzat Tunggal yang perlu disadari. Allah subhanahu wata’ala adalah satu-satunya tempat bergantung, kembali, dan berserah diri.   Bersamaan dengan datangnya tahun baru, Indonesia mengalami berbagai musibah, mulai dari angin besar, banjir, tanah longsor, kecelakaan, dan lainnya. Yang perlu disikapi dari musibah ini adalah mengembalikan semuanya kepada Yang Maha Memiliki, Allah subahanhu wata’ala. Bumi, langit, dan seisinya adalah milik Allah maka Allah berhak mau menjadikannya seperti apa. Bahkan seandainya seluruhnya diluluhlantakkan manusia tidak akan bisa berbuat apa-apa.   Namun demikian, manusia juga harus bermuhasabah (introspeksi), apakah musibah yang ia terima merupakan bentuk ujian, peringatan, atau yang lain. Sehingga, manusia lebih berhati-hati dalam menjaga amanah alam ini.   Allah berfirman:   ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ (٤١)   “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).(QS. Ar-rum[30]: 41).   Imam Jalaludin dalam Tafsir Jalalain menjelaskan lafal بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ (karena perbuatan tangan manusia) dengan arti مِنَ الْمَعَاصِى, yang berarti “karena maksiat”.   Artinya bahwa kerusakan di bumi ataupun di langit timbul karena ulah manusia, persisnya sebab kemaksiatan yang mereka lakukan.   Kemaksiatan di sini tentu bukan hanya berbentuk pelanggaran atas norma “halal-haram” yang biasa kita dengar, seperti minuman keras, berjudi, zina, atau sejenisnya. Selain berkenaan dengan urusan privat, kemaksiatan juga bisa berupa dosa yang berkaitan dengan masyarakat dan lingkungan. Segala bentuk perbuatan merusak alam adalah kemaksiatan. Karena dengan merusak alam secara tidak langsung telah mengurangi keseimbangan alam, sehingga akan menyebabkan masalah pada hari ini dan masa-masa yang akan datang.   Tanah longsor terjadi bisa jadi sebab adanya penebangan pohon secara brutal. Banjir dating karena dipicu perilaku buang sampah sembarangan, sungai-sungai menyempit karena bangunan pemukiman, area resapan air berkurang drastis akibat kian meluasnya aspal dan beton, dan lain sebagainya.   Jamaah shalat Jumat hafidhakumullah, Orang yang berilmu dan beriman akan menjadikan musibah sebagai momentum meningkatkan kebaikan. Baik kebaikan itu tertuju kepada Allah maupun kepada makhluk itu sendiri. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:   مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُصِبْ مِنْهُ رواه البخاري   “Barangsiapa yang Allah kehendaki baginya kebaikan maka Allah akan memberikan musibah/cobaan” (HR Bukhari).   Segala musibah yang menimpa menjadi alat untuk berdzikir dan muhasabah diri, sehingga manusia dapat mengambil sisi positif terutama dalam meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kepada Allah subhanahu wata’ala. Bukan sebaliknya: saling menghujat, saling menyalahkan antarsesama, rakyat dengan pemerintahnya, atasan dengan bawahannya, dan sebagainya. Namun benar-benar menjadikan musibah sebagai pembenahan terhadap diri dan lingkungan agar tercipta kehidupan yang lebih baik, aman, dan tenteram.   Sebagaimana kisah Rabiah Al-Adawiyah yang selama hidupnya mengalami kesulitan demi kesulitan, dengan dasar iman maka diraihlah ahwal hubb atau kecintaan kepada Allah yang tiada tara. Hal ini membuktikan bahwa di setiap musibah atau kesulitan ada kebaikan yang Allah selipkan di dalamnya. Hanya orang-orang yang sadar dan sabarlah yang akan meraih kebaikan tersebut. Dengan bahasa lain, musibah pun bisa memicu mahabbah (rasa cinta).   Selain dari kebaikan-kebaikan yang bersifat relatif, kesabaran dalam menerima musibah adalah cara Allah menghapuskan dosa-dosa.   مَايُصِيْبُ الْمُؤْمِنَ مِنْ نَصَبٍ وَلَاوَصَبٍ وَلَاهَمٍّ وَلَاحُزْنٍ حَتَّى الشَّوْكَةَ يُشَاقُّهَا اِلَّا كَفَّرَ اللهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ رواه البخاري   “Tidak ada yang menimpa seorang mukmin dari kelelahan, penyakit, kesusahan, kesedihan, hingga duri yang menusuk tubuhnya, kecuali Allah menghapus kesalahan-kesalahannya” (HR. Bukhari).   Yang ditekankan dalam konteks musibah adalah kesabaran menghadapinya. Memang, di kalangan ulama berbeda pendapat apakah kesabaran atau musibah itu sendiri yang menyebabkan terhapusnya dosa-dosa.   Menurut Syekh Izuddin bin Salam sebagaimana dijelaskan dalam kitab Irsyadul Ibad, sesungguhnya musibah yang menimpa orang mukmin tidak mengandung pahala, sebab musibah bukanlah atas usahanya. Akan tetapi, pahala itu terletak pada kesabaran atas musibah tersebut. Namun, dijelaskan berikutnya bahwa musibah adalah pelebur dosa sekalipun orang mukmin yang ditimpanya tidak sabar, sebab tidak ada syarat bagi pelebur dosa untuk diusahakan oleh seorang mukmin.   Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa apa pun bentuknya musibah adalah sebuah cobaan dari Allah untuk makhluknya yang di dalamnya mengandung maksud dan tujuan baik bagi yang menerimanya. Tinggal bagaimana menyikapinya: sabar atau justru ingkar.   Dengan demikian, musibah adalah sarana untuk mengingat sang pemberi musibah, upaya untuk meningkatkan kualitas keimanan, yang pada akhirnya menumbuhkan rasa cinta yang mendalam kepada Allah setelah merasakan kenikmatan di balik musibah yang menimpanya. Mahasuci Allah yang senantiasa memberikan yang terbaik untuk makhluk-Nya.   Semoga kita semua senantiasa dijadikan orang-orang yang mampu menyikapi segala musibah sebagai sarana peningkatan iman dan takwa. Sehingga hilangnya musibah berbekas kebahagiaan baik untuk dunia maupun akhirat. Wallahu a’lam bish shawab.  

 بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ اْلكَرِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم   Khutbah II اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ