Minggu, 13 Desember 2020

Alasan Mengapa Prasangka Buruk Sangat Dilarang Islam

Alasan Mengapa Prasangka Buruk Sangat Dilarang Islam



Islam melarang umat Muslim berprasangka  pada siapapun. terlebih prasangka buruk, merupakan perbuatan yang sangat dikecam Islam. Prasangka tidak sedikit pun mendatangkan kebaikan.

Dalam Surat Yunus (10) ayat 36, Allah SWT berfirman:

 إِنَّ الظَّنَّ لَا يُغْنِي مِنَ الْحَقِّ شَيْئًا ۚ

 ''Prasangka itu tidak mendatangkan kebenaran apa pun.''

Firman serupa ditegaskan kembali dalam Surat An Najm (53) ayat 28. Kemudian dalam Surat Al-Hujurat (49) ayat 12, Allah SWT juga berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ

''Hai orang-orang yang beriman, jauhilah memperbanyak prasangka, karena sebagian prasangka itu dosa.'' 

Dalam hadits riwayat Imam Tirmidzi dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW menegaskan: 

إياكم والظنَّ فإنَّ الظن أكذَبُ الحديثِ

''Takutlah kalian berprasangka, karena ia merupakan sedusta-dusta perkataan.''

Dengan demikian jelas, prasangka merupakan perbuatan yang berbanding lurus dengan itsm (dosa) dalam pandangan Allah SWT dan akdzab al-hadits (sedusta-dusta perkataan) dalam pandangan Rasulullah SAW. Karenanya, prasangka sedapat mungkin harus dihindari, dan hanya orang-orang beriman yang bisa melakukannya.

Dalam mengelaborasi pengertian prasangka, Imam Sufyan Ats-Tsauri menyatakan, prasangka itu ada dua jenis. Prasangka yang mendatangkan dosa dan prasangka yang tidak mendatangkan dosa. Yang pertama dilakukan oleh orang yang berprasangka dengan menampakkannya melalui ucapan. Yang kedua dilakukan oleh orang yang hanya berprasangka dalam hati.

Prasangka model pertamalah yang dinilai Imam Ats Tsauri berimplikasi dosa. Sedangkan yang kedua tidak. Namun jika dicermati, prasangka model kedua bisa menjadi pembuka jalan terjadinya prasangka model pertama. 

Dengan ujaran lain, prasangka yang tertumpahkan melalui ucapan itu terjadi karena bermula dari prasangka dalam hati. Karenanya, orang-orang beriman tetap harus menghindari kedua model prasangka itu.

Apalagi menurut banyak riwayat, Allah SWT justru melihat apa yang ada di kedalaman hati hamba-Nya. Itu artinya, prasangka dalam hati juga tak pernah luput dari pantauan Allah SWT. 

Hal ini perlu diangkat ke permukaan, karena dalam kondisi bangsa yang serbasemrawut ini, sangat mungkin sikap saling berprasangka menjadi lumrah terjadi. 

Kita masih ingat tragedi al-ifku yang menimpa Siti Aisyah, istri Rasulullah SAW. Karena beliau disangka berselingkuh, masyarakat Madinah pun gempar. Rasulullah SAW tidak berkenan.

Gunjingan demi gunjingan berhamburan di tiap sudut kota. Ketegangan pun terjadi di mana-mana. Kedamaian hilang. Padahal, berita perselingkuhan itu hanya dusta yang sengaja disebar orang munafik. Untuk itu, menghindari prasangka sangat ditekankan dalam Islam..


Tidak ada komentar:

Posting Komentar