Doa Qunut Subuh dan Hukum Membaca Doa Qunut Shalat Subuh
Shonjongjing At-Tanary
Hukum Membaca doa Qunut dalam shalat Subuh.
Sungguh tidak ada seorang pun ulama yang berkompeten dalam keilmuannya, yang membid’ahkan (mengharamkan) membaca doa Qunut Shalat Subuh. Masalah ini sebenarnya sudah tuntas dibahas oleh para Ulama Salaf. Dengan kesimpulan bahwa doa Qunut Subuh itu bukan Bid’ah. Akan tetapi masih ada sebagian umat Islam di zaman ini yang ngotot berpendapat. Bahwa membaca doa Qunut dalam shalat Subuh adalah bid’ah (haram).
Sehingga mereka yang berpendapat doa QunutSubuh itu bid’ah (haram), maka ketika bermakmum kepada Imam Shalat yang membaca doa Qunut. Mereka enggan mengaminkan doa Qunut yang dibaca Imam Shalat. Dan mereka hanya berdiri diam saja karena mereka kalau mengaminkan tentunya takut konsekwensinya, yaitu masuk neraka bersama Imam Shalat.
Konsekwensi dari pendapat ini jelas, berhubung karena setiap bid’ah adalah sesat menurut mereka, dan setiap yang sesat masuk neraka. Maka konsekwensi dari pendapat tersebut menyebabkan siapa yang membaca Doa Qunut dalam shalat Subuh masuk neraka. Na’udzu billah min dzaalik, semoga kita selamat dari neraka, amin….
Berikut ini penjelasan hukum membaca doa Qunut diserati dalilnya bagi mereka yang membaca doa qunut Subuh. Juga penjelasan bagi mereka yang keras kepala menolak dan bahkan membid’ahkan doa Qunut Subuh. Selamat mengikuti, semoga bermanfaat….

HUKUM MEMBACA DOA QUNUT ADALAH SUNAT
Terkait hukum membaca doa Qunut. Ini pendapat yang dikemukakan oleh para imam Mu’tabar. Seperti Imam Malik, Iamm As-Syafie, Ibnu Abi Laila, Hasan bin Soleh, Abu Ishaq Al Ghazali. Dan Abu Bakar bin Muhammad, dan Hakam bin Utaibah. Juga Hammad, Ahli HIjjaz, Al Auza’ie kebanyakan Ahli Syam malah menurut Imam An Nawawi dalam Majmu’. Ini adalah pendapat yang dipegang oleh kebanyakan ulama salaf. Dan generasi selepas daripada mereka bahawa Hukum Membaca Doa Qunut disunatkan pada shalat Subuh setiap hari.
Ini dalilnya Hukum Membaca Doa Qunut:
Mereka berdalilkan dengan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad daripada Anas bin Malik r,a berkata :
Senantiasalah Rasulullah Saw membaca qunut pada shalat Subuh sehingga Baginda wafat.”
Diriwayatkan juga bahawa Sayidina Umar bin Khattab membaca doa Qunut pada shalat Subuh di hadapan para sahabat dan selainnya.
Berkenaan dengan hadits yang diriwayatkan daripada Anas bin Malik ini, menurut Imam al Haithami, para Perawinya adalah dipercayai. “Menurut an Nawawi ia diriwayatkan oleh sekumpulan huffaz (ahli hadits) dan mengakui keshahihannya.
Keshahihan ini dinyatakan oleh al Hafiz al Balkhi, Al Hakim, Al Baihaqi. Dan ia juga diriwayatkan oleh Ad Daruqutni melalui beberapa jalan dengan sanad yang shahih.
Dalam mazhab syafi’i membaca doa Qunutadalah sunat hukumnya dalam Shalat Subuh itu, baik pada ketika turunnya bala atau tidak. Ini adalah pendapat yang banyak dari ulama-ulama Salaf atau katakanlah yang paling banyak dan juga pendapat ulama-ulama setelah ulama Salaf. Bahkan para Sahabat Nabi di antara yang berpendapat serupa ini. Mereka adalah Sayidina Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi thalib. Juga Ibnu Abbas dan Bara’ bin ‘azib Rda. (Terjemah bebas ruju’ ke al Majmu’ Syarah Muhazzab III halaman 504).
HUKUM MEMBACA DOA QUNUTDALAM SHALAT SUBUH DI KALANGAN MAZHAB SYAFI’IYAH
Di dalam mazhab Syafi’i sudah disepakati. Bahawa membaca doa qunut dalam shalat Subuh, pada saat i’tidal rakaat kedua adalah sunat ab’adh. Dalam arti diberi pahala bagi orang yang mengerjakannnya. Dan bagi yang lupa atau lalai mengerjakannya disunatkan untuk menggantikannya dengan sujud sahwi.
Tersebut dalam kitab Al-Majmu’ syarah Muhazzab jilid 3 hlm.504, maksudnya:
“Dalam mazhab Syafi’i disunatkan qunut pada shalat Subuh sama ada ketika turun bencana atau tidak. Dengan hukum inilah berpegang mayoritas ulama salaf dan orang-orang yang sesudah mereka atau kebanyakan dari mereka. Dan di antara yang berpendapat demikian adalah Abu Bakar As-Siddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan. Juga Ali bin Abi Talib, Ibnu Abbas, dan Barra’ bin Azib. Semoga Allah meridhoi mereka semua. Ini diriwayatkan oleh Baihaqi dengan sanad-sanad yang shahih. Banyak ulama yang termasuk Tabi’in dan yang sesudah mereka berpendapat demikian. Inilah juga mazhab Ibnu Abi Laila, Hasan, Ibnu Salah, Malik dan Daud.”
Tersebut dlm kitab Al-Um jilid 1 hlm.205 bahawa Imam Syafi’i berkata,maksudnya:
“Tak ada qunut dalam shalat yang lima waktu kecuali shalat Subuh. Kecuali jika terjadi bencana maka boleh qunut pada semua sembahyang jika imam menyukai.”
Tersebut dalam kitab Al-Mahalli jilid 1 hlm.157, berkata Imam JalaluddinAl-Mahalli, maksudnya:
“Disunatkan membaca Qunut pada i’tidal rakaat kedua dalam shalat Subuh dengan doa, Allahumahdini hingga selesai…”
Demikianlah keputusan dan kepastian hukum tentang membaca doa qunut subuh dalam mazhab kita As-Syafi’i.
ALASAN ORANG-ORANG YANG MENOLAK DOA QUNUT SUBUH
Hukum Membaca Doa Qunut ternyata ada juga yang mengharamkan (bid’ah). Ada orang yang berpendapat bahawa Nabi Muhammad saw melakukan doa Qunut satu bulan saja berdasarkan hadits Anas ra, maksudnya:
“Bahawasanya Nabi saw melakukan qunut selama satu bulan sesudah rukuk sambil mendoakan kecelakaan ke atas beberapa suku Arab. Kemudian baginda meninggalkannya.” Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.
Kita menjawab:
Hadits daripada Anas tersebut kita akui sebagi hadits yang shahih kerana terdapat dalam kitab hadits Imam Bukhari dan Imam Muslim. Akan tetapi yang menjadi permasalahan sekarang adalah kata: (tsumma tarakahu= Kemudian Nabi meninggalkannya).
Apakah yg ditinggalkan oleh Nabi itu?
Meninggalkan qunutkah? Atau meninggalkan berdoa yang mengandungi kecelakaan ke atas suku-suku Arab zaman itu?
Untuk menjawab permasalahan inilah kita perhatikan baik-baik penjelasan Imam an-Nawawi dalam Al-Majmu’ jil.3,hlm.505 maksudnya:
“Adapun jawaban terhadap hadits Anas dan Abi Hurairah r.a dalam ucapannya dengan (tsumma tarakahu). Maka maksudnya adalah meninggalkan doa kecelakaan ke atas orang-orang kafir itu. Dan meninggalkan laknat terhadap mereka saja. Bukan meninggalkan seluruh doa qunut atau maksudnya meninggalkan doa qunut pada selain subuh. Pentafsiran seperti ini mesti dilakukan kerana hadits Anas di dalam ucapannya ‘senantiasa Nabi qunut di dalam shalat Subuh. Sehingga beliau meninggal dunia”. Ini adalah shahih lagi jelas maka wajiblah menggabungkan di antara kedua hadits tersebut.”
Imam Baihaqi meriwayatkan dan Abdur Rahman bin Madiyyil, bahawasanya beliau berkata, maksudnya:
“Hanyalah yang ditinggalkan oleh Nabi itu adalah melaknat.”
Tambahan lagi pentafsiran seperti ini dijelaskan oleh riwayat Abu Hurairah ra yg berbunyi, maksudnya:
“Kemudian Nabi menghentikan doa kecelakaan ke atas mereka.”
Dengan demikian dapatlah dibuat kesimpulan bahawa Qunut Nabi yang satu bulan itu adalah qunut nazilah. Dan doa qunut nazilah inilah yang ditinggalkan, bukan doa Qunut pada waktu shalat Subuh.
ALASAN LAINNYA KENAPA MEREKA MENOLAK DOA QUNUT SUBUH
Ada juga orang-orang yang tidak menyukai doa Qunut Subuh mengemukakan dalil hadits Saad bin Thariq. Yang juga bernama Abu Malik Al-Asja’i, maksudnya:
“Dari Abu Malik Al-Asja’i, beliau berkata: Aku pernah bertanya kepada bapakku, wahai bapak! Sesungguhnya engkau pernah shalat di belakang Rasulullah saw, Abu Bakar, Usman dan Ali bin Abi Thalib. Di sini di kufah selama kurang lebih dari lima tahun. Adakah mereka melakukan qunut?. Dijawab oleh bapaknya:”Wahai anakku, itu adalah bid’ah.” Diriwayatkan oleh Tirmizi.
Kita jawab:
Kalau benar Saad bin Thariq berkata begini maka sungguh mengherankan. Kerana hadits-hadits tentang Nabi dan para Khulafa Rasyidun yang melakukan doa Qunut sangat banyak. Juga ada di dalam kitab al-Bukhari, al-Muslim, Ibnu Majah, Abu Daud, Nasa’i dan Baihaqi.
Oleh karena itu ucapan Saad bin Thariq tersebut tidaklah diakui. Dan tidak terpakai di dlm mazhab Syafi’i dan juga mazhab Maliki.
Hal ini disebabkan oleh kerana beribu-ribu orang telah melihat Nabi melakukan doa Qunut, begitu pula sahabat baginda nabi. Padahal hanya Thariq seorang saja yang mengatakan doa qunut itu sebagai amalan bid’ah.
Maka dalam masalah ini berlakulah kaidah ushul fiqh yaitu:
“Almuthbitu muqaddimun a’la annafi”
Maksudnya: Orang yg menetapkan lebih didahulukan atas orang yang menafikan.
Tambahan lagi orang yang mengatakan ADA jauh lebih banyak daripada orang yang mengatakan TIDAK ADA.
Seperti inilah jawapan Imam Nawawi di dalam Al-Majmu’ jil.3,hlm.505, maksudnya:
“Dan jawaban kita terhadap hadits Saad bin Thariq adalah… Bahawa riwayat orang-orang yang menetapkan doa Qunut terdapat pada mereka itu tambahan ilmu dan juga mereka lebih banyak. Oleh karena itu wajiblah mendahulukan mereka”
SAYYIDINA UMAR MENGATAKAN BAHAWA DOA QUNUT SUBUH ITU SUNAT
Pensyarah hadits Tirmizi yakni Ibnul ‘Arabi juga memberikan koment yang sama terhadap hadits Saad bin Thariq itu. Beliau mengatakan: “Telah sah dan tetap bahawa Nabi Muhammad saw melakukan doa qunut dalam shalat Subuh. Telah tetap pula bahawa Nabi ada Qunut sebelum rukuk atau sesudah rukuk. Telah tetap pula bahawa Nabi ada melakukan qunut nazilah. Dan para khalifah di Madinah pun melakukan qunut serta Sayyidina Umar mengatakan bahawa qunut itu sunat. Telah pula diamalkan di Masjid Madinah. Oleh itu janganlah kamu lihat dan jagan pula ambil perhatian terhadap ucapan yang lain daripada itu.”
Seorang ulama besar ahli fiqh dari Jakarta yakni Kiyai Haji Muhammad Syafi’i Hazami di dalam kitabnya Taudhihul Adillah. Beliau ketika memberi koment terhadap hadits Saad bin Thariq itu berkata:
“Sudah terang doa qunut (Subuh) itu bukan bid’ah menurut semua riwayat yang ada. Maka yang (menganggap) bid’ah itu adalah meragukan kesunatannya sehingga masih bertanya-tanya pula. Sudah gaharu cendana pula, sudahh tahu bertanya pula.”
Dengan demikian dapatlah kita fahami ketegasan Imam Uqaili yang mengatakan bahawa Abu Malik itu jangan diikuti haditsnya dalam masalah qunut. (Mizanul I’tidal jil.2,hlm.122).
ALASAN LAINNYA YANG MENOLAK DOA QUNUT SUBUH
Ada juga orang mengetengahkan riwayat dari Ibnu Masu’d. Yang mengatakan, maksudnya: “Nabi Muhammad Saw tidak pernah Qunut di dalam shalat apa pun.”
Kita jawab:
Riwayat ini menurut Imam Nawawi dalam Al-Majmu’ adalah terlalu dhaif. Kerana di antara perawinya terdapat Muhammad bin Jabir A-Suhaimi yang ucapannya selalu ditinggalkan oleh ahli-ahli hadits. Tersebut dalam kitab Mizanul I’tidal karangan Az-Zahabi bahawa Muhammad bin Jabir As-Suhaimi adalah orang yang dhaif. Menurut perkataan Ibnu Mu’in dan Imam Nasa’i.
Imam Bukhari mengatakan: “Ingatannya tidak kuat!”
Imam Abu Hatim mengatakan:”Dalam waktu yang akhir dia agak pelupa dan kitabnya telah hilang.” (Mizanul I’tidal jil. 3, hlm.492)
Kita juga boleh mengatakan dengan jawaban terdahulu bahawa orang yg mengatakan ADA lebih didahulukan. Daripada orang yang mengatakan TIDAK ADA berdasarkan kaedah:
“Al-muthbitu muqaddamun a’la annafi” maksudnya: “Orang yang menetapkan lebih didahulukan atas orang yang menafikan.
KENAPA MEREKA MENOLAK DOA QUNUT SUBUH, INILAH ALASAN LAINNYA
Mereka yang menolak Qunut Subuh, ada juga yang mengajukan dalil bahawa Ibnu Abbas berkata, maksudnya:
“Qunut pada shalat Subuh itu bid’ah.”
Kita jawab:
Hadits ini sangat dhaif kerana Al-Baihaqi meriwayatkannya dari Abu Laila Al-Kufi. Dan Baihaqi sendiri mengatakan bahawa hadits ini tidak shahih. Kerana Abu Laila itu adalah matruk (orang yg ditinggalkan haditsnya).
Tambahan lagi pada hadits yang lain Ibnu Abbas sendiri mengatakan, maksudnya: “Bahawa Nabi saw melakukan Qunut pada shalat subuh.”
MEREKA MENOLAK DOA QUNUT SUBUH KARENA NABI SAW MELARANG DOA QUNUT SUBUH?
Mereka yang menolak Qunut Subuh, ada juga yang membawa dalil bahawa Ummu Salamah berkata, maksudnya:
“Bahawasanya Nabi Saw melarang qunut pada shalat subuh.”
Kita jawab:
Hadits ini juga dhaif. Kerana diriwayatkan dari Muhammad bin Ya’la dari Anbasah bin Abdurrahman dari Abdullah bin Nafi dari bapanya dari Ummu Salamah.
Berkata Daruqutni: Ketiga orang itu semuanya adalah lemah dan tidak benar kalau Nafi mendengar hadits itu dari Ummu Salamah.
Tersebut dalam Mizanul I’tidal: Muhammad bin Ya’la itu diperkata-katakan oleh Imam Bukhari bahawa dia banyak menghilangkan hadits. Abu Hatim mengatakannya matruk. (mizanul I’tidal 4/70). Anbasah bin Abdurrahman menurut Imam Bukhari haditsnya matruk. Manakala Abdullah bin Nafi adalah orang yang banyak meriwayatkan hadits munkar. (Mizanul I’tidal 2/422).
Demikian, semoga bermanfaat soal pembahasan Hukum Membaca doa Qunut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar