Senin, 29 Mei 2017

FADHILAH SHOLAWAT NABI SAW, TERHADAP KITA.

FADHILAH SHOLAWAT NABI SAW, TERHADAP KITA.

Saudaraku sekalian Jama'ah Jum'at Rohimakumullloh....
Segala puji bagi Alloh SWT pemilik segala pujian dan pemilik segala kesempurnaan semoga sholawat serta salam yg melimpah senantiasa terlimpah curahkan kepada junjungan alam Nabi besar Muhammad SAW penutup para nabi dan rasul serta Suri tauladan utk kita semua....
Ada empat perbuatan ringan yang apabila kita lakukan, maka kita termasuk golongan orang yang tidak terpuji.
1. Seseorang yang membuang air kecil sambil berdiri,
2. Seseorang yang mengusap dahinya sebelum selesai dari shalat,
3. Seseorang yang mendengar adzan tetapi ia tidak menirukan seperti apa yang diucapkan muadzin,
4. seseorang yang apabila mendengar nama Nabi Muhammad Saw disebut, tetapi tidak membacakan shalawat atasnya. 
Sabda Nabi Muhammad Saw:

أربع من الجَفَاءِ أن يبول الرجل وهو قائم، وأن يمسح جبهته قبل أن يفرغ من الصلاة، وأن يسمع النداء فلا يشهد مثل ما يشهد المؤذّن، وأن أذكر عنده فلا يصلي عليّ. (رواه البزار والطبراني)

Artinya: 
“Empat perbuatan termasuk perbuatan yang tidak terpuji, yaitu (1) bila seseorang buang air kecil sambil berdiri, (2) seseorang yang mengusap dahinya sebelum selesai dari shalat, (3). Seseorang yang mendengar adzan tetapi ia tidak menirukan seperti yang diucapkan muadzin, (4) seseorang yang apabila mendengar namaku disebut, tetapi ia tidak membacakan shalawat atasku. (HR. Bazzar dan Tabhrani)

    Dalam ibadah sehari-hari, sebenarnya ada sebuah perbuatan ringan yang apabila kita lakukan mendatangkan akibat yang maha dahsyat, dan apabila kita tinggalkan maka kita termasuk golongan orang yang tidak berbalas budi. 
    Pada saat kita telah diberi bantuan oleh orang lain, sudahlah pasti akan mengucapkan terima kasih yang tak terhingga, atau mungkin mengucapkan doa untuk kebaikannya. Begitu pula dengan Rasulullah Saw yang telah mengeluarkan kita dari lembah kegelapan menuju alam terang benderang, maka sudahlah pantas bagi kita untuk selalu mengucapkan sholawat dan salam atas beliau, sebagai ungkapan rasa terima kasih dan kecintaan kita atas segala jasa dan perjuangan yang tak tertandingi di alam jagad ini.
    Dalam ibadah-ibadah lain, Allah Swt memerintahkan kepada hamba-hambaNya untuk mengerjakannya, namun khusus dalam perintah membaca shalawat, Allah Swt menyebutkan bahwa Allah sendiri bershalawat atasnya, kemudian memerintahkan kepada malaikatNya, baru kemudian pada orang-orang yang beriman untuk bershalawat atasnya. Dengan hal ini semakin menunjukkan bahwasanya melakukan shalawat atas Nabi muhammad saw, tidak cuma sekedar ungkapan terima kasih, tetapi ia juga menjadi ibadah yang utama. 
    Bila kita ingin mengetahui bahwa shalawat termasuk ibadah yang utama, maka perhatikan dan renungkan firman Allah Swt dalam al-Quran: 

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا  

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikatNya, bershalawat atas Nabi, wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk nabi dan ucapkan salam penghormatan kepadanya”. (QS. Al-Ahzab 56).

    Dari ayat tersebut kita mengetahui, Allah Swt saja sang Pencipta jagad raya dan mahkluk seluruh dunia termasuk diri kita yang kecil ini, mau bershalawat terhadap Nabi Muhammad Saw, dan juga para malaikat yang telah dijamin tak akan berbuat kesalahan turut bershalawat terhadap nabi, mengapa diri kita yang telah diselamatkan beliau masih melupakan ibadah yang teramat mulia ini. Sesungguhnya perbuatan seseorang menunjukkan pada perangai dirinya.
سيرة المرء تنبأ عن سريرته

    Shalawat adalah sebuah ibadah yang tidak berbatas alam, jarak ataupun waktu. Artinya bila diucapkan maka akan menembus alam langit yang sangat jauh, didengar para malaikat, lalu turut menyampaikan doa bagi manusia yang mengucapkannya, dan menembus Alam kubur menyampaikan salam yang diucapkan manusia kepada Nabi Muhammad Saw.
Nabi Saw bersabda: 

ما منكم من أحدٍ سلّم علي إذا متُّ إلا جاءني جبريل فقال جبريل يا محمد هذا فلان ابن فلان يُقرئك السلام، فأقول وعليه السلام ورحمة الله وبركاته. (رواه أبو داود).

Artinya: 
“Tidak ada salah seorang di antara kamu yang mengucapkan salam kepadaku sesudah aku mati melainkan malaikat jibril datang kepadaku seraya mengucapkan: ‘wahai Muhammad, ini Fulan bin Fulan mengucapkan salam untukmu, maka aku menjawab: “dan atasnya salam dan rahmat serta berkah dari Allah”. (HR. Abu Daud)
Lalu apa fadhilah mengucapkan shalawat dan salam atas junjungan kita Nabi Besar Muhammad Saw? 
Ada beberapa riwayat dari hadist Rasulullah Saw, Atsar sahabat Radiallahu anhum dan pengalaman beberapa ulama yang mengisyaratkan imbalan bagi mereka yang mau bershalawat.

1). Shalawat membersihkan dosa
Sabda Nabi Saw:

صلّو عليّ فإن الصلاة علي زكاةٌ لكم واسألوا الله لي الوسيلة، قالوا وما الوسيلة يا رسول الله؟ قال: أعلى درجةٍ في الجنة لا ينالها إلا رجلٌ واحدٌ وأنا ارجو أن يكون أنا هو. (رواه أحمد في مسنده)

“bacalah shalawat atasku karena sesungguhnya shalawat atasku membersihkan dosa-dosamu, dan mintalah kepada Allah untukku wasilah”. Para sahabat bertanya: “apakah wasilah itu?” beliau menjawab: “derajat yang paling tinggi di sorga yang hanya seorang saja yang akan memperolehnya dan aku berharap semoga akulah orang yang memperolehnya”.

2). Shalawat berpahala sepuluh rahmat Allah dan menghapus sepuluh kesalahan
Sabda Nabi Saw:

من صلّى علي صلاةً واحدة صلى الله عليه عشر صلوات وحطّ عنه عشر خطيآت (رواه النسائي)

“barangsiapa yang membaca shalawat atasku satu shalawat maka Allah akan menurunkan sepuluh rahmat kepadanya dan menghapus sepuluh kesalahannya” (HR. Nasai)

3). Dikabulkan hajat di dunia dan akhirat
Sabda beliau Saw:

من صلى علي في اليوم مائةَ مرّةٍ قضى الله له مائةَ حاجةٍ، سبعين منها في الآخرة وثلاثين في الدنيا

“barangsiapa yang membacakan shalawat untukku pada suatu hari seratus kali, maka Allah akan memenuhi seratus hajatnya, 70 di antaranya nanti di akhirat dan 30 di dunia. (Kitab Jam’ul Jawami’, Hal: 796)

4). Terangkatnya derajat manusia
Sabda beliau Saw:

من صلى عليّ من أمتي مخلصاًَ من قَلبِه صلاةً واحدةً صلّى اللهُ عليه عشر صلواتٍ ورفع عشر درجاتٍ ومحا عنه عشر سيئاتٍ. (رواه النسائ)

“barangsiapa di antara umatku yang membacakan shalawat atasku satu kali dengan ikhlas dari lubuk hatinya, maka Allah menurunkan sepuluh rahmat kepadanya, mengangkat sepuluh derajat kepadanya, dan menghapus sepuluh kesalahan”. (HR. Nasai)

5). Menjadikan doa cepat terkabul
Bahwasanya Umar bin Khattab Ra berkata: “Saya mendengar bahwa doa itu ditahan diantara langit dan bumi, tidak akan dapat naik, sehingga dibacakan shalawat atas nabi Muhammad Saw”. (Atsar Hasan, Riwayat Tirmidzi)   

Saudara-saudara kaum muslimin sidang jum’ah yang berbahagia. 
Ada sebuah cerita, bahwasanya ulama besar Sufyan ats Tsauri sedang thawaf mengelilingi ka’bah dan melihat seseorang yang setiap kali mengangkat kaki dan menurunkannya senantiasa membaca shalawat atas nabi. Sufyan bertanya: “Sesungguhnya engkau telah telah tinggalkan tasbih dan tahlil, sedang engkau hanya melakukan shalawat atas Nabi. Apakah ada bagimu landasan yang khusus? Orang itu menjawab: “Siapakah engkau? Semoga Allah mengampunimu. Sufyan menjawab: “Saya adalah sufyan ats tsauri”. Orang itu berkata: “seandainya kamu bukanlah orang yang istimewa di masamu ini niscaya saya tidak akan memberitahukan masalah ini dan menunjukkan rahasiaku ini”. 
Kemudian orang itu berkata kepada sufyan: “sewaktu saya mengerjakan haji bersama ayahku, dan ketika berada di dekat kepalanya ayahku meninggal dan mukanya tampak hitam, lalu saya mengucapkan “innalillah wa inna ilahi rajiun” dan saya menutup mukanya dengan kain. Kemudian saya tertidur dan bermimpi, dimana saya melihat ada orang yang sangat tampan, sangat bersih dan mengusap muka ayahku, lalu muka ayahku itu langsung berubah menjadi putih. Saat orang yang tampan itu akan pergi, lantas saya pegang pakaiannya sambil bertanya: “wahai hamba Allah siapakah engkau? Bagaimana lantaran kamu Allah menjadikan muka ayahku itu langsung berubah menjadi putih di tempat yang istimewa ini?. Orang itu menjawab: “apakah kamu tidak mengenal aku? Aku adalah Muhammad bin Abdullah yang membawa al-Quran. Sesungguhnya ayahmu itu termasuk orang yang melampaui batas (banyak dosanya) akan tetapi ia banyak membaca shalawat atasku. Ketika ia berada dalam suasana yang demikian, ia meminta pertolongan kepadaku, maka akupun memberi pertolongan kepadanya, karena aku suka memberi pertolongan kepada orang yang banyak memperbanyak shalawat atasku”. Setelah itu saya terbangun dari tidur, dan saya lihat muka ayahku berubah menjadi putih. (Dari Kitab: Tanbihun Ghofilin, as-Samarqhondi, hal: 261)

Begitu dahsyatnya balasan shawalat terhadap Nabi Saw. sehingga bagi siapapun yang mengucapkannya akan melibatkan Allah, para malaikat dan Nabi Muhammad Saw langsung membalasnya, tidak cuma balasan pahala, imbalan atau keselamatan di akhirat, tetapi juga mendapat syafaat dari Nabi Muhammad Saw. 
Orang yang mendengar shalawat atas nabi, tetapi tidak menjawabnya lalu ia meninggal dan masuk neraka, maka Allah menjauhkan dari RahmatNya. 
Sabda Nabi: 
“Jibril datang kepadaku dan berkata: “wahai Muhammad, barangsiapa yang mendapatkan bulan ramadhan namun ia tidak diampuni dosanya, lalu ia mati dan masuk neraka, maka Allah akan menjauhkan dari RahmatNya. Aku menjawab: “amin”. Jibril berkata lagi: “barangsiapa yang masih bertemu dengan kedua orangtuanya atau salah satu diantaranya kemudian tidak berbuat baik pada orang tuanya, lalu mati dan masuk neraka, maka Allah menjauhkan dari rahmatNya. Aku menjawab: “Amin”. Jibril berkata lagi: “barangsiapa yang disebutkan namamu (muhammad) namun ia tidak membacakan shalawat lalu ia mati dan masuk neraka, maka Allah menjauhkan dari rahmatNya. Aku mengucapkan “Amin”. (HR. Ibnu Hibban).
Ucapkanlah shalawat kepada Nabi Muhammad Saw, disaat kita senggang, disaat akan menggubah posisi kegiatan kita, disaat kapanpun, dimanapun selagi kita mampu. Dan bila ada yang mengucapkan shalawat:

اللهم صلى على محمد وعلى آل محمد

Maka kita menjawab:

اللهم صلى وسلم وبارك على محمد

Jangan lupakan shalawat, karena bila kita lupa berarti kita telah melupakan seseorang yang telah menunjukkan kita kejalan yang lurus yaitu Nabi Muhammad Saw. bila kita telah melupakan shalawat berarti kita telah melupakan dan keliru dari jalan yang seharusnya kita tempuh menuju sorga. 
“barangsiapa yang lupa membaca shawalat atasku, berarti ia telah keliru dari jalan ke sorga” (HR. Ibnu majah).

Sabtu, 27 Mei 2017

ROMADHON ADALAH BULAN UTK MENGASAH JIWA, KETAJAMAN FIKIRAN DAN KEJERNIHAN HATI SEHINGGA DAPAT MEMBAKAR LEMAK DOSA YG ADA DIDALAM DIRI KITA.

ROMADHON ADALAH BULAN UTK MENGASAH JIWA, KETAJAMAN FIKIRAN DAN KEJERNIHAN HATI SEHINGGA DAPAT MEMBAKAR LEMAK DOSA YG ADA DIDALAM DIRI KITA.

Sanhaji

Kata “Ramadhan” merupakan bentuk mashdar (infinitive) yang terambil dari kata ramidhayarmadhu yang pada mulanya berarti membakar, menyengat karena terik, atau sangat panas. Dinamakan demikian karena saat ditetapkan sebagai bulan wajib berpuasa, udara atau cuaca di Jazirah Arab sangat panas sehingga bisa membakar sesuatu yang kering.

Selain itu, Ramadhan juga berarti ‘mengasah’ karena masyarakat Jahiliyah pada bulan itu mengasah alat-alat perang (pedang, golok, dan sebagainya) untuk menghadapi perang pada bulan berikutnya. Dengan demikian, Ramadhan dapat dimaknai sebagai bulan untuk ‘mengasah’ jiwa, ‘mengasah’ ketajaman pikiran dan kejernihan hati, sehingga dapat ‘membakar’ sifat-sifat tercela dan ‘lemak-lemak dosa’ yang ada dalam diri kita.

Ramadhan yang setiap tahun kita jalani sangatlah penting dimaknai dari perspektif nama-nama lain yang dinisbatkan kepadanya. Para ulama melabelkan sejumlah nama pada Ramadhan. 

Pertama, Syahr al-Qur’an (bulan Alquran), karena pada bulan inilah Alquran pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Selain itu, kitab-kitab suci yang lain: Zabur, Taurat, dan Injil, juga diturunkan pada bulan yang sama.

Kedua, Syahr al-Shiyam (bulan puasa wajib), karena hanya Ramadhan merupakan bulan di mana Muslim diwajibkan berpuasa selama sebulan penuh. Dan hanya Ramadhan, satu-satunya, nama bulan yang disebut dalam Alquran. (QS al-Baqarah [2]: 185).

Ketiga, Syahr al-Tilawah (bulan membaca Alquran), karena pada bulan ini Jibril AS menemui Nabi SAW untuk melakukan tadarus Alquran bersama Nabi dari awal hingga akhir. Keempat, Syahr al-Rahmah (bulan penuh limpah an rahmat dari Allah SWT), karena Allah menurunkan aneka rahmat yang tidak dijumpai di luar Ramadhan. Pintu-pintu kebaikan yang mengantarkan kepada surga dibuka lebar-lebar.

Kelima, Syahr al-Najat (bulan pembebasan dari siksa neraka). Allah menjanjikan pengampunan dosa-dosa dan pembebesan diri dari siksa api neraka bagi yang berpuasa karena iman dan semata-mata mengharap ridha-Nya. Ke enam, Syahr al-’Id (bulan yang berujung/ berakhir dengan hari raya). Ramadhan disambut dengan kegembiraan dan diakhiri dengan perayaan Idul Fitri yang penuh kebahagiaan juga, termasuk para fakir miskin.

Ketujuh, Syahr al-Judd (bulan kedermawanan), karena bulan ini umat Islam dianjurkan banyak bersedekah, terutama untuk meringankan beban fakir dan miskin. Nabi SAW memberi keteladanan terbaik sebagai orang yang paling dermawan pada bulan suci.

Kedelapan, Syahr al-Shabr (bulan kesabaran), karena puasa melatih seseorang untuk bersikap dan berperilaku sabar, berjiwa besar, dan tahan ujian. 

Kesembilan, Syahr Allah (bulan Allah), karena di dalamnya Allah melipatgandakan pahala bagi orang berpuasa

Jadi, Ramadhan adalah bulan yang sangat sarat makna yang kesemuanya bermuara kepada kemenangan, yaitu: kemenangan Muslim yang berpuasa dalam melawan hawa nafsu, egositas, keserakahan, dan ketidakjujuran. Sebagai bulan jihad, Ramadhan harus dimaknai dengan menunjukkan prestasi kinerja dan kesalehan individual serta sosial.

Kisah Nyata Dari Yordan

Kisah Nyata Dari Yordan

Dr. Tengku Asmadi

Selepas membeli kayu bakar, orang ini kemudian di rumahnya memilih kayu kayu tersebut. Tak terduga, dia mendapati sebuah kayu yang agak aneh, kayu tersebut dibungkus plastik dengan rapi, setelah dibuka ternyata kayu tersebut dipenuhi dengan paku paku dengan pola pakuan yang aneh. Melihat ada yang ganjil, dia pun pergi membawa kayu tersebut ke seorang Syaikh.

Syaikh berkata: "kayu ini adalah tumbal sihir, diperuntukkan atas satu keluarga yang terdiri dari Ayah, Ibu dan beberapa orang anak, selama paku ini masih menancap, satu keluarga tersebut tengah dalam keadaan sakit, dan hanya Allah yang mengetahui jenis sakitnya .." Lalu Syaikh itu berkata kembali: "Alhamdulillah kamu belum membakar kayu ini, jika itu kamu lakukan, nescaya satu keluarga tersebut akan Mati semua". Berikut cara rawatan sihir sesuai dengan resipi Rasulullah Saw

A. RAWATAN SIHIR

Rawatan sihir boleh dilakukan dengan dua cara:

Pertama, dengan ruqyah yang sesuai syariat

Di antara kaedah yang pernah dipraktikkan dan itu mujarab adalah

1. Mandi dengan air yang telah dicampur daun bidara

Persiapan: Sediakan 7 daun bidara hijau, dan satu baldi air yang cukup untuk mandi.

Caranya:

a. Haluskan daun bidara dengan ditumbuk, dan campurkan ke dalam air yang telah disiapkan.

b. Baca ayat-ayat berikut di dekat air (di luar bilik mandi):

1) Baca ta'awudz: a-'uudzu billahi minas syaithanir rajiim
2) Ayat kursi (QS. Al-Baqarah: 255)
3) QS. Al-A'raf, dari ayat 117 hingga 122
4) QS. Yunus, dari ayat 79 hingga 82
5) QS. Taha, dari ayat 65 hingga 70
6) Surat Al-Kafirun, Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas
7) Minumkan air tersebut di atas 3 kali (boleh gunakan gelas kecil)
8) Gunakan selebihnya untuk mandi.
9) Cara seperti ini boleh dilakukan beberapa kali, hingga pengaruh sihirnya hilang.

(Kaedah ini disebutkan oleh Dr. Said bin Ali bin Wahf al-Qohthani dalam buku beliau Ad-Dua wa Yalihi Al-Ilaj bi Ar-Ruqa, Hal. 35).

2. Membaca beberapa ayat al quran kemudian ditiupkan

Caranya:

a. Baca surat Al-Fatihah, ayat kursi, dua ayat terakhir surat Al-Baqarah, surat Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas.
b. Ulangi sebanyak 3 kali atau lebih
c. Baca ayat di atas, sampil ditiupkan dan diusapkan ke bahagian tubuh yang sakit.
d. Baca doa-doa ketika menjenguk orang sakit.

Kedua, menghancurkan simpul sihir

Cara kedua ini adalah kaedah menghilangkan sihir yang paling mujarab. Hanya saja, cara kedua ini agak sukar dilakukan, kerana perlu diketahui simpul sihir yang ditanam oleh dukun. Jika simpul sihir ini boleh dihancurkan maka pengaruh sihir akan hilang total. Simpul ini bak pengkalan tentera bagi si dukun untuk menyihir objek sasaran.

Sebagaimana hal ini pernah dialami oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, seperti yang disebutkan dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim. Berikut redaksi kisah yang lebih lengkap. Redaksi ini disebutkan oleh At-Tsa'alibi dalam tafsirnya dan dinukil oleh Ibnu katsir:

Dari Ibnu Abbas dan A'isyah radhiyallahu 'anhuma menceritakan:

Dulu ada seorang remaja Yahudi yang menjadi pelayan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Sehingga, datanglah beberapa orang Yahudi menemui anak ini. Sampai akhirnya si remaja ini mengambil rontokan rambut kepala Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan potongan sikat rambut, dan dia berikan kepada orang Yahudi. Akhirnya, mereka gunakan rambut ini sebagai bahan untuk menyihir Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Pelaku sihir adalah seorang Yahudi Bani Zuraiq, namanya Labid bin A'sham. Simpul sihir dari rambut tersebut di tanam di telaga milik Bani Zuraiq, namanya sumur Dzarwan.

Kerana pengaruh sihir ini, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam jatuh sakit, sehingga rambut beliau mudah gugur. Beliau seolah-olah melakukan sesuatu dengan isterinya padahal tidak melakukan apa-apa. Sampai akhirnya beliau bermimpi, beliau melihat ada dua malaikat yang datang. Yang satu duduk di dekat kepala beliau dan yang satu duduk di dekat kaki beliau.

Malaikat pertama bertanya, "Apa yang terjadi dengan orang ini?" "Dia tersihir." Jawab malaikat kedua. "Siapa yang menyihir?" Tanya malaikat pertama. "Labid bin A'sham orang Yahudi." Jawab malaikat kedua. "Dengan apa dia disihir?" Jawabnya: "Dengan rambut dan potongan sikat." "Di mana simpul sisirnya?" Jawabnya: "Dibungkus kulit mayang kurma, ditindih batu, di dalam sumur Dzarwan." Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam terbangun. Kemudian beliau berangkat ke sumur Dzarwan di Bani Zuraiq bersama Ali bin Abi Talib, Zubair bin Awam, dan Ammar bin Yasir.

Ali diperintahkan untuk mengambil batu itu, untuk mengeluarkan bungkus simpul sihir. Ketika itu, Allah menurunkan dua surat Al-Muawidzatain (surat Al-Falaq dan An-Nas). Sebelumnya, Ali bin Abi Talib diperintahkan untuk membaca dua surat tersebut. Ternyata di dalamnya ada beberapa helai rambut dan potongan sisirnya. Di sana juga ada ikatan buntalan jumlahnya ganjil. Selanjutnya benda itu dimusnahkan dan sumurnya ditutup.

Seketika itu, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam langsung terasa ringan dan hilang pengaruh sihirnya. Setelah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam kembali, beliau sampaikan kepada isterinya:

يا عائشة, كأن ماءها نقاعة الحناء, أو كأن رءوس نخلها رءوس الشياطين

"Hai Aisyah, air perigi itu seperti terkena daun pacar (inai). Atau seolah pangkal mayang kurma seperti kepala syaitan. "(HR. Bukhari 5763)

Imam Ibnul Qoyim dalam Zadul Ma'ad berkata:

Cara menyembuhkan sakit ini ada dua, di antaranya adalah mengeluarkan sumber sihir dan memusnahkan ia. Ini adalah cara yang paling sempurna. Sebagaimana terdapat riwayat yang sahih daripada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bahawa beliau berdoa kepada Allah tentang sumber sihir yang menimpa beliau, kemudian Allah tunjukkan bahawa pangkalnya ada di dalam sumur, dengan rambut dan potongan sikat dibungkus mayang kurma jantan. Ketika benda itu dikeluarkan, pengaruh sihir itu langsung hilang, seolah beliau baru bebas dari ikatan. Inilah kaedah yang paling ampuh untuk mengubati orang yang terkena sihir. Seperti halnya menghilangkan sumber penyakit dalam tubuh (Zadul Ma'ad, 4: 113)

B. PENCEGAHAN DARI SIHIR

1- Dalam setiap keadaan senantiasa mentauhidkan Allah Azza wa Jalla dan bertawakkal kepadaNya, serta menjauhi perbuatan syirik dengan segala bentuknya.

2- Melaksanakan setiap kewajiban-kewajiban yang Allah Subhanahu wa Ta'ala perintahkan, dan menjauhi setiap yang dilarang, serta bertaubat dari setiap perbuatan dosa dan kejelekan. Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepada Ibnu' Abbas Radhiyallahu 'anhu:

يا غلام! إني أعلمك كلمات, احفظ الله يحفظك ...

"Wahai anak, sesungguhnya aku akan mengajarkanmu beberapa kalimat. Jagalah Allah, nescaya Allah akan menjagamu ..." [HR Tirmidzi]

3. Tidak membiarkan anak-anak berkeliaran saat akan terbenamnya matahari. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, yang artinya: "Jika malam telah masuk -jika kalian berada di sore hari-, maka tahanlah anak-anak kalian. Sesungguhnya setan berkeliaran pada waktu itu. Tatkala malam telah datang sejenak, maka lepaskanlah mereka". [HR Bukhari Muslim].

4- Membersihkan rumah dari salib, patung-patung, binatang yang dipelihara dan gambar-gambar yang bernyawa serta anjing. Diriwayatkan dalam sebuah hadis, bahawa Malaikat (rahmat) tidak akan memasuki rumah yang di dalamnya terdapat hal-hal di atas. Demikian juga dibersihkan dari peranti-peranti yang melalaikan, gitar, piano, seruling dan muzik.

5. Memperbanyak membaca Al Qur`an dan manjadikannya sebagai dzikir harian. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, bahawa Rasulullah Shallallahu' alaihi wa sallam bersabda:

لا تجعلوا بيوتكم مقابر إن الشيطان ينفر من البيت الذي تقرأ فيه سورة البقرة

"Janganlah menjadikan rumah-rumah kalian layaknya kuburan. Sesungguhnya syaitan lari dari rumah yang dibaca di dalamnya surat Al Baqarah". [HR Muslim]

6- Membentengi diri dengan doa-doa dan ta'awudz serta dzikir-dzikir yang disyariatkan, seperti dzikir pagi dan sore, dzikir-dzikir setelah shalat fardhu, dzikir sebelum dan sesudah bangun tidur, do'a ketika masuk dan keluar rumah, do ' a ketika naik kenderaan, do'a ketika masuk dan keluar masjid, do'a ketika masuk dan keluar bilik mandi, do'a ketika melihat orang yang mandapat musibah, serta dzikir-dzikir yang lain.

Ibnul Qayyim berkata, "Sesungguhnya sihir para penyihir itu akan bekerja secara sempurna bila mengenai hati yang lemah, jiwa-jiwa yang penuh dengan syahwat yang senanantiasa bergantung kepada hal-hal rendahan. Oleh sebab itu, umumnya sihir banyak mengenai para wanita, anak-anak, orang-orang bodoh, orang-orang pedalaman, dan orang-orang yang lemah dalam berpegang teguh kepada agama, sikap tawakkal dan tauhid, serta orang-orang yang tidak mempunyai bahagian sama sekali dari dzikir-dzikir Ilahi, doa-doa, dan ta'awwudzaat nabawiyah. "[Zaadul Ma'ad (4/116)]

7. Memakan tujuh butir kurma 'ajwah setiap pagi hari. Berdasarkan sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam:

من تصبح كل يوم سبع تمرات عجوة لم يضره في ذلك اليوم سم ولا سحر

"Sesiapa yang makan tujuh butir kurma 'ajwah pada setiap pagi, maka racun dan sihir tidak akan mampu membahayakannya pada hari itu". [HR Bukhari dan Muslim]

Semoga bermanfaat, jangan lupa sebarkan pada yang lain.

Bacaan Bilal dan Jawabannya dalam Tarawih



Bacaan Bilal dan Jawabannya dalam Tarawih


Ramadhan telah tiba kembali. Semua orang menyambut dengan penuh gembira. Tidak hanya orang tua, tetapi juga orang dewasa dan anak-anak kecil. Dan memang begitulah seharusnya. Karena merasa gembira dengan kedatangan Ramadhan adalah sebuah pahala tersendiri.<>Sebagaimana keterangan dalam hadits Rasulullah saw yang isinya:

من فرح بدخول رمضان حرّم الله جسده على النيران

Barang siapa gembira masuknya bulan Ramadhan, maka Allah swt. mengharamkan jasadnya dari api neraka.

Memang gembira adanya di perasaan dan di dalam hati, akan tetapi harus diejawantahkan dalam amaliah keseharian. Mulai dari sedekah, zakat, memperbanyak sedekah dan amaliah Ramadhan lainnya, terutama tarawih yang merupakan bukti kegembiraan dan keseriusan seseorang dalam menyambut Ramadhan. Begitu semangatnya dalam terawih sehingga tidak sedikit jama’ah yang asal berteriak tanpa mengerti subtansinya, apalagi makna dan isinya.

Oleh karena itulah menjadi penting mengingatkan kembali bacaan bilal dan bagaimana cara menjawabnya dalam tarawih..

Jawaban Jamaah

Bacaan Bilal

No

رَحِمَكُمُ اللهُ

صَلُّوْا سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ جَامِعَةَ رَحِمَكُمُ اللهُ

1

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

وَمَغْفِرَةً وَنِعْمَةْ

فَضْلًا مِنَ اللهِ تَعَالَى وَنِعْمَةْ

2

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

رَضِيَ اللهُ عَنْهُ

اَلْخَلِيْفَةُ اْلاُوْلَى سَيِّدُنَا اَبُوْ بَكَرْ الصِّدِّيْقُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ

3

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

وَمَغْفِرَةً وَنِعْمَةْ

فَضْلًا مِنَ اللهِ تَعَالَى وَنِعْمَةْ

4

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

رَضِيَ اللهُ عَنْهُ 

اَلْخَلِيْفَةُ الثَّانِيَةُ سَيِّدُنَا عُمَرُ ابْنُ الْخَطَّابْ

5

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

وَمَغْفِرَةً وَنِعْمَةْ

فَضْلًا مِنَ اللهِ تَعَالَى وَنِعْمَةْ

6

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

رَضِيَ اللهُ عَنْهُ 

اَلْخَلِيْفَةُ  الثَّالِثَةُ سَيِّدُنَا عُثْمَانُ بْنُ عَفَّانْ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ

7

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

وَمَغْفِرَةً وَنِعْمَةْ

فَضْلًا مِنَ اللهِ تَعَالَى وَنِعْمَةْ

8

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

كرم الله وجهه 

اَلْخَلِيْفَةُ الرَّابِعَةُ سَيِّدُنَا عَلِيْ بِنْ اَبِيْ طَالِبْ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ

9

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

اَمِيْنَ يَارَبَّ الْعَالَمِيْنَ

اَخِرُ التَّرَاوِيْحِ اَجَرَكُمُ اللهُ

10

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

Bacaan Bilal Shalat Witir

رَحِمَكُمُ اللهُ

صَلُّوْا سُنَّةَ الْوِتْرِ رَكْعَتَيْنِ جَامِعَةَ رَحِمَكُمُ اللهُ

1

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

رَحِمَكُمُ اللهُ

صَلُّوْا سُنَّةَ رَكْعَةَ الْوِتْرِ جَامِعَةَ رَحِمَكُمُ اللهُ

2

 

Demikianlah sebaiknya para jama’ah mengerti persis apa yang diucapkan bilal tarawih dan apa jawaban jama’ah.

Jumat, 26 Mei 2017

Utk mengingatkan Diri dibulan suci


Self Reminder:

√ Mulai puasa mulut dari ghibah, dusta, rofast (berkata jorok,p***o), sumpah palsu, komentar tidak baik ke orang, debat, menyindir, menghina, menyakiti orang lain dll

√ Menjaga telinga dari mendengarkan dosa mulut yang sudah ditulis di point pertama diatas👆

√ Puasa mata dari melihat dengan syahwat (tontonan, foto syur dll) melihat status fb yang sifatnya gibah, namimah,   tulisan yang kurang bermanfaat, sindiran dll

√ puasa tangan dari menulis status yang mengandung unsur ghibah, mengundang perdebatan dan kebencian, mengambil hak orang lain, menulis yang isinya menyindir orang lain sehingta membuat orang lain tersinggung dll

√ puasa kaki dari hal hal yang kurang manfaat, buat maksiat dll

√ puasa hati dari suuzon, riya, hasud(iri dengki), takabur, tafakhur, tajabbur dll

Dulu ada dua orang shohabiyah yang sedang berpuasa sehingga mereka hampir pingsan, mereka mengutus seseorang agar kiranya nabi mengijinkan mereka untuk berbuka. Lalu nabi menyuruh utusan tsb untuk membawa dua wadah agar si wanita tsb muntah. Wanita pertama muntah darah dan daging yang sangat busuk begitu pula wanita yang kedua, semua terheran. Rasulallah bersabda bahwa dua wanita tersebut bisa berpuasa dari hal hal yang dihalalkan Allah (makan minum) tapi tidak bisa berpuasa dari yang diharamkan Allah (ghibah)

Ghibah "membicarakan fakta seseorang yang apabila terdengar akan tersinggunglah orang yang sedang dibicarakan

Termasuk ghibah:
√ komentar penampilan seseorang misal kerudungnya ga match dengan warna baju, kerudung ngelembrek, jenggotan, cingkrangan dll

√ meniru niru gaya bicara seseorang

√ komentar postur tubuh seseorang misal bilang kurus, gndut atau pendek saja,  apalagi kalo ditambahin, kurus seperti tokek, gndut kaya drum, pendek ptekel dll

√ngejelek jelekin seseorang
Dll

Ingat....
Ghibah dosa besar, lebih besar dari dosa zina dan lebih besar dari dosa tukang rentn(ribaa)

Stop ghibah selama ramadhan...cukup katakan "maaf kita lagi puasa, jangan lanjutin ya"

Selasa, 23 Mei 2017

Hadiah Orang Hidup Kepada Orang Mati


Hadiah Orang Hidup Kepada Orang Mati


Assalamu ’alaikum wr. wb.
Redaksi Bahtsul Masail yang saya hormati. Terlebih dahulu saya minta maaf jika nanti pertanyaannya terkesan konyol dan mengada-ada. Jujur saja saya awam dalam soal agama, dan baru-baru ini kesadaran untuk belajar agama saya muncul.

Beberapa minggu yang lalu saya mendapatkan hadiah dari istri berupa jam tangan. Teman saya mengeluarkan celetukan, “Itu hadiah dari orang hidup ke orang hidup, dan jelas bisa sampai.” Nadanya sedikit meledek, kemudian teman saya melanjutkan bahwa kiriman hadiah doa orang hidup ke orang mati tidak bakal sampai karena sudah beda alam. Saya ingin saya tanyakan adalah bagaimana pandangan ustadz mengenai hal ini?

Mohon penjelasanya. Karena setahu saya, dulu orang tua sering menasihati agar selalu kirim doa kepada yang telah meninggal dunia. Wassalamu ’alaikum wr. wb. (Agus/Jakarta)

Jawaban
Assalamu ’alaikum wr. wb.
Penanya yang budiman, semoga selalu dirahmati Allah SWT. Pertama kami mengucapkan puji syukur kepada Allah atas munculnya kesadaran keagamaan penanya.

Bahwa nasihat orang tua kepada anaknya untuk selalu mendoakan kepada keluarga atau famili atau orang saleh yang telah meninggal dunia adalah hal yang sangat baik. Sudah sepatutnya untuk dilestarikan karena hal itu merupakan salah satu bukti bakti kita kepada mereka yang telah mendahului kita.

Orang yang hidup memberikan hadiah kepada yang masih hidup dengan hadiah material adalah hal biasa.

Namun, pertanyaannya apa yang dapat kita berikan kepada orang-orang yang telah mendahului kita? Tentu yang dapat kita berikan bukanlah materi. Lantas apa yang dapat kita berikan sebagai hadiah?

Jawabnya adalah doa dan permohonan ampunan (istighfar). Inilah yang paling layak untuk dihadiahkan kepada orang-orang yang telah meninggal dunia. Karena itu kemudian dikatakan bahwa hadiah orang hidup kepada yang meninggal dunia adalah doa dan permohonan ampunan.

هَدَايَا الْأَحْيَاءِ لِلْأَمْوَاتِ الدُّعَاءُ وَالْإِسْتِغْفَارُ

Artinya, “Hadiah orang-orang yang masih hidup kepada orang-orang yang telah meninggal dunia adalah doa dan memintakan ampunan kepada Allah (istighfar) kepada mereka,” (Lihat Syekh Nawawi Banten, Nihayatuz Zain, Beirut, Darul Fikr, tt, halaman 281).

Dalam sebuah riwayat—sebagaimana dikemukakan Syekh Nawawi Al-Bantani— dikatakan bahwa di dalam kubur, orang yang meninggal dunia seperti orang tenggelam yang meminta pertolongan berupa doa. Ia menanti datangnya doa dari anaknya, saudara, atau temannya. Ketika ia mendapatkannya, maka itu lebih ia sukai ketimbang dunia dengan seluruh isinya.

رُوِيَ عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم أَنَّهُ قَالَ مَا الْمَيِّتُ فِي قَبْرِهِ إِلَّا كَالْغَريقِ الْمُغَوَّثِ-بِفَتْحِ الْوَاوِ الْمُشَدَّدَةِ أَيْ الطَّالِبِ لِأَنْ يُغَاثَ-يَنْتَظِرُ دَعْوَةً تَلْحُقُهُ مِنِ ابْنِهِ أَوْ أَخِيهِ أَوْ صَدِيقٍ لَهُ فَإِذَا لَحِقَتْهُ كَانَتْ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا

Artinya, “Diriwayatkan dari Nabi SAW, beliau bersabda, ‘Tidak ada mayit yang berada dalam kuburnya kecuali ia seperti orang tenggelam yang meminta pertolongan—kal ghariqil mughawwats dengan diharakati fathah pada huruf wawunya yang bertasdid, yaitu orang yang meminta pertolongan—ia menunggu setetes doa yang yang dikirimkan anaknya, saudara, atau temannya. Karenanya ketika ia mendapatkan doa, maka hal itu lebih ia sukai dibanding dunia dengan seluruh isinya,’” (Lihat Syekh Nawawi Banten, Nihayatuz Zain, halaman 281).

Dari sinilah kemudian dapat dipahami betapa orang yang telah meninggal dunia itu sebenarnya mengharapkan kiriman atau hadiah doa dari orang yang masih hidup. Dengan kata lain, kiriman atau hadiah doa itu akan sangat berarti baginya, bahkan pahalanya pun akan sampai.

Karena itu para ulama—sebagaimana dikemukakan Muhyiddin Syarf An-Nawawi—menyatakan kesepakatan bahwa doa dari orang yang masih hidup kepada yang telah meningal dunia itu bermanfaat dan pahalanya akan sampai kepadanya. Salah satu dalil yang digunakan untuk mendukung pendapat ini adalah firman Allah SWT berikut ini:

وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ

Artinya, “Orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa, ‘Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan suadara-saudara kami yang telah beriman terlebih dulu dari kami,” (QS Al-Hasyr ayat 10).

اَجْمَعَ الْعُلَمَاءُ عَلَى اَنَّ الدُّعَاءَ لِلْاَمْوَاتِ يَنْفَعُهُمْ وَيَصِلُهم ثَوَابُهُ وَاحْتَجُّوا بِقَوْلِهِ تَعَالَى وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ

Artinya, “Para ulama sepakat bahwa doa untuk orang-orang yang telah meninggal dunia akan memberikan manfaat kepada mereka dan akan sampai juga pahalanya kepada mereka. Para ulama ini berdalil dengan firman Allah SWT, ‘Orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa, ‘Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan suadara-saudara kami yang telah beriman terlebih dulu dari kami,’ (Al-Hasyr ayat 10),’” (Lihat Muhyiddin Syarf An-Nawawi, Al-Adzkar An-Nawawiyyah, Jakarta, Darul Kutub Al-Islamiyah, cet ke-1, 1425 H/2004 M, halaman 180).

Demikian jawaban sederhana ini yang dapat kami sampaikan. Teruslah mendoakan orang-orang yang telah mendahului kita karena itu sangat bermanfaat bagi mereka. Kami selalu terbuka untuk menerima saran dan kritik dari para pembaca.

Wallahul muwaffiq ila aqwamith thariq,
Wassalamu ’alaikum wr. wb.

NILAI SUATU KEIKHLASAN

NILAI SUATU KEIKHLASAN

Hati2 saudaraku dengan status, ajakan utk beramal sholeh, seperti mengajak utk sholat fardhu, sholat sunnat Tahajud atau ajakan lainnya yg berkaitan dgn ibadah,....Contohnya :
1. Mari kita sholat Magrib, Isya, subuh, zuhur, dan Ashar.. 
2. Mari kita sholat Tahajud. 
3. Sudah waktunya kita sholat. 
4. Ayo kita sholat subuh 
5. Ayo penuhi panggilan Alloh.. 
6. Waktunya sholat tinggalkan urusan dunia sejenak...
7. Dahsyatnya Puasa Senin & kamis.
8. Dll sebagainya... 

Saudaraku sekalian,.... Tanpa kita sadari atau tanpa kita mengerti status tersebut kita kirim ke medsos utk temen2 Kita tujuannya adalah utk mengingatkan temen2 kita utk melaksanakan sholat... Tapi ketahuilah bahwa tanpa kita sadari sebenarnya kita telah terperangkap bisikan dan godaan setan agar kita dianggap oleh temen2 kita bahwa kitalah yg paling beramal dan sholeh, kitalah yg paling tepat waktu melaksanakan sholat, kitalah yg sering melaksanakan sholat berjama'ah dimasjid dll sebagainya,... 
Kalau sudah ada fikiran tersebut dibenak kita maka segera kembalikan bahwa saya belum seberapa melaksanakan ibadah bila dibanding dengan temen2 yg suka saya Kirimi status tsb, dan lebih celaka lagi kalau sudah ada sifat ingin dipuji (Riya), 
NAUZUBILLAH MIN DZALIK,...
kita tidak tahu mungkin diantara temen2 kita ada yang lebih baik ibadahnya ketimbang kita, lebih tawadhu lagi dll sebagainya atau ilmu Agamanya luas tahu tentang ajakan ibadah... Maka kalau demikian kita telah berbuat sombong terhadapnya.... 
Saran saya mungkin lebih bijak lagi kalau kita ingin mengajak beramal sholeh jangan mengirim status kepada temen2 kita yg sdh faham dan mengerti.... Itu mungkin akan lebih baik, " Pa sanhaji pernah bilang" 
"Biarkanlah amal ibadahmu menjadi rahasiamu seperti kamu merahasiakan dosa2mu"  Subhanallah.... Itulah hakikat ibadah orang lain ga usah tahu biarlah Alloh SWT saja yg mencatat semua amal ibadah kita, dan itulah hakikatnya ibadah yg diniatkan atas dasar LILLAHI TA'ALA... bukan karena sesuatu...
Para ulama jaman dahulu dalam suatu cerita ketika beliau mau sholat Tahajud kemudian kucingnya bangun beliau tidur sebentar lagi menunggu kucingnya itu tidur lagi, barulah beliau bangun utk qiyamullail...Artinya beliau benar-benar menjaga agar tak satupun org tahu bahwa dia sedang melakukan qiyamullail...

atau saudara pernah mendengar riwayat Imam Syafi’i ketika beliau menginap dirumah Imam Ahmad bin Hambal, dimana Imam Syafi’i ketika beliau menginap dirumah Imam Ahmad beliau dilihat oleh putrinya Imam Ahmad makannya banyak dan tidak keluar kamar utk berwudhu dan tidak melaksanakan qiyamullail, kemudian putri Imam Ahmad menegur bapaknya " wahai ayah inikah seorang imam termashur kelakuannnya.... Mendengar pernyataan itu dengan berat hati Imam ahmad bertanya kepada imam Syafi’i...." wahai guru semalam apa yg kamu lakukan dikamarmu"
Imam Syafi’i menjawab " wahai ahmad sya semalam dikamar tidak bisa tidur karena fikiranku selalu terbayang tentang suatu hukum agama dan saya menulisnya semalaman insyaallah sudah selesai dan semoga bermanfaat utk ummat,... Lalu tadi siang engkau begitu lahap makan wahai guru?.(kata Imam Ahmad), aku lahap makan karena aku yakin makanan yg kau hilangkan tadi siang itu dari hal yg halal dan itu obat bagiku kata Imam Syafi’i.... 
Artinya adalah orang sholeh itu tidak mesti terlihat sholeh kelakuannnya karena yg ada difikirannya itu selalu memikirkan akhirat dan Suatu hukum agama, tdk melaksanakan sholat Tahajud ternyata ada suatu hal yg lebih penting utk ummat...... 
Subhaanallah... Bisakah kita seperti beliau... 
Mari belajar ikhlas beribadah...!!!!!

Minggu, 21 Mei 2017

Gus Mus: Sekarang Lagi Ngetren “Orang Pintar Baru”



Gus Mus: Sekarang Lagi Ngetren “Orang Pintar Baru”



NU Online
KH A Mustofa Bisri (Gus Mus) mengatakan sekarang sedang ngetren orang pintar baru. Menurutnya, mereka memiliki setidaknya ada dua ciri. Pertama, setiap bebicara menuntut adanya dalil. 


“Sedikit-sedikit ada dalilnya, bahkan menuntut untuk adanya perincian dalil, misalnya ayat berapa, surat berapa, apakah hadis shohih atau dhaif,” ujarnya saat menghadiri acara shalawat bersama di alun-alun Fakultas Syariah UIN Walisongo, Semarang, Senin (30/3).

Kedua, lanjut Pejabat Rais Aam PBNU itu, mereka juga selalu bisa menjawab semua pertanyaan yang diajukan kepada mereka. Menurut Gus Mus, sikap demikian justru menjadi ukuran orang yang bodoh. 

Dalam kesempatan itu, Gus Mus juga mengingatkan pada civitas akademika di lingkungan UIN Walisongo untuk menjadi pencerah bagi bangsa. "Kampus itu tempat untuk men-dunung-kan (memahamkan) orang yang bingung. Bukan membuat orang bingung," ungkap pengasuh Pesantren Roudlatut Thalibin ini.

Ia mencontohkan dengan menunjukkan fenomena penyerapan bahasa Arab ke dalam istilah bahasa Indonesia. Apakah yang benar kata silaturahim (Arab) atau silaturahmi (bahasa Indonesia). Untuk bisa memahamkan masyarakat, tambahnya, mahasiswa terlebih dahulu harus dunung (paham).

Gus Mus mengungkapkan, terdapat sekitar 4000 istilah serapan dari bahasa Arab bila kita tilik ke Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Bunyi dan makna bisa berlainan karena mengalami distorsi. Seperti kata ulama yang merupakan bentuk plural (jama') dari alim yang berarti orang yang mengerti, pandai. Ketika diserap ke dalam bahasa Indonesia kata ini menjadi bentuk tunggal (mufrad). 

Gus Mus menambahkan, banyak orang yang bingung karena orang belum dunung. Dari sekian kata-kata itu kita mengerti ungkapan salah kaprah. Di sininilah kampus menjadi tempat yang penting untuk memberikan pengertian pada masyarakat. 

Gus Mus juga menyinggung soal maraknya informasi hukum keislaman di dunia maya. Hanya saja, situs-situs yang dikelola orang kurang paham agama justru muncul di halaman pertama setiap membuka mesin pencarian di internet. 

Sabtu, 20 Mei 2017

MENCINTAI KETURUNAN RASULULLAH SAW

MENCINTAI KETURUNAN RASULULLAH SAW.

Saudaraku,.... Saat ini banyak sekali kita jumpai kelompok Salafi yang kian gencar menghujat Habaib, keturunan Rasulullah Saw, khususnya Ustadz Yazid Jawaz, mereka bukan hanya saja menghujat akan tetapi sudah sampai batas kesabaran yakni mencoreng- moreng kredibilitas seorang Habaib, memfitnah dll sebagainya....misalnya saja dalam sebuah buku karya ustad Yazid Jawaz.
(Salah satu bukunya yang berjudul “Mulia Dengan Manhaj Salaf” telah dibantah oleh Habib Muhammad Rizieq bin Husein bin Muhammad Shihab, Lc).

Sangat perlu bagi saya menyampaikan dalil-dalil masalah ini, sebab saya yang sangat bersyukur dengan langkah para Habaib yang membimbing umat, seperti Habib Taufiq Assegaf, Habib Mundzir al-Musawa, Habib Syech AQJ As segaf dan habib-habib lainnya, namun beliau-beliau difitnah, dituduh hal-hal yang tidak baik dan seterusnya.

Dalam hadis sahih Rasulullah berkhutbah yang isinya diantaranya berpesan untuk berpegang teguh terhadap keluarga Nabi Saw yang tidak lain adalah keturunan beliau:

« يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّى قَدْ تَرَكْتُ فِيكُمْ مَا إِنْ أَخَذْتُمْ بِهِ لَنْ تَضِلُّوا كِتَابَ اللَّهِ وَعِتْرَتِى أَهْلَ بَيْتِى » (رواه الترمذى وحسنه)

“Wahai manusia, sungguh aku tinggalkan untuk kalian ‘sesuatu’ yang jika kalian berpegang kepadanya tidak akan tersesat, yaitu al-Quran dan keluargaku” (HR Turmudzi, ia menilainya hasan).

قَالَ الشَّيْخُ اْلأَلْبَانِي : صَحِيْحٌ (سنن الترمذي – ج 5 / ص 662)

Al-Mubarakfuri menjelaskan maksud hadis tersebut:

قَالَ الْقَارِي وَالْمُرَادُ بِالْأَخْذِ بِهِمْ التَّمَسُّكُ بِمَحَبَّتِهِمْ وَمُحَافَظَةُ حُرْمَتِهِمْ وَالْعَمَلُ بِرِوَايَتِهِمْ وَالِاعْتِمَادُ عَلَى مَقَالَتِهِمْ (تحفة الأحوذي – ج 9 / ص 203)

“al-Qari berkata: Yang dimaksud berpegang kepada mereka adalah mencintai mereka, menjaga kehormatannya, mengamalkan riwayatnya dan berpegang pada perkataannya” (Tuhfat al-Ahwadzi Syarah Sunan Turmudzi 9/203)

Tidak hanya berpegang terhadap para keturunan Rasulullah, namun juga perintah mencintai keluarga Nabi Saw:

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « أَحِبُّوا اللَّهَ لِمَا يَغْذُوكُمْ مِنْ نِعَمِهِ وَأَحِبُّونِى بِحُبِّ اللَّهِ وَأَحِبُّوا أَهْلَ بَيْتِى لِحُبِّى ». (رواه الترمذى)

“Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah Saw bersabda: Cintailah Allah karena Allah telah memberi nikmat kepada kalian. Cintailah Aku karena cinta kepada Allah dan Cintailah keluargaku karena cinta kepadaku”

Terkait derajat hadis ini, Syaikh al-Munawi berkata:

(رَوَاهُ التُّرْمُذِى) فِي الْمَنَاقِبِ (وَالْحَاكِمُ) فِي فَضَائِلِ أَهْلِ الْبَيْتِ (عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ) وَصَحَّحَاهُ وَأَقَرَّهُ الذَّهَبِي فِي التَّلْخِيْصِ وَقَوْلُ ابْنِ الْجَوْزِي هُوَ غَيْرُ صَحِيْحٍ وَهَمُوْهُ فِيْهِ نَعَمْ فِيْهِ عَبْدُ اللهِ بْنُ سُلَيْمَانَ النَّوْفَلِي قَالَ فِي الْمِيْزَانِ فِيْهِ جَهَالَةٌ مَّا ثُمَّ أَوْرَدَ لَهُ هَذَا الْحَدِيْثَ وَلَمْ يَرْمُزِ الْمُصَنِّفُ رَحِمَهُ اللهُ لَهُ بِشَئْ.ٍ (فيض القدير – ج 1 / ص 231)

“HR Turmudzi dalam Bab al-Manaqib dan al-Hakim dalam Bab Fadlail Ahli Bait dari Ibnu Abbas, keduanya menilai sahih dan disetujui oleh adz-Dzahabi dalam Talkhis. Sedangkan perkataan Ibnu al-Jauzi ‘hadis ini tidak sahih’adalah sangkaan mereka saja dalam hadis ini. Namun di dalamnya terdapat perawi Abdullah bin Sulaiman an-Naufali, yang dikomentari oleh al-Hafidz Ibnu Hajar dalam Mizan al-I’tidal: ‘Ia majhul’, lalu Ibnu Hajar menampilkan hadis ini. Dan Mushannif (al-Hafidz as-Suyuthi) tidak mengisyaratkan sedikitpun terhadap hadis ini” (Faidl al-Qadir 1/231).

Ahlul Bait Mendapat Do’a Rasulullah SAW

قَالَتْ عَائِشَةُ خَرَجَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- غَدَاةً وَعَلَيْهِ مِرْطٌ مُرَحَّلٌ مِنْ شَعْرٍ أَسْوَدَ فَجَاءَ الْحَسَنُ بْنُ عَلِىٍّ فَأَدْخَلَهُ ثُمَّ جَاءَ الْحُسَيْنُ فَدَخَلَ مَعَهُ ثُمَّ جَاءَتْ فَاطِمَةُ فَأَدْخَلَهَا ثُمَّ جَاءَ عَلِىٌّ فَأَدْخَلَهُ ثُمَّ قَالَ (إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا) – (رواه مسلم)

“Aisyah berkata: Suatu pagi Rasulullah Saw keluar dengan membawa selimut yang berukir terbuat dari bulu hitam, lalu Hasan bin Ali datang, kemudian Rasulullah memasukkan ke dalamnya. Lalu Husain bin Ali datang, kemudian Rasulullah memasukkan ke dalamnya. Lalu Fatimah datang, kemudian Rasulullah memasukkan ke dalamnya. Lalu Ali datang, kemudian Rasulullah memasukkan ke dalamnya. Rasulullah kemudian membaca ayat: “Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. (al-Ahzab: 33)” (HR Muslim).

Dalam hadis sahih lain:

عَنْ عُمَرَ بْنِ أَبِى سَلَمَةَ رَبِيبِ النَّبِىِّ –صلى الله عليه وسلم- قَالَ لَمَّا نَزَلَتْ هَذِهِ الآيَةُ عَلَى النَّبِىِّ –صلى الله عليه وسلم- (إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا) فِى بَيْتِ أُمِّ سَلَمَةَ فَدَعَا فَاطِمَةَ وَحَسَنًا وَحُسَيْنًا فَجَلَّلَهُمْ بِكِسَاءٍ وَعَلِىٌّ خَلْفَ ظَهْرِهِ فَجَلَّلَهُمْ بِكِسَاءٍ ثُمَّ قَالَ « اللَّهُمَّ هَؤُلاَءِ أَهْلُ بَيْتِى فَأَذْهِبْ عَنْهُمُ الرِّجْسَ وَطَهِّرْهُمْ تَطْهِيرًا » (رواه الترمذى)

“Diriwayatkan dari Umar bin Abi Salamah, anak istri Nabi Saw, ia berkata: Ketika ayat ini turun: “Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. (al-Ahzab: 33)” di rumah Ummi Salamah, maka Rasulullah memanggil Fatimah, Hasan dan Husain, kemudian menutupi mereka dengan selimut, Ali di belakangnya lalu ditutupi dengan selimut, Nabi berdoa: “Ya Allah, mereka inilah Ahli Bait-ku. Hilangkan dosa dari mereka, dan bersihkanlah mereka dengan sebersih-bersihnya” (HR at-Turmudzi).

Dari hadis ini dapat diketahui bahwa: (1) Ahlu Bait adalah keturunan Sayidah Fatimah, baik dari keturunan Sayidina Hasan maupun Sayidina Husain (ket. Kitab Bughyah). (2) Keturunan Rasulullah Saw memiliki keistimewaan yang telah didoakan oleh Nabi Muhammad Saw.

Sementara orang-orang yang anti Habaib, justru tidak jelas keturunannya, lalu mengapa mereka masih sering menghujat para dzurriyah Rasulullah SAW ?....................

Rabu, 17 Mei 2017

Qasidah Lirik Hubbun Nabi ‘Alal Insani Muftarodlun

Qasidah Lirik Hubbun Nabi ‘Alal Insani muftarodlun

(Habib Syech 'Abdul Qodir as Segaf.)

ﺻَﻠَﺎﺓُ ﺍﻟﻠﻪِ ﻣَﺎﻟَﺎﺣَﺖْ ﻛَﻮَﺍﻛِﺐْ ﻋَﻠﻰَ ﺍﺣْﻤَﺪْ ﺧَﻴْﺮِ ﻣَﻦْ ﺭَّﻛِﺐَ ﺍﻟﻨَّﺠَﺂئب

حب النبي علی الإنسان مفترض
Hubbun-nabiyyi ‘alal insaani muftarodlun

و حب أصحابه نور ببرهان
Wa hubbu ash-haabihi nuurun biburhaani

من گان يعلم أن الله خالقه
Man kaana ya’lamu annallaaha khooliquhu

لا يرمين أبا بکر ببهتان
Laa yarmiyanna Abaa Bakrin bibuhtaani

ولا ابا حفص الفاروق صاحبه
Walaa abaa hafshin al-faaruuqo shoohibahu

ولا الخليفة عثمان ابن عفان
Walaal kholiifata ‘Utsmaana-bna ‘Affaani

ولا عليا ابا السبطين نعم فتی
Wa laa ‘Aliyyan Abaas-Sibthoini ni’ma fataa

اوصی به الله فی سر و إعلان
Aushoo bihillaahu fii sirrin wa i’laani

فهم صحابة خير الخلق خصهمو
Fahum shohaabatu khoiril kholqi khoshshohumuu

رب العباد بجنات و رضوان
Robbul ‘ibaadi bijannaatin wa ridlwaani

فمن أحبهم قد نال منزلة
Faman ahabbahum qod naala manzilatan

عند الإله وجازاه باحسان
‘Indal ilaahi wa jaazaahu bi ihsaani

Sholatullohima lahad kawaakib, Alahmad khoirima rokiban najaib 2x

Wahai Nabi pemimpin para ambiya, Muhammad sang pemimpin para Adzkiya 2x

Sholatullohima lahad kawaakib, Alahmad khoirima rokiban najaib 2x

Sayyiduna Abi Bakri Nisiddiq, Engkaulah sohabat Nabi yang terbaik 2x

Sholatullohima lahad kawaakib, Alahmad khoirima rokiban najaib 2x

Sayyiduna 'Umar' ubnul khotobil faruuq
Pada nabi selalu patuh dan tunduk 2x

Sholatullohima lahad kawaakib, Alahmad khoirima rokiban najaib 2x

Jeda...
Sayyiduna 'Usman 'ubnul' Affanbinnuriin
Istimewa berbeda dari yg lain 2x

Sholatullohima lahad kawaakib, Alahmad khoirima rokiban najaib2x

Sayyiduna Ali 'ubnu abi tholib..
Gagah perkasa mulia tanpa 'aib 2x

Sholatullohima lahad kawaakib, Alahmad khoirima rokiban najaib 2x

Wahai ummat pecinta nabi Muhammad....
Cintai semua kramat dan sohabat 2x

Sholatullohima lahad kawaakib, Alahmad khoirima rokiban najaib 2x

Qasidah Lirik Hubbun Nabi ‘Alal Insani Muftarodlun

Qasidah Lirik Hubbun Nabi ‘Alal Insani muftarodlun

(Habib Syech 'Abdul Qodir as Segaf.)

ﺻَﻠَﺎﺓُ ﺍﻟﻠﻪِ ﻣَﺎﻟَﺎﺣَﺖْ ﻛَﻮَﺍﻛِﺐْ ﻋَﻠﻰَ ﺍﺣْﻤَﺪْ ﺧَﻴْﺮِ ﻣَﻦْ ﺭَّﻛِﺐَ ﺍﻟﻨَّﺠَﺂئب

حب النبي علی الإنسان مفترض
Hubbun-nabiyyi ‘alal insaani muftarodlun

و حب أصحابه نور ببرهان
Wa hubbu ash-haabihi nuurun biburhaani

من گان يعلم أن الله خالقه
Man kaana ya’lamu annallaaha khooliquhu

لا يرمين أبا بکر ببهتان
Laa yarmiyanna Abaa Bakrin bibuhtaani

ولا ابا حفص الفاروق صاحبه
Walaa abaa hafshin al-faaruuqo shoohibahu

ولا الخليفة عثمان ابن عفان
Walaal kholiifata ‘Utsmaana-bna ‘Affaani

ولا عليا ابا السبطين نعم فتی
Wa laa ‘Aliyyan Abaas-Sibthoini ni’ma fataa

اوصی به الله فی سر و إعلان
Aushoo bihillaahu fii sirrin wa i’laani

فهم صحابة خير الخلق خصهمو
Fahum shohaabatu khoiril kholqi khoshshohumuu

رب العباد بجنات و رضوان
Robbul ‘ibaadi bijannaatin wa ridlwaani

فمن أحبهم قد نال منزلة
Faman ahabbahum qod naala manzilatan

عند الإله وجازاه باحسان
‘Indal ilaahi wa jaazaahu bi ihsaani

Sholatullohima lahad kawaakib, Alahmad khoirima rokiban najaib 2x

Wahai Nabi pemimpin para ambiya, Muhammad sang pemimpin para Adzkiya 2x

Sholatullohima lahad kawaakib, Alahmad khoirima rokiban najaib 2x

Sayyiduna Abi Bakri Nisiddiq, Engkaulah sohabat Nabi yang terbaik 2x

Sholatullohima lahad kawaakib, Alahmad khoirima rokiban najaib 2x

Sayyiduna 'Umar' ubnul khotobil faruuq
Pada nabi selalu patuh dan tunduk 2x

Sholatullohima lahad kawaakib, Alahmad khoirima rokiban najaib 2x

Jeda...
Sayyiduna 'Usman 'ubnul' Affanbinnuriin
Istimewa berbeda dari yg lain 2x

Sholatullohima lahad kawaakib, Alahmad khoirima rokiban najaib2x

Sayyiduna Ali 'ubnu abi tholib..
Gagah perkasa mulia tanpa 'aib 2x

Sholatullohima lahad kawaakib, Alahmad khoirima rokiban najaib 2x

Wahai ummat pecinta nabi Muhammad....
Cintai semua kramat dan sohabat 2x

Sholatullohima lahad kawaakib, Alahmad khoirima rokiban najaib 2x

Benarkah Dahi Rosulullah SAW Hitam?

Benarkah Dahi Rosulullah SAW Hitam?

Saudaraku Ikhwan, wa akhwat muslim Rohimakumullloh.....kemarin saya bincang2 mengenai masalah  Q.S. al-Fath : 29... Yakni tentang masalah مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ pada muka mereka dari bekas sujud yakni Rosululloh SAW dan para sahabatnya....jawaban yg menggelitik dihati adalah karena mereka sholat selalu tepat waktu, dan dilaksanakan selalu berjama'ah, dan ada tanda hitam didahi mereka..... Saya berfikir positif saja semoga saja mereka tidak... Maaf Red Riya dalam ibadah.... Ada pula yg berpendapat bahwa ketika sujud yg benar adalah dahi menopang seluruh beban berat tubuh itu yg betul menurut mereka, jadi saking tekanan berat tubuh tersebut menyebabkan bekas hitam didahinya.... MASYAALLOH.... Tdk saya tanggapi hanya saya memberikan gambaran tentang ayat tsb melalui tafsir, atau pendapat para ulama MUFASSIR....
Saudaraku... adanya pemahaman bahwa tanda hitam di dahi merupakan karunia Allah kepada orang-orang yang banyak sujud adalah berangkat dari pemahaman sebagian umat Islam terhadap firman Allah yang berbunyi :

مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ

Artinya : Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud (Q.S. al-Fath : 29)

Sebagaimana kita perhatikan ayat di atas, sebenarnya tidak ada penegasan bahwa yang dimaksud dengan bekas sujud tersebut adalah munculnya warna hitam di dahi, tetapi yang ada hanya perkataan “tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud”. Jadi bekas sujud tersebut ada pada wajahnya, tidak khusus pada dahi, tetapi bisa pada dahi dan juga bisa pada bagian wajah lainnya, bahkan juga bisa pada keseluruhan wajah. Untuk mencari penafsiran yang benar firman Allah ini, mari kita merujuk kepada penafsiran kitab-kitab tafsir yang mu’tabar yang sering menjadi rujukan ulama kita dalam menafsirkan al-Qur’an, yakni antara lain :

1.      Tafsir al-Khazin karya ‘Alauddin al-Khazin, menjelaskan :

Terjadi perbedaan pendapat ulama mengenai makna “tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud”kepada dua pendapat. Pendapat pertama tanda itu muncul pada hari qiyamat nanti. Berdasarkan pendapat ini, dikatakan tanda itu berupa cahaya putih yang muncul pada wajah mereka yang dengan sebabnya mereka dikenali nanti di hari akhirat sebagai orang yang gemar sujud di dunia. Ini salah satu riwayat yang berasal dari Ibnu Abbas. Pendapat lain berdasarkan pendapat pertama ini adalah bagian wajah mereka yang kena sujud bagaikan bulan purnama. Pendapat lain mengatakan mereka akan dibangkit pada hari akhirat nanti dalam keadaan putih yang indah sehingga mereka dikenali dengannya.

Pendapat kedua mengatakan tanda itu muncul di dunia. Wajah mereka bersinar pada waktu siang karena banyak shalat pada waktu malam. Pendapat lain berdasarkan pendapat kedua ini mempunyai perilaku yang yang baik, khusyu’ dan tawadhu’. Pendapat lainnya bersih wajah karena berjaga malam. Hal itu dapat dikenali pada dua orang dimana salah satunya berjaga malam untuk shalat dan ibadah, sedangkan satunya lagi berjaga malam untuk main-main Maka begitu pagi tiba, nyatalah beda antara keduanya, pada wajah orang shalat muncul cahaya dan sinar, sedangkan pada wajah yang gemar main-main muncul kegelapan. Pendapat lain lagi berdasarkan pendapat kedua ini munculnya bekasan tanah pada dahi mereka karena mereka sujud atas tanah, bukan atas kain.

2.      Tafsir Ibnu Katsir mengatakan :

Dalam menafsirkan “tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka” Ibnu Abbas mengatakan perilaku yang baik. Mujahid dan lainnya mengatakan khusyu’ dan tawadhu’. Al-Suddi mengatakan shalat memperbaguskan wajah. Sebagian salaf mengatakan orang yang banyak shalat pada waktu malam akan memperbagus wajahnya pada waktu siang. 

3.      Tafsir al-Thabari ;

Dalam tafsirnya, Al-Thabari setelah menyebut pendapat-pendapat mengenai penafsiran “tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka” sebagaimana yang telah dikemukakan al-Khazin dan Ibnu Katsir di atas,  beliau mengatakan :

“Pendapat yang lebih tepat adalah sesungguhnya Allah Ta’ala memberitahukan bahwa mereka adalah kaum yang disifati dengan suatu sifat dari bekas sujud dan sifat itu tidak terkhusus pada suatu waktu, maka itu ada pada setiap waktu. Karena itu, tanda mereka yang dapat dikenali mereka dengan sebabnya adalah bekas Islam, yakni berupa khusyu’, hidayah, zuhud, perilaku yang baik, bekas menunai ibadah fardhu dan sunnatnya. Sedangkan di akhirat tanda-tanda mereka sebagaimana khabar tentangnya adalah putih pada wajahnya, putih pada tangan dan kakinya karena bekas wudhu’ dan putih wajah karena bekas sujud.

4.      Tafsir al-Qurthubi :

Dalam Tafsir al-Qurthubi selain dari pendapat-pendapat di atas disebutkan juga  Malik menyatakan tanda mereka pada wajah mereka berupa bekas sujud, yaitu tanah yang bersangkut pada dahi mereka pada ketika sujud. Pendapat ini juga merupakan pendapat Sa’id bin Jubair. Ibnu Juraij mengatakan berwibawa dan bercahaya. Syimr bin Athiah mengatakan pucat wajah karena mendirikan malam. Hasan mengatakan apabila kamu melihat mereka, kamu sangka mereka sakit, padahal mereka tidak sakit. Zhahak mengatakan tidak ada bekas apapun pada wajah mereka, tetapi itu pucat.

5.      Tafsir al-Jalalain dan Hasyiah nya, al-Shawi.

Dalam Tafsir al-Jalalain disebutkan cahaya putih yang dapat dikenali mereka dengan sebabnya di hari akhirat kelak. Dalam al-Shawi ‘ala al-Jalalain dikatakan terjadi perbedaan pendapat mengenai makna tanda tersebut. Sebagian ulama mengatakan bagian wajah yang kena sujud itu dilihat pada hari kiamat laksana bulan purnama. Pendapat lain mengatakan pucat wajah karena berjaga malam. Sebagian lain berpendapat khusyu’ yang muncul pada anggota tubuh sehingga seperti dilihat mereka dalam keadaan sakit, padahal mereka tidak sakit. Selanjutnya al-Shawi menegaskan tidak termasuk dari maksud tanda dari bekas sujud itu apa yang dilakukan oleh sebagian orang bodoh yang sengaja memperlihatkan tanda bekas sujud pada dahinya, maka itu adalah perbuatan kaum Khawarij. Kemudian al-Shawi mengutip hadits Nabi yang berbunyi :

اني لابغض الرجل واكره اذا رايت بين عينيه اثر السجود

Artinya : Sesungguhnya aku sangat membenci seseorang apabila aku melihat di antara dua matanya bekas sujud.

Hadits yang dikemukakan oleh al-Shawi di atas merupakan inti dari hadits dari Syarik bin Syihab, beliau berkata :

 كُنْتُ أَتَمَنَّى أَنْ أَلْقَى رَجُلًا مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - يُحَدِّثُنِي عَنِ الْخَوَارِجِ، فَلَقِيتُ أَبَا بَرْزَةَ فِي يَوْمِ عَرَفَةَ فِي نَفَرٍ مِنْ أَصْحَابِهِ، فَقُلْتُ:يَا أَبَا بَرْزَةَ، حَدِّثْنَا بِشَيْءٍ سَمِعْتَهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - يَقُولُهُ فِي الْخَوَارِجِ. قَالَ: أُحَدِّثُكَ بِمَا سَمِعَتْ أُذُنَايَ وَرَأَتْ عَيْنَايَ: أُتِيَ رَسُولُ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - بِدَنَانِيرَ يُقَسِّمُهَا، وَعِنْدَهُ رَجُلٌ أَسْوَدُ، مَطْمُومُ الشَّعْرِ، عَلَيْهِ ثَوْبَانِ أَبْيَضَانِ، بَيْنَ عَيْنَيْهِ أَثَرُ السُّجُودِ، فَتَعَرَّضَ لِرَسُولِ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - فَأَتَاهُ مِنْ قِبَلِ وَجْهِهِ فَلَمْ يُعْطِهِ شَيْئًا، فَأَتَاهُ مِنْ قِبَلِ يَمِينِهِ فَلَمْ يُعْطِهِ شَيْئًا، ثُمَّ أَتَاهُ مِنْ خَلْفِهِ فَلَمْ يُعْطِهِ شَيْئًا، فَقَالَ: وَاللَّهِ يَا مُحَمَّدُ مَا عَدَلْتَ فِي الْقِسْمَةِ مُنْذُ الْيَوْمِ. فَغَضِبَ رَسُولُ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - غَضَبًا شَدِيدًا ثُمَّ قَالَ: " وَاللَّهِ لَا تَجِدُونَ بَعْدِي أَحَدًا أَعْدَلَ عَلَيْكُمْ مِنِّي " قَالَهَا ثَلَاثًا.ثُمَّ قَالَ: " يَخْرُجُ مِنْ قِبَلِ الْمَشْرِقِ رِجَالٌ - كَانَ هَذَا مِنْهُمْ - هَدْيُهُمْ هَكَذَا، يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لَا يُجَاوِزُ تَرَاقِيَهُمْ يَمْرُقُونَ مِنَ الدِّينِ، كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنَ الرَّمِيَّةِ، لَا يَرْجِعُونَ إِلَيْهِ ". وَوَضَعَ يَدَهُ عَلَى صَدْرِهِ " سِيمَاهُمُ التَّحْلِيقُ، لَا يَزَالُونَ يَخْرُجُونَ حَتَّى يَخْرُجَ آخِرُهُمْ، فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمْ فَاقْتُلُوهُمْ " قَالَهَا ثَلَاثًا " شَرُّ الْخَلْقِ وَالْخَلِيقَةِ " قَالَهَا ثَلَاثًا».

Artinya : Aku berharap bisa bertemu dengan salah seorang shahabat Rasulullah SAW yang bisa menceritakan hadits tentang Khawarij kepadaku. Suatu hari aku berjumpa dengan Abu Barzah yang berada bersama satu rombongan para shahabat pada hari ‘Arafah. Aku berkata kepadanya, “Ceritakanlah kepadaku hadits yang engkau dengar dari Rasulullah SAW tentang Khawarij !”. Beliau berkata, “Akan kuceritakan kepada kamu suatu hadits yang didengar sendiri oleh kedua telingaku dan dilihat oleh kedua mataku. Sejumlah uang dinar diserahkan kepada Rasulullah SAW lalu beliau membaginya. Ada seorang yang berkulit hitam dan plontos kepalanya dan ada bekas sujud di antara kedua matanya. Dia mengenakan dua lembar kain berwarna putih. Dia mendatangi Rasulullah SAW dari arah depan, tetapi Rasulullah SAW tidak memberinya sesuatupun, kemudian dia mendatanginya dari arah kanan, tetapi Rasulullah SAW juga tidak memberikannya sesuatupun, lalu dia mendatanginya dari arah belakang, namun Rasulullah SAW pun tidak memberikannya. Dia lantas berkata, “Hai Muhammad hari ini engkau tidak membagi dengan adil”. Mendengar ucapannya, Nabi marah besar. Beliau bersabda, “Demi Allah, setelah aku meninggal dunia kalian tidak akan menemukan orang yang lebih adil dibandingkan diriku”. Demikian beliau ulangi sebanyak tiga kali. Kemudian beliau bersabda, “Akan keluar dari arah timur orang-orang yang seperti itu penampilan mereka. Dia adalah bagian dari mereka. Mereka membaca al-Qur’an namun al-Qur’an tidaklah melewati tenggorokan mereka. Mereka melesat dari agama sebagaimana anak panah melesat dari binatang sasarannya kemudia mereka tidak akan kembali kepada agama. Rasulullah SAW meletak tangan beliau di dadanya, kemudian mengatakan, ciri khas mereka adalah plontos kepala. Mereka akan selalul muncul sehingga muncul yang terakhir dari mereka. Apabila kalian melihatnya, maka bunuhlah mereka. Demikian beliau ulangi sebanyak tiga kali. Mereka adalah seburuk-buruk kejadian dan makhluq. Demikian beliau ulangi sebanyak tiga kali. (H.R. Ahmad dan al-Azraq bin Qais, telah dinyatakan tsiqqah oleh Ibnu Hibban, sedangkan rijal lainnya adalah shahih)

Kesimpulan

1.  Tidak ditemukan penafsiran ulama tafsir sebagaimana terlihat dalam kutipan di atas yang menafsirkan bahwa tanda sujud yang dimaksud dalam firman Allah Q.S. al-Fath : 29 di atas bermakna tanda hitam di dahi sebagaimana anggapan sebagian umat Islam dewasa ini. Bahkan ada hadits yang mencela orang-orang yang mempunyai tanda hitam tersebut.

2.  Menurut hemat kami celaan Rasulullah SAW sebagaimana tersebut dalam hadits di atas berlaku bagi orang-orang yang sengaja membuat tanda tersebut (boleh jadi  sengaja menekan dengan keras ketika sujud) untuk memperlihat kepada orang lain (riya) bahwa dia adalah orang yang gemar sujud kepada Allah. Ini merupakan ciri khas orang Khawarij sebagaimana penjelasan hadits di atas dan juga sebagaimana yang dikemukakan oleh al-Shawi di atas.

3.  Orang yang tidak ada tanda hitam pada sujudnya tidak berarti dia bukan orang yang gemar sujud, karena kalau sujud dengan tekanan yang pelan atau sujud atas lapik seperti kain, sajadah dan lainnya, maka Insya Allah dahinya tidak berbekas.

5. Berfikir positif bahwa tanda hitam didahinya adalah sebab kecelakaan, karena kulitnya sensitif, sehingga ketika mengenai karpet agak kasar kulitnya lecet lama-lama memghitam....

4.   Boleh jadi seseorang karena gemar sujud, maka dahinya berbekas tanda hitam.  Mudah-mudahan bagi orang ini, Allah menggantikan dahinya tersebut dengan dahi yang bercahaya di hari akhirat kelak seandainya tanda hitam itu bukan karena dibuat-buat.