PENGERIAN IMLA' ,MANFAAT DAN MACAM-MACAMNYA.
============================
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Huruf atau tulisan adalah salah satu sarana untuk menyatakan kehendak, cipta dan rasa. Ketika orang orang belum mengenal alat-alat komunikasi modern seperti telepon, internet, dan lainnya mereka telah terlebih dahulu mengenal huruf. Allah memang membekali manusia dengan kemampuan berkomunikasi. Komunikasi lisan, tulisan, dan isyarat. Semuanya merupakan sarana untuk mengapresiasikan kebutuhan hidup manusia.
Pada awalnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau isyarat. Namun, ada banyak hal yang ternyata sulit di komunikasikan dengan dua cara tersebut, dan membutuhkan cara ketiga yaitu tulisan. Dari sini muncul kebutuhan akan tulisan . Tulisan tidak serta merta tersusun dari huruf-huruf seperti saat ini. Begitu pula dengan huruf hijaiyah yang telah mengalami perkembangan,sehingga kita sebagai umat islam harus mengerti cara penulisan huruf hijaiyah itu sendiri.
2. Rumusan masalah
1. Apa pengengertian imla’?
2. Apa tujuan imla’?
3. Apa faedah imla’?
4. Bagaimana macam-macam imla’?
3. Tujuan
1. Menjelaskan apa itu imla’
2. Mengetahui tujuan, faedah, dan macam-macam imla’
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Imla’
Imla’ merupakan bagian dari maharah al-kitabah. Maharah al-kitabah atau keterampilan menulis Arab sendiri mencakup tiga muatan dasar. Pertama, maharah al-tahajji bi thariqatin salimatin, keterampilan menyalin huruf secara benar. Kedua, maharah wadh’i alamata al-tarqim fi mawadhi’iha keterampilan meletakkan tanda baca yang benar. Ketiga, maharah al-rasmi al-wadhih al-jamil li al-huruf wa al-kalimat, yaitu keterampilan menulis indah atau seni kaligrafi.
Maharah al-tahajji bi thariqatin salimatin atau keterampilan menyalin huruf hijaiyah secara benar itu sendiri mencakup dua hal:
1) Kemampuan mengucapkan huruf-huruf hijaiyah baik dalam bentuk tunggal, kata, atau kalimat secara benar.
2) Kemampuan menulis huruf-huruf hijaiyah baik dalam bentuk tunggal, kata, atau kalimat secara benar.
Sedangkan keterampilan meletakkan tanda baca adalah kemampuan meletakkan tanda baca yang berupa titik satu, titik dua berbentuk vertikal, tanda seru, tanda tanya, koma, dan lainnya, tidak hanya pada menulis tetapi juga ketika membacanya.
Muatan pertama dan kedua itulah yang menjadi obyek kajian sekaligus landasan definitif imla’. Dari sini dapat ditarik sebuah kesimpulan sederhana, bahwa imla’ adalah kajian tentang teori-teori menulis dan melafalkan huruf hijaiyah secara benar dalam bentuk tunggal, kata, atau kalimat dan teori-teori tentang tanda baca sekaligus aplikasi dalam teks.
Menurut Doktor Ahmad Madkur, imla’ tidak hanya berkaitan dengan sekumpulan teori huruf hijaiyah dan tanda baca, tetapi juga merambah pada tataran praktis bagaimana seorang guru membacakan teks-teks bacaan yang sederhana sampai yang sulit yang memuat teori-teori imla’ kepada siswanya untuk mengukur tingkat kemampuan mereka dalam menguasai teori-teori tersebut secara praktis. Bagaimana guru mengidentifikasi al-musykilat al-imlaiyyah (permasalahan-permasalahan imla’) yang dialami siswa dan memberikan jalan keluar yang tepat.
Menurut Umar Sulaiman Muhammad, terminology imla’ tidak dapat dipisahkan dari dua unsur. Mumlin (orang/guru yang mengimla’ atau mendikte) dan mumlan ‘alaih (orang/siswa yang diimla’ atau menerima imla’). Karena dua unsur ini kemudian muncul pengertian bahwa imla’ adalah membacakan teks bacaan kepada siswa, kata demi kata atau kalimat demi kalimat dan meminta siswa untuk menulisnya.
A. Tujuan Mempelajari Imla’
Tujuan imla’ meliputi tujuan langsung dan tidak langsung. Tujuan langsung imla’ adalah mampu menulis huruf-huruf hijaiyah dalam bentuk tunggal, kata atau kalimat secara tepat dan cepat.
Tujuan tidak langsung meliputi:
1) al-hadaf al-lughawi (kebahasaan, yaitu membekali siswa dengan keterampilan berpikir cepat, pengetahuan akan makna, karekter huruf, struktur dan gaya bahasa yang baru.
2) al-hadaf al-‘udhwi (fisik), memperkuat dan mempertajam indra pendengaran dan pengelihatan, sebab kuatnya hubungan sensor motorik dua indra tersebut yang kemudian memobilisasi otak agar menggerakkan tangan untuk menulis.
3) al-hadaf al-khuluqi (sikap), membiasakan siswa bersikap, tertib, teliti, cermat dan mempunyai respon cepat terhadap panggilan, dan membiasakan mereka bersabar dan menjadi pendengar setia selama guru mendikte (imla’).
Dalam bidang studi imla’, siswa diantarkan pada peningkatan dan pengembangan tiga aspek:
1) Kognitif, melalui imla’, siswa dibekali dengan pengetahuan dan pemahaman tentang teori-teori penulisan huruf Arab dan karakteristiknya, semisal apa itu hamzah, macam-macam hamzah, bentuk-bentuk penulisan hamzah, dan sebagainya.
2) Afektif, berangkat dari pengetahuan dan pemahaman yang benar dan mendalam terhadap teori-teori tersebut, diharapkan siswa mampu menulis dan melafalkan huruf-huruf Arab dengan benar, baik dalam bentuk kata, kalimat atau paragraf. Siswa juga mampu mengenali penulisan huruf yang salah yang ada dalam sebuah teks bacaan sekaligus mampu membenarkannya. Di sisi lain, siswa di tradisikan untuk teliti dan cermat.
3) Psikomotor, aspek motorik dalam pembelajaran imla’ sangat dominan. Siswa diarahkan untuk menggunakan indra pendengaran (telinga), penglihatan (mata), pengucap (mulut), dan jari-jarinya dengan semaksimal mungkin. Siswa dilatih untuk dapat berkonsentrasi secara baik ketika menghadapi teks-teks bacaan dan qawaidnya, saat dia membaca dengan suara atau tanpa suara, atau ketika mendengarkan penjelasan guru atau teks-teks bacaan yang didiktekan,begitu pula saat siswa menulisnya.
Imla’ tidak hanya membekali siswa dengan teori menulis secara cepat dan benar, tetapi juga melatih mereka untuk menguasai dan terampil mengaplikasikan teori-teori imla’ tersebut dalam praktik penulisan Arab sehari-hari. Setelah mempelajari imla’, siswa diharapkan mampu membedakan penulisan kata, kalimat atau paragraf yang salah, mengetahui sebab-sebabnya dan selanjutnya mampu membenarkan kesalahan-kesalahan tersebut.
B. Faidah Mempelajari Imla’
Mempelajari imla’ sama halnya dengan mempelajari ilmu-ilmu lainnya, tidak terlepas dari nilai-nilai manfaat yang tidak sedikit. Mempelajari imla’ akan menghindarkan seseorang dari kesalahan dalam menulis dan mengantarkan seseorang kepada pengetahuan yang lebih baik dalam menulis, sebab tulisan merupakan pengganti mutakallim (pembicara) dalam mengungkapkan ide-ide, suara hati dan sebagainya dalam bahasa tulis. Sehingga ia menduduki posisi yang sama pentingnya dengan ucapan.
1) al-hadaf al-lughawi (kebahasaan, yaitu membekali siswa dengan keterampilan berpikir cepat, pengetahuan akan makna, karekter huruf, struktur dan gaya bahasa yang baru.
2) al-hadaf al-‘udhwi (fisik), memperkuat dan mempertajam indra pendengaran dan pengelihatan, sebab kuatnya hubungan sensor motorik dua indra tersebut yang kemudian memobilisasi otak agar menggerakkan tangan untuk menulis.
3) al-hadaf al-khuluqi (sikap), membiasakan siswa bersikap, tertib, teliti, cermat dan mempunyai respon cepat terhadap panggilan, dan membiasakan mereka bersabar dan menjadi pendengar setia selama guru mendikte (imla’).
Dalam bidang studi imla’, siswa diantarkan pada peningkatan dan pengembangan tiga aspek:
1) Kognitif, melalui imla’, siswa dibekali dengan pengetahuan dan pemahaman tentang teori-teori penulisan huruf Arab dan karakteristiknya, semisal apa itu hamzah, macam-macam hamzah, bentuk-bentuk penulisan hamzah, dan sebagainya.
2) Afektif, berangkat dari pengetahuan dan pemahaman yang benar dan mendalam terhadap teori-teori tersebut, diharapkan siswa mampu menulis dan melafalkan huruf-huruf Arab dengan benar, baik dalam bentuk kata, kalimat atau paragraf. Siswa juga mampu mengenali penulisan huruf yang salah yang ada dalam sebuah teks bacaan sekaligus mampu membenarkannya. Di sisi lain, siswa di tradisikan untuk teliti dan cermat.
3) Psikomotor, aspek motorik dalam pembelajaran imla’ sangat dominan. Siswa diarahkan untuk menggunakan indra pendengaran (telinga), penglihatan (mata), pengucap (mulut), dan jari-jarinya dengan semaksimal mungkin. Siswa dilatih untuk dapat berkonsentrasi secara baik ketika menghadapi teks-teks bacaan dan qawaidnya, saat dia membaca dengan suara atau tanpa suara, atau ketika mendengarkan penjelasan guru atau teks-teks bacaan yang didiktekan,begitu pula saat siswa menulisnya.
Imla’ tidak hanya membekali siswa dengan teori menulis secara cepat dan benar, tetapi juga melatih mereka untuk menguasai dan terampil mengaplikasikan teori-teori imla’ tersebut dalam praktik penulisan Arab sehari-hari. Setelah mempelajari imla’, siswa diharapkan mampu membedakan penulisan kata, kalimat atau paragraf yang salah, mengetahui sebab-sebabnya dan selanjutnya mampu membenarkan kesalahan-kesalahan tersebut.
B. Faidah Mempelajari Imla’
Mempelajari imla’ sama halnya dengan mempelajari ilmu-ilmu lainnya, tidak terlepas dari nilai-nilai manfaat yang tidak sedikit. Mempelajari imla’ akan menghindarkan seseorang dari kesalahan dalam menulis dan mengantarkan seseorang kepada pengetahuan yang lebih baik dalam menulis, sebab tulisan merupakan pengganti mutakallim (pembicara) dalam mengungkapkan ide-ide, suara hati dan sebagainya dalam bahasa tulis. Sehingga ia menduduki posisi yang sama pentingnya dengan ucapan.
Kesalahan dalam menulis terkadang berakibat fatal. Ketika sahabat Umar menerima surat Abu Musa Al-Asy’ari yang waktu itu menjadi gubernur Basrah, ia mengirimkan balasan yang isinya, “ ... amma ba’du. Hendaklah kamu ( Abu Musa) mencambuk sekretarismu karena ia telah salah dalam menulis...”. Andaikan kesalahan tulisan sekretaris Abu Musa tidak berakibat fatal niscaya sahabat Umar tidak akan akan mengintruksikan kepada Abu Musa untuk mencambuk sekretarisnya agar selanjutnya lebih hati-hati dalam menulis surat-surat penting . Imla’ mempunyai kelebihan di banding ilmu-ilmu lain. Sebab imla’ dibutuhkan hampir semua disiplin ilmu. Karena penyusunan ilmu-imu tersebut berdasarkan tulisan yang tersusun dari sekian banyak huruf.
C. Macam-macam Imla’
Ada 4 (empat) macam jenis imla’ yang bisa diterapkan pada seseorang sesuai dengan tahap kognitifnya, yaitu:
1. Imla’ manqul: siswa menyalin teks bacaan atau kalimat yang ada di kitab atau tulisan guru di papan ke dalam buku tulis. Imla’ jenis ini untuk tingkat pemula, dimana mereka lebih ditekankan untuk cermat dan teliti saat membaca tulisan dan menyalinnya.
2. Imla’mandhur: siswa melihat dan mempelajari teks bacaan atau kalimat yang ada di kitab atau di papan tulis, lalu menutup kitab atau yang ada di papan tulis. Selanjutnya guru mendiktekan tek bacaan atau kalimat yang sama. Imla’ mandhur tidak hanya menuntut siswa lebih cermat dan teliti saat membaca, tapi juga harus mengingat bentuk tulisannya dan berkonsentrasi dengan guru. Mata, telinga dan kekuatan daya ingat harus saling mendukung. Imla’ mandhur diterapkan dikelas menengah.
3. Imla’ ghairu al-mandhur (masmu’): siswa menulis teks bacaan atau kalimat yang dibacakan guru tanpa melihatnya terlebih dahulu (seperti pada metode ke dua). Metode ini untuk tahapan lebih tinggi, di mana siswa telah menguasai dengan baik teori-teori imla’ yang telah diajarkan. Ketika siswa mendengarkan bacaan guru, siswa mendeskripsikan (dalam benak) bentuk tulisannya sesuai dengan teori-teori yang ada di memori otaknya, lalu menuliskannya dengan cepat.
4. Imla’ ikhtibari: Adalah bentuk imla’ yang diberikan kepada siswa yang telah menguasai dan memahami dengan baik teori-teori imla’ ikhtibari lebih banyak muatan praktik dari pada muatan teori.
BAB III
Kesimpulan
Alhamdulillah dengan selesainya pembahasan mengenai imla’ di atas maka dapat kami simpulkan sebagai berikut:
1.imla’ adalah membacakan teks bacaan kepada siswa, kata demi kata atau kalimat demi kalimat dan meminta siswa untuk menulisnya.
2. al-hadaf al-lughawi, al-hadaf al-‘udhwi, al-hadaf al-khuluqi, adalah tujuan dari imla’
3. Mempelajari imla’ akan menghindarkan seseorang dari kesalahan dalam menulis dan mengantarkan seseorang kepada pengetahuan yang lebih baik dalam menulis, sebab tulisan merupakan pengganti mutakallim (pembicara) dalam mengungkapkan ide-ide, suara hati dan sebagainya dalam bahasa tulis. Sehingga ia menduduki posisi yang sama pentingnya dengan ucapan.
4.Adapun macam-macam imla’ adalah,Imla’ manqul, Imla’mandhur, Imla’ ghairu al-mandhur (masmu’), Imla’ ikhtibari
Daftar Pustaka:
1. Ahmad Madhkur, Tadris Funun al-lughah al-Arabiyah (Maktabah al-Falah, Kuwait, 1984),
2. Umar Sulaiman Ismail, Al-Imla’ al-Wadlifi li al-Mustawa al-Mutawasshith ( Jami’atu al-Malik Sa’ud, 1991),
3. Nashif Yumayyin, Al-Mu’jam al-Mufashal fi al-Imla’ Qawaiduhu wa Nusushuhu (Dar Kutub al-Ilmiyah, Beirut, 1992).
1. Imla’ manqul: siswa menyalin teks bacaan atau kalimat yang ada di kitab atau tulisan guru di papan ke dalam buku tulis. Imla’ jenis ini untuk tingkat pemula, dimana mereka lebih ditekankan untuk cermat dan teliti saat membaca tulisan dan menyalinnya.
2. Imla’mandhur: siswa melihat dan mempelajari teks bacaan atau kalimat yang ada di kitab atau di papan tulis, lalu menutup kitab atau yang ada di papan tulis. Selanjutnya guru mendiktekan tek bacaan atau kalimat yang sama. Imla’ mandhur tidak hanya menuntut siswa lebih cermat dan teliti saat membaca, tapi juga harus mengingat bentuk tulisannya dan berkonsentrasi dengan guru. Mata, telinga dan kekuatan daya ingat harus saling mendukung. Imla’ mandhur diterapkan dikelas menengah.
3. Imla’ ghairu al-mandhur (masmu’): siswa menulis teks bacaan atau kalimat yang dibacakan guru tanpa melihatnya terlebih dahulu (seperti pada metode ke dua). Metode ini untuk tahapan lebih tinggi, di mana siswa telah menguasai dengan baik teori-teori imla’ yang telah diajarkan. Ketika siswa mendengarkan bacaan guru, siswa mendeskripsikan (dalam benak) bentuk tulisannya sesuai dengan teori-teori yang ada di memori otaknya, lalu menuliskannya dengan cepat.
4. Imla’ ikhtibari: Adalah bentuk imla’ yang diberikan kepada siswa yang telah menguasai dan memahami dengan baik teori-teori imla’ ikhtibari lebih banyak muatan praktik dari pada muatan teori.
BAB III
Kesimpulan
Alhamdulillah dengan selesainya pembahasan mengenai imla’ di atas maka dapat kami simpulkan sebagai berikut:
1.imla’ adalah membacakan teks bacaan kepada siswa, kata demi kata atau kalimat demi kalimat dan meminta siswa untuk menulisnya.
2. al-hadaf al-lughawi, al-hadaf al-‘udhwi, al-hadaf al-khuluqi, adalah tujuan dari imla’
3. Mempelajari imla’ akan menghindarkan seseorang dari kesalahan dalam menulis dan mengantarkan seseorang kepada pengetahuan yang lebih baik dalam menulis, sebab tulisan merupakan pengganti mutakallim (pembicara) dalam mengungkapkan ide-ide, suara hati dan sebagainya dalam bahasa tulis. Sehingga ia menduduki posisi yang sama pentingnya dengan ucapan.
4.Adapun macam-macam imla’ adalah,Imla’ manqul, Imla’mandhur, Imla’ ghairu al-mandhur (masmu’), Imla’ ikhtibari
Daftar Pustaka:
1. Ahmad Madhkur, Tadris Funun al-lughah al-Arabiyah (Maktabah al-Falah, Kuwait, 1984),
2. Umar Sulaiman Ismail, Al-Imla’ al-Wadlifi li al-Mustawa al-Mutawasshith ( Jami’atu al-Malik Sa’ud, 1991),
3. Nashif Yumayyin, Al-Mu’jam al-Mufashal fi al-Imla’ Qawaiduhu wa Nusushuhu (Dar Kutub al-Ilmiyah, Beirut, 1992).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar