Senin, 08 Mei 2017

Dalil Pendukung Shalat Tarawih 23 Rakaโ€™at

Dalil Pendukung Shalat Tarawih 23 Rakaโ€™at

Segala puji bagi Allah,  pemilik segala pujian dan pemilik segala kesempurnaan semoga sholawat serta salam yg melimpah senantiasa terlimpah curahkan kepada junjungan alam Nabi besar Muhammad SAW khotamul ambiya wa uswatun hasanah penutup para Nabi dan uswatun hasanah, Suri tauladan untuk kita sekalian.

Saudaraku......
Acapkali masalah jumlah rakaโ€™at shalat tarawih dipermasalahkan di tengah-tengah masyarakat. Sampai-sampai jumlah rakaโ€™at ini jadi tolak ukur, apakah si fulan termasuk golongannya ataukah tidak. Kami pernah mengangkat pembahasan jumlah rakaโ€™at shalat tarawih, namun masih ada saja yang sering mendebat mempertanyakan pendapat pilihan kami. Sekarang kami akan membahas dari sisi dalil pendukung shalat tarawih 23 rakaโ€™at. Hal ini kami kemukakan dengan tujuan supaya kaum muslimin sadar bahwa beda pendapat yang terjadi sebenarnya tidak perlu sampai meruntuhkan kesatuan kaum muslimin. Dalil pendukung yang akan kami kemukakan menunjukkan bahwa shalat tarawih 23 rakaโ€™at sama sekali bukanlah bidโ€™ah, perkara yang dibuat-buat. Kami akan buktikan dari sisi dalil dan beberapa alasan. Semoga amalan ini ikhlas karena mengharap wajah-Nya.

Asal โ€˜Umar Mulai Mengumpulkan Para Jamaโ€™ah dalam Shalat Tarawih

Dalam Shahih Al Bukhari pada Bab โ€œKeutamaan Qiyam Ramadhanโ€ disebutkan beberapa riwayat sebagai berikut.

ุญูŽุฏู‘ูŽุซูŽู†ูŽุง ุนูŽุจู’ุฏู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุจู’ู†ู ูŠููˆุณูููŽ ุฃูŽุฎู’ุจูŽุฑูŽู†ูŽุง ู…ูŽุงู„ููƒูŒ ุนูŽู†ู ุงุจู’ู†ู ุดูู‡ูŽุงุจู ุนูŽู†ู’ ุญูู…ูŽูŠู’ุฏู ุจู’ู†ู ุนูŽุจู’ุฏู ุงู„ุฑู‘ูŽุญู’ู…ูŽู†ู ุนูŽู†ู’ ุฃูŽุจูู‰ ู‡ูุฑูŽูŠู’ุฑูŽุฉูŽ โ€“ ุฑุถู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู†ู‡ โ€“ ุฃูŽู†ู‘ูŽ ุฑูŽุณููˆู„ูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู โ€“ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… โ€“ ู‚ูŽุงู„ูŽ ยซ ู…ูŽู†ู’ ู‚ูŽุงู…ูŽ ุฑูŽู…ูŽุถูŽุงู†ูŽ ุฅููŠู…ูŽุงู†ู‹ุง ูˆูŽุงุญู’ุชูุณูŽุงุจู‹ุง ุบูููุฑูŽ ู„ูŽู‡ู ู…ูŽุง ุชูŽู‚ูŽุฏู‘ูŽู…ูŽ ู…ูู†ู’ ุฐูŽู†ู’ุจูู‡ู ยป . ู‚ูŽุงู„ูŽ ุงุจู’ู†ู ุดูู‡ูŽุงุจู ููŽุชููˆููู‘ูู‰ูŽ ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู โ€“ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… โ€“ ูˆูŽุงู„ุฃูŽู…ู’ุฑู ุนูŽู„ูŽู‰ ุฐูŽู„ููƒูŽ ุŒ ุซูู…ู‘ูŽ ูƒูŽุงู†ูŽ ุงู„ุฃูŽู…ู’ุฑู ุนูŽู„ูŽู‰ ุฐูŽู„ููƒูŽ ููู‰ ุฎูู„ุงูŽููŽุฉู ุฃูŽุจูู‰ ุจูŽูƒู’ุฑู ูˆูŽุตูŽุฏู’ุฑู‹ุง ู…ูู†ู’ ุฎูู„ุงูŽููŽุฉู ุนูู…ูŽุฑูŽ โ€“ ุฑุถู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู†ู‡ู…ุง โ€“

Telah menceritakan kepada kami โ€˜Abdullah bin Yusuf telah mengabarkan kepada kami Malik dari Ibnu Syihab dari Humaid bin โ€˜Abdurrahman dari Abu Hurairah radhiyallahu โ€˜anhu bahwa Rasulullah shallallahu โ€˜alaihi wa sallambersabda, โ€œBarangsiapa yang melaksanakan qiyam Ramadhan (shalat tarawih) karena iman kepada Allah dan mengharapkan pahala (hanya dari-Nya) maka akan diampuni dosa-dosanya yang laluโ€œ. Ibnu Syihab berkata; Kemudian Rasulullah shallallahu โ€˜alaihi wa sallam wafat, namun orang-orang terus melestarikan tradisi menegakkan malam Ramadhan (secara bersama, jamaah), keadaan tersebut terus berlanjut hingga zaman kekhalifahan Abu Bakar dan awal-awal kekhilafahan โ€˜Umar bin Al Khaththob radhiyallahu โ€˜anhu. (HR. Bukhari no. 2009)

ูˆูŽุนูŽู†ู ุงุจู’ู†ู ุดูู‡ูŽุงุจู ุนูŽู†ู’ ุนูุฑู’ูˆูŽุฉูŽ ุจู’ู†ู ุงู„ุฒู‘ูุจูŽูŠู’ุฑู ุนูŽู†ู’ ุนูŽุจู’ุฏู ุงู„ุฑู‘ูŽุญู’ู…ูŽู†ู ุจู’ู†ู ุนูŽุจู’ุฏู ุงู„ู’ู‚ูŽุงุฑูู‰ู‘ู ุฃูŽู†ู‘ูŽู‡ู ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฎูŽุฑูŽุฌู’ุชู ู…ูŽุนูŽ ุนูู…ูŽุฑูŽ ุจู’ู†ู ุงู„ู’ุฎูŽุทู‘ูŽุงุจู โ€“ ุฑุถู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู†ู‡ โ€“ ู„ูŽูŠู’ู„ูŽุฉู‹ ููู‰ ุฑูŽู…ูŽุถูŽุงู†ูŽ ุŒ ุฅูู„ูŽู‰ ุงู„ู’ู…ูŽุณู’ุฌูุฏู ุŒ ููŽุฅูุฐูŽุง ุงู„ู†ู‘ูŽุงุณู ุฃูŽูˆู’ุฒูŽุงุนูŒ ู…ูุชูŽููŽุฑู‘ูู‚ููˆู†ูŽ ูŠูุตูŽู„ู‘ูู‰ ุงู„ุฑู‘ูŽุฌูู„ู ู„ูู†ูŽูู’ุณูู‡ู ุŒ ูˆูŽูŠูุตูŽู„ู‘ูู‰ ุงู„ุฑู‘ูŽุฌูู„ู ููŽูŠูุตูŽู„ู‘ูู‰ ุจูุตูŽู„ุงูŽุชูู‡ู ุงู„ุฑู‘ูŽู‡ู’ุทู ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ ุนูู…ูŽุฑู ุฅูู†ู‘ูู‰ ุฃูŽุฑูŽู‰ ู„ูŽูˆู’ ุฌูŽู…ูŽุนู’ุชู ู‡ูŽุคูู„ุงูŽุกู ุนูŽู„ูŽู‰ ู‚ูŽุงุฑูุฆู ูˆูŽุงุญูุฏู ู„ูŽูƒูŽุงู†ูŽ ุฃูŽู…ู’ุซูŽู„ูŽ . ุซูู…ู‘ูŽ ุนูŽุฒูŽู…ูŽ ููŽุฌูŽู…ูŽุนูŽู‡ูู…ู’ ุนูŽู„ูŽู‰ ุฃูุจูŽู‰ู‘ู ุจู’ู†ู ูƒูŽุนู’ุจู ุŒ ุซูู…ู‘ูŽ ุฎูŽุฑูŽุฌู’ุชู ู…ูŽุนูŽู‡ู ู„ูŽูŠู’ู„ูŽุฉู‹ ุฃูุฎู’ุฑูŽู‰ ุŒ ูˆูŽุงู„ู†ู‘ูŽุงุณู ูŠูุตูŽู„ู‘ููˆู†ูŽ ุจูุตูŽู„ุงูŽุฉู ู‚ูŽุงุฑูุฆูู‡ูู…ู’ ุŒ ู‚ูŽุงู„ูŽ ุนูู…ูŽุฑู ู†ูุนู’ู…ูŽ ุงู„ู’ุจูุฏู’ุนูŽุฉู ู‡ูŽุฐูู‡ู ุŒ ูˆูŽุงู„ู‘ูŽุชูู‰ ูŠูŽู†ูŽุงู…ููˆู†ูŽ ุนูŽู†ู’ู‡ูŽุง ุฃูŽูู’ุถูŽู„ู ู…ูู†ูŽ ุงู„ู‘ูŽุชูู‰ ูŠูŽู‚ููˆู…ููˆู†ูŽ . ูŠูุฑููŠุฏู ุขุฎูุฑูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽูŠู’ู„ู ุŒ ูˆูŽูƒูŽุงู†ูŽ ุงู„ู†ู‘ูŽุงุณู ูŠูŽู‚ููˆู…ููˆู†ูŽ ุฃูŽูˆู‘ูŽู„ูŽู‡ู

Dan dari Ibnu Syihab dari โ€˜Urwah bin Az Zubair dari โ€˜Abdurrahman bin โ€˜Abdul Qariy bahwa dia berkata, โ€œAku keluar bersama โ€˜Umar bin Al Khoththob radhiyallahu โ€˜anhu pada malam Ramadhan menuju masjid, ternyata orang-orang shalat berkelompok-kelompok secara terpisah-pisah, ada yang shalat sendiri dan ada seorang yang shalat diikuti oleh maโ€™mum yang jumlahnya kurang dari sepuluh orang. Maka โ€˜Umar berkata, โ€œAku berpikir bagaimana seandainya mereka semuanya shalat berjamaโ€™ah dengan dipimpin satu orang imam, itu lebih baikโ€œ. Kemudian Umar memantapkan keinginannya itu lalu mengumpulkan mereka dalam satu jamaโ€™ah yang dipimpin oleh Ubbay bin Kaโ€™ab. Kemudian aku keluar lagi bersamanya pada malam yang lain dan ternyata orang-orang shalat dalam satu jamaโ€™ah dengan dipimpin seorang imam, lalu โ€˜Umar berkata, โ€œSebaik-baiknya bidโ€™ah adalah iniDan mereka yang tidur terlebih dahulu adalah lebih baik daripada yang shalat awal malam[1].โ€ Yang beliau maksudkan untuk mendirikan shalat di akhir malam, sedangkan orang-orang secara umum melakukan shalat pada awal malam. (HR. Bukhari no. 2010)

Adapun mengenai jumlah rakaโ€™at shalat tarawih yang dilakukan di zaman โ€˜Umar tidak disebutkan secara tegas dalam riwayat di atas[2], dan ada perbedaan dalam beberapa riwayat yang nanti akan kami jelaskan selanjutnya.

Shalat Tarawih 11 Rakaโ€™at di Masa โ€˜Umar

Disebutkan dalam Muwaththoโ€™ Imam Malik riwayat sebagai berikut.

ูˆูŽุญูŽุฏู‘ูŽุซูŽู†ูู‰ ุนูŽู†ู’ ู…ูŽุงู„ููƒู ุนูŽู†ู’ ู…ูุญูŽู…ู‘ูŽุฏู ุจู’ู†ู ูŠููˆุณูููŽ ุนูŽู†ู ุงู„ุณู‘ูŽุงุฆูุจู ุจู’ู†ู ูŠูŽุฒููŠุฏูŽ ุฃูŽู†ู‘ูŽู‡ู ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฃูŽู…ูŽุฑูŽ ุนูู…ูŽุฑู ุจู’ู†ู ุงู„ู’ุฎูŽุทู‘ูŽุงุจู ุฃูุจูŽู‰ู‘ูŽ ุจู’ู†ูŽ ูƒูŽุนู’ุจู ูˆูŽุชูŽู…ููŠู…ู‹ุง ุงู„ุฏู‘ูŽุงุฑูู‰ู‘ูŽ ุฃูŽู†ู’ ูŠูŽู‚ููˆู…ูŽุง ู„ูู„ู†ู‘ูŽุงุณู ุจูุฅูุญู’ุฏูŽู‰ ุนูŽุดู’ุฑูŽุฉูŽ ุฑูŽูƒู’ุนูŽุฉู‹ ู‚ูŽุงู„ูŽ ูˆูŽู‚ูŽุฏู’ ูƒูŽุงู†ูŽ ุงู„ู’ู‚ูŽุงุฑูุฆู ูŠูŽู‚ู’ุฑูŽุฃู ุจูุงู„ู’ู…ูุฆููŠู†ูŽ ุญูŽุชู‘ูŽู‰ ูƒูู†ู‘ูŽุง ู†ูŽุนู’ุชูŽู…ูุฏู ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู’ุนูุตูู‰ู‘ู ู…ูู†ู’ ุทููˆู„ู ุงู„ู’ู‚ููŠูŽุงู…ู ูˆูŽู…ูŽุง ูƒูู†ู‘ูŽุง ู†ูŽู†ู’ุตูŽุฑููู ุฅูู„ุงู‘ูŽ ููู‰ ููุฑููˆุนู ุงู„ู’ููŽุฌู’ุฑู.

Telah menceritakan kepadaku dari Malik dari Muhammad bin Yusuf dari As-Sa`ib bin Yazid dia berkata, โ€œUmar bin Khatthab memerintahkan Ubay bin Kaโ€™ab dan Tamim Ad Dari untuk mengimami orang-orang, dengan sebelas rakaat.โ€ As Sa`ib berkata, โ€œImam membaca dua ratusan ayat, hingga kami bersandar di atas tongkat karena sangat lamanya berdiri. Dan kami tidak keluar melainkan di ambang fajar.โ€ (HR. Malik dalam Al Muwaththoโ€™ 1/115).

Syaikh Musthofa Al โ€˜Adawi mengatakan bahwa riwayat ini shahih.[3]

Shalat Tarawih 23 Rakaโ€™at di Masa โ€˜Umar

Dalam Musnad โ€˜Ali bin Al Jaโ€™d terdapat riwayat sebagai berikut.

ุญุฏุซู†ุง ุนู„ูŠ ุฃู†ุง ุจู† ุฃุจูŠ ุฐุฆุจ ุนู† ูŠุฒูŠุฏ ุจู† ุฎุตูŠูุฉ ุนู† ุงู„ุณุงุฆุจ ุจู† ูŠุฒูŠุฏ ู‚ุงู„ : ูƒุงู†ูˆุง ูŠู‚ูˆู…ูˆู† ุนู„ู‰ ุนู‡ุฏ ุนู…ุฑ ููŠ ุดู‡ุฑ ุฑู…ุถุงู† ุจุนุดุฑูŠู† ุฑูƒุนุฉ ูˆุฅู† ูƒุงู†ูˆุง ู„ูŠู‚ุฑุกูˆู† ุจุงู„ู…ุฆูŠู† ู…ู† ุงู„ู‚ุฑุขู†

Telah menceritakan kepada kami โ€˜Ali, bahwa Ibnu Abi Dziโ€™b dari Yazid bin Khoshifah dari As Saib bin Yazid, ia berkata, โ€œMereka melaksanakan qiyam lail di masa โ€˜Umar di bulan Ramadhan sebanyak 20 rakaโ€™at. Ketika itu mereka membaca 200 ayat Al Qurโ€™an.โ€ (HR. โ€˜Ali bin Al Jaโ€™d dalam musnadnya, 1/413)

Syaikh Musthofa Al โ€˜Adawi mengatakan bahwa riwayat ini shahih.[4]

Sebagian ulama ada yang menyatakan bahwa riwayat di atas terdapat โ€˜illah yaitu karena terdapat Yazid bin Khoshifah. Dalam riwayat Ahmad, beliau menyatakan bahwa Yazid itu munkarul hadits. Namun pernyataan ini tertolak dengan beberapa alasan:

Imam Ahmad sendiri menyatakan Yazid itu tsiqoh dalam riwayat lain.Ulama pakar hadits lainnya menyatakan bahwa Yazid itu tsiqoh. Ulama yang berpendapat seperti itu  adalah Ahmad, Abu Hatim dan An Nasai. Begitu pula yang menyatakan tsiqoh adalah Yahya bin Maโ€™in dan Ibnu Saโ€™ad. Al Hafizh Ibnu Hajar pun menyatakan tsiqoh dalam At Taqrib.Perlu diketahui bahwa Yazid bin Khoshifah adalah perowi yang dipakai oleh Al Jamaโ€™ah (banyak periwayat hadits).Imam Ahmad rahimahullah dan sebagian ulama di banyak keadaan kadang menggunakan istilah โ€œmunkarโ€ untuk riwayat yang bersendirian dan bukan dimaksudkan untuk dhoโ€™ifnya hadits.[5]

Hadits di atas juga memiliki jalur yang sama dikeluarkan  oleh Al Baihaqi dalam Sunan Al Kubro (2/496).

Riwayat riwayat di atas memiliki beberapa penguat di antaranya:

Pertama: Riwayat โ€˜Abdur Rozaq dalam Mushonnafnya (4/260).

ุนู† ุฏุงูˆุฏ ุจู† ู‚ูŠุณ ูˆุบูŠุฑู‡ ุนู† ู…ุญู…ุฏ ุจู† ูŠูˆุณู ุนู† ุงู„ุณุงุฆุจ ุจู† ูŠุฒูŠุฏ ุฃู† ุนู…ุฑ ุฌู…ุน ุงู„ู†ุงุณ ููŠ ุฑู…ุถุงู† ุนู„ู‰ ุฃุจูŠ ุจู† ูƒุนุจ ูˆุนู„ู‰ ุชู…ูŠู… ุงู„ุฏุงุฑูŠ ุนู„ู‰ ุฅุญุฏู‰ ูˆุนุดุฑูŠู† ุฑูƒุนุฉ ูŠู‚ุฑุคูˆู† ุจุงู„ู…ุฆูŠู† ูˆูŠู†ุตุฑููˆู† ุนู†ุฏ ูุฑูˆุน ุงู„ูุฌุฑ

Dari Daud bin Qois dan selainnya, dari Muhammad bin Yusuf, dari As Saib bin Yazid, ia berkata bahwa โ€˜Umar pernah mengumpulkan manusia di bulan Ramadhan, Ubay bin Kaโ€™ab dan Tamim Ad Daari yang menjadi imam dengan mengerjakan shalat 21 rakaโ€™at. Ketika itu mereka membaca 200 ayat. Shalat tersebut baru bubar ketika menjelang fajar.

Syaikh Musthofa Al โ€˜Adawi mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih.[6]

Kedua: Riwayat Ibnu Abi Syaibah dalam Mushonnafnya (2/163).

ุญุฏุซู†ุง ูˆูƒูŠุน ุนู† ู…ุงู„ูƒ ุจู† ุฃู†ุณ ุนู† ูŠุญูŠู‰ ุจู† ุณุนูŠุฏ ุฃู† ุนู…ุฑ ุจู† ุงู„ุฎุทุงุจ ุฃู…ุฑ ุฑุฌู„ุง ูŠุตู„ูŠ ุจู‡ู… ุนุดุฑูŠู† ุฑูƒุนุฉ

Telah menceritakan kepada kami Wakiโ€™, dari Malik bin Anas, dari Yahya bin Saโ€™id, ia berkata, โ€œโ€™Umar bin Al Khottob pernah memerintah seseorang shalat dengan mereka sebanyak 20 rakaโ€™at.โ€

Yahya bin Saโ€™id adalah seorang tabiโ€™in. Sehingga riwayat ini termasuk mursal (artinya tabiโ€™in berkata langsung dari Nabi shallallahu โ€˜alaihi wa sallam tanpa menyebut sahabat).[7]

Setelah membawakan beberapa riwayat penguat (yang sengaja penulis menyebutkan beberapa saja), Syaikh Musthofa Al โ€˜Adawi hafizhohullah lantas mengatakan, โ€œRiwayat penguat ini semakin menguatkan riwayat shalat tarawih 20 rakaโ€™at.โ€[8]

Penjelasan di atas menunjukkan bahwa perbuatan sahabat di zaman โ€˜Umar bin Khottob bervariasi, kadang mereka melaksanakan 11 rakaโ€™at, kadang pula โ€“berdasarkan riwayat yang shahih- melaksanakan 23 rakaโ€™at. Lalu bagaimana menyikapi riwayat semacam ini? Jawabnya, tidak ada masalah dalam menyikapi dua riwayat tersebut. Kita bisa katakan bahwa kadangkala mereka melaksanakan 11 rakaโ€™at, dan kadangkala mereka melaksanakan 23 rakaโ€™at dilihat dari kondisi mereka masing-masing.

Al Baihaqi dalam Sunan Al Kubro mengatakan,

ูˆูŽูŠูู…ู’ูƒูู†ู ุงู„ู’ุฌูŽู…ู’ุนู ุจูŽูŠู’ู†ูŽ ุงู„ุฑู‘ููˆูŽุงูŠูŽุชูŽูŠู’ู†ู ุŒ ููŽุฅูู†ู‘ูŽู‡ูู…ู’ ูƒูŽุงู†ููˆุง ูŠูŽู‚ููˆู…ููˆู†ูŽ ุจูุฅูุญู’ุฏูŽู‰ ุนูŽุดู’ุฑูŽุฉูŽ ุŒ ุซูู…ู‘ูŽ ูƒูŽุงู†ููˆุง ูŠูŽู‚ููˆู…ููˆู†ูŽ ุจูุนูุดู’ุฑููŠู†ูŽ ูˆูŽูŠููˆุชูุฑููˆู†ูŽ ุจูุซูŽู„ุงูŽุซู

โ€œDan mungkin saja kita menggabungkan dua riwayat (yang membicarakan 11 rakaโ€™at dan 23 rakaโ€™at, -pen), kita katakan bahwa dulu para sahabat terkadang melakukan shalat tarawih sebanyak 11 rakaโ€™at. Di kesempatan lain, mereka lakukan 20 rakaโ€™at ditambah witir 3 rakaโ€™at.โ€[9]

Begitu pula Ibnu Hajar Al Asqolani juga menjelaskan hal yang serupa. Beliau rahimahullah mengatakan,

ูˆูŽุงู„ู’ุฌูŽู…ู’ุนู ุจูŽูŠู’ู† ู‡ูŽุฐูู‡ู ุงู„ุฑู‘ููˆูŽุงูŠูŽุงุช ู…ูู…ู’ูƒูู†ูŒ ุจูุงุฎู’ุชูู„ูŽุงูู ุงู„ู’ุฃูŽุญู’ูˆูŽุงู„ ุŒ ูˆูŽูŠูŽุญู’ุชูŽู…ูู„ ุฃูŽู†ู‘ูŽ ุฐูŽู„ููƒูŽ ุงู„ูุงุฎู’ุชูู„ูŽุงููŽ ุจูุญูŽุณูŽุจู ุชูŽุทู’ูˆููŠู„ู ุงู„ู’ู‚ูุฑูŽุงุกูŽุฉ ูˆูŽุชูŽุฎู’ูููŠููู‡ูŽุง ููŽุญูŽูŠู’ุซู ูŠูุทููŠู„ู ุงู„ู’ู‚ูุฑูŽุงุกูŽุฉ ุชูŽู‚ูู„ู‘ู ุงู„ุฑู‘ูŽูƒูŽุนูŽุงุช ูˆูŽุจูุงู„ู’ุนูŽูƒู’ุณู ูˆูŽุจูุฐูŽู„ููƒูŽ ุฌูŽุฒูŽู…ูŽ ุงู„ุฏู‘ูŽุงูˆูุฏููŠู‘ู ูˆูŽุบูŽูŠู’ุฑู‡

โ€œKompromi antara riwayat (yang menyebutkan 11 dan 23 rakaโ€™at) amat memungkinkan dengan kita katakan bahwa mereka melaksanakan shalat tarawih tersebut dilihat dari kondisinya. Kita bisa memahami bahwa perbedaan (jumlah rakaโ€™at tersebut) dikarenakan kadangkala bacaan tiap rakaโ€™atnya panjang dan kadangkala pendek. Ketika bacaan tersebut dipanjangkan, maka jumlah rakaโ€™atnya semakin sedikit. Demikian sebaliknya. Inilah yang ditegaskan oleh Ad Dawudi dan ulama lainnya.โ€[10]

Beberapa Atsar Penguat

Pertama: Atsar Athoโ€™ (seorang tabiโ€™in) yang dikeluarkan dalam Mushonnaf Ibni Abi Syaibah (2/163).

ุญุฏุซู†ุง ุจู† ู†ู…ูŠุฑ ุนู† ุนุจุฏ ุงู„ู…ู„ูƒ ุนู† ุนุทุงุก ู‚ุงู„ ุฃุฏุฑูƒุช ุงู„ู†ุงุณ ูˆู‡ู… ูŠุตู„ูˆู† ุซู„ุงุซุฉ ูˆุนุดุฑูŠู† ุฑูƒุนุฉ ุจุงู„ูˆุชุฑ

Telah menceritakan kepada kami Ibnu Numair, dari โ€˜Abdul Malik, dari โ€˜Athoโ€™, ia berkata, โ€œAku pernah menemukan manusia ketika itu melaksanakan shalat malam 23 rakaโ€™at dan sudah termasuk witir di dalamnya.โ€

Syaikh Musthofa Al โ€˜Adawi mengatakan bahwa riwayat ini shahih.[11]

Kedua: Atsar dari Ibnu Abi Mulaikah yang dikeluarkan dalam Mushonnaf Ibni Abi Syaibah (2/163).

ุญุฏุซู†ุง ูˆูƒูŠุน ุนู† ู†ุงูุน ุจู† ุนู…ุฑ ู‚ุงู„ ูƒุงู† ุจู† ุฃุจูŠ ู…ู„ูŠูƒุฉ ูŠุตู„ูŠ ุจู†ุง ููŠ ุฑู…ุถุงู† ุนุดุฑูŠู† ุฑูƒุนุฉ

Telah menceritakan kepada kami Wakiโ€™ dari Nafiโ€™ bin โ€˜Umar, ia berkata, โ€œIbnu Abi Mulaikah shalat bersama kami di bulan Ramadhan sebanyak 20 rakaโ€™atโ€.

Syaikh Musthofa Al โ€˜Adawi mengatakan bahwa riwayat ini shahih.[12]

Ketiga: Atsar dari โ€˜Ali bin Robiโ€™ah yang dikeluarkan dalam Mushonnaf Ibni Abi Syaibah (2/163).

ุญุฏุซู†ุง ุงู„ูุถู„ ุจู† ุฏูƒูŠู† ุนู† ุณุนูŠุฏ ุจู† ุนุจูŠุฏ ุฃู† ุนู„ูŠ ุจู† ุฑุจูŠุนุฉ ูƒุงู† ูŠุตู„ูŠ ุจู‡ู… ููŠ ุฑู…ุถุงู† ุฎู…ุณ ุชุฑูˆูŠุญุงุช ูˆูŠูˆุชุฑ ุจุซู„ุงุซ

Telah menceritakan kepada kami Al Fadhl bin Dakin, dari Saโ€™id bin โ€˜Ubaid, ia berkata bahwa โ€˜Ali bi Robiโ€™ah pernah shalat bersama mereka di Ramadhan sebanyak 5 kali duduk istirahat (artinya: 5 x 4 = 20 rakaโ€™at), kemudian beliau berwitir dengan 3 rakaโ€™at.

Syaikh Musthofa Al โ€˜Adawi mengatakan bahwa riwayat ini shahih.[13]

Keempat: Atsar dari โ€˜Abdurrahman bin Al Aswad yang dikeluarkan dalam  Mushonnaf Ibni Abi Syaibah (2/163).

ุญุฏุซู†ุง ุญูุต ุนู† ุงู„ุญุณู† ุจู† ุนุจูŠุฏ ุงู„ู„ู‡ ู‚ุงู„ ูƒุงู† ุนุจุฏ ุงู„ุฑุญู…ู† ุจู† ุงู„ุฃุณูˆุฏ ูŠุตู„ูŠ ุจู†ุง ููŠ ุฑู…ุถุงู† ุฃุฑุจุนูŠู† ุฑูƒุนุฉ ูˆูŠูˆุชุฑ ุจุณุจุน

Telah menceritakan kepada kami Hafsh, dari Al Hasan bin โ€˜Ubaidillah, ia berkata bahwa dulu โ€˜Abdurrahman bin Al Aswad shalat bersama kami di bulan Ramadhan sebanyak 40 rakaโ€™at, lalu beliau berwitir dengan 7 rakaโ€™at.

Syaikh Musthofa Al โ€˜Adawi mengatakan bahwa riwayat ini shahih.[14]

Kelima: Atsar tentang shalat tarawih di zaman โ€˜Umar bin โ€˜Abdil โ€˜Aziz yang dikeluarkan dalam  Mushonnaf Ibni Abi Syaibah (2/163).

ุญุฏุซู†ุง ุจู† ู…ู‡ุฏูŠ ุนู† ุฏุงูˆุฏ ุจู† ู‚ูŠุณ ู‚ุงู„ ุฃุฏุฑูƒุช ุงู„ู†ุงุณ ุจุงู„ู…ุฏูŠู†ุฉ ููŠ ุฒู…ู† ุนู…ุฑ ุจู† ุนุจุฏ ุงู„ุนุฒูŠุฒ ูˆุฃุจุงู† ุจู† ุนุซู…ุงู† ูŠุตู„ูˆู† ุณุชุฉุฉ ูˆุซู„ุงุซูŠู† ุฑูƒุนุฉ ูˆูŠูˆุชุฑูˆู† ุจุซู„ุงุซ

Telah menceritakan kepada kami Ibnu Mahdi, dari Daud bin Qois, ia berkata, โ€œAku mendapati orang-orang di Madinah di zaman โ€˜Umar bin โ€˜Abdul โ€˜Aziz dan Aban bin โ€˜Utsman melaksanakan shalat malam sebanyak 36 rakaโ€™at dan berwitir dengan 3 rakaโ€™at.

Syaikh Musthofa Al โ€˜Adawi mengatakan bahwa riwayat ini shahih.[15]

Perkataan Para Ulama Mengenai Jumlah Rakaโ€™at Shalat Tarawih

Disebutkan oleh Ibnu Hajar Al Asqolani,

ูˆูŽุนูŽู†ู’ ุงู„ุฒู‘ูŽุนู’ููŽุฑูŽุงู†ููŠู‘ู ุนูŽู†ู’ ุงู„ุดู‘ูŽุงููุนููŠู‘ู โ€ ุฑูŽุฃูŽูŠู’ุช ุงู„ู†ู‘ูŽุงุณ ูŠูŽู‚ููˆู…ููˆู†ูŽ ุจูุงู„ู’ู…ูŽุฏููŠู†ูŽุฉู ุจูุชูุณู’ุนู ูˆูŽุซูŽู„ูŽุงุซููŠู†ูŽ ูˆูŽุจูู…ูŽูƒู‘ูŽุฉ ุจูุซูŽู„ูŽุงุซู ูˆูŽุนูุดู’ุฑููŠู†ูŽ ุŒ ูˆูŽู„ูŽูŠู’ุณูŽ ูููŠ ุดูŽูŠู’ุก ู…ูู†ู’ ุฐูŽู„ููƒูŽ ุถููŠู‚ูŒ

Dari Az Zaโ€™faroniy, dari Imam Asy Syafiโ€™i, beliau berkata, โ€œAku melihat manusia di Madinah melaksanakan shalat malam sebanyak 39 rakaโ€™at dan di Makkah sebanyak 23 rakaโ€™at. Dan sama sekali hal ini tidak ada kesempitan (artinya: boleh saja melakukan seperti itu, -pen).โ€ [16]

Ibnu โ€˜Abdil Barr mengatakan,

ูˆู„ูŠุณ ููŠ ุนุฏุฏ ุงู„ุฑูƒุนุงุช ู…ู† ุตู„ุงุฉ ุงู„ู„ูŠู„ ุญุฏ ู…ุญุฏูˆุฏ ุนู†ุฏ ุฃุญุฏ ู…ู† ุฃู‡ู„ ุงู„ุนู„ู… ู„ุง ูŠุชุนุฏู‰ ูˆุฅู†ู…ุง ุงู„ุตู„ุงุฉ ุฎูŠุฑ ู…ูˆุถูˆุน ูˆูุนู„ ุจุฑ ูˆู‚ุฑุจุฉ ูู…ู† ุดุงุก ุงุณุชูƒุซุฑ ูˆู…ู† ุดุงุก ุงุณุชู‚ู„

โ€œSesungguhnya shalat malam tidak memiliki batasan jumlah rakaโ€™at tertentu. Shalat malam adalah shalat nafilah (yang dianjurkan), termasuk amalan dan perbuatan baik. Siapa saja boleh mengerjakan sedikit rakaโ€™at. Siapa yang mau juga boleh mengerjakan banyak.โ€[17]

Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan,

ู„ูŽู…ู’ ูŠููˆูŽู‚ู‘ูุชู’ ุงู„ู†ู‘ูŽุจููŠู‘ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ูููŠู‡ู ุนูŽุฏูŽุฏู‹ุง ู…ูุนูŽูŠู‘ูŽู†ู‹ุง ุ› ุจูŽู„ู’ ูƒูŽุงู†ูŽ ู‡ููˆูŽ โ€“ ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ โ€“ ู„ูŽุง ูŠูŽุฒููŠุฏู ูููŠ ุฑูŽู…ูŽุถูŽุงู†ูŽ ูˆูŽู„ูŽุง ุบูŽูŠู’ุฑูู‡ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุซูŽู„ูŽุงุซูŽ ุนูŽุดู’ุฑูŽุฉู ุฑูŽูƒู’ุนูŽุฉู‹ ู„ูŽูƒูู†ู’ ูƒูŽุงู†ูŽ ูŠูุทููŠู„ู ุงู„ุฑู‘ูŽูƒูŽุนูŽุงุชู ููŽู„ูŽู…ู‘ูŽุง ุฌูŽู…ูŽุนูŽู‡ูู…ู’ ุนูู…ูŽุฑู ุนูŽู„ูŽู‰ ุฃุจูŠ ุจู’ู†ู ูƒูŽุนู’ุจู ูƒูŽุงู†ูŽ ูŠูุตูŽู„ู‘ููŠ ุจูู‡ูู…ู’ ุนูุดู’ุฑููŠู†ูŽ ุฑูŽูƒู’ุนูŽุฉู‹ ุซูู…ู‘ูŽ ูŠููˆุชูุฑู ุจูุซูŽู„ูŽุงุซู ูˆูŽูƒูŽุงู†ูŽ ูŠูุฎููู‘ู ุงู„ู’ู‚ูุฑูŽุงุกูŽุฉูŽ ุจูู‚ูŽุฏู’ุฑู ู…ูŽุง ุฒูŽุงุฏูŽ ู…ูู†ู’ ุงู„ุฑู‘ูŽูƒูŽุนูŽุงุชู ู„ูุฃูŽู†ู‘ูŽ ุฐูŽู„ููƒูŽ ุฃูŽุฎูŽูู‘ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู’ู…ูŽุฃู’ู…ููˆู…ููŠู†ูŽ ู…ูู†ู’ ุชูŽุทู’ูˆููŠู„ู ุงู„ุฑู‘ูŽูƒู’ุนูŽุฉู ุงู„ู’ูˆูŽุงุญูุฏูŽุฉู ุซูู…ู‘ูŽ ูƒูŽุงู†ูŽ ุทูŽุงุฆูููŽุฉูŒ ู…ูู†ู’ ุงู„ุณู‘ูŽู„ูŽูู ูŠูŽู‚ููˆู…ููˆู†ูŽ ุจูุฃูŽุฑู’ุจูŽุนููŠู†ูŽ ุฑูŽูƒู’ุนูŽุฉู‹ ูˆูŽูŠููˆุชูุฑููˆู†ูŽ ุจูุซูŽู„ูŽุงุซู ูˆูŽุขุฎูŽุฑููˆู†ูŽ ู‚ูŽุงู…ููˆุง ุจูุณูุชู‘ู ูˆูŽุซูŽู„ูŽุงุซููŠู†ูŽ ูˆูŽุฃูŽูˆู’ุชูŽุฑููˆุง ุจูุซูŽู„ูŽุงุซู ูˆูŽู‡ูŽุฐูŽุง ูƒูู„ู‘ูู‡ู ุณูŽุงุฆูุบูŒ ููŽูƒูŽูŠู’ููŽู…ูŽุง ู‚ูŽุงู…ูŽ ูููŠ ุฑูŽู…ูŽุถูŽุงู†ูŽ ู…ูู†ู’ ู‡ูŽุฐูู‡ู ุงู„ู’ูˆูุฌููˆู‡ู ููŽู‚ูŽุฏู’ ุฃูŽุญู’ุณูŽู†ูŽ . ูˆูŽุงู„ู’ุฃูŽูู’ุถูŽู„ู ูŠูŽุฎู’ุชูŽู„ููู ุจูุงุฎู’ุชูู„ูŽุงูู ุฃูŽุญู’ูˆูŽุงู„ู ุงู„ู’ู…ูุตูŽู„ู‘ููŠู†ูŽ ููŽุฅูู†ู’ ูƒูŽุงู†ูŽ ูููŠู‡ูู…ู’ ุงุญู’ุชูู…ูŽุงู„ูŒ ู„ูุทููˆู„ู ุงู„ู’ู‚ููŠูŽุงู…ู ููŽุงู„ู’ู‚ููŠูŽุงู…ู ุจูุนูŽุดู’ุฑู ุฑูŽูƒูŽุนูŽุงุชู ูˆูŽุซูŽู„ูŽุงุซู ุจูŽุนู’ุฏูŽู‡ูŽุง . ูƒูŽู…ูŽุง ูƒูŽุงู†ูŽ ุงู„ู†ู‘ูŽุจููŠู‘ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ูŠูุตูŽู„ู‘ููŠ ู„ูู†ูŽูู’ุณูู‡ู ูููŠ ุฑูŽู…ูŽุถูŽุงู†ูŽ ูˆูŽุบูŽูŠู’ุฑูู‡ู ู‡ููˆูŽ ุงู„ู’ุฃูŽูู’ุถูŽู„ู ูˆูŽุฅูู†ู’ ูƒูŽุงู†ููˆุง ู„ูŽุง ูŠูŽุญู’ุชูŽู…ูู„ููˆู†ูŽู‡ู ููŽุงู„ู’ู‚ููŠูŽุงู…ู ุจูุนูุดู’ุฑููŠู†ูŽ ู‡ููˆูŽ ุงู„ู’ุฃูŽูู’ุถูŽู„ู ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุงู„ู‘ูŽุฐููŠ ูŠูŽุนู’ู…ูŽู„ู ุจูู‡ู ุฃูŽูƒู’ุซูŽุฑู ุงู„ู’ู…ูุณู’ู„ูู…ููŠู†ูŽ ููŽุฅูู†ู‘ูŽู‡ู ูˆูŽุณูŽุทูŒ ุจูŽูŠู’ู†ูŽ ุงู„ู’ุนูŽุดู’ุฑู ูˆูŽุจูŽูŠู’ู†ูŽ ุงู„ู’ุฃูŽุฑู’ุจูŽุนููŠู†ูŽ ูˆูŽุฅูู†ู’ ู‚ูŽุงู…ูŽ ุจูุฃูŽุฑู’ุจูŽุนููŠู†ูŽ ูˆูŽุบูŽูŠู’ุฑูู‡ูŽุง ุฌูŽุงุฒูŽ ุฐูŽู„ููƒูŽ ูˆูŽู„ูŽุง ูŠููƒู’ุฑูŽู‡ู ุดูŽูŠู’ุกูŒ ู…ูู†ู’ ุฐูŽู„ููƒูŽ . ูˆูŽู‚ูŽุฏู’ ู†ูŽุตู‘ูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุฐูŽู„ููƒูŽ ุบูŽูŠู’ุฑู ูˆูŽุงุญูุฏู ู…ูู†ู’ ุงู„ู’ุฃูŽุฆูู…ู‘ูŽุฉู ูƒูŽุฃูŽุญู’ู…ูŽุฏูŽ ูˆูŽุบูŽูŠู’ุฑูู‡ู . ูˆูŽู…ูŽู†ู’ ุธูŽู†ู‘ูŽ ุฃูŽู†ู‘ูŽ ู‚ููŠูŽุงู…ูŽ ุฑูŽู…ูŽุถูŽุงู†ูŽ ูููŠู‡ู ุนูŽุฏูŽุฏูŒ ู…ููˆูŽู‚ู‘ูŽุชูŒ ุนูŽู†ู’ ุงู„ู†ู‘ูŽุจููŠู‘ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ู„ูŽุง ูŠูุฒูŽุงุฏู ูููŠู‡ู ูˆูŽู„ูŽุง ูŠูู†ู’ู‚ูŽุตู ู…ูู†ู’ู‡ู ููŽู‚ูŽุฏู’ ุฃูŽุฎู’ุทูŽุฃูŽ

โ€œShalat malam di bulan Ramadhan tidaklah dibatasi oleh Nabi shallallahu โ€˜alaihi wa sallam dengan bilangan tertentu. Yang dilakukan oleh Nabi shallallahu โ€˜alaihi wa sallam adalah beliau tidak menambah di bulan Ramadhan atau bulan lainnya lebih dari 13 rakaโ€™at. Akan tetapi shalat tersebut dilakukan dengan rakaโ€™at yang panjang. Tatkala โ€˜Umar mengumpulkan manusia dan Ubay bin Kaโ€™ab ditunjuk sebagai imam, dia melakukan shalat sebanyak 20 rakaโ€™at kemudian melaksanakan witir sebanyak tiga rakaโ€™at. Namun ketika itu bacaan setiap rakaโ€™at lebih ringan dengan diganti rakaโ€™at yang ditambah. Karena melakukan semacam ini lebih ringan bagi makmum daripada melakukan satu rakaโ€™at dengan bacaan yang begitu panjang.

Sebagian salaf pun ada yang melaksanakan shalat malam sampai 40 rakaโ€™at, lalu mereka berwitir dengan 3 rakaโ€™at. Ada lagi ulama yang melaksanakan shalat malam dengan 36 rakaโ€™at dan berwitir dengan 3 rakaโ€™at.

Semua jumlah rakaโ€™at di atas boleh dilakukan. Melaksanakan shalat malam di bulan Ramadhan dengan berbagai macam cara tadi itu sangat bagus. Dan memang lebih utama adalah melaksanakan shalat malam sesuai dengan kondisi para jamaโ€™ah. Kalau jamaโ€™ah kemungkinan senang dengan rakaโ€™at-rakaโ€™at yang panjang, maka lebih bagus melakukan shalat malam dengan 10 rakaโ€™at ditambah dengan witir 3 rakaโ€™at, sebagaimana hal ini dipraktekkan oleh Nabi shallallahu โ€˜alaihi wa sallam sendiri di bulan Ramdhan dan bulan lainnya. Dalam kondisi seperti itu, demikianlah yang terbaik.

Namun apabila para jamaโ€™ah tidak mampu melaksanakan rakaโ€™at-rakaโ€™at yang panjang, maka melaksanakan shalat malam dengan 20 rakaโ€™at itulah yang lebih utama. Seperti inilah yang banyak dipraktekkan oleh banyak ulama. Shalat malam dengan 20 rakaโ€™at adalah jalan pertengahan antara jumlah rakaโ€™at shalat malam yang sepuluh dan yang empat puluh. Kalaupun seseorang melaksanakan shalat malam dengan 40 rakaโ€™at atau lebih, itu juga diperbolehkan dan tidak dikatakan makruh sedikitpun. Bahkan para ulama juga telah menegaskan dibolehkannya hal ini semisal Imam Ahmad dan ulama lainnya.

Oleh karena itu, barangsiapa yang menyangka bahwa shalat malam di bulan Ramadhan memiliki batasan bilangan tertentu dari Nabi shallallahu โ€˜alaihi wa sallam sehingga tidak boleh lebih atau kurang dari 11 rakaโ€™at, maka sungguh dia telah keliru.โ€[18]

Al Kasaani mengatakan, โ€œโ€™Umar mengumpulkan para sahabat untuk melaksanakan qiyam Ramadhan lalu diimami oleh Ubay bin Kaโ€™ab radhiyallahu Taโ€™ala โ€˜anhu. Lalu shalat tersebut dilaksanakan 20 rakaโ€™at. Tidak ada seorang pun yang mengingkarinya sehingga pendapat ini menjadi ijmaโ€™ atau kesepakatan para sahabat.โ€

Ad Dasuuqiy dan lainnya mengatakan, โ€œShalat tarawih dengan 20 rakaโ€™at inilah yang menjadi amalan para sahabat dan tabiโ€™in.โ€

Ibnu โ€˜Abidin mengatakan, โ€œShalat tarawih dengan 20 rakaโ€™at inilah yang dilakukan di timur dan barat.โ€

โ€˜Ali As Sanhuriy mengatakan, โ€œJumlah 20 rakaโ€™at inilah yang menjadi amalan manusia dan terus menerus dilakukan hingga sekarang ini di berbagai negeri.โ€

Al Hanabilah mengatakan, โ€œShalat tarawih 20 rakaโ€™at inilah yang dilakukan dan dihadiri banyak sahabat. Sehingga hal ini menjadi ijmaโ€™ atau kesepakatan sahabat. Dalil yang menunjukkan hal ini amatlah banyak.โ€[19]

Dalil Pendukung Lain, Shalat Malam Tidak Ada Batasan Rakaโ€™atnya

Pertama, Nabi shallallahu โ€˜alaihi wa sallam ditanya mengenai shalat malam, beliau menjawab,

ุตูŽู„ุงูŽุฉู ุงู„ู„ู‘ูŽูŠู’ู„ู ู…ูŽุซู’ู†ูŽู‰ ู…ูŽุซู’ู†ูŽู‰ ุŒ ููŽุฅูุฐูŽุง ุฎูŽุดูู‰ูŽ ุฃูŽุญูŽุฏููƒูู…ู ุงู„ุตู‘ูุจู’ุญูŽ ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุฑูŽูƒู’ุนูŽุฉู‹ ูˆูŽุงุญูุฏูŽุฉู‹ ุŒ ุชููˆุชูุฑู ู„ูŽู‡ู ู…ูŽุง ู‚ูŽุฏู’ ุตูŽู„ู‘ูŽู‰

โ€œShalat malam itu dua rakaโ€™at-dua rakaโ€™at. Jika salah seorang di antara kalian takut masuk waktu shubuh, maka kerjakanlah satu rakaโ€™at. Dengan itu berarti kalian menutup shalat tadi dengan witir.โ€[20] Padahal ini dalam konteks pertanyaan. Seandainya shalat malam itu ada batasannya, tentu Nabi shallallahu โ€˜alaihi wa sallam akan menjelaskannya.

Kedua, sabda Nabi shallallahu โ€˜alaihi wa sallam,

ููŽุฃูŽุนูู†ู‘ูู‰ ุนูŽู„ูŽู‰ ู†ูŽูู’ุณููƒูŽ ุจููƒูŽุซู’ุฑูŽุฉู ุงู„ุณู‘ูุฌููˆุฏู

โ€œBantulah aku (untuk mewujudkan cita-citamu) dengan memperbanyak sujud (shalat).โ€[21]

Ketiga, sabda Nabi shallallahu โ€˜alaihi wa sallam,

ููŽุฅูู†ู‘ูŽูƒูŽ ู„ุงูŽ ุชูŽุณู’ุฌูุฏู ู„ูู„ู‘ูŽู‡ู ุณูŽุฌู’ุฏูŽุฉู‹ ุฅูู„ุงู‘ูŽ ุฑูŽููŽุนูŽูƒูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุจูู‡ูŽุง ุฏูŽุฑูŽุฌูŽุฉู‹ ูˆูŽุญูŽุทู‘ูŽ ุนูŽู†ู’ูƒูŽ ุจูู‡ูŽุง ุฎูŽุทููŠุฆูŽุฉู‹

โ€œSesungguhnya engkau tidaklah melakukan sekali sujud kepada Allah melainkan Allah akan meninggikan satu derajat bagimu dan menghapus satu kesalahanmu.โ€[22] Dalil-dalil ini dengan sangat jelas menunjukkan bahwa kita dibolehkan memperbanyak sujud (artinya: memperbanyak rakaโ€™at shalat) dan sama sekali tidak diberi batasan.

Keempat, pilihan Nabi shallallahu โ€˜alaihi wa sallam yang memilih shalat tarawih dengan 11 atau 13 rakaโ€™at ini bukanlah pengkhususan dari tiga dalil di atas.

Alasan pertama, perbuatan Nabi shallallahu โ€˜alaihi wa sallam tidaklah mengkhususkan ucapan beliau sendiri, sebagaimana kaedah yang diterapkan dalam ilmu ushul.

Alasan kedua, Nabi shallallahu โ€˜alaihi wa sallam tidaklah melarang menambah lebih dari 11 rakaโ€™at. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, โ€œShalat malam di bulan Ramadhan tidaklah dibatasi oleh Nabi shallallahu โ€˜alaihi wa sallam dengan bilangan tertentu. Yang dilakukan oleh Nabi shallallahu โ€˜alaihi wa sallam adalah beliau tidak menambah di bulan Ramadhan atau bulan lainnya lebih dari 13 rakaโ€™at, akan tetapi shalat tersebut dilakukan dengan rakaโ€™at yang panjang. โ€ฆ Barangsiapa yang mengira bahwa shalat malam di bulan Ramadhan memiliki bilangan rakaโ€™at tertentu yang ditetapkan oleh Nabi shallallahu โ€˜alaihi wa sallam, tidak boleh ditambahi atau dikurangi dari jumlah rakaโ€™at yang beliau lakukan, sungguh dia telah keliru.โ€[23]

Alasan ketiga, Nabi shallallahu โ€˜alaihi wa sallam tidak memerintahkan para sahabat untuk melaksanakan shalat malam dengan 11 rakaโ€™at. Seandainya hal ini diperintahkan tentu saja beliau akan memerintahkan sahabat untuk melaksanakan shalat 11 rakaโ€™at, namun tidak ada satu orang pun yang mengatakan demikian. Oleh karena itu, tidaklah tepat mengkhususkan dalil yang bersifat umum yang telah disebutkan di atas. Dalam ushul telah diketahui bahwa dalil yang bersifat umum tidaklah dikhususkan dengan dalil yang bersifat khusus kecuali jika ada dalil yang bertentangan.

Kelima, Nabi shallallahu โ€˜alaihi wa sallam biasa melakukan shalat malam dengan bacaan yang panjang dalam setiap rakaโ€™at. Di zaman setelah beliau shallallahu โ€˜alaihi wa sallam, orang-orang begitu berat jika melakukan satu rakaโ€™at begitu lama. Akhirnya, โ€˜Umar memiliki inisiatif agar shalat tarawih dikerjakan dua puluh rakaโ€™at agar bisa lebih lama menghidupkan malam Ramadhan, namun dengan bacaan yang ringan.

Keenam, manakah yang lebih utama melakukan shalat malam 11 rakaโ€™at dalam waktu 1 jam ataukah shalat malam 23 rakaโ€™at yang dilakukan dalam waktu dua jam atau tiga jam?

Yang satu mendekati perbuatan Nabi shallalahu โ€˜alaihi wa sallam dari segi jumlah rakaโ€™at. Namun yang satu mendekati ajaran Nabi shallallahu โ€˜alaihi wa sallam dari segi lamanya. Manakah di antara kedua cara ini yang lebih baik?

Jawabannya, tentu yang kedua yaitu yang shalatnya lebih lama dengan  rakaโ€™at yang lebih banyak. Alasannya, karena pujian Allah terhadap orang yang waktu malamnya digunakan untuk shalat malam dan sedikit tidurnya. Allah Taโ€™ala berfirman,

ูƒูŽุงู†ููˆุง ู‚ูŽู„ููŠู„ู‹ุง ู…ูู†ูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽูŠู’ู„ู ู…ูŽุง ูŠูŽู‡ู’ุฌูŽุนููˆู†ูŽ

โ€œDi dunia mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam.โ€ (QS. Adz Dzariyat: 17)

ูˆูŽู…ูู†ูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽูŠู’ู„ู ููŽุงุณู’ุฌูุฏู’ ู„ูŽู‡ู ูˆูŽุณูŽุจู‘ูุญู’ู‡ู ู„ูŽูŠู’ู„ู‹ุง ุทูŽูˆููŠู„ู‹ุง

โ€œDan pada sebagian dari malam, maka sujudlah kepada-Nya dan bertasbihlah kepada-Nya pada bagian  yang panjang dimalam hari.โ€ (QS. Al Insan: 26)

Oleh karena itu, para ulama ada yang melakukan shalat malam hanya dengan 11 rakaโ€™at namun dengan rakaโ€™at yang panjang. Ada pula yang melakukannya dengan 20 rakaโ€™at atau 36 rakaโ€™at. Ada pula yang kurang atau lebih dari itu. Mereka di sini bukan bermaksud menyelisihi ajaran Nabi shallallahu โ€˜alaihi wa sallam. Namun yang mereka inginkan adalah mengikuti maksud Nabi shallallahu โ€˜alaihi wa sallam yaitu dengan mengerjakan shalat malam dengan thulul qunut (berdiri yang lama).

Sampai-sampai sebagian ulama memiliki perkataan yang bagus, โ€œBarangsiapa yang ingin memperlama berdiri dan membaca surat dalam shalat malam, maka ia boleh mengerjakannya dengan rakaโ€™at yang sedikit. Namun jika ia ingin tidak terlalu berdiri dan membaca surat, hendaklah ia menambah rakaโ€™atnya.โ€

Mengapa ulama ini bisa mengatakan demikian? Karena yang jadi patokan adalah lama berdiri di hadapan Allah ketika shalat malam.[24]

Yang Jadi Masalah

Setelah pemaparan kami di atas, sebenarnya yang jadi masalah bukanlah kuantitas shalat tarawih. Yang lebih dituntunkan bagi kita adalah mendekati kualitas Nabi shallallallahu โ€˜alaihi wa sallam dalam shalat tarawih atau shalat malam. Sehingga tidak tepat jika melaksanakan 11 rakaโ€™at namun kualitas shalatnya jauh sekali dari Nabi shallallahu โ€˜alaihi wa sallam. Begitu pula tidak tepat jika melaksanakan shalat 23 rakaโ€™at namun kualitasnya pun amat jauh dari Nabi shallallahu โ€˜alaihi wa sallam. Karena memang pilihan para sahabat di masa Umar dan ini juga dipilih oleh kebanyakan ulama adalah ingin mendekati kualitas shalat Nabi shallallahu โ€˜alaihi wa sallam, bukan hanya kejar kuantitas. Ini yang benar-benar harus kita pahami.

Sehingga tidak tepat jika shalat tarawih atau shalat malam yang dilakukan begitu cepat, secepat kilat, seperti ayam โ€œmatukโ€. Ini kan sama saja tidak ada thumaโ€™ninah. Padahal thumaโ€™ninah adalah bagian dari rukun shalat. Artinya jika tidak ada thumaโ€™ninah, shalatnya hanya sia-sia. Namun demikianlah yang sering terjadi pada shalat tarawih 23 rakaโ€™at di tempat kita. Inilah yang jadi masalah.

Nabi shallallahu โ€˜alaihi wa sallam bersabda,

ุฃูŽูู’ุถูŽู„ู ุงู„ุตู‘ูŽู„ุงูŽุฉู ุทููˆู„ู ุงู„ู’ู‚ูู†ููˆุชู

โ€œSebaik-baik shalat adalah yang lama berdirinya.โ€[25]

Dari Abu Hurairah, beliau berkata,

ุนูŽู†ู ุงู„ู†ู‘ูŽุจูู‰ู‘ู -ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู…- ุฃูŽู†ู‘ูŽู‡ู ู†ูŽู‡ูŽู‰ ุฃูŽู†ู’ ูŠูุตูŽู„ู‘ูู‰ูŽ ุงู„ุฑู‘ูŽุฌูู„ู ู…ูุฎู’ุชูŽุตูุฑู‹ุง

โ€œNabi shallallahu โ€˜alaihi wa sallam melarang seseorang shalat mukhtashiron.โ€[26] Ibnu Hajar โ€“rahimahullah- membawakan hadits  di atas dalam kitab beliau Bulughul Marom, Bab โ€œDorongan agar khusuโ€™ dalam shalat.โ€ Sebagian ulama menafsirkan ikhtishor (mukhtashiron) dalam hadits di atas adalah shalat yang ringkas (terburu-buru), tidak ada thumaโ€™ninah ketika membaca surat, rukuโ€™  dan sujud.[27]

Oleh karena itu, tidak tepat jika shalat 23 rakaโ€™at dilakukan dengan kebut-kebutan, bacaan Al Fatihah pun kadang dibaca dengan satu nafas. Bahkan kadang pula shalat 23 rakaโ€™at yang dilakukan lebih cepat selesai dari yang 11 rakaโ€™at. Ini sungguh suatu kekeliruan.

Dari sini, jika memang kita dapati imam yang shalatnya terlalu cepat, sebaiknya tidak bermakmum di belakangnya. Carilah jamaโ€™ah yang lebih thumaโ€™ninah.

Penutup

Demikian sajian kami tentang shalat tarawih bahwa sebenarnya tidak ada masalah dalam kuantitas rakaโ€™at, baik 11 atau 23 rakaโ€™at tidak ada masalah. Yang jadi masalah adalah sebagaimana yang kami sebutkan di atas. Sehingga tidaklah tepat jika shalat tarawih 23 rakaโ€™at dikatakan bidโ€™ah. Lihat saja sejak masa sahabat dan tabiโ€™ain mereka pun melaksanakan shalat malam lebih dari 11 rakaโ€™at.

Dari sini juga tidaklah tepat jika seseorang bubar terlebih dahulu pada shalat imam padahal masih 8 rakaโ€™at karena ia berkeyakinan bahwa shalat malam hanya 11 rakaโ€™at sehingga ia tidak mau mengikuti shalat imam yang 23 rakaโ€™at. Jika memang shalat imam itu thumaโ€™ninah, maka bermakmum di belakangnya adalah pilihan yang tepat. Jika seseorang bubar dulu sebelum imam selesai, sungguh ia telah kehilangan pahala yang teramat besar sebagaimana disebutkan dalam hadits,

ุฅูู†ู‘ูŽู‡ู ู…ูŽู†ู’ ู‚ูŽุงู…ูŽ ู…ูŽุนูŽ ุงู„ุฅูู…ูŽุงู…ู ุญูŽุชู‘ูŽู‰ ูŠูŽู†ู’ุตูŽุฑูููŽ ูƒูุชูุจูŽ ู„ูŽู‡ู ู‚ููŠูŽุงู…ู ู„ูŽูŠู’ู„ูŽุฉู‹

โ€œSiapa yang shalat bersama imam sampai ia selesai, maka ditulis untuknya pahala qiyam satu malam penuh.โ€[28] Jika imam melaksanakan shalat tarawih ditambah shalat witir, makmum pun seharusnya ikut menyelesaikan bersama imam, meskipun itu 23 rakaโ€™at. Itulah yang lebih tepat selama shalat 23 rakaโ€™at itu thumaโ€™ninah. Jika shalatnya terlalu cepat, sebaiknya cari jamaโ€™ah yang lebih thumaโ€™ninah dalam kondisi seperti itu.

Wallahu โ€˜alam bish showab. Semoga Allah menjadikan amalan ini ikhlas karena-Nya.

Alhamdulillahilladzi bi niโ€™matihi tatimmush sholihaat.

[1] Ibnu Hajar Al Asqolani rahimahullah mengatakan, โ€œHal ini merupakan dalil tegas bahwa shalat di akhir malam lebih afhdol daripada di awal malam. Namun hal ini bukan berarti memaksudkan bahwa shalat sendirian lebih afdhol dari shalat secara berjamaโ€™ah.โ€ (Fathul Bari, Ibnu Hajar Al Asqolani, Darul Maโ€™rifah, 1379, 4/253)

[2] Fathul Bari, 4/253.

[3] โ€˜Adadu Rakaโ€™at Qiyamil Lail, Musthofa Al โ€˜Adawi, Daar Majid โ€˜Asiri, hal. 36.

[4] Adadu Rakaโ€™at Qiyamil Lail, hal. 36.

[5] Lihat catatan kaki Adadu Rakaโ€™at Qiyamil Lail, hal. 37.

[6] Adadu Rakaโ€™at Qiyamil Lail, hal. 39.

[7] Idem.

[8] Adadu Rakaโ€™at Qiyamil Lail, hal. 40.

[9] Sunan Al Baihaqi Al Kubro, Al Baihaqi, Maktabah Darul Baaz, 2/496.

[10] Fathul Bari, 4/253.

[11] Adadu Rakaโ€™at Qiyamil Lail, hal. 46.

[12] Adadu Rakaโ€™at Qiyamil Lail, hal. 47.

[13] Adadu Rakaโ€™at Qiyamil Lail, hal. 47.

[14] Adadu Rakaโ€™at Qiyamil Lail, hal. 48.

[15] Adadu Rakaโ€™at Qiyamil Lail, hal. 48.

[16] Fathul Bari, 4/253.

[17] At Tamhid, 21/70.

[18] Majmuโ€™ Al Fatawa, Ibnu Taimiyah, Darul Wafaโ€™, cetakan ketiga, 1426 H, 22/272.

[19] Lihat Al Mawsuโ€™ah Al Fiqhiyyah, 2/9636

[20] HR. Bukhari no. 990 dan Muslim no. 749, dari Ibnu โ€˜Umar.

[21] HR. Muslim no. 489

[22] HR. Muslim no. 488

[23] Majmuโ€™ Al Fatawa, 22/272.

[24] Lihat Shahih Fiqh Sunnah, 1/414-416 dan At Tarsyid, hal. 146-149.

[25] HR. Muslim no. 756

[26] HR. Bukhari no. 1220 dan Muslim no. 545.

[27] Lihat Syarh Bulughul Marom, Syaikh โ€˜Athiyah Muhammad Salim, 49/3.

[28] HR. An Nasai no. 1605, Tirmidzi no. 806, Ibnu Majah no. 1327, Ahmad dan Tirmidzi. Hadits ini shahih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar