Jumat, 11 Oktober 2019

Cara Rosululloh untuk Melunakkan Hati yang Keras

Cara Rosululloh untuk Melunakkan Hati yang Keras

Pernahkah Anda terbukti bersalah namun sukar sekali mengeluarkan minta maaf? Alasannya: orang yang dimintai maaf lebih muda dari kita, lebih miskin dari kita, atau status jabatannya lebih rendah dari kita. Jika kita penah mengalami demikian atau menyaksikan orang yang berperilaku begitu, yang bersangkutan sesungguhnya telah mengidap penyakit hati yang keras.

Surat Al-Baqarah ayat 67-74 mengambarkan kondisi penyakit tersebut ketika mengisahkan tentang Bani Israil. Mereka dilukiskan sebagai orang-orang yang sulit menerima kebenaran meskipun bukti nyata telah hadir di depan mata. Hati mereka mengeras seperti batu, bahkan bisa lebih keras lagi.

Penyakit ini susah disembuhkan karena yang mesti dihadapi penderitanya adalah dirinya sendiri. Egoisme, gengsi, atau perasaan paling istimewa, biasanya menjadi biang keladi mengapa hati seseorang membatu sehingga sukar dimasuki kebenaran dan kebaikan yang datang dari luar dirinya. Namun, susah disembuhkan bukan berarti tidak bisa diobati.

Suatu hari seorang laki-laki datang mengadu kepada Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam tentang hatinya yang keras (qaswatul qalb). Nabi menjawab:

إن أردت تلين قلبك، فأطعم المسكين، وامسح رأس اليتيم

Artinya: “Jika kamu ingin melunakkan hatimu maka berilah makan orang miskin dan usaplah kepala anak yatim.” (HR al-Hakim dalam al-Mustadrak)

Dalam hadits tersebut, Rasulullah menganjurkan orag yang keras hatinya untuk melatih diri berempati dengan orang-orang lemah. Empati tersebut diwujudkan salah satunya dengan memberi makan orang miskin.

Makan adalah di antara kebutuhan primer (hâjiyât) setiap manusia. Penghasilan orang miskin sering hanya bisa mencukupi keperluan pokok tersebut tanpa bisa menambah kebutuhan sekunder lainnya. Lebih dari miskin disebut faqîr. Keduanya merupakan kelompok rentan yang sama-sama membutuhkan uluran tangan.

Ibnu Rajab al-Hanbali saat menjelaskan hadits ini mengatakan bahwa bergaul dengan orang-orang miskin dapat meningkatkan rasa ridha dan syukur seorang hamba atas nikmat yang dikaruniakan oleh Allah. Sebaliknya, bergaul dengan orang kaya potensial membuatnya kurang menghargai rizeki yang diterimanya.

Selanjutnya adalah mengusap kepala anak yatim. Kata “mengusap” di sini merupakan kiasan dari anjuran untuk menyayangi, berlemah lembut, dan mengayomi mereka. Tentang hal ini, Nabi bersabda:

من مسح رأس يتيم أو يتيمة لم يمسحه إلا لله ، كان له بكل شعرة مرت عليها يده حسنات ، ومن أحسن إلى يتيمة أو يتيم عنده ، كنت أنا وهو في الجنة كهاتين ، وقرن بين أصبعيه

“Barangsiapa yang mengusap kepala anak yatim laki-laki atau perempuan hanya karena Allah, baginya setiap rambut yang diusap dengan tangannya itu mengalirkan banyak kebaikan, dan barangsiapa berbuat baik kepada anak yatim perempuan atau laki-laki yang dia asuh, aku bersama dia di surga seperti ini (Nabi menyejajarkan dua jarinya).”

Dalam hadits itu, Allah memberikan kebaikan kepada orang-orang yang mengusap kepala anak yatim. Jumlah rambut di hadits ini merupakan ilustrasi dari kebaikan yang tak terhitung sebagaimana tak terhitungnya jumlah rambut kepala orang. Artinya, sebanyak apa kebaikan seseorang kepada anak yatim, sebesar itu pula Allah berikan kebaikan kepadanya. Inilah mengapa hati yang keras menjadi mudah melunak, terbuka terhadap kebenaran dan kebaikan. Sebab, Sang Penguasa Hati sedang berada di pihaknya. 

Wallah a’lam. 

Senin, 07 Oktober 2019

Cucu Syekh Abdul Qadir Al-Jailani Jelaskan Ciri-ciri Kewalian Mbah Maimoen

Cucu Syekh Abdul Qadir Al-Jailani Jelaskan Ciri-ciri Kewalian Mbah Maimoen

Acara haul masyayikh dan Khotmil Qur’an di Pesantren KH Aqil Siraj Kempek Cirebon dihadiri berbagai ulama’, pejabat, dan ribuan jama’ah. Acara ini juga dihadiri para habaib, yakni Habib Salim bin Jindan dan cucu ke-25 Syekh Abdul Qadir Al-Jailani yang bernama Syekh Fadil Al-Jailani. Acara ini berlangsung pada Ahad 29 September 2019.

Dalam acara, cucu Syekh Abdul Qadir Al-Jailani ini mengungkapkan sosok Mbah Maimoen Zubair. Menurut Syekh Fadil, setiap orang akan dikumpulkan bersama orang-orang yang dicintainya.

Syekh Fadil kemudian mengutip sabda Rasulullah SAW yang berbunyi.

ุงู„ู…ุฑุก ู…ุน ู…ู† ุงุญุจ

“Seseorang itu beserta orang yang dicintainya”.

“Mbah Moen adalah waliyullah yang mengagungkan Sayidah Khadijah, sehingga beliau dikuburkan bersama Sayidah Khadijah,” tegas Syekh Fadil.

Syekh Fadil kemudian mengisahkan sosok Nabi Muhammad SAW yang sangat mengagumi Sayyidah Khadijah. Makanya, ketika Fathul Makkah, Nabi Muhammad berpesan kepada para sahabat untuk mendirikan tenda di dekat makam Sayyidah Khadijah.

“Buatlah kemah saya di sisi maqbaroh Siti Khadijah,” kata Nabi kepada para sahabatnya. Nabi kemudian berkemah sampai berhari-hari di sisi maqbaroh Sayyidah Khadijah. Itu tanda yang sangat jelas betapa besar cinta Rasulullah kepada istri beliau.

Syaekh Fadil juga menjelaskan sifat-sifat waliyullah yang itu juga melekat dalam diri Mbah Maimoen.

“Para wali itu mempunyai lima sifat sebagaimana diterangkan Syekh Abdul Qadir Al-Jailani di dalam kitab Nahrul Qadiriyah. Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani menerangkan para wali dengan kalimat,

ู„َุง ุฎَูˆْูٌ ุนَู„َูŠْู‡ِู…ْ ูˆَู„َุง ู‡ُู…ْ ูŠَุญْุฒَู†ُูˆู†َ .

Hal itu bermakna bahwa para itu tidak pernah takut dan sedih,” jelas Syekh Fadil.

Setelah sifat itu, Syekh Fadil menegaskan bahwa para wali mewarisi martabat 4 berikutnya.

Pertama adalah as-Shidiq yang diambil dari Abu Bakar as-Shidiq, dalam al-Quran disebutkan, La tahzan inallaha ma’ana.

Kedua adalah adil, sahabat Umar bin Khatab adalah orang yang adil kepada keluarga dan orang lain.

Ketiga adalah halim, yaitu lemah lembut yang menjadi sifat sahabat Utsman bin Affan.

Keempat adalah al-ilmu wa as-syuja’ yaitu sahabat Ali Bin Abi Thalib yang berilmu dan pemberani.

Akhlaknya para wali adalah akhlaknya para nabi dan akhlaknya nabi adalah Alquran. Tidak ada yang diambil dari ahli bait Rasulullah kecuali ilmu, ilmu dan ilmu,” tegas Syekh Fadil.

“Ini juga melekat dalam diri Mbah Maimoen. Beliau adalah sosok Waliyullah,” pungkas Syekh Fadil.

Khutbah Jum'at Kunci Sukses Menjawab Enam Pertanyaan di Alam Kubur


Kunci Sukses Menjawab Enam Pertanyaan di Alam Kubur

Khutbah I

ุงู„ْุญَู…ْุฏُ ู„ِู„َّู‡ِ  ุงู„ْุญَู…ْุฏُ ู„ِู„َّู‡ِ ุงู„ุฐูŠ ู‡ุฏุงู†ุง ุณุจู„ ุงู„ุณู„ุงู…، ูˆุงูู‡ู…ู†ุง ุจุดุฑูŠุนุฉ ุงู„ู†ุจูŠ ุงู„ูƒุฑูŠู…، ุงุดู‡ุฏ ุงู† ู„ุง ุงู„ู‡ ุงู„ุง ุงู„ู„ู‡ ูˆุญุฏู‡ ู„ุง ุดุฑูŠูƒ ู„ู‡، ุฐูˆ ุงู„ุฌู„ุงู„ ูˆุงู„ุงูƒุฑุงู…، ูˆุงุดู‡ุฏ ุงู† ุณูŠุฏู†ุง ูˆู†ุจูŠู†ุง ู…ุญู…ุฏุง ุนุจุฏู‡ ูˆ ุฑุณูˆู„ู‡، ุงู„ู„ู‡ู… ุตู„ ูˆ ุณู„ู… ูˆุจุงุฑูƒ ุนู„ู‰ ุณูŠุฏู†ุง ู…ุญู…ุฏ ูˆุนู„ู‰ ุงู„ู‡ ูˆุงุตุญุงุจู‡ ูˆุงู„ุชุงุจุนูŠู† ุจุงุญุณุงู† ุงู„ู‰ ูŠูˆู… ุงู„ุฏูŠู†، ุงู…ุง ุจุนุฏ: ููŠุงูŠู‡ุง ุงู„ุงุฎูˆุงู†، ุงูˆุตูŠูƒู… ูˆ ู†ูุณูŠ ุจุชู‚ูˆู‰ ุงู„ู„ู‡ ูˆุทุงุนุชู‡ ู„ุนู„ูƒู… ุชูู„ุญูˆู†، ู‚ุงู„ ุงู„ู„ู‡ ุชุนุงู„ู‰ ููŠ ุงู„ู‚ุฑุงู† ุงู„ูƒุฑูŠู…: ุงุนูˆุฐ ุจุงู„ู„ู‡ ู…ู† ุงู„ุดูŠุทุงู† ุงู„ุฑุฌูŠู…، ุจุณู… ุงู„ู„ู‡ ุงู„ุฑุญู…ุงู† ุงู„ุฑุญูŠู…: ูŠุงูŠู‡ุง ุงู„ุฐูŠู† ุงู…ู†ูˆุง ุงุชู‚ูˆุงุงู„ู„ู‡ ูˆู‚ูˆู„ูˆุง ู‚ูˆู„ุง ุณุฏูŠุฏุง، ูŠุตู„ุญ ู„ูƒู…  ุงุนู…ุงู„ูƒู… ูˆูŠุบูุฑู„ูƒู… ุฐู†ูˆุจูƒู…، ูˆู…ู† ูŠุทุน ุงู„ู„ู‡ ูˆุฑุณูˆู„ู‡ ูู‚ุฏ ูุงุฒ ููˆุฒุง ุนุธูŠู…ุง. ูˆู‚ุงู„ ุชุนุงู„ู‰: ูŠุงูŠู‡ุงุงู„ุฐูŠู† ุงู…ู†ูˆุง ุงุชู‚ูˆุงุงู„ู„ู‡ ุญู‚ ุชู‚ุงุชู‡ ูˆู„ุงุชู…ูˆุชู† ุงู„ุง ูˆุงู†ุชู… ู…ุณู„ู…ูˆู†، ุตุฏู‚ ุงู„ู„ู‡ ุงู„ุนุธูŠู….

Sidang Jum’ah Rahimakumullah…

Umur manusia didunia, tidak akan pernah kekal abadi, semua kita pasti akan mengalami kematian, Mati didunia hakekatnya adalah proses memasuki kehidupan setelah kematian, karena setelah mati kita hidup lagi dialam Barzah.

Banyak keterangan Hadist yang menerangkan tentang alam kubur, berbicara tentang alam kubur tentu tak lepas dari Mungkar dan Nakir, Kedua malaikat tersebut berfungsi sebagai utusan Allah yang memiliki tugas mengadili dan menanyakan apa yang telah dilakukan atau diperbuat makhluk manusia pada masa hidup di dunia. 

Hal ini terjadi pada saat manusia telah wafat dan mayatnya dimasukkan ke dalam kubur, kemudian ditimbuni tanah dan  orang yang mengantarkannya kekubur telah kembali kerumah masing-masing.

Hadist Nabi Muhammad saw. menjelaskan sebagai berikut yang artinya : “Munkar dan Nakir masuk menemui orang mati di dalam kuburnya, keduanya mendudukkannya.” (HR Dailami dari Anas).

Hadis lainnya menjelaskan sebagai berikut :

Artinya”Nabi bersabda, sesungguhnya seorang hamba (yang meninggal) apabila telah diletakkan di dalam kubur dan para pengantarnya telah pulang, sesungguhnya ia mendengar bunyi sandal mereka, kemudian datanglah kepadanya dua orang malaikat dan mendudukkannya kemudian keduanya bertanya kepada (yang meninggal), “Bagaimana pendapatmu tentang rrang ini (Muhammad)?” Sesungguhnya orang muktnin akan menjawab “Aku bersaksi bahwa dia adalah hamba Allah dan rasul-Nya. Kemudian dikatakan kepadanya lihat tempatmu di neraka, sungguh Allah telah menggantikan buatkamu tempat di surga. Maka ia melihat kepadanya (surga dan neraka). 

(HR Muttafaqun’alaih).

Hadist berikutnya Rosulullah SAW bersabda bahwa ketika seseorang telah dibaringkan di dalam kubur dan para pengantar telah meninggalkannya, maka dua malaikat, yakni Munkar dan Nakir, segera mendatangi dan menanyakan tentang tiga hal pokok, yakni: siapa tuhannya, apa agamanya dan siapa nabinya. Hadits tersebut sebagaimana diriwayatkan dari Al-Barra’ bin Azib:

ูَูŠَุฃْุชِูŠู‡ِ ู…َู„َูƒَุงู†ِ ุดَุฏِูŠุฏَุง ุงู„ุงِู†ْุชِู‡َุงุฑِ ูَูŠَู†ْุชู‡ِุฑَุงู†ِู‡ِ ูˆَูŠُุฌْู„ِุณَุงู†ِู‡ِ ูَูŠَู‚ُูˆู„ุงَู†ِ ู„َู‡ُ: ู…َู†ْ ุฑَุจُّูƒَ؟ ู…َุง ุฏِูŠู†ُูƒَ؟ ู…َู†ْ ู†َุจِูŠُّูƒَ؟

ููŠุฃุชูŠู‡ ู…ู„ูƒุงู† ุดุฏูŠุฏุง ุงู„ุงู†ุชู‡ุงุฑ ููŠู†ุชู‡ุฑุงู†ู‡، ูˆูŠุฌู„ุณุงู†ู‡، ููŠู‚ูˆู„ุงู† ู„ู‡: ู…ู† ุฑุจูƒ؟ ู…ุง ุฏูŠู†ูƒ؟ ู…ู† ู†ุจูŠูƒ؟

Dalam beberapa riwayat dikatakan ketiga pertanyaan pokok tersebut diikuti dengan tiga pertanyaan berikutnya sehingga berjumlah enam pertanyaan sebagai berikut:

1. Man rabbuka? Siapa Tuhanmu?
2. Ma dinuka? Apa agamamu?
3. Man nabiyyuka? Siapa Nabimu?
4. Ma kitabuka? Apa kitabmu?
5. Aina qiblatuka? Di mana kiblatmu?
6. Man ikhwanuka? Siapa saudaramu?

Sidang Jum’ah Rahimakumullah…

Keenam pertanyaan di atas tampak sepele untuk dijawab. Namun, sebenarnya tidak demikian sebab semua bergantung pada amal masing-masing semasa hidupnya. 

Ketika seseorang sudah dibaringkan di dalam kubur, ia sendirian tanpa seorang pun menemani; sementara malaikat menyapa dengan garang sambil menarik orang itu agar berposisi duduk. 

Kedua malaikat kemudian mengajukan keenam pertanyaan sebagaimana di atas, Mereka yang senantiasa melaksanakan shalat lima waktu, terlebih yang suka shalat berjamaah di masjid, sesungguhnya mereka telah memegang kunci sukses menjawab keenam pertanyaan itu.

Sidang Jum’ah Rahimakumullah…

Kalau kita camkan definsi shalat, yakni serangkaian kegiatan ibadah tertentu yang dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam, maka kita dapati kata pertama yang wajib kita ucapkan dalam shalat adalah ุงู„ู„ู‡, yakni dalam takbiratul ihram: ุงู„ู„ู‡ ุงูƒุจุฑ. Jika dalam sehari semalam kita melakukan shalat fardhu lima waktu, maka kita akan menyebut ุงู„ู„ู‡ dalam takbiratul ihram sebanyak lima kali. Jika takibiratul ihram ditambah dengan takbir-takbir yang lain seperti takbir sebelum ruku’, sebelum sujud, dan sebagainya, maka dalam sehari semalam kita menyebut ุงู„ู„ู‡ sebanyak 68 kali, Itu belum termasuk yang kita sebut dalam shalat-shalat sunnah, Singkatnya orang yang taat menjalankan perintah shalat akan sangat terbiasa mengucapkan ุงู„ู„ู‡.

Kaitannya dengan pertanyaan pertama di atas, seseorang yang semasa hidupnya senantiasa melaksanakan kewajiban shalat, kemudian di dalam kubur ditanya: ู…ู† ุฑุจูƒ (siapa Tuhanmu) maka dengan mudah ia dapat menjawab: ุงู„ู„ู‡ ุฑุจูŠ (Allah Tuhanku) karena ia terbiasa menyebut ุงู„ู„ู‡ setidaknya 68 kali dalam sehari semalam. 

Bayangkan mereka yang malas shalat, apalagi tak pernah shalat sama sekali, Tentu mereka akan mengalami kesulitan menjawab pertanyaan ini.

Sidang Jum’ah Rahimakumullah…

Terhadap pertanyaan kedua, yakni ู…ุง ุฏูŠู†ูƒ (apa agamamu) seseorang yang semasa hidupnya senantiasa melaksanakan kewajiban shalat, ketika di dalam kuburnya ditanya: ู…ุง ุฏูŠู†ูƒ - apa agamamu –  maka dengan mudah ia dapat menjawab:ุงู„ุงุณู„ุงู… ุฏูŠู†ูŠ (Islam agamaku) karena dalam konteks sekarang hanya Islam satu-satunya agama yang memerintahkan melaksanakan shalat.

Agama-agama sebelumnya pada zamannya juga memerintahkan umatnya melaksanakan shalat bahkan dengan jumlah rakaat yang lebih banyak dari pada Islam. 

Agama-agama itu hingga sekarang masih ada, namun inti ajarannya tidak lagi menekankan iman tauhid dengan hanya menyembah Allah SWT sebagaimana Islam. 

Maka bisa dimengerti agama-agama itu tidak lagi menyerukan umatnya melakukan shalat, Shalat telah identik dengan Islam karena sekali lagi dalam konteks sekarang Islam satu-satunya agama yang memerintahkan shalat.

Sidang Jum’ah Rahimakumullah,

Terhadap pertanyaan ketiga, yakni ู…ู† ู†ุจูŠูƒ (siapa Nabimu) seseorang yang senantiasa melaksanakan kewajiban shalat, tentu dengan lancar dapat menjawab pertanyaan itu karena di dalam shalat lima waktu setidaknya kita menyebut nama ู…ุญู…ุฏ sebanyak 10 kali dalam sehari semalam, yakni dalam bacaan tahiyat atau tasyahud akhir yang berbunyi:

ุฃุดู‡ุฏ ุฃู† ู„ุง ุงู„ู‡ ุงู„ุง ุงู„ู„ู‡ ูˆุฃุดู‡ุฏ ุงู† ู…ุญู…ุฏุง ุฑุณูˆู„ ุงู„ู„ู‡

dan dalam bacaan shalawat

ุงู„ู„َّู‡ُู…َّ ุตَู„ِّ ุนَู„َู‰ ู…ُุญَู…َّุฏٍ

Jumlah itu belum termasuk yang dibaca dalam tasyahud awal dan bacaan shalawat dalam rakaat kedua dalam shalat Dhuhur, Ashar, Maghrib dan Isya’ yang jumlahnya 15 sehingga seluruhnya berjumlah 25. Oleh karena itu, seseorang yang semasa hidupnya senantiasa melaksnakan shalat akan dengan mudah menjawab pertanyaan: ู…ู† ู†ุจูŠูƒ (siapa nabimu), yakni dengan jawaban: ู…ุญู…ุฏ ู†ุจูŠ (nabiku Muhammad SAW) karena setiap hari selalu menyebut nama ู…ุญู…ุฏ.

Sidang Jum’ah Rahimakumullah,

Terhadap pertanyaan keempat, yakni ู…ุง ูƒุชุงุจูƒ - Apa kitabmu, seseorang yang senantiasa melaksanakan kewajiban shalat, tentu dapat menjawab pertanyaan itu dengan jawaban: ุงู„ู‚ุฑุงู† ูƒุชุงุจูŠ – Kitabku Al-Qur’an, karena di dalam shalat terdapat rukun yang mengharuskan orang shalat membaca surah pertama dalam Al-Qur’an yakni Surah Al-Fatihah. Seseorang yang melakukan shalat tanpa membaca surah ini dalam setiap rakaat, shalatnya tidak sah, kecuali bagi makmum masbuq yang di rakaat pertama tak selesai membacanya karena waktu tak mencukupi.

Selain surah Al-Fatihah, orang shalat juga membaca surah-surah lainnya di dalam Al-Qur’an yang dibaca sebagai bacaan sunnah. Surah-surah yang hukumnya sunnah ini dibaca setelah surah Al-Fatihah. Dengan dibacanya surah-surah dalam Al-Qur’an dalam shalat, maka dalam sehari semalam setidaknya orang membaca surah-surah Al-Qur’an sebanyak 27 kali. Dengan kata lain untuk menyebut ุงู„ู‚ุฑุงู† sebagai sebagai kitab suci tidak sulit bagi mereka yang senantiasa melaksanakan shalat.

Sidang Jum’ah Rahimakumullah…

Terhadap pertanyaan kelima, yakni ุงูŠู† ู‚ุจู„ุชูƒ (di mana kiblatmu) seseorang yang senantiasa melaksanakan kewajiban shalat, tentu dapat menjawab pertanyaan itu dengan jawaban: ุงู„ูƒุนุจุฉ ู‚ุจู„ุชูŠ (Ka’bah kiblatku) karena orang yang senantiasa melaksanakan kewajiban shalat, akan menghadap ke arah Ka’bah sebanyak 5 kali sehari. Jika ditambah dengan shalat-shalat sunnah, tentu frekuensinya lebih tinggi lagi.

Kebiasan setiap hari menghadap kiblat berupa Ka’bah ini tentu akan memudahkan menjawab pertanyaan kelima di atas. Apalagi di dalam niat shalat terdapat kata “kiblat” yang maksudnya adalah Ka’bah. Niat itu misalnya:

ุฃุตَู„ِّูŠْ ูَุฑْุถَ ุงู„ุธُّู‡ْุฑِ ุงَุฑْุจَุนَ ุฑَูƒَุนَุงุชٍ ู…ُุณْุชَู‚ْุจِู„َ ุงْู„ู‚ِุจْู„َุฉِ ุงَุฏَุงุกً ู„ِู„َّู‡ِ ุชَุนَุงู„َู‰

“Aku berniat melaksanakan shalat Dzuhur empat rakaat dengan menghadap Kiblat karena Allah SWT.

Dalam bacaan niat di atas secara eksplisit terdapat kata ุงْู„ู‚ِุจْู„َุฉِ. Kata-kata kiblat ini tentu akan selalu mengingatkan Ka’bah di Tanah Suci Makkah Al-Mukarramah. Orang Islam yang taat kepada Allah senantiasa akan menghadap ke arah Ka’bah sedikitnya 5 kali dalam sehari. Artinya bagi orang yang senantiasa melaksanakn shalat untuk menyebut nama Ka’bah tidak sulit.

Sidang Jum’ah Rahimakumullah,

Terhadap pertanyaan keenam, yakni ู…ู† ุฅุฎูˆุงู†ูƒ (siapa saudara-saudaramu), seseorang yang senantiasa melaksanakan kewajiban shalat dengan berjamaah di masjid, tentu dapat menjawab pertanyaan itu dengan jawaban yang tepat, yakni ุงู„ู…ุณู„ู…ูˆู† ูˆุงู„ู…ุณู„ู…ุงุช ุฅุฎูˆุงู†ูŠ (kaum muslimin dan muslimat saudara-saudaraku).

Jawaban dari pertanyaan keenam ini memang memiliki keterkaitan langsung dengan masjid karena tempat suci ini merupakan tempat berkumpulnya kaum muslimin dan muslimat untuk melaksanakan jamaah shalat. Seseorang yang membiasakan diri dengan shalat berjamaah di masjid, tentu akan ingat saudara-saudara seiman yang berjamaah shalat bersamanya walaupun mungkin tidak tahu nama mereka satu per satu. Tidak mungkin atau sangat kecil kemungkinannya orang-orang non-muslim melakukan shalat, apalagi di masjid.

Sidang Jum’ah Rahimakumullah,

Dari uraian di atas dapat kita lihat dengan jelas ada hubungan erat antara shalat, masjid dan kelancaran menjawab 6 pertanyaan di dalam kubur yang meliputi: siapa tuhanmu, apa agamamu, siapa nabimu, apa kitabmu, dimana kiblatmu, dan siapa saudara-saudaramu. Orang-orang yang senantiasa melaksanakan kewajiban shalat, apalagi dengan berjamaah di masjid, sudah pasti tidak akan mengalami kesulitan menjawab semua pertanyaan tersebut.

Kesuksesan menjawab semua pertanyaan itu menjadi penentu kesuksesan-kesuksesan berikutnya apakah seseorang akan masuk ke surga atau ke neraka. Semoga kita semua termasuk orang-orang yang senatiasa sukses dalam menghadapi semua pertanyaan di alam kubur. Amin ya rabbal alamin.

ุฌุนู„ู†ุง ุงู„ู„ู‡ ูˆุงูŠุงูƒู… ู…ู† ุงู„ูุงุฆุฒูŠู† ุงู„ุงู…ู†ูŠู†، ูˆุงุฏุฎู„ู†ุง ูˆุงูŠุงูƒู… ููŠ ุฒู…ุฑุฉ ุนุจุงุฏู‡ ุงู„ู…ุคู…ู†ูŠู† : ุงุนูˆุฐ ุจุงู„ู„ู‡ ู…ู† ุงู„ุดูŠุทุงู† ุงู„ุฑุฌูŠู…، ุจุณู… ุงู„ู„ู‡ ุงู„ุฑุญู…ุงู† ุงู„ุฑุญูŠู…: ูŠุงูŠู‡ุง ุงู„ุฐูŠู† ุงู…ู†ูˆุง ุงุชู‚ูˆุงุงู„ู„ู‡ ูˆู‚ูˆู„ูˆุง ู‚ูˆู„ุง ุณุฏูŠุฏุง. ุจุงุฑูƒ ุงู„ู„ู‡ ู„ูŠ ูˆู„ูƒู… ููŠ ุงู„ู‚ุฑุงู† ุงู„ุนุธูŠู… ูˆู†ูุนู†ูŠ ูˆุงูŠุงูƒู… ุจู…ุง ููŠู‡ ู…ู† ุงู„ุงูŠุงุช ูˆุงู„ุฐูƒุฑุงู„ุญูƒูŠู…، ูˆุชู‚ุจู„ ู…ู†ูŠ ูˆู…ู†ูƒู… ุชู„ุงูˆุชู‡ ุงู†ู‡ ู‡ูˆ ุงู„ุบููˆุฑ ุงู„ุฑุญูŠู…، ูˆู‚ู„ ุฑุจ ุงุบูุฑ ูˆุงุฑุญู… ูˆุงู†ุช ุฎูŠุฑุงู„ุฑุงุญู…ูŠู†.

Khutbah II

ุงู„ْุญَู…ْุฏُ ู„ِู„َّู‡ِ  ุงู„ْุญَู…ْุฏُ ู„ِู„َّู‡ِ ุงู„ุฐูŠ ุฃَูƒَุฑَู…َู†ุง ุจِุฏِูŠْู†ِ ุงْู„ุญَู‚ِّ ุงู„ู…ُุจِูŠْู†ِ، ูˆุฃูุถู„ู†ุง ุจุดุฑูŠุนุฉ ุงู„ู†ุจูŠ ุงู„ูƒุฑูŠู…، ุฃุดู‡ุฏ ุฃู† ู„ุง ุงู„ู‡ ุงู„ุง ุงู„ู„ู‡ ูˆุญุฏู‡ ู„ุง ุดุฑูŠูƒ ู„ู‡، ุงู„ู…ู„ูƒ ุงู„ุญู‚ ุงู„ู…ุจูŠู†،  ูˆุฃุดู‡ุฏ ุฃู† ุณูŠุฏู†ุง ูˆู†ุจูŠู†ุง ู…ุญู…ุฏุง ุนุจุฏู‡ ูˆ ุฑุณูˆู„ู‡، ุณูŠุฏุงู„ุงู†ุจูŠุงุก ูˆุงู„ู…ุฑุณู„ูŠู†، ุงู„ู„ู‡ู… ุตู„ ูˆ ุณู„ู… ูˆุจุงุฑูƒ ุนู„ู‰ ู†ุจูŠู†ุง ู…ุญู…ุฏ ูˆุนู„ู‰ ุงู„ู‡ ูˆุตุญุจู‡ ูˆุงู„ุชุงุจุนูŠู† ูˆู…ู† ุชุจุนู‡ู… ุจุงุญุณุงู† ุงู„ู‰ ูŠูˆู… ุงู„ุฏูŠู†، ุฃู…ุง ุจุนุฏ:  ููŠุงูŠู‡ุง ุงู„ู†ุงุณ ุงุชู‚ูˆุงุงู„ู„ู‡، ูˆุงูุนู„ูˆุง ุงู„ุฎูŠุฑุงุช ูˆุงุฌุชู†ุจูˆุง ุนู† ุงู„ุณูŠุฆุงุช، ูˆุงุนู„ู…ูˆุง ุงู† ุงู„ู„ู‡ ูŠุงْู…ุฑูƒู… ุจุงู…ุฑุจุฏุงْ ููŠู‡ ุจู†ูุณู‡، ูู‚ุงู„ ุนุฒ ู…ู† ู‚ุงุฆู„: ุฅู† ุงู„ู„ู‡ ูˆู…ู„ุงุฆูƒุชู‡ ูŠุตู„ูˆู† ุนู„ู‰ ุงู„ู†ุจู‰، ูŠุงุฃูŠู‡ุง ุงู„ุฐูŠู† ุฃู…ู†ูˆุง ุตู„ูˆุง ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู…ูˆุง ุชุณู„ูŠู…ุง.  ุงู„ู„ู‡ู… ุตู„ّ ุนู„ู‰ ุณูŠุฏู†ุง  ู…ุญู…ุฏ ูˆ ุนู„ู‰ ุขู„  ุณูŠุฏู†ุง  ู…ุญู…ุฏ. ุงู„ู„ู‡ู… ุงุบูุฑ ู„ู„ู…ุคู…ู†ูŠู† ูˆุงู„ู…ุคู…ู†ุงุช ูˆุงู„ู…ุณู„ู…ูŠู† ูˆุงู„ู…ุณู„ู…ุงุช ุงู„ุงุญูŠุงุก ู…ู†ู‡ู… ูˆุงู„ุงู…ูˆุงุช ุงู†ูƒ ุณู…ูŠุน ู‚ุฑูŠุจ ู…ุฌูŠุจ ุงู„ุฏุนูˆุงุช، ูˆุบุงูุฑ ุงู„ุฐู†ูˆุจ ุงู†ูƒ ุนู„ู‰ ูƒู„ ุดูŠุฆ ู‚ุฏูŠุฑ. ุฑุจู†ุง ุงุบูุฑ ู„ู†ุง ุฐู†ูˆุจู†ุง ูˆู„ุฅุฎูˆุงู†ู†ุง ุงู„ุฐูŠู† ุณุจู‚ูˆู†ุง ุจุงู„ุฅูŠู…ุงู† ูˆู„ุง ุชุฌุนู„ ููŠ ู‚ู„ูˆุจู†ุง ุบู„ุง ู„ู„ุฐูŠู† ุขู…ู†ูˆุง ุฑุจู†ุง ุฅู†ูƒ ุฑุกูˆู ุฑุญูŠู…، ุฑุจู†ุง ุขุชู†ุง ููŠ ุงู„ุฏู†ูŠุง ุญุณู†ุฉ ูˆููŠ ุงู„ุขุฎุฑุฉ ุญุณู†ุฉ ูˆู‚ู†ุง ุนุฐุงุจ ุงู„ู†ุงุฑ. ูˆุงู„ุญู…ุฏ ู„ู„ู‡ ุฑุจ ุงู„ุนุงู„ู…ูŠู†. ุนุจุงุฏ ุงู„ู„ู‡، ุฅู† ุงู„ู„ู‡ ูŠุฃู…ุฑ ุจุงู„ุนุฏู„ ูˆุงู„ุฅุญุณุงู† ูˆุฅูŠุชุงุก ุฐูŠ ุงู„ู‚ุฑุจู‰ ูˆูŠู†ู‡ู‰ ุนู† ุงู„ูุญุดุงุก ูˆุงู„ู…ู†ูƒุฑ ูˆุงู„ุจุบูŠ ูŠุนุธูƒู… ู„ุนู„ูƒู… ุชุฐูƒุฑูˆู†. ูุงุฐูƒุฑูˆุงุงู„ู„ู‡ ุงู„ุนุธูŠู… ูŠุฐูƒุฑูƒู… ูˆุงุดูƒุฑูˆู‡ ุนู„ู‰ ู†ุนู…ู‡ ูŠุฒุฏูƒู… ูˆู„ุฐูƒุฑุงู„ู„ู‡ ุงูƒุจุฑ.

Minggu, 06 Oktober 2019

"APAKAH ORANG MENINGGAL ITU SADAR BAHWA DIRINYA SUDAH MATI ?.................:

1.Orang yang mati
   awalnya tidak
   menyadari bahwa
   dirinya mati. Dia
   merasa dirinya
   sedang bermimpi
   mati. Dia melihat
   dirinya ditangisi,
   dimandikan,
   dikafani, disholati
   hingga diturunkan
   ke dalam kubur.
  Dia merasa dirinya
   sedang bermimpi
   saat dirinya
   ditimbun tanah.
   Dia berteriak-
   teriak tapi tidak
   ada yang
   mendengar
   teriakannya.

2.Beberapa waktu
   kemudian :

3.Saat semua
   sudah pulang
   meninggalkannya
   sendirian di
   bawah tanah.
   Allah kembalikan
   ruhnya. Dia
   membuka mata,
  dan terbangun dari
  "mimpi” buruknya.

4.Dia senang dan
   bersyukur, bahwa
   ternyata apa yang
   dia alami
   hanyalah sebuah
   mimpi buruk, dan
   kini dia sudah
   bangun dari
   tidurnya.

5.Kemudian dia
   meraba badannya
   yang hanya
   diselimuti kain
   sambil bertanya
   kaget,

6.“Dimana bajuku ?
   Kmana celanaku?”
   Lalu dia meraba
   sekelilingnya yang
   berupa tanah
   “Dimanakh aku ?”
   “Tempat apa ini ?
   Kenapa bau tanah
   dan lumpur ?”
   Kemudian dia
   mulai menyadari
   bahwa dia ada di
   bawah tanah, dan
   sebenarnya apa
   yang dialaminya
   bukanlah mimpi!
   Ya, dia sadar
   bahwa dirinya
   benar-benar telah
   mati.

7.Berteriak lah dia
   sekeras-kerasnya,
   mmanggil orang2
   terdekatnya yang
   dianggap bisa
   menyelamatkan
   nya :

7.“Ibuuuuu….!!!!
   “Ayaaaaaah…!!!!”
   “Kakeeeeek!!!”
   “Neneeeek!!”
   “Kakaaaaak!!!”
   “Sahabaaaat!!!”

8.Tidak ada seorang
   pun yg menjawab.
   Dia yang selama
   ini lupa pada
   Allah-pun ingat
   bahwa ALLAH
   adalah satu2nya
   harapan.

9.Menangis-lah dia
   sambil meminta
   ampun,

10.“Ya, Allaaaaah….
     Ya Allaaaaaah….
     Ampuni aku ya
     Allaaaaah….!!!”

11.Dia berteriak
     dalam ketakutan
     yang luar biasa
     yang belum
     pernah dirasakan
     sebelumnya
     sepanjang
     hidupnya.

12.Jika dia orang
     baik, maka
     muncullah 2
     malaikat dengan
     wajah tersenyum
     akan mndudukkn
     nya & menenang
     kannya,
     menghiburnya
    dan melayaninya
    dg pelayanan
    yang terbaik.

13.Jika dia orang
     buruk, maka 2
     malaikat akan
     menambah
     ketakutannya
    dan akan
    menyiksanya
    sesuai keburukan
    nya.

14.Pertolongan Al-
     Quran di Alam
     Kubur.

15.Dari Sa’id bin
     Sulaim ra,
     Rasulullah
     Shallallahu Alaihi
     wa Sallam
     bersabda :

(1)."Tiada penolong
     yang lebih utama
     derajatnya di sisi
     Allah pada hari
     Kiamat daripada
     Al-Qur’an. Bukan
     Nabi, bukan
     Malaikat dan
     bukan pula yang
     lainnya.” (Abdul
     Malik bin Habib-
     Syarah Ihya)."

(2).Al-Bazzar
     meriwayatkan
     dalam kitab
     La’aali
     Masnunah
     bahwa jika
     seseorang mati/
     meninggal dunia,
     ketika orang2
     sibuk dengan
     kain kafan dan
     persiapan
     pengebumian di
     rumahnya, tiba2
     seseorang yang
     sangat tampan
     berdiri di kepala
     mayat. Ketika
     kain kafan mulai
     dipakaikan, dia
     berada di antara
     dada dan kain
     kafan.

16.Setelah
     dikuburkan dan
     orang-orang
     mulai
     meninggalkan
     nya, datanglah 2
     Malaikat. Yaitu
     Malaikat Munkar
     dan Nakir yang
     berusaha
     memisahkan
     orang tampan itu
     dari mayat agar
     memudahkan
     tanya jawab.

17.Tetapi si tampan
     itu berkata : ”Ia
     adalah sahabat
     karibku. Dalam
     keadaan bgmn-
     pun aku tidak
     akan meninggal
     kannya. Jika
     kalian ditugaskn
     untuk bertanya
     kepadanya,
     lakukanlah
     pekerjaan kalian.
     Aku tidak akan
     berpisah dari
     orang ini
     sehingga ia
     dimasukkan ke
     dalam syurga.”

18.Lalu ia berpaling
     kepada sahabat
     nya dan berkata,
     “Aku adalah Al-
     qur'an yang
     terkadang kamu
     baca dengan
     suara keras dan
     terkadang
     dengan suara
     perlahan.

19.Jangan khawatir
     setelah
     menghadapi
     pertanyaan
     Munkar dn Nakir
     ini, engkau tidak
     akan mengalami
     kesulitan.”

20.Setelah para
     Malaikat itu
     selesai memberi
     pertanyaan, ia
     menghamparkn
     tempat tidur dan
     permadani sutera
     yang penuh
     dengan kasturi
     dari Mala’il A’la
    (Himpunan
    Fadhilah Amal :
    609)

21.Allahu Akbar,
     selalu saja ada
     getaran haru
     selepas
     membaca hadits
     ini. Getaran
     penuh
     pengharapan
     sekaligus
     kekhawatiran.
     Getaran harap
     karena tentu saja
     mengharapkan
     Al-Quran yang
     kita baca dapat
     menjadi pembela
     kita di hari yang
     tidak ada
     pembela.
     Sekaligus
     getaran takut,
     kalau2 Al-Qur'an
     akan menuntut
     kita.

22.Banyak riwayat
     yang
     menerangkan
     bahwa Al-Qur'an
     adalah pemberi
     syafa’at yang
     pasti dikabulkan
     Allah Subhanahu
     wa Ta’ala.

23.Ya Allah,
     ampunilah
     dosaku, dosa Ibu
     Bapakku,
     keluargaku,
     saudaraku dan
     seluruh kaum
     Muslimin, Ya
     Allah, jangan
     Engkau cabut
     nyawa kami saat
     tubuh kami tak
     pantas berada di
     SurgaMu
     Aamiin.

24.Sobat sekarang
     anda memiliki
     dua pilihan :

(1).Membiarkan
     sedikit
     pengetahuan ini
     hanya dibaca
     disini.
(2).Membagikan
     pengetahuan ini
     kesemua teman
     mu , insyallah
     bermanfaat dan
     akan menjadi
     pahala bagimu.
     Aamiin.

25.Siapakah
     sahabatku
     selama di alam
     kubur dialah AL-
     QUR'ANNUL
     KARIM.

Mari kita kaji bersama Kitabulloh Al-Qur'an dengan sabar dan ikhlas krn Allah SWT.

Semoga bermanfaat bagi kita yang masih hidup.

DOA TERHINDAR DARI SEGALA FITNAH


DOA TERHINDAR DARI SEGALA FITNAH

Perkembangan teknologi dan media sosial saat ini tak dapat dibendung. Tapi sebagian orang kadang memanfaatkan kemajuan itu untuk menyebar fitnah dan hoaks. Arus fitnah di media sosial yang begitu deras telah banyak merugikan orang. 

Orang dengan mudah membuat berita palsu untuk kepentingan sesaat. Untuk menaikkan popularitas, untuk menjatuhkan seseorang, seseorang bahkan bisa berani memfitnah para ulama. Hingga orang yang tak tahu pun ikut terbawa emosi sampai menghujat.

Maka, ada istilah fitnah lebih kejam dari pembunuhan. Istilah itu menggambarkan besarnya dampak negatif fitnah. Banyak orang mencaci karena kita dituduh melakukan sesuatu yang tidak kita lakukan. Itu menyakitkan dan menjatuhkan harga diri. Agar kita terhindar dari fitnah dan kezaliman bacalah doa berikut.

ุฑَุจَّู†َุง ู„ุงَ ุชَุฌْุนَู„ْู†َุง ูِุชْู†َุฉً ู„ِّู„ْู‚َูˆْู…ِ ุงู„ุธَّุงู„ِู…ِูŠู†َ ูˆَู†َุฌِّู†َุง ุจِุฑَุญْู…َุชِูƒَ ู…ِู†َ ุงู„ْู‚َูˆْู…ِ ุงู„ْูƒَุงูِุฑِูŠู†َ

Rabbanรข lรข taj‘alnรข fitnatal lil qaumidh dhรขlimรฎn wa najjinรข birahmatika minal qaumil kรขfirรฎn

Artinya: “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami sasaran fitnah bagi kaum yang zalim, dan selamatkanlah kami dengan rahmat-Mu dari (tipu daya) orang-orang kafir.”

Doa di atas diambil dari Surat Yunus ayat 85-86. Ayat sebelumnya menjelaskan para pengikut Nabi Musa yang sedikit merasa ketakutan. Karena Fir’aun kerap menfitnah dan menzalimi mereka. 

Ancaman-ancaman Fir’aun meresahkan orang-orang beriman. Firaun berhasil menekan rakyatnya untuk mengingkari kebenaran yang dibawa Nabi Musa. Di tengah kegelisahan yang dirasakan pengikutnya, Nabi Musa berkata kepada mereka, sebagaimana direkam dalam al-Qur’an.

ูˆَู‚َุงู„َ ู…ُูˆุณَู‰ٰ ูŠَุง ู‚َูˆْู…ِ ุฅِู†ْ ูƒُู†ْุชُู…ْ ุขู…َู†ْุชُู…ْ ุจِุงู„ู„َّู‡ِ ูَุนَู„َูŠْู‡ِ ุชَูˆَูƒَّู„ُูˆุง ุฅِู†ْ ูƒُู†ْุชُู…ْ ู…ُุณْู„ِู…ِูŠู†َ، ูَู‚َุงู„ُูˆุง ุนَู„َู‰ ุงู„ู„َّู‡ِ ุชَูˆَูƒَّู„ْู†َุง ุฑَุจَّู†َุง ู„َุง ุชَุฌْุนَู„ْู†َุง ูِุชْู†َุฉً ู„ِู„ْู‚َูˆْู…ِ ุงู„ุธَّุงู„ِู…ِูŠู†َ، ูˆَู†َุฌِّู†َุง ุจِุฑَุญْู…َุชِูƒَ ู…ِู†َ ุงู„ْู‚َูˆْู…ِ ุงู„ْูƒَุงูِุฑِูŠู†َ 

Artinya: “Berkata Musa: ‘Hai kaumku, jika kamu beriman kepada Allah, maka bertawakkallah kepada-Nya saja, jika kamu benar-benar orang yang berserah diri.’ Lalu mereka berkata: ‘Kepada Allahlah kami bertawakkal! Ya Tuhan kami; janganlah Engkau jadikan kami sasaran fitnah bagi kaum yang zalim’.” (QS Yunus: 84-86)

Tawakal adalah tuntunan iman. Ketika kita sudah beriman kepada Allah maka kita harus menyerahkan semua persoalannya kepada-Nya. Dalam beragama kita harus memiliki tiga fondasi, yakni iman, islam, dan ihsan. Maka sikap tawakkal adalah buah dari itu semua.

Nabi Musa juga memohon agar diselamatkan dari tipu daya orang kafir dengan rahmat Allah. Kita juga harus selalu mengharapkan rahmat dari Allah dalam menggapai kehidupan di dunia dan akhirat. Dalam satu hadits yang diriwayatkan Imam Muslim dijelaskan bahwa Nabi pernah bersabda:

“Tidaklah amalannya yang memasukkan salah seorang dari kamu ke dalam surga, dan tidak pula ia menjauhinya dari neraka; demikian juga dengan aku (Nabi Muhammad) kecuali rahmat dari Allah.”

Banyak cara untuk meraih rahmat Allah. Berdoa dengan memohon rahman dan rahim-Nya adalah cara yang paling mudah. Kita bisa mengikuti metode Nabi Musa dalam menghindarkan diri dari fitnah dengan membaca doa ini.

Kekhawatiran pengikut Nabi Musa atas perbuatan zalim yang gencar dilakukan Fir’aun. Nabi Musa mengikis kekhawatiran itu. Kunci ketenangan adalah tawakal. Setelah memaksimalkan usaha maka menyerahkan semuanya kepada Allah ๏ทป.

KH Muhamad Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah menjelaskan, penggalan doa itu dinilai melebihi permohonan sebelumnya. Itu menunjukkan anugerah keselamatan dari keburukan akidah dan akhlak orang-orang kafir yang dapat mempengaruhi kaum beriman lebih tinggi kedudukannya daripada keselamatan dari siksa dan gangguan mereka.

Bagi Quraish Shihab, ayat ini menjelaskan pentingnya menjauh dari segala macam sumber kejahatan. Doa ini juga sebagai permohonan dibebaskan dari kelemahan dan kehinaan. 


Doa sebelum Masuk Rumah Sepulang Perjalanan Mudik

(Foto: sindonews)

Sepulang dari perjalanan mudik atau perjalanan apapun, kita kembali di kota kediaman dan tentu saja di rumah kediaman kita. Sebelum melangkahkan kaki, kita dianjurkan untuk berdoa memohon ampunan kepada Allah SWT sebagaimana doa Rasulullah SAW berikut ini:

ุชَูˆْุจًุง ุชَูˆْุจًุง، ู„ِุฑَุจِّู†َุง ุฃَูˆْุจًุง، ู„َุง ูŠُุบَุงุฏِุฑُ ุญَูˆْุจًุง

Tauban, tauban, li rabbinรข, lรข yughรขdiru hauban.

Artinya, “Terimalah tobat kami, terimalah. Kepada Tuhan kami, kami kembali. Pertobatan yang tidak menyisakan dosa.”

Doa ini dikutip Imam An-Nawawi dalam Al-Adzkar berikut ini:

ุฑูˆูŠู†ุง ููŠ ูƒุชุงุจ ุงุจู† ุงู„ุณู†ูŠ ุนู† ุงุจู† ุนุจุงุณ ุฑุถูŠ ุงู„ู„ู‡ ุนู†ู‡ู…ุง ู‚ุงู„: ูƒุงู† ุฑุณูˆู„ ุงู„ู„ู‡ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ุฅุฐุง ุฑุฌุน ู…ู† ุณูุฑู‡، ูุฏุฎู„ ุนู„ู‰ ุฃู‡ู„ู‡ ู‚ุงู„: ุชูˆุจุง ุชูˆุจุง، ู„ุฑุจู†ุง ุฃูˆุจุง، ู„ุง ูŠุบุงุฏุฑ ุญูˆุจุง

Artinya, “Diriwayatkan kepada kami di Kitab Ibnu Sinni dari Ibnu Abbas RA, ia mengatakan bahwa Rasulullah SAW sepulang dari perjalanan, lalu menemui keluarganya, berdoa, ‘Tauban, tauban, li rabbinรข, lรข yughรขdiru hauban,’” (Lihat Imam An-Nawawi, Al-Adzkar, [Damaskus: Darul Mallah, 1971 M/1391 H], halaman 194-195).

Tetapi persis saat membuka kunci pintu dan sebelum melangkahkan kaki, kita dianjurkan mengucapkan salam meskipun rumah dalam keadaan kosong sebagaimana salam Rasulullah SAW berikut ini:

ุงู„ุณَّู„َุงู…ُ ุนَู„َูŠْู†َุง ูˆَุนَู„َู‰ ุนِุจَุงุฏِ ุงู„ู„ู‡ِ ุงู„ุตَّุงู„ِุญِูŠْู†َ

Assalรขmu ‘alainรข wa ‘alรข ‘ibรขdillahis shรขlihรฎn

Artinya, “Semoga Allah melimpahkan kesejahteraan untuk kami dan untuk para hamba Allah yang saleh.”

Doa ini mengandung permohonan yang bagus. Permohonan ampunan kepada Allah ini menjadi awal yang baik untuk mengisi kembali rumah setelah ditinggal sekian hari. 


Doa saat Masuki Kota Kediaman Sepulang Mudik

Sepulang dari perjalanan luar kota karena mudik, perjalanan dinas, atau perjalanan apapun, kita kembali memasuki kota kediaman di mana kita tinggal. Kita dianjurkan untuk bersyukur kepada Allah atas keselamatan perjalanan. Kita juga dianjurkan membaca doa berikut ini:

ุงَู„ู„َّู‡ُู…َّ ุงุฌْุนَู„ْ ู„َู†َุง ุจِู‡َุง ู‚َุฑَุงุฑًุง ูˆَุฑِุฒْู‚ًุง ุญَุณَู†ًุง

Allรขhummaj‘al lanรข bihรข qarรขrรข wa rizqan hasanรข.

Artinya, “Ya Allah, jadikan kota ini sebagai tempat mukim dan (kami memohon) rezeki yang baik untuk kami.”

Doa ini dikutip Imam An-Nawawi dalam Al-Adzkar berikut ini:

ุงู„ู…ุณุชุญุจ ุฃู† ูŠู‚ูˆู„ ู…ุง ู‚ุฏู…ู†ุงู‡ ููŠ ุญุฏูŠุซ ุฃู†ุณ ููŠ ุงู„ุจุงุจ ุงู„ุฐูŠ ู‚ุจู„ ู‡ุฐุง، ูˆุฃู† ูŠู‚ูˆู„ ู…ุง ู‚ุฏู…ู†ุงู‡ ููŠ ุจุงุจ ู…ุง ูŠู‚ูˆู„ ุฅุฐุง ุฑุฃู‰ ู‚ุฑูŠุฉ، ูˆุฃู† ูŠู‚ูˆู„: "ุงู„ู„ู‡ู… ุงุฌุนู„ ู„ู†ุง ุจู‡ุง ู‚ุฑุงุฑุง ูˆุฑุฒู‚ุง ุญุณู†ุง

Artinya, “(Orang yang memasuki kota kediaman) dianjurkan untuk membaca doa yang pernah kami sebutkan dalam hadits riwayat Anas pada bab sebelum ini, doa yang dianjurkan untuk dibaca ketika melihat sebuah desa, dan doa berikut ini, ‘Allรขhummaj‘al lanรข bihรข qarรขrรข wa rizqan hasanรข,’” (Lihat Imam An-Nawawi, Al-Adzkar, [Damaskus: Darul Mallah, 1971 M/1391 H], halaman 194).

Doa ini penting untuk dibaca sebelum memasuki kota kediaman. Dengan doa ini, kita berharap Allah menjadikan kota tersebut sebagai tempat tinggal yang membawa kemaslahatan dan mendatangkan rezeki yang halal. 

Wallahu a‘lam.

Perjalan mudik, perjalanan arus balik dari mudik ke kampung halaman, atau perjalanan apapun itu kadang mengharuskan kita untuk singgah di rest area (tempat istirahat), pom bensin, atau mampir di tempat tertentu. Dalam pada itu, kita dianjurkan untuk membaca doa singgah sebagai berikut:

ุฃَุนُูˆْุฐُ ุจِูƒَู„ِู…َุงุชِ ุงู„ู„ู‡ِ ุงู„ุชَّุงู…َّุงุชِ ู…ِู†ْ ุดَุฑِّ ู…َุง ุฎَู„َู‚َ

A‘รปdzu bi kalimรขtillรขhit tรขmmรขti min syarri mรข khalaq.

Artinya, “Aku berlindung dengan kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan ciptaan-Nya.”

Doa ini dikutip oleh Imam An-Nawawi dari Shahih Muslim, Al-Muwaththa’, Kitab At-Tirmidzi, dan kitab lain dalam Al-Adzkar berikut ini:

ุฑูˆูŠู†ุง ููŠ "ุตุญูŠุญ ู…ุณู„ู…" ูˆ "ู…ูˆุทุฃ ู…ุงู„ูƒ" ูˆ "ูƒุชุงุจ ุงู„ุชุฑู…ุฐูŠ" ูˆุบูŠุฑู‡ู… ุนู† ุฎูˆู„ุฉ ุจู†ุช ุญูƒูŠู… ุฑุถูŠ ุงู„ู„ู‡ ุนู†ู‡ุง ู‚ุงู„ุช: ุณู…ุนุช ุฑุณูˆู„ ุงู„ู„ู‡ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ูŠู‚ูˆู„: "ู…ู† ู†ุฒู„ ู…ู†ุฒู„ุง ุซู… ู‚ุงู„: ุฃุนูˆุฐ ุจูƒู„ู…ุงุช ุงู„ู„ู‡ ุงู„ุชุงู…ุงุช ู…ู† ุดุฑ ู…ุง ุฎู„ู‚، ู„ู… ูŠุถุฑู‡ ุดุฆ ุญุชู‰ ูŠุฑุชุญู„ ู…ู† ู…ู†ุฒู„ู‡ ุฐู„ูƒ"

Artinya, “Diriwayatkan kepada kami di Shahih Muslim, Al-Muwaththa karya Imam Malik, Kitab At-Tirmidzi, dan selain itu dari Khaulah binti Hakim RA, ia berkata, ‘Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Siapa yang singgah/mampir di suatu tempat, lalu ia mengucap ‘A‘รปdzu bi kalimรขtillรขhit tรขmmรขti min syarri mรข khalaq,’ niscaya ia tidak dicelakai oleh sesuatu apapun hingga ia beranjak meninggalkan tempat tersebut,’’” (Lihat Imam An-Nawawi, Al-Adzkar, [Damaskus: Darul Mallah, 1971 M/1391 H], halaman 193).

Doa ini menjadi alternatif untuk dibaca oleh mereka yang menghentikan sementara kendaraannya di rest area, di bahu jalan, atau di sebuah tempat sebelum melanjutkan perjalanan. 

Wallahu a‘lam.

SIMBOL DALAM MEMAKNAI KITAB KUNING ALA PESANTREN

SIMBOL DALAM MEMAKNAI KITAB KUNING ALA PESANTREN

Ketika mengaji kitab kuning di Pondok Pesantren, biasanya santri memberi makna pada kitabnya dengan cara khas pemaknaan ala pesantren, baik menggunakan bahasa Jawa, Sunda, Banjar, Madura dan lainnya.

Mereka menuliskan simbol-simbol yang menunjukan makna tertentu guna mengetahui kedudukan, shigot, dan makna yang terkandung dalam kalimat atau kata dalam sudut pandang ilmu nahwu. Simbol-simbol itu sebagai sebuah ringkasan dalam proses mengartikan kitab.

Berikut huruf-huruf yang digunakan dan maksudnya dalam bahasa jawa dan Indonesia:

- Huruf م : utawi/ bermula (kedudukannya mubtada’)
- Huruf خ : iku/ itu (kedudukannya khobar)
- Huruf ج : mongko/ maka (kedudukannya jawab)
- Huruf حا : hale/tingkahe/ halnya (kedudukannya hal)
- Huruf ع : kerono/ karena (kedudukannya ta’lil)
- Huruf غ : senajan/ walaupun (kedudukannya ghoyah)
- Huruf فا : sopo/ siapa/sape/sinten (kedudukannya fa'il 'aqil)
- Huruf ف : opo/ apa/ape (kedudukannya fa'il ghoiru 'aqil)
- Huruf مف : ing/ pada (kedudukannya maf'ul bih)
- Huruf نف : sopo/opo/ siapa/apa (kedudukannya naibul fail)
Hurufش : kelakuan/ kelakuan (kedudukannya Sya’n)
- Huruf مط : kelawan/ dengan (kedudukannya maf'ul mutlak)
- Huruf تم : apane/ apanya (kedudukannya tamyiz)
- Huruf ظ : ingdalem/ pada (kedudukannya zhorof)
- Huruf نف : ora/ tidak (kedudukannya nafiyah)
- Huruf س : jalaran/ karena (kedudukannya sababiah)
- Huruf ص : kang/sing/ yang (kedudukannya shifat)
- Huruf با : bayane (artinya kondisinya (kedudukannya bayan)

Ibnu Manshur
inginbelajarterus.wordpress.com, chiyallmarzooqie.blogspot.co.id

ANJURAN ISLAM TENTANG ETOS KERJA DAN PROFESIONALISME

ANJURAN ISLAM TENTANG ETOS KERJA DAN PROFESIONALISME

Dalam Islam, kata “amal” bertebaran dalam al-Qur’an. Etos kerja menjadi hal kunci yang cukup mendapat banyak perhatian. Tak hanya kerja untuk kehidupan akhirat kelak, tapi juga kerja untuk keberlangsungan hidup di dunia. Islam melarang umatnya berpangku tangan atau menunggu belas kasihan orang. Sebaliknya, agama samawi ini menekankan pentingnya kerja keras dan profesionalitas.

ุงَู„ْุญَู…ْุฏُ ِู„ู„ู‡ِ ู†َุญْู…َุฏُู‡ُ ูˆَู†َุณْุชَุนِูŠْู†ُู‡ُ ูˆَู†َุณْุชَุบْูِุฑُู‡ُ، ูˆَู†َุนُูˆْุฐُ ุจِุงู„ู„ู‡ِ ู…ِู†ْ ุดُุฑُูˆْุฑِ ุฃَู†ْูُุณِู†َุง ูˆَู…ِู†ْ ุณَูŠِّุฆَุงุชِ ุฃَุนْู…َุงู„ِู†َุง، ู…َู†ْ ูŠَู‡ْุฏِ ุงู„ู„ู‡ُ ูَู„ุงَ ู…ُุถِู„َّ ู„َู‡ُ، ูˆَู…َู†ْ ูŠُุถْู„ِู„ْู‡ُ ูَู„ุงَ ู‡َุงุฏِูŠَ ู„َู‡ُ. ุฃَุดْู‡َุฏُ ุฃَู†ْ ู„ุงَ ุฅِู„ู‡َ ุฅِู„ุงَّ ุงู„ู„ู‡ُ ูˆَุญْุฏَู‡ُ ู„ุงَ ุดَุฑِูŠْูƒَ ู„َู‡ُ، ูˆَุฃَุดْู‡َุฏُ ุฃَู†َّ ู…ُุญَู…َّุฏًุง ุนَุจْุฏُู‡ُ ูˆَุฑَุณُูˆْู„ُู‡ُ  ุฃَุฑْุณَู„َู‡ُ ุจِุงู„ْุญَู‚ِّ ุจَุดِูŠْุฑًุง ูˆَู†َุฐِูŠْุฑًุง ุจَูŠْู†َ ูŠَุฏَูŠِ ุงู„ุณَّุงุนَุฉِ. ุงَู„ู„ّู‡ُู…َّ ุตَู„ِّ ุนَู„َู‰ ุณูŠุฏู†ุง ู…ุญู…ุฏ ูˆَุนَู„َู‰ ุขู„ِู‡ِ ูˆَุตَุญْุจِู‡ِ ุฃَุฌْู…َุนِูŠْู†َ. ุฃَู…َّุง ุจَุนْุฏُ، ูَูŠَุง ุนِุจَุงุฏَ ุงู„ู„ู‡ِ ุฃُูˆْุตِูŠْูƒُู…ْ ูˆَู†َูْุณِูŠْ ุจِุชَู‚ْูˆَู‰ ุงู„ู„ู‡ِ ูَู‚َุฏْ ูَุงุฒَ ุงู„ْู…ُุชَّู‚ُูˆْู†َ، ูˆุงุชَّู‚ُูˆุง ุงู„ู„ู‡ََ ุญَู‚َّ ุชُู‚َุงุชِู‡ِ ูˆَู„ุงَ ุชَู…ُูˆุชُู†َّ ุฅِู„ุงَّ ูˆَุฃَู†ْุชُู…ْ ู…ُุณْู„ِู…ُูˆู†َ.

Bapak-bapak, saudara-saudara, para jamaah yang kami muliakan!  

Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, umat Islam diarahkan oleh agamanya agar meningkatkan kualitas takwa dan keimanannya secara terus menerus dan berkesinambungan.

Meningkatkan kualitas taqwa, seorang muslim pasti akan meningkatkan pemahaman dan pengamalan ajaran agamanya secara baik dan lebih sempurna. Islam mengarahkan umatnya agar memiliki etos kerja yang tinggi dan mengarah pada profesionalisme. Bila kita perhatikan ayat-ayat al-Qur’an yang menekankan tentang iman kepada Allah, selalu diikuti dengan amal yang saleh yaitu bekerja secara baik, dengan etos kerja yang tinggi, rencana yang telah disiapkan dan mengarah pada profesionalisme.

Dalam al-Qur’an banyak kita jumpai bimbingan dan pengarahan pada kegiatan seperti disebutkan di atas, misalnya:

ูَุฃَู…َّุง ุงู„َّุฐِูŠู†َ ุกَุงู…َู†ُูˆุง ูˆَุนَู…ِู„ُูˆุง ุงู„ุตَّุงู„ِุญَุงุชِ ูَูŠُุฏْุฎِู„ُู‡ُู…ْ ุฑَุจُّู‡ُู…ْ ูِูŠ ุฑَุญْู…َุชِู‡ِ ุฐَู„ِูƒَ ู‡ُูˆَ ุงู„ْูَูˆْุฒُ ุงู„ْู…ُุจِูŠู†ُ

Artinya: “Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, maka Tuhan mereka memasukkan mereka ke dalam rahmat-Nya. Itulah kemenangan yang nyata.” (QS. al-Jatsiah, 45:30)

Hadirin sidang Jumat yang berbahagia!

Manusia yang beriman dan bekerja dengan baik, sehingga melahirkan karya-karya besar yang bermanfaat bagi sesamanya, disebutkan al-Qur’an sebagai manusia yang paling baik dan terpuji. Sesungguhnya manusia yang paling mulia adalah yang paling banyak memberikan manfaat bagi sesamanya dan makhluk lain secara menyeluruh.

ุฅِู†َّ ุงู„َّุฐِูŠู†َ ุกَุงู…َู†ُูˆุง ูˆَุนَู…ِู„ُูˆุง ุงู„ุตَّุงู„ِุญَุงุชِ ุฃُูˆู„َุฆِูƒَ ู‡ُู…ْ ุฎَูŠْุฑُ ุงู„ْุจَุฑِูŠَّุฉِ

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan melakukan pekerjaan yang baik, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk.” (QS. al-Bayyinah, 98:7)

Ayat lain dalam al-Qur’an menyebutkan bahwa orang-orang yang beriman dan bekerja secara baik dan profesional akan memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Dua kebahagiaan itu merupakan suatu kemenangan yang agung yang kita dambakan.

ุฅِู†َّ ุงู„َّุฐِูŠู†َ ุกَุงู…َู†ُูˆุง ูˆَุนَู…ِู„ُูˆุง ุงู„ุตَّุงู„ِุญَุงุชِ ู„َู‡ُู…ْ ุฌَู†َّุงุชٌ ุชَุฌْุฑِูŠ ู…ِู†ْ ุชَุญْุชِู‡َุง ุงู„ْุฃَู†ْู‡َุงุฑُ ุฐู„ِูƒَ ุงู„ْูَูˆْุฒُ ุงู„ْูƒَุจِูŠุฑُ

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh bagi mereka surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; itulah keberuntungan yang besar.” (QS. al-Buruj, 85:11)

Istilah bekerja dengan menggunakan kata amal dalam al-Qur’an, bukan saja dipakai dalam arti beramal atau bekerja untuk kehidupan akhirat, tapi digunakan juga untuk bekerja bagi kehidupan dunia. Sebagai contoh dapat dikemukakan ayat berikut ini:

ูˆَู„َู‚َุฏْ ุกَุงุชَูŠْู†َุง ุฏَุงูˆُุฏَ ู…ِู†َّุง ูَุถْู„ًุง ูŠَุงุฌِุจَุงู„ُ ุฃَูˆِّุจِูŠ ู…َุนَู‡ُ ูˆَุงู„ุทَّูŠْุฑَ ูˆَุฃَู„َู†َّุง ู„َู‡ُ ุงู„ْุญَุฏِูŠุฏَ (*)ุฃَู†ِ ุงุนْู…َู„ْ ุณَุงุจِุบَุงุชٍ ูˆَู‚َุฏِّุฑْ ูِูŠ ุงู„ุณَّุฑْุฏِ ูˆَุงุนْู…َู„ُูˆุง ุตَุงู„ِุญًุง ุฅِู†ِّูŠ ุจِู…َุง ุชَุนْู…َู„ُูˆู†َ ุจَุตِูŠุฑٌ
 

Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Daud karunia dari Kami. (Kami berfirman): “Hai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang-ulang bersama Daud”, dan Kami telah melunakkan besi untuknya, (yaitu) buatlah baju besi yang besar-besar dan ukurlah anyamannya; dan kerjakanlah amalan yang saleh. Sesungguhnya Aku melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Saba`, 34:10-11)

Hadits Rasulullah saw banyak yang mengarahkan umat manusia agar beretos kerja yang tinggi dan mengarah kepada profesionalisme sesuai dengan pengarahan dan bimbingan dari al-Qur’an seperti yang disebutkan di atas, diantaranya:

ุนَู†ْ ุนَุงุฆِุดَุฉَ ุฑَุถِูŠَ ุงู„ู„ู‡ُ ุนَู†ْู‡َุง ู‚َุงู„َุชْ: ู‚َุงู„َ ุฑَุณُูˆْู„ُ ุงู„ู„ู‡ِ ุตَู„َّู‰ ุงู„ู„ู‡ُ ุนَู„َูŠْู‡ِ ูˆَุณَู„َّู…َ: ุฅِู†ّ ุงู„ู„َّู‡َ ุชَุนَุงู„ู‰ ูŠُุญِุจّ ุฅِุฐَุง ุนَู…ِู„َ ุฃَุญَุฏُูƒُู…ْ ุนَู…َู„ุงً ุฃَู†ْ ูŠُุชْู‚ِู†َู‡ُ (ุฑูˆุงู‡ ุงู„ุทุจุฑู†ูŠ ูˆุงู„ุจูŠู‡ู‚ูŠ)

Dari Aisyah r.a., sesungguhnya Rasulullah s.a.w. bersabda: “Sesungguhnya Allah mencintai seseorang yang apabila bekerja, mengerjakannya secara profesional”. (HR. Thabrani, No: 891, Baihaqi, No: 334).

Dari hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik, diceritakan bahwa ada seorang sahabat yang meminta bantuan kepada Nabi. Nabi memberi bantuan kepada sahabat itu, tetapi kemudian ia meminta lagi. Nabi memperingatkan sahabat itu dan mengajarkannya supaya ia tidak selalu meminta, mencari belas kasihan orang lain. Karena sesungguhnya tangan di atas atau memberi adalah lebih baik dari tangan di bawah yang meminta.

Selanjutnya Nabi bertanya kepada sahabatnya itu, apakah ia masih memiliki sesuatu di rumahnya. Sahabat itu menjawab bahwa ia tidak memiliki suatu apapun, kecuali sebuah mangkok tua. Nabi berkata padanya, “Besok kamu bawa mangkok itu, akan aku lelangkan kepada sahabat yang lain.” Esok harinya sahabat itu membawa mangkok tersebut dan diserahkan kepada Nabi. Nabi mengumumkan pada para sahabat, siapa yang akan menolong temannya dengan jalan membeli mangkok miliknya. Beberapa sahabat berkenan membelinya, akhirnya diambillah harga yang paling tinggi senilai dua dirham.

Nabi menyerahkan kepada pemilik mangkok itu satu dirham untuk membeli makanan bagi keluarganya. Kata Nabi, yang satu dirham lagi kamu belikan kapak besar, lalu bawa kemari. Setelah diberikan kepada Nabi, Nabi memasangkan gagangnya lalu berkata, “Sekarang kamu pergi cari kayu dan jual ke pasar. Selama lima belas hari aku tidak mau melihatmu. ”Sahabat itu kemudian bekerja sesuai dengan yang disarankan Nabi. Setelah itu ia kembali kepada Nabi dengan membawa keuntungan sepuluh dirham. Nabi bersabda padanya, “Hal ini lebih baik bagimu daripada meminta belas kasihan orang lain yang akan menjadi noda pada wajahmu di hari kiamat.”

Betapa kerasnya Islam mengarahkan umatnya agar mau bekerja keras dan bekerja secara profesional serta mencela mereka yang besikap pemalas dan suka meminta belas kasihan orang lain. Hal itu tergambar dalam hadits berikut ini, Abu Abdirrahman Auf bin Malik al-Asyja’i berkata:

ูƒُู†َّุง ุนِู†ْุฏَ ุฑَุณُูˆู„ِ ุงู„ู„َّู‡ِ ุตَู„َّู‰ ุงู„ู„َّู‡ُ ุนَู„َูŠْู‡ِ ูˆَุณَู„َّู…َ ุชِุณْุนَุฉً ุฃَูˆْ ุซَู…َุงู†ِูŠَุฉً ุฃَูˆْ ุณَุจْุนَุฉً، ูَู‚َุงู„َ: ุฃَู„ุงَ ุชُุจَุงูŠِุนُูˆู†َ ุฑَุณُูˆู„َ ุงู„ู„َّู‡ِ ؟، ูˆَูƒُู†َّุง ุญَุฏِูŠุซَ ุนَู‡ْุฏٍ ุจِุจَูŠْุนَุฉٍ ูَู‚ُู„ْู†َุง: ู‚َุฏْ ุจَุงูŠَุนْู†َุงูƒَ ูŠَุง ุฑَุณُูˆู„َ ุงู„ู„َّู‡ِ، ุซُู…َّ ู‚َุงู„َ: ุฃَู„ุงَ ุชُุจَุงูŠِุนُูˆู†َ ุฑَุณُูˆู„َ ุงู„ู„َّู‡؟، ูَู‚ُู„ْู†َุง ู‚َุฏْ ุจَุงูŠَุนْู†َุงูƒَ ูŠَุง ุฑَุณُูˆู„َ ุงู„ู„َّู‡ِ، ุซُู…َّ ู‚َุงู„َ: ุฃَู„ุงَ ุชُุจَุงูŠِุนُูˆู†َ ุฑَุณُูˆู„َ ุงู„ู„َّู‡؟، ู‚َุงู„َ ูَุจَุณَุทْู†َุง ุฃَูŠْุฏِูŠَู†َุง ูˆَู‚ُู„ْู†َุง: ู‚َุฏْ ุจَุงูŠَุนْู†َุงูƒَ ูŠَุง ุฑَุณُูˆู„َ ุงู„ู„َّู‡ِ ูَุนَู„َู‰ ู…َุง ู†ُุจَุงูŠِุนُูƒَ؟ ู‚َุงู„َ : ุนَู„َู‰ ุฃَู†ْ ุชَุนْุจُุฏُูˆุง ุงู„ู„َّู‡َ ูˆَู„ุงَ ุชُุดْุฑِูƒُูˆุง ุจِู‡ِ ุดَูŠْุฆًุง ูˆَุงู„ุตَّู„َูˆَุงุชِ ุงู„ْุฎَู…ْุณِ ูˆَุชُุทِูŠุนُูˆุง، ูˆَุฃَุณَุฑَّ ูƒَู„ِู…َุฉً ุฎَูِูŠَّุฉً ูˆَู„ุงَ ุชَุณْุฃَู„ُูˆุง ุงู„ู†َّุงุณَ ุดَูŠْุฆًุง. ูَู„َู‚َุฏْ ุฑَุฃَูŠْุชُ ุจَุนْุถَ ุฃُูˆู„َุฆِูƒَ ุงู„ู†َّูَุฑِ ูŠَุณْู‚ُุทُ ุณَูˆْุทُ ุฃَุญَุฏِู‡ِู…ْ ูَู…َุง ูŠَุณْุฃَู„ُ ุฃَุญَุฏًุง ูŠُู†َุงูˆِู„ُู‡ُ ุฅِูŠَّุงู‡ُ (ุฑูˆุงู‡ ู…ุณู„ู…)

Ketika kami sedang duduk bersama beberapa orang sahabat, jumlah kami kira-kira tujuh, delapan atau sembilah orang, datang pada kami Rasulullah saw seraya bersabda, “Tidakkah kamu berbaiat kepada Rasulullah?”. Saat itu kami baru saja berbaiat kepadanya. Maka kami menjawab, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami telah berbaiat kepadamu.” Kemudian Nabi saw bersabda lagi, “Tidakkah kamu berbaiat kepada Rasulullah?”. Maka kami pun kembali menjawab, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami telah berbaiat kepadamu.”  Lalu beliau bersabda lagi, “Tidakkah kamu berbaiat kepada Rasulullah?”. Maka kami segera mengulurkan tangan untuk berbaiat sambil berkata, “Kami telah berbaiat, wahai Rasulullah, maka baiat apa lagi yang harus kami sampaikan?”. Nabi menjawab, “Berbaiat untuk menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, kemudian shalat lima waktu serta taat kepada Allah.” Kemudian Nabi saw merendahkan suaranya sambil bersabda, “Dan jangan meminta-minta suatu apapun kepada orang lain.” Betapa kesungguhan para sahabat menerima baiat Nabi tadi, perawi hadits meriwayatkan bahwa ia melihat sebagian dari mereka yang ada di situ, cambuk kendaraannya jatuh, dan ia tidak meminta pertolongan kepada siapa pun untuk mengembalikannya. (HR. Muslim: No.1729)

Sungguh amat tercela orang yang selalu meminta-minta belas kasihan orang lain, ia akan menghadap kepada Allah di hari kiamat dengan muka bagaikan tengkorak.

ุนَู†ْ ุนَุจْุฏِ ุงู„ู„َّู‡ِ ุจْู†ِ ุนُู…َุฑَ ู‚َุงู„َ ุฑَุณُูˆู„ُ ุงู„ู„َّู‡ِ ุตَู„َّู‰ ุงู„ู„َّู‡ُ ุนَู„َูŠْู‡ِ ูˆَุณَู„َّู…َ ู…َุง ูŠَุฒَุงู„ُ ุงู„ุฑَّุฌُู„ُ ูŠَุณْุฃَู„ُ ุงู„ู†َّุงุณَ ุญَุชَّู‰ ูŠَุฃْุชِูŠَ ูŠَูˆْู…َ ุงู„ْู‚ِูŠَุงู…َุฉِ ูˆَู„َูŠْุณَ ูِูŠ ูˆَุฌْู‡ِู‡ِ ู…ُุฒْุนَุฉُ ู„َุญْู…ٍ (ุฑูˆุงู‡ ุงู„ุจุฎุงุฑูŠ ูˆู…ุณู„ู…)

Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar, Rasulullah saw bersabda, “Seorang tidak henti-hentinya meminta belas kasihan kepada orang lain, hingga nanti ia akan datang pada hari kiamat dengan bentuk muka yang tidak berdaging (seperti tengkorak).” (HR. Bukhari: No. 1381 dan Muslim: No. 1725)

Keterangan di atas menjelaskan kepada kita betapa besarnya bimbingan ajaran Islam agar manusia memiliki iman dan takwa yang sempurna, beretos kerja tinggi dan mengarah pada profesionalisme. Dengan demikian kehadirannya di dunia ini akan bermakna, memberikan andil yang baik bagi peradaban umat manusia dan dapat melahirkan karya-karya besar yang spektakuler bagi sesama makhluk-Nya.

Para jamaah yang berbahagia!

Memberi bantuan kepada sesama umat manusia yang membutuhkan dan sesuai dengan ajaran agama, adalah merupakan suatu perbuatan yang sangat baik dan terpuji. Islam menetapkan syarat-syarat bagi orang yang boleh meminta bantuan. Diantaranya; (1) orang yang memiliki tanggungan, bisa berupa denda atau tanggungan lainnya. (2) orang yang harta bendanya tertimpa musibah sehingga musnah. Dan (3) orang yang sangat membutuhkan. (HR. Muslim)

Pemberian bantuan seperti itu harus dilakukan oleh setiap umat yang memiliki kemampuan. Namun bantuan itu hendaknya tidak diberikan di jalan-jalan raya, di sekitar lampu pengatur lalu lintas, dan tempat-tempat keramaian lainnya, karena sangat mengganggu dan membahayakan. Pemberian bantuan sebaiknya disalurkan melalui lembaga-lembaga resmi yang banyak tersebar di berbagai wilayah. Dengan cara itu, maka ketertiban dan keselamatan para pengguna lalu lintas dapat terjaga dengan baik. Selain itu, para fuqara, masakin, dan kaum dhuafa hendaknya diperhatikan kehidupan mereka melalui lembaga-lembaga sosial yang resmi.

Hadirin sidang Jumat yang berbahagia!

Kita semua berharap semoga umat Islam secara keseluruhan dapat memperbaiki kinerjanya secara baik, sehingga dapat meningkatkan kualitas SDM kita menuju SDM yang unggul dan dapat bersaing dengan dunia internasional. Dengan demikian, kita akan menjadi bangsa yang memiliki keunggulan setarap dengan bangsa-bangsa lain yang lebih maju. Semoga kita semua memperoleh bimbingan serta ridha dari Allah swt dalam segala kehidupan kita. Amin ya Rabbal ‘Alamin.    

        

 ุจَุงุฑَูƒَ ุงู„ู„ู‡ُ ู„ِูŠْ ูˆَู„َูƒُู…ْ ูِูŠْ ุงู„ْู‚ُุฑْุขู†ِ ุงู„ْุนَุธِูŠْู…ِ ูˆَู†َูَุนَู†ِูŠْ ูˆَุฅِูŠَّุงูƒُู…ْ ุจِู…َุง ูِูŠْู‡ِ ู…ِู†َ ุงْู„ุขูŠَุงุชِ ูˆَุงู„ุฐِّูƒْุฑِ ุงู„ْุญَูƒِูŠْู…ِ، ูˆَุชَู‚َุจَّู„َ ุงู„ู„ู‡ُ ู…ِู†ِّูŠْ ูˆَู…ِู†ْูƒُู…ْ ุชِู„ุงَูˆَุชَู‡ُ ุฅِู†َّู‡ُ ู‡ُูˆَ ุงู„ุณَّู…ِูŠْุนُ ุงู„ْุนَู„ِูŠْู…ُ، ุฃَู‚ُูˆْู„ُ ู‚َูˆْู„ِูŠْ ู‡ุฐَุง ูˆَุฃَุณْุชَุบْูِุฑُ ุงู„ู„ู‡َ ุงู„ْุนَุธِูŠْู…َ ู„ِูŠْ ูˆَู„َูƒُู…ْ ูˆَู„ِุณَุขุฆِุฑِ ุงู„ْู…ُุณْู„ِู…ِูŠْู†َ ูˆَุงู„ْู…ُุณْู„ِู…َุงุชِ ูˆَุงู„ْู…ُุคْู…ِู†ِูŠْู†َ ูˆَุงู„ْู…ُุคْู…ِู†َุงุชِ، ูَุงุณْุชَุบْูِุฑُูˆْู‡ُ ุฅِู†َّู‡ُ ู‡ُูˆَ ุงู„ْุบَูُูˆْุฑُ ุงู„ุฑَّุญِูŠْู…ُ

***

Khutbah Kedua

ุงَู„ْุญَู…ْุฏُ ِู„ู„ู‡ِ ุฑَุจِّ ุงู„ْุนَุงู„َู…ِูŠْู†َ، ูˆَุจِู‡ِ ู†َุณْุชَุนِูŠْู†ُ ุนَู„َู‰ ุฃُู…ُูˆْุฑِ ุงู„ุฏُّู†ْูŠَุง ูˆَุงู„ุฏِّูŠْู†ِ.
ุฃَุดْู‡َุฏُ ุฃَู†ْ ู„ุงَ ุฅِู„ู‡َ ุฅِู„ุงَّ ุงู„ู„ู‡ُ ูˆَุญْุฏَู‡ُ ู„ุงَ ุดَุฑِูŠْูƒَ ู„َู‡ُ، ูˆَุฃَุดْู‡َุฏُ ุฃَู†َّ ู…ُุญَู…َّุฏًุง ุนَุจْุฏُู‡ُ ูˆَุฑَุณُูˆْู„ُู‡ُ.
ุงู„ู„ّู‡ُู…َّ ุตَู„ِّ ุนَู„َู‰ ุณَูŠِّุฏِู†َุง ู…ُุญَู…َّุฏٍ ูˆَุนَู„َู‰ ุฃู„ِู‡ِ ูˆَุฃَุตْุญَุงุจِู‡ِ ุฃَุฌْู…َุนِูŠْู†َ ูˆَู…َู†ْ ุชَุจِุนَู‡ُู…ْ ุจِุฅِุญْุณَุงู†ٍ ุฅِู„َู‰ ูŠَูˆْู…ِ ุงู„ุฏِّูŠْู†ِ.
ุฃَู…َّุง ุจَุนْุฏُ، ูَูŠَุง ุนِุจَุงุฏَ ุงู„ู„ู‡ِ ุฃُูˆْุตِูŠْูƒُู…ْ ูˆَู†َูْุณِูŠْ ุจِุชَู‚ْูˆَู‰ ุงู„ู„ู‡ِ ูَู‚َุฏْ ูَุงุฒَ ุงู„ْู…ُุชَّู‚ُูˆْู†َ، ูˆَุฃَุญُุซُّูƒُู…ْ ุนَู„َู‰ ุทَุงุนَุชِู‡ِ ู„َุนَู„َّูƒُู…ْ ุชُุฑْุญًู…ُูˆْู†َ.
ู‚َุงู„َ ุงู„ู„ู‡ُ ุชَุนَุงู„َู‰ ูِูŠْ ุงْู„ู‚ُุฑْุขู†ِ ุงู„ْูƒَุฑِูŠْู…ِ: ูŠَุงุฃَูŠُّู‡َุง ุงู„ู†َّุงุณُ ุงุนْุจُุฏُูˆุง ุฑَุจَّูƒُู…ُ ุงู„َّุฐِูŠ ุฎَู„َู‚َูƒُู…ْ ูˆَุงู„َّุฐِูŠู†َ ู…ِู†ْ ู‚َุจْู„ِูƒُู…ْ ู„َุนَู„َّูƒُู…ْ ุชَุชَّู‚ُูˆู†َ، ูˆَู‚ุงَู„َ ุฑَุณُูˆْู„ُ ุงู„ู„ู‡ِ ุตَู„َّู‰ ุงู„ู„ู‡ُ ุนَู„َูŠْู‡ِ ูˆَุณَู„َّู…َ: ุงุชَّู‚ِ ุงู„ู„َّู‡ِ ุญَูŠْุซُู…َุง ูƒُู†ْุชَ ูˆَุฃَุชْุจِุนْ ุงู„ุณَّูŠِّุฆَุฉَ ุงู„ْุญَุณَู†َุฉَ ุชَู…ْุญُู‡َุง ูˆَุฎَุงู„ِู‚ِ ุงู„ู†َّุงุณَ ุจِุฎُู„ُู‚ٍ ุญَุณَู†ٍ. ุตَุฏَู‚َ ุงู„ู„ู‡ُ ุงู„ْุนَุธِูŠْู…ُ ูˆَุตَุฏَู‚َ ุฑَุณُูˆْู„ُู‡ُ ุงู„ู†َّุจِูŠُّ ุงู„ْูƒَุฑِูŠْู…ُ ูˆَู†َุญْู†ُ ุนَู„َู‰ ุฐู„ِูƒَ ู…ِู†َ ุงู„ุดَّุงู‡ِุฏِูŠْู†َ ูˆَุงู„ุดَّุงูƒِุฑِูŠْู†َ ูˆَุงู„ْุญَู…ْุฏُ ِู„ู„ู‡ِ ุฑَุจِّ ุงู„ْุนَุงู„َู…ِูŠْู†َ.  
ุฅِู†َّ ุงู„ู„َّู‡َ ูˆَู…َู„َุงุฆِูƒَุชَู‡ُ ูŠُุตَู„ُّูˆู†َ ุนَู„َู‰ ุงู„ู†َّุจِูŠِّ ูŠَุงุฃَูŠُّู‡َุง ุงู„َّุฐِูŠู†َ ุกَุงู…َู†ُูˆุง ุตَู„ُّูˆุง ุนَู„َูŠْู‡ِ ูˆَุณَู„ِّู…ُูˆุง ุชَุณْู„ِูŠู…ًุง. ุงَู„ู„ّู‡ُู…َّ ุงุบْูِุฑْ ู„ِู„ْู…ُุณْู„ِู…ِูŠْู†َ ูˆَุงู„ْู…ُุณْู„ِู…َุงุชِ ูˆَุงู„ْู…ُุคْู…ِู†ِูŠْู†َ ูˆَุงู„ْู…ُุคْู…ِู†َุงุชِ ุงْู„ุฃَุญْูŠุงَุกِ ู…ِู†ْู‡ُู…ْ ูˆَุงْู„ุฃَู…ْูˆَุงุชِ ุฅِู†َّูƒَ ุณَู…ِูŠْุนٌ ู‚َุฑِูŠْุจٌ ู…ُุฌِูŠْุจُ ุงู„ุฏَّุนَูˆَุงุชِ ูˆَู‚َุงุถِูŠَ ุงู„ْุญَุงุฌَุงุชِ.
ุฑَุจَّู†َุง ู„َุง ุชُุคَุงุฎِุฐْู†َุง ุฅِู†ْ ู†َุณِูŠู†َุง ุฃَูˆْ ุฃَุฎْุทَุฃْู†َุง ุฑَุจَّู†َุง ูˆَู„َุง ุชَุญْู…ِู„ْ ุนَู„َูŠْู†َุง ุฅِุตْุฑًุง ูƒَู…َุง ุญَู…َู„ْุชَู‡ُ ุนَู„َู‰ ุงู„َّุฐِูŠู†َ ู…ِู†ْ ู‚َุจْู„ِู†َุง ุฑَุจَّู†َุง ูˆَู„َุง ุชُุญَู…ِّู„ْู†َุง ู…َุง ู„َุง ุทَุงู‚َุฉَ ู„َู†َุง ุจِู‡ِ ูˆَุงุนْูُ ุนَู†َّุง ูˆَุงุบْูِุฑْ ู„َู†َุง ูˆَุงุฑْุญَู…ْู†َุง ุฃَู†ْุชَ ู…َูˆْู„َุงู†َุง ูَุงู†ْุตُุฑْู†َุง ุนَู„َู‰ ุงู„ْู‚َูˆْู…ِ ุงู„ْูƒَุงูِุฑِูŠู†َ. ุฑَุจَّู†َุง ุขุชِู†َุง ูِูŠ ุงู„ุฏُّู†ْูŠَุง ุญَุณَู†َุฉً ูˆَูِูŠ ุงู„ْุขุฎِุฑَุฉِ ุญَุณَู†َุฉً ูˆَู‚ِู†َุง ุนَุฐَุงุจَ ุงู„ู†َّุงุฑ.
ุนِุจَุงุฏَ ุงู„ู„ู‡ِ! ุฅِู†َّ ุงู„ู„َّู‡َ ูŠَุฃْู…ُุฑُ ุจِุงู„ْุนَุฏْู„ِ ูˆَุงู„ْุฅِุญْุณَุงู†ِ ูˆَุฅِูŠุชَุงุกِ ุฐِูŠ ุงู„ْู‚ُุฑْุจَู‰ ูˆَูŠَู†ْู‡َู‰ ุนَู†ِ ุงู„ْูَุญْุดَุงุกِ ูˆَุงู„ْู…ُู†ْูƒَุฑِ ูˆَุงู„ْุจَุบْูŠِ ูŠَุนِุธُูƒُู…ْ ู„َุนَู„َّูƒُู…ْ ุชَุฐَูƒَّุฑُูˆู†َ، ูَุงุฐْูƒُุฑُูˆุง ุงู„ู„ู‡َ ุงู„ْุนَุธِูŠْู…َ ูŠَุฐْูƒُุฑْูƒُู…ْ ูˆَุงุดْูƒُุฑُูˆู‡ُ ุนَู„َู‰ ู†ِุนَู…ِู‡ِ ูŠَุฒِุฏْูƒُู…ْ  ูˆَุงุณْุฃَู„ُูˆْู‡ُ ู…ِู†ْ ูَุถْู„ِู‡ِ ูŠُุนْุทِูƒُู…ْ ูˆَู„َุฐِูƒْุฑُ ุงู„ู„ู‡ِ ุฃَูƒْุจَุฑُ.

FITNAH KEHIDUPAN DAN FITNAH KEMATIAN

FITNAH KEHIDUPAN DAN FITNAH KEMATIAN


Khotbah I

ุงู„ุญู…ْุฏُ ู„ِู„ู‡ِ ูŠَุจْุชَู„ِู‰ ุนِุจَุงุฏَู‡ُ ุจِู…َุง ูŠُุญِุจُّูˆْู†َ ู„ِูŠَุดْูƒُุฑُูˆْุง، ูˆَุจِู…َุง ูŠُูƒْุฑِู‡ُูˆْู†َ ู„ِูŠَุตْุจِุฑُูˆْุง، ูˆَุจِู…َุงูŠُูْุชَู†ُูˆْู†َ ู„ِูŠَุญْุฐَุฑُูˆْุง، ู‚ุงู„: ูˆุณَูŠَุฌْุฒِูŠ ุงู„ู„َّู‡ُ ุงู„ุดَّุงูƒِุฑِูŠู†َ, ูˆู‚ุงู„ ุฅِู†َّู…َุง ูŠُูˆَูَّู‰ ุงู„ุตَّุงุจِุฑُูˆู†َ ุฃَุฌْุฑَู‡ُู…ْ ุจِุบَูŠْุฑِ ุญِุณَุงุจٍ, ูˆู‚ุงู„ ุฅِู†َّู…َุง ุฃَู…ْูˆَุงู„ُูƒُู…ْ ูˆَุฃَูˆْู„َุงุฏُูƒُู…ْ ูِุชْู†َุฉٌ ูˆَุงู„ู„ู‡ُ ุนِู†ْุฏَู‡ُ ุฃَุฌْุฑٌ ุนَุธِูŠู…ٌ. ุฃَุดْู‡َุฏُ ุฃَู†ْ ู„ุงَ ุฅِู„ู‡َ ุฅِู„ุงَّ ุงู„ู„ู‡ُ ูˆَุญْุฏَู‡ُ ู„ุงَ ุดَุฑِูŠْูƒَ ู„َู‡ُ، ูˆَุฃَุดْู‡َุฏُ ุฃَู†َّ ู…ُุญَู…َّุฏًุง ุนَุจْุฏُู‡ُ ูˆَุฑَุณُูˆْู„ُู‡ُ  ุฃَุฑْุณَู„َู‡ُ ุจِุงู„ْุญَู‚ِّ ุจَุดِูŠْุฑًุง ูˆَู†َุฐِูŠْุฑًุง ุจَูŠْู†َ ูŠَุฏَูŠِ ุงู„ุณَّุงุนَุฉِ. ุงَู„ู„ّู‡ُู…َّ ุตَู„ِّ ุนَู„َู‰ ุณูŠุฏู†ุง ู…ุญู…ุฏ ูˆَุนَู„َู‰ ุขู„ِู‡ِ ูˆَุตَุญْุจِู‡ِ ุฃَุฌْู…َุนِูŠْู†َ. ุฃَู…َّุง ุจَุนْุฏُ، ูَูŠَุง ุนِุจَุงุฏَ ุงู„ู„ู‡ِ ุฃُูˆْุตِูŠْูƒُู…ْ ูˆَู†َูْุณِูŠْ ุจِุชَู‚ْูˆَู‰ ุงู„ู„ู‡ِ ูَู‚َุฏْ ูَุงุฒَ ุงู„ْู…ُุชَّู‚ُูˆْู†َ، ูˆุงุชَّู‚ُูˆุง ุงู„ู„ู‡َ ุญَู‚َّ ุชُู‚َุงุชِู‡ِ ูˆَู„ุงَ ุชَู…ُูˆุชُู†َّ ุฅِู„ุงَّ ูˆَุฃَู†ْุชُู…ْ ู…ُุณْู„ِู…ُูˆู†َ. 

Para hadirin jamaah shalat Jum’at yang dimuliakan oleh Allah.

Marilah kita bersyukur kepada Allah, kita masih bisa menghadiri shalat Jum’at ini. Sebagai khotib, alfaqir berwasiat pada diri sendiri, dan pada hadirin, mari kita jaga dan kita tingkatkan takwa kita kepada Allah subhanahu wataala.

Para hadirin,

Ketika mendengar kata cobaan, sering dari kita merujuk pada peristiwa-peristiwa menyakitkan seperti bencana, sakit, dan sebagainya. Manusia kerap lupa, ujian itu lebih luas dari itu. Pesan Rasulullah memaparkan bahwa kehidupan dan kematian adalah fitnah (cobaan).

Rasulullah menganjurkan membaca doa sehabis tahiyat akhir. Doa ini, dianjurkan Rasulullah dibaca setelah fil alamiina innaka khamiidummajiid, yaitu:

ู„ู„َّู‡ُู…َّ ุฅِู†ِّูŠ ุฃَุนُูˆุฐُ ุจِูƒَ ู…ِู†ْ ุนَุฐَุงุจِ ุฌَู‡َู†َّู…َ ، ูˆَู…ِู†ْ ุนَุฐَุงุจِ ุงู„ْู‚َุจْุฑِ ، ูˆَู…ِู†ْ ูِุชْู†َุฉِ ุงู„ْู…َุญْูŠَุง ูˆَุงู„ْู…َู…َุงุชِ، ูˆَู…ِู†ْ ุดَุฑِّ ูِุชْู†َุฉِ ุงู„ْู…َุณِูŠุญِ ุงู„ุฏَّุฌَّุงู„ِ

 “Ya Allah, saya mohon perlindungan-Mu dari siksa neraka jahannam. Dan dari siksa kubur, dari fitnah kehidupan, dan fitnah kematian, dan dari fitnah masikhid dajjal.”

Haditst ini terdapat dalam Shahih Muslim dengan nomor 584 dan juga terdapat dalam Shahih Bukhari dengan nomor 1377. Sayangnya hadits ini jarang dimunculkan dan jarang diamalkan, padahal sangat mudah sebenarnya. Yang ingin kami jelaskan, kalau masalah siksa neraka jahanam, kita sudah paham semuanya. Siksa kubur kita juga sudah paham semuanya. Di sini kita mohon perlindungan dari fitnah kehidupan.

Jamaah Jum’at yang dimuliakan Allah

Hidup ini fitnah (ujian), kebanyakan fitnah terjadi karena harta. Suami istri bercerai karena harta, orang berebut sesuatu sampai bunuh-bunuhan, sampai dipenjara karena memperebutkan harta. Karena itu, kita memohon kepada Allah dari fitnah kehidupan. Harta sedikit menjadi fitnah, tetapi harta banyak juga bisa menjadi fitnah. Yang lebih ironis adalah, sebagaimana terlihat di perkotaan, tak sedikit orang yang kekurangan secara ekonomi malah tidak beribadah. 

Di sini, perilaku tersebut terkait dengan hadits:

ูƒَุงุฏَ ุงู„ูَู‚ْุฑُ ุฃَู†ْ ูŠَูƒُูˆْู†َ ูƒُูْุฑِุงً

Artinya: Kefakiran mendekati kepada kekufuran

Orang-orang yang fakir jarang ibadah merupakan fitnah kehidupan. Namun demikian, banyak pula orang kaya yang jarang beribadah. Secara sederhana kita bisa mengamati antara jamaah masjid dan jumlah pendduk dilingkungan kita  yang tidak seimbang. Oleh karena itu, kita mohon perlindungan dari Allah jangan sampai fitnah kehidupan menimpa kita.

Harta sedikit tidak menjadi fitnah kalau harta yang seadanya ini kita niatkan untuk Allah subhanahu wa taala

Apapun yang terjadi, jika kita niatkan untuk Allah, harta sedikit ini tidak menjadikan kita jauh dari Allah melainkan kita tetap taqarrub kepada Allah.

Begitu juga harta yang banyak tidak menjadi fitnah kalau dizakati, lebih-lebih kalau hartanya untuk membantu kemaslahatan ummat Islam, Sebanyak apapun harta, kalau dizakati dan untuk perjuangan Islam, tidak akan menjadi fitnah. Malah, harta itu akan mengangkat kita, mengantarkan kita ke surganya Allah SWT.

Termasuk fitnah kehidupan lain adalah apapun yang terjadi terhadap kita, dari urusan pekerjaan, kesehatan, komunitas, bisnis, dan lainnya. Jika semuanya sampai menggoncangkan iman kita, itu fitnah. 

Banyak hal yang sepele merusakkan iman kita seperti salah pergaulan.Misalnya, hanya demi kawan, hanya demi komunitas, rela minum bir. Ini fitnah kehidupan.

Namun yang paling hebat, sehebat-hebatnya fitnah kehidupan adalah kalau kita meninggalkan kehidupan dengan tidak mengucapkan kalimat:

ุฃَุดْู‡َุฏُ ุฃَู†ْ ู„ุงَ ุฅِู„َู‡َ ุฅِู„ุงَّ ุงู„ู„ู‡ ูˆَุฃَุดْู‡َุฏُ ุฃَู†َّ ู…ُุญَู…َّุฏًุง ุฑَุณُูˆู„ُ ุงู„ู„ู‡

Jika hal itu terjadi, maka kita mengalami kerugian serugi-ruginya. Ibarat bumi ini terbuat dari emas semuanya, tetapi jika kita mati tanpa syahadat, maka bumi yang seluruhnya emas itu tidak ada nilai apa-apanya. 

Maka dari itu kita harus berhajat, setiap hari berdoa, “Ya Allah, kami mohon lindunganmu dari fitnah kehidupan.”

Para jamaah yang saya hormati,

Kita juga harus berdoa dari fitnah kematian,  Ini adalah sakaratul maut, Sehebat apapun orang, setinggi apapun jabatan orang, sekaya apapun orang, semuanya akan mengalami sakaratul maut

Dalam sebuah hadits, kalau orang meninggal dunia, mereka ditampakkan gambaran calon tempat tinggalnya baik di surga atau neraka, Makanya kadang-kadang ada orang meninggal dalam kondisi tersenyum karena sudah melihat bakal tempat tinggalnya si surga. 

Ada juga yang meninggal dunia dalam kondisi ketakutan, Bahkan ada yang lidahnya menjulur karena menyaksikan gambaran buruknya keadaannya di akhirat, Tidak ada jaminan kiai atau tidak kiai, santri atau bukan santri bisa masuk surga, Anjuran membaca doa di atas adalah petunjuk bahwa kemungkinan untuk tak selamat dari fitnah kehidupan dan kematian ada pada semua orang.

Juga termasuk fitnah kematian adalah pertanyaan Munkar dan Nakir. Semua nyawa akan masuk ke alam barzah, bagaimanapun cara matinya, baik orang yang matinya jatuh karena pesawat terbang, meninggal di rumah atau cara lainnya. 

Orang sering mengatakan ada arwah gentayangan, padahal sebetulnya tidak ada arwah gentayangan, Apapun yang meninggal, langsung masuk ke alam barzah atau alam kubur, Di sana, mereka akan ditanya oleh malaikat Munkar dan Nakir  Bagi yang lolos dari pertanyaan dua malaikat itu, maka langsung mendapatkan nikmat kubur,  Nabi bersabda:

 ุฅุฐุง ู‚ุจุฑ ุงู„ู…ูŠุช ุฃูˆ ู‚ุงู„ ุฃุญุฏูƒู… ุฃุชุงู‡ ู…ู„ูƒุงู† ุฃุณูˆุฏุงู† ุฃุฒุฑู‚ุงู† ูŠู‚ุงู„ ู„ุฃุญุฏู‡ู…ุง ุงู„ู…ู†ูƒุฑ ูˆุงู„ุขุฎุฑ ุงู„ู†ูƒูŠุฑ ููŠู‚ูˆู„ุงู† ู…ุง ูƒู†ุช ุชู‚ูˆู„ ููŠ ู‡ุฐุง ุงู„ุฑุฌู„ ููŠู‚ูˆู„ ู…ุง ูƒุงู† ูŠู‚ูˆู„ ู‡ูˆ ุนุจุฏ ุงู„ู„ู‡ ูˆุฑุณูˆู„ู‡ ุฃุดู‡ุฏ ุฃู† ู„ุง ุฅู„ู‡ ุฅู„ุง ุงู„ู„ู‡ ูˆุฃู† ู…ุญู…ุฏุง ุนุจุฏู‡ ูˆุฑุณูˆู„ู‡ ููŠู‚ูˆู„ุงู† ู‚ุฏ ูƒู†ุง ู†ุนู„ู… ุฃู†ูƒ ุชู‚ูˆู„ ู‡ุฐุง ุซู… ูŠูุณุญ ู„ู‡ ููŠ ู‚ุจุฑู‡ ุณุจุนูˆู† ุฐุฑุงุนุง ููŠ ุณุจุนูŠู† ุซู… ูŠู†ูˆุฑ ู„ู‡ ููŠู‡ ุซู… ูŠู‚ุงู„ ู„ู‡ ู†ู… ููŠู‚ูˆู„ ุฃุฑุฌุน ุฅู„ู‰ ุฃู‡ู„ูŠ ูุฃุฎุจุฑู‡ู… ููŠู‚ูˆู„ุงู† ู†ู… ูƒู†ูˆู…ุฉ ุงู„ุนุฑูˆุณ ุงู„ุฐูŠ ู„ุง ูŠูˆู‚ุธู‡ ุฅู„ุง ุฃุญุจ ุฃู‡ู„ู‡ ุฅู„ูŠู‡

“Apabila meninggal seorang hamba maka datanglah dua orang malaikat, salah satunya bernama Munkar, dan yang lainnya bernama Nakir. 

Kedua malaikat itu bertanya: Apa yang dapat engkau katakan mengenai Muhammad SAW? Apabila yang ditanya adalah orang mu’min, ia akan menjawab: Beliau adalah hamba dan rasul Allah. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Allah, dan Muhammad adalah rasul-Nya. 

Malaikat tersebut berkata: Sekarang kami telah mengerti akan apa yang engkau katakan. Setelah itu, dilapangkanlah kuburnya seluas tujuh puluh hasta dan diterangi dengan nur. Dikatakan kepadanya: Sekarang tidurlah engkau. Mayat tersebut memohon: Doakanlah agar aku dapat kembali pada keluargaku untuk mengabarkan kesenangan ini. Sang malaikat menjawab: Tidurlah! Maka tidurlah ia laksana tidurnya para pengantin, tak pernah bangun kecuali jika ia ingin menemui keluarganya.” (HR:al-Tirmidzi)

Ini merupakan bukti bahwa kalau di alam kubur sudah ada surga, cuma surga tidak selengkap di akhirat nanti. Begitu juga, kalau tidak bisa menjawab pertanyaan Munkar dan Nakir, mereka langsung disiksa di alam kubur.

Kesimpulannya, surga dan neraka itu dekat dengan kita,tergantung pada kita sendiri. Makanya kita berhajat semoga Allah menyelamatkan kita dari fitnah kehidupan dan fitnah kematian.

 Lalu bagaimana agar kita bisa selamat dari malaikat Munkar dan Nakir, Rasulullah bersabda dalam hadits terkenal.

ุฅِุฐุงَ ู…ุงَุชَ ุงุจْู†ُ ุขุฏَู…َ ุงู†ْู‚َุทَุนَ ุนَู…َู„ُู‡ُ ุฅِู„َّุง ู…ِู†ْ ุซَู„َุงุซٍ : ุตَุฏَู‚َุฉٍ ุฌَุงุฑูŠِุฉٍ ، ุฃَูˆْ ุนِู„ْู…ٍ ูŠُู†ْุชَูَุนُ ุจِู‡ِ ، ุฃَูˆْ ูˆَู„َุฏٍ ุตَุงู„ِุญٍ ูŠَุฏْุนُูˆْ ู„َู‡ُ

Apabila manusia meninggal maka amalannya terputus kecuali tiga perkara, ; Shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak yang shalih yang mendoakannya..

Bekal kita agar selamat dari Munkar dan Nakir adalah, pertama, sedekah jariyah, menyumbang masjid dan mushalla, memberikan bantuan untuk fasilitas public, atau perjuangan apapun yang berdampak panjang dan luas bagi umat.

Kedua, ilmu yang bermanfaat. Ini tidak hanya ilmu agama, bisa ilmu matematika kalau diamalkan dengan ikhlas untuk memintarkan umat Islam, juga jadi sedekah jariyah.

Ketiga, anak sholeh, yaitu anak yang mau mendoakan orang tuanya. Jadi kalau kita punya anak tetapi tidak pernah mendoakan orang tuanya, tentu tidak mendapatkan apa-apa.

Terakhir adalah mari kita mengerjakan pekerjaan kita dengan tulus dan ikhlas, apapun pekerjaannya, enak atau tidak enak. 

Kita jadi guru, jadi pejabat, jadi pemerintah, jadi tukang sapu, kalau itu ikhlas karena Allah, insyaallah akan menolong kita di alam kubur, amiin ya rabbal alamiin. Semoga kita bisa bersama.

 

Khotbah II

ุงَู„ْุญَู…ْุฏُ ู„ู„ู‡ِ ุนَู„ู‰َ ุงِุญْุณَุงู†ِู‡ِ ูˆَุงู„ุดُّูƒْุฑُ ู„َู‡ُ ุนَู„ู‰َ ุชَูˆْูِูŠْู‚ِู‡ِ ูˆَุงِู…ْุชِู†َุงู†ِู‡ِ. ูˆَุงَุดْู‡َุฏُ ุงَู†ْ ู„ุงَ ุงِู„َู‡َ ุงِู„ุงَّ ุงู„ู„ู‡ُ ูˆَุงู„ู„ู‡ُ ูˆَุญْุฏَู‡ُ ู„ุงَ ุดَุฑِูŠْูƒَ ู„َู‡ُ ูˆَุงَุดْู‡َุฏُ ุงَู†َّ ุณَูŠِّุฏَู†َุง ู…ُุญَู…َّุฏًุง ุนَุจْุฏُู‡ُ ูˆَุฑَุณُูˆْู„ُู‡ُ ุงู„ุฏَّุงุนِู‰ ุงِู„ู‰َ ุฑِุถْูˆَุงู†ِู‡ِ. ุงู„ู„ู‡ُู…َّ ุตَู„ِّ ุนَู„َู‰ ุณَูŠِّุฏِู†َุง ู…ُุญَู…َّุฏٍ ูˆِุนَู„َู‰ ุงَู„ِู‡ِ ูˆَุงَุตْุญَุงุจِู‡ِ ูˆَุณَู„ِّู…ْ ุชَุณْู„ِูŠْู…ًุง ูƒِุซูŠْุฑًุง

ุงَู…َّุง ุจَุนْุฏُ ูَูŠุงَ ุงَูŠُّู‡َุง ุงู„ู†َّุงุณُ ุงِุชَّู‚ُูˆุงุงู„ู„ู‡َ ูِูŠْู…َุง ุงَู…َุฑَ ูˆَุงู†ْุชَู‡ُูˆْุง ุนَู…َّุง ู†َู‡َู‰ ูˆَุงุนْู„َู…ُูˆْุง ุงَู†َّ ุงู„ู„ู‡ّ ุงَู…َุฑَูƒُู…ْ ุจِุงَู…ْุฑٍ ุจَุฏَุฃَ ูِูŠْู‡ِ ุจِู†َูْุณِู‡ِ ูˆَุซَู€ู†َู‰ ุจِู…َู„ุข ุฆِูƒَุชِู‡ِ ุจِู‚ُุฏْุณِู‡ِ ูˆَู‚َุงู„َ ุชَุนุงَู„َู‰ ุงِู†َّ ุงู„ู„ู‡َ ูˆَู…َู„ุข ุฆِูƒَุชَู‡ُ ูŠُุตَู„ُّูˆْู†َ ุนَู„ู‰َ ุงู„ู†َّุจِู‰ ูŠุข ุงَูŠُّู‡َุง ุงู„َّุฐِูŠْู†َ ุขู…َู†ُูˆْุง ุตَู„ُّูˆْุง ุนَู„َูŠْู‡ِ ูˆَุณَู„ِّู…ُูˆْุง ุชَุณْู„ِูŠْู…ًุง. ุงู„ู„ู‡ُู…َّ ุตَู„ِّ ุนَู„َู‰ ุณَูŠِّุฏِู†َุง ู…ُุญَู…َّุฏٍ ุตَู„َّู‰ ุงู„ู„ู‡ُ ุนَู„َูŠْู‡ِ ูˆَุณَู„ِّู…ْ ูˆَุนَู„َู‰ ุขู„ِ ุณَูŠِّุฏِู†ุงَ ู…ُุญَู…َّุฏٍ ูˆَุนَู„َู‰ ุงَู†ْุจِูŠุขุฆِูƒَ ูˆَุฑُุณُู„ِูƒَ ูˆَู…َู„ุขุฆِูƒَุฉِ ุงْู„ู…ُู‚َุฑَّุจِูŠْู†َ ูˆَุงุฑْุถَ ุงู„ู„ّู‡ُู…َّ ุนَู†ِ ุงْู„ุฎُู„َูَุงุกِ ุงู„ุฑَّุงุดِุฏِูŠْู†َ ุงَุจِู‰ ุจَูƒْุฑٍูˆَุนُู…َุฑูˆَุนُุซْู…َุงู† ูˆَุนَู„ِู‰ ูˆَุนَู†ْ ุจَู‚ِูŠَّุฉِ ุงู„ุตَّุญَุงุจَุฉِ ูˆَุงู„ุชَّุงุจِุนِูŠْู†َ ูˆَุชَุงุจِุนِูŠ ุงู„ุชَّุงุจِุนِูŠْู†َ ู„َู‡ُู…ْ ุจِุงِุญْุณَุงู†ٍ ุงِู„َู‰ูŠَูˆْู…ِ ุงู„ุฏِّูŠْู†ِ ูˆَุงุฑْุถَ ุนَู†َّุง ู…َุนَู‡ُู…ْ ุจِุฑَุญْู…َุชِูƒَ ูŠَุง ุงَุฑْุญَู…َ ุงู„ุฑَّุงุญِู…ِูŠْู†َ

ุงَู„ู„ู‡ُู…َّ ุงุบْูِุฑْ ู„ِู„ْู…ُุคْู…ِู†ِูŠْู†َ ูˆَุงْู„ู…ُุคْู…ِู†َุงุชِ ูˆَุงْู„ู…ُุณْู„ِู…ِูŠْู†َ ูˆَุงْู„ู…ُุณْู„ِู…َุงุชِ ุงَู„ุงَุญْูŠุขุกُ ู…ِู†ْู‡ُู…ْ ูˆَุงْู„ุงَู…ْูˆَุงุชِ ุงู„ู„ู‡ُู…َّ ุงَุนِุฒَّ ุงْู„ุงِุณْู„ุงَู…َ ูˆَุงْู„ู…ُุณْู„ِู…ِูŠْู†َ ูˆَุฃَุฐِู„َّ ุงู„ุดِّุฑْูƒَ ูˆَุงْู„ู…ُุดْุฑِูƒِูŠْู†َ ูˆَุงู†ْุตُุฑْ ุนِุจَุงุฏَูƒَ ุงْู„ู…ُูˆَุญِّุฏِูŠَّุฉَ ูˆَุงู†ْุตُุฑْ ู…َู†ْ ู†َุตَุฑَ ุงู„ุฏِّูŠْู†َ ูˆَุงุฎْุฐُู„ْ ู…َู†ْ ุฎَุฐَู„َ ุงْู„ู…ُุณْู„ِู…ِูŠْู†َ ูˆَ ุฏَู…ِّุฑْ ุงَุนْุฏَุงุกَุงู„ุฏِّูŠْู†ِ ูˆَุงุนْู„ِ ูƒَู„ِู…َุงุชِูƒَ ุงِู„َู‰ ูŠَูˆْู…َ ุงู„ุฏِّูŠْู†ِ. ุงู„ู„ู‡ُู…َّ ุงุฏْูَุนْ ุนَู†َّุง ุงْู„ุจَู„ุงَุกَ ูˆَุงْู„ูˆَุจَุงุกَ ูˆَุงู„ุฒَّู„ุงَุฒِู„َ ูˆَุงْู„ู…ِุญَู†َ ูˆَุณُูˆْุกَ ุงْู„ูِุชْู†َุฉِ ูˆَุงْู„ู…ِุญَู†َ ู…َุง ุธَู‡َุฑَ ู…ِู†ْู‡َุง ูˆَู…َุง ุจَุทَู†َ ุนَู†ْ ุจَู„َุฏِู†َุง ุงِู†ْุฏُูˆู†ِูŠْุณِูŠَّุง ุฎุขุตَّุฉً ูˆَุณَุงุฆِุฑِ ุงْู„ุจُู„ْุฏَุงู†ِ ุงْู„ู…ُุณْู„ِู…ِูŠْู†َ ุนุขู…َّุฉً ูŠَุง ุฑَุจَّ ุงْู„ุนَุงู„َู…ِูŠْู†َ. ุฑَุจَّู†َุง ุขุชِู†ุงَ ูِู‰ ุงู„ุฏُّู†ْูŠَุง ุญَุณَู†َุฉً ูˆَูِู‰ ุงْู„ุขุฎِุฑَุฉِ ุญَุณَู†َุฉً ูˆَู‚ِู†َุง ุนَุฐَุงุจَ ุงู„ู†َّุงุฑِ. ุฑَุจَّู†َุง ุธَู„َู…ْู†َุง ุงَู†ْูُุณَู†َุงูˆَุงِู†ْ ู„َู…ْ ุชَุบْูِุฑْ ู„َู†َุง ูˆَุชَุฑْุญَู…ْู†َุง ู„َู†َูƒُูˆْู†َู†َّ ู…ِู†َ ุงْู„ุฎَุงุณِุฑِูŠْู†َ. ุนِุจَุงุฏَุงู„ู„ู‡ِ ! ุงِู†َّ ุงู„ู„ู‡َ ูŠَุฃْู…ُุฑُู†َุง ุจِุงْู„ุนَุฏْู„ِ ูˆَุงْู„ุงِุญْุณَุงู†ِ ูˆَุฅِูŠْุชุขุกِ ุฐِู‰ ุงْู„ู‚ُุฑْุจู‰َ ูˆَูŠَู†ْู‡َู‰ ุนَู†ِ ุงْู„ูَุญْุดุขุกِ ูˆَุงْู„ู…ُู†ْูƒَุฑِ ูˆَุงْู„ุจَุบْูŠ ูŠَุนِุธُูƒُู…ْ ู„َุนَู„َّูƒُู…ْ ุชَุฐَูƒَّุฑُูˆْู†َ ูˆَุงุฐْูƒُุฑُูˆุงุงู„ู„ู‡َ ุงْู„ุนَุธِูŠْู…َ ูŠَุฐْูƒُุฑْูƒُู…ْ ูˆَุงุดْูƒُุฑُูˆْู‡ُ ุนَู„ู‰َ ู†ِุนَู…ِู‡ِ ูŠَุฒِุฏْูƒُู…ْ ูˆَู„َุฐِูƒْุฑُ ุงู„ู„ู‡ِ ุงَูƒْุจَุฑْ


TIAP MALAM ARWAH KEMBALI KE RUMAH

TIAP MALAM ARWAH KEMBALI KE RUMAH

Di daerah pesisir pantai utara pulau Jawa terdapat puji-pujian yang sangat mengharuka. Apalagi jika dilagukan oleh suara orang tua, seolah mereka menghayati benar makna kandungannya. Biasanya pujian itu dilantunkan setiap malam jum’at sebelum jama’ah shalat maghrib dan isya. Atau seringkali dilagukan ibu-ibu menjelang yasinan dan pengajian.

Dalam bahasa Indonesia kurang lebih inti makna pujian itu adalah demikian ‘ingatlah wahai saudara seiman, anak, famili dan handai taulan. Aku datang menengok rumahku, adakah engkau sudah kirim do’a untukku. Aku di sana (di alam kubur) hidup sendirian. Sunyi sepi, hanya kiriman do’a dan bacaan qur’an darimu yang menjadi harapan’.

Pujian di atas mengandaikan suara orang tua, sanak-saudara yang lebih dahulu meninggalkan kita. Mereka setiap malam jum’at mendatangi kediaman keluarga yang masih hidup meminta belas kasihan agar dikirim do’a dan bacaan ayat-ayat al-Qur’an. Karena hanya itulah bekal tambahan untuk ruh yang telah berada di alam kubur.

Mengenai subtansi pujian tersebut ternyata memiliki dalil yang kuat dalam kitab I’anatuthalibin Juz II.  

وورد أيضا أن ارواح المؤمنين تأتى فى كل ليلة الى سماء الدنيا وتقف بحذاء بيوتها وينادى كل واحد منها بصوت خزين يااهل واقاربى وولدى يامن سكنوابيوتنا ولبسوا ثيابنا واقتسموا اموالنا هل منكم من أحد يذكرنا ويتفكرنا فى غربتنا ونحن فى سجن طويل وحصن شديد فارحمونا يرحمكم الله. ولاتبخلوا علينا قبل أن تصيروا مثلنا ياعباد الله ان الفضل الذى فى ايديكم كان فى ايدينا وكنا لاتنفق منه فى سبيل الله وحسابه ووباله علينا والمنفعة لغيرنا فان لم تنصرف اى الارواح بشيئ فتنصرف بالحسرة والحرمان وورد أيضا عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال مالميت فى قبره إلاكالغريق المغوث ينتظر دعوة تلحقه من ابنه او اخيه اوصديق له فاذا لحقته كانت أحب اليه من الدنيا ومافيها.

Keterangan dari hadits bahwa arwah orang-orang mukmin datang pada tiap malam ke langit dunia, dan berhenti di jurusan rumah-rumahnya dan berseru-seru dengan suara yang mengharukan seribu kali “wahai keluargaku, sanak-saudara, dan anak-anakku, wahai kau yang mendiami rumah-rumahku, memakai pakaianku dan membagi-bagi hartaku. Apakah ada diantara kalian yang mengingat dan memikirkanku dalam pengasinganku ini dan aku berada dalam tahanan yang cukup lama dalam benteng yang kuat. Kasihanilah kami, maka Allah akan mengasihanimu. Janganlah kamu semua bakhil kepadaku sebelum kamu (berposisi) sepertiku.Wahai hamba-hamba Allah sesungguhnya apa yang kau miliki sekarang dulu juga (pernah) ku miliki, hanya saja dulu aku tidak membelanjakannya di jalan Allah, dimana pemeriksaannya dan bahayanya menimpaku sedang kegunaannya bermanfaat kepada  orang lain”.  Jika kamu (sanak, saudara dll) tidak memperhatikannya (arwah), maka mereka (arwah-arwah itu) tidak mendapatkan oleh-oleh sesuatupun dan mereka hanya akan mendapatkan penyesalan dan kerugian. Ada pula hadits Rasulullah saw.beliau bersabda ”mayit itu di dalam kuburnya seperti orang hanyut yang meminta-minta tolong, mereka menungu-nunggu do’a dari anaknya, saudaranya atau teman-temannya. Makajika  do’a itu sampai kepadanya nilainya jauh kebih baik dibandingkan dunia seisinya.

Demikianlah keterangan tentang kondisi arwah yang selalu menjenguk rumah dan keluarganya di setiap malam hari. 

Siksa Kubur dan Pertanyaan Munkar Nakir

Siksa Kubur dan Pertanyaan Munkar Nakir

Alloh SWT berfirman 

ูَุฅِู†ْ ุกَุงู…َู†ُูˆุง ุจِู…ِุซْู„ِ ู…َุง ุกَุงู…َู†ْุชُู…ْ ุจِู‡ِ ูَู‚َุฏِ ุงู‡ْุชَุฏَูˆْุง ูˆَุฅِู†ْ ุชَูˆَู„َّูˆْุง ูَุฅِู†َّู…َุง ู‡ُู…ْ ูِูŠ ุดِู‚َุงู‚ٍ

“Maka jika mereka beriman kepada apa yang kamu telah beriman kepadanya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk; dan jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan kamu)” [Al-Baqarah:137].

Alam kubur bagaikan ruang penantian. Ruang yang  menghubungkan antara alam dunia dan alam akhirat. Di sanalah manusia menunggu hari penghitungan (penghitungan amal) sembari pengenalan alam lain setelah alam dunia. 

Di alam kubur inilah manusia akan berjumpa dengan dua malaikat yang menanyakan hal-hal keimanan. 

Malaikat itu datang setelah para pengantar jenazah kembali ke rumah masing-masing, ada pula ulama yang berpendapat 7 langkah para pengantar meninggalkan makam kita disaat Itulah 2 malaikat itu datang.

Anas bin Malik pernah memberitakan kepada para sahabat bahwa Rasulullah saw bersabda:

ุฅู† ุงู„ุนุจุฏ ุงุฐุง ูˆุถุน ูู‰ ู‚ุจุฑู‡ ูˆุชูˆู„ู‰ ุนู†ู‡ ุงุตุญุงุจู‡ ุฅู†ู‡ ู„ูŠุณู…ุน ู‚ุฑู† ู†ุนุงู„ู‡ู… ุงุชุงู‡ ู…ู„ูƒุงู† ููŠู‚ุนุฏุงู†ู‡ ููŠู‚ูˆู„ุงู† ู…ุงูƒู†ุช ุชู‚ูˆู„ ูู‰ ู‡ุฐุง ุงู„ุฑุฌู„ ู…ุญู…ุฏ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ูุฃู…ุง ุงู„ู…ุคู…ู† ููŠู‚ูˆู„ ุฃุดู‡ุฏ ุฃู†ู‡ ุนุจุฏ ุงู„ู„ู‡ ูˆุฑุณูˆู„ู‡ ููŠู‚ูˆู„ู‡ ุงู†ุธุฑ ุงู„ู‰ ู…ู‚ุนุฏูƒ ู…ู† ุงู„ู†ุงุฑ ู‚ุฏ ุงุจุฏู„ูƒ ุงู„ู„ู‡ ุจู‡ ู…ู‚ุนุฏุง ู…ู† ุงู„ุฌู†ุฉ ูˆุงู…ุง ุงู„ู…ู†ุงูู‚ ูˆุงู„ูƒุงูุฑ ููŠู‚ุงู„ ู„ู‡ ู…ุงูƒู†ุช ุชู‚ูˆู„ ูู‰ ู‡ุฐู‡ ุงู„ุฑุฌู„؟ ููŠู‚ูˆู„ ู„ุง ุงุฏุฑู‰ ูƒู†ุช ุงู‚ูˆู„ ู…ุงูŠู‚ูˆู„ู‡ ุงู„ู†ุงุณ ููŠู‚ุงู„ ู„ุงุฏุฑูŠุช ูˆู„ุงุชู„ูŠุช ูˆูŠุถุฑุจ ุจู…ุทุงุฑู‚ ู…ู† ุญุฏูŠุฏ ุถุฑุจุฉ ููŠุตูŠุญ ุตูŠุญุฉ ูŠุณู…ุนู‡ุง ู…ู† ูŠู„ูŠู‡ ุบูŠุฑ ุงู„ุซู‚ู„ูŠู†  (ุฑูˆุงู‡ ุงู„ุจุฎุงุฑู‰)

Sesungguhnya jika seseorang telah diletakkan di dalam kuburnya lalu telah berpaling darinya teman-temannya dimana ia masih dengar suara jejak sandalnya, datanglah kepadanya dua malaikat yang mendudukkannya lalu berkata kepadanya “apa yang pernah kau katakan kepada laki-laki yang bernama Muhammad?”. Jika orang itu seorang mu’min maka dia akan menjawab sesungguhnya lelaki bernama Muhammad saw adalah hamba Allah swt dan Rasulnya” maka malaikat itu akan berkata padanya lihatlah Allah telah mengganti  tempat dudukmu dari api neraka menjadi surga. Dan diperhatikanlah kedua tempat duduk itu. Dan begitupun jika (jenazah itu) orang munafik dan kaifr maka akan ditanya juga “apa yang pernah kau katakan kepada laki-laki ini (yang bernama Muhammad)?” maka jawabnya “aku tak tahu, aku ucapkan apa yang dikatan orang-orang. Malaikatpun bertanya kembali “apakah engkau tidak mengerti atau tidak membaca?” . Dan dipukullah ia dengan gada besi satu pukulan, maka ia menjerit, dan tak ada satupunn pengantar yang mendengarnya kecuali jin dan manusia khusus.

Mengenai gambaran kedua malaikat yang datang ini dalam hadits lain diterangkan dari Abu Hurairah:

ุงุณูˆุฏุงู† ุงุฒุฑู‚ุงู† ูŠู‚ุงู„ ู„ุงุญุฏู‡ู…ุง ุงู„ู…ู†ูƒุฑ ูˆู„ู„ุงุฎุฑ ุงู„ู†ูƒูŠุฑ

Yang hitam dan biru keduanya,yang satu dipanggil Munkar dan yang lain dipanggil Nakir.

Dalam hadist lain yang termaktub dalam kitab Austahnya Imam at-Tabharany, Abu Hurairah meriwayatkan:

ุงุนูŠู†ู‡ู…ุง ู…ุซู„ ู‚ุฏูˆุฑ ุงู„ู†ุญุงุณ ูˆุงู†ูŠุงุจู‡ู…ุง ู…ุซู„ ุตูŠุงุตู‰ ุงู„ุจู‚ุฑ ูˆุงุตูˆุชู‡ู…ุง ู…ุซู„ ุงู„ุฑุนุฏ  

Mata keduanya seperti belanga tembaga, taring keduanya seperti tanduk sapi dan suaranya seperti halilintar.

Hadist berikutnya Rosulullah SAW in bersabda bahwa ketika seseorang telah dibaringkan di dalam kubur dan para pengantar telah meninggalkannya, maka dua malaikat, yakni Munkar dan Nakir, segera mendatangi dan menanyakan tentang tiga hal pokok, yakni: siapa tuhannya, apa agamanya dan siapa nabinya. Hadits tersebut sebagaimana diriwayatkan dari Al-Barro’ bin Azib:

ูَูŠَุฃْุชِูŠู‡ِ ู…َู„َูƒَุงู†ِ ุดَุฏِูŠุฏَุง ุงู„ุงِู†ْุชِู‡َุงุฑِ ูَูŠَู†ْุชู‡ِุฑَุงู†ِู‡ِ ูˆَูŠُุฌْู„ِุณَุงู†ِู‡ِ ูَูŠَู‚ُูˆู„ุงَู†ِ ู„َู‡ُ: ู…َู†ْ ุฑَุจُّูƒَ؟ ู…َุง ุฏِูŠู†ُูƒَ؟ ู…َู†ْ ู†َุจِูŠُّูƒَ؟

ููŠุฃุชูŠู‡ ู…ู„ูƒุงู† ุดุฏูŠุฏุง ุงู„ุงู†ุชู‡ุงุฑ ููŠู†ุชู‡ุฑุงู†ู‡، ูˆูŠุฌู„ุณุงู†ู‡، ููŠู‚ูˆู„ุงู† ู„ู‡: ู…ู† ุฑุจูƒ؟ ู…ุง ุฏูŠู†ูƒ؟ ู…ู† ู†ุจูŠูƒ؟

Dalam beberapa riwayat dikatakan ketiga pertanyaan pokok tersebut diikuti dengan tiga pertanyaan berikutnya sehingga berjumlah enam pertanyaan sebagai berikut:

1. Man rabbuka? Siapa Tuhanmu?
2. Ma dinuka? Apa agamamu?
3. Man nabiyyuka? Siapa Nabimu?
4. Ma kitabuka? Apa kitabmu?
5. Aina qiblatuka? Di mana kiblatmu?
6. Man ikhwanuka? Siapa saudaramu?

(RH.Imam Ahmad)

Sidang Jum’ah Rahimakumullah…

Keenam pertanyaan di atas tampak sepele untuk dijawab. Namun, sebenarnya tidak demikian sebab semua bergantung pada amal masing-masing semasa hidupnya. 

Ketika seseorang sudah dibaringkan di dalam kubur, ia sendirian tanpa seorang pun menemani; sementara malaikat menyapa dengan garang sambil menarik orang itu agar berposisi duduk. 

Kedua malaikat kemudian mengajukan keenam pertanyaan sebagaimana di atas, Mereka yang senantiasa melaksanakan shalat lima waktu, terlebih yang suka shalat berjamaah di masjid, sesungguhnya mereka telah memegang kunci sukses menjawab keenam pertanyaan itu.

Sidang Jum’ah Rahimakumullah…

Kalau kita camkan definsi shalat, yakni serangkaian kegiatan ibadah tertentu yang dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam, maka kita dapati kata pertama yang wajib kita ucapkan dalam shalat adalah ุงู„ู„ู‡, yakni dalam takbiratul ihram: ุงู„ู„ู‡ ุงูƒุจุฑ. Jika dalam sehari semalam kita melakukan shalat fardhu lima waktu, maka kita akan menyebut ุงู„ู„ู‡ dalam takbiratul ihram sebanyak lima kali. Jika takibiratul ihram ditambah dengan takbir-takbir yang lain seperti takbir sebelum ruku’, sebelum sujud, dan sebagainya, maka dalam sehari semalam kita menyebut ุงู„ู„ู‡ sebanyak 68 kali, Itu belum termasuk yang kita sebut dalam shalat-shalat sunnah, Singkatnya orang yang taat menjalankan perintah shalat akan sangat terbiasa mengucapkan ุงู„ู„ู‡.

Kaitannya dengan pertanyaan pertama di atas, seseorang yang semasa hidupnya senantiasa melaksanakan kewajiban shalat, kemudian di dalam kubur ditanya: ู…ู† ุฑุจูƒ (siapa Tuhanmu) maka dengan mudah ia dapat menjawab: ุงู„ู„ู‡ ุฑุจูŠ (Allah Tuhanku) karena ia terbiasa menyebut ุงู„ู„ู‡ setidaknya 68 kali dalam sehari semalam. 

Bayangkan mereka yang malas shalat, apalagi tak pernah shalat sama sekali, Tentu mereka akan mengalami kesulitan menjawab pertanyaan ini.

Sidang Jum’ah Rahimakumullah…

Pertanyaan kedua, yakni ู…ุง ุฏูŠู†ูƒ apa agamamu? seseorang yang semasa hidupnya senantiasa melaksanakan kewajiban shalat, ketika di dalam kuburnya ditanya: ู…ุง ุฏูŠู†ูƒ - apa agamamu –  maka dengan mudah ia dapat menjawab:ุงู„ุงุณู„ุงู… ุฏูŠู†ูŠ (Islam agamaku) karena dalam konteks sekarang hanya Islam satu-satunya agama yang memerintahkan melaksanakan shalat.

Agama-agama sebelumnya pada zamannya juga memerintahkan umatnya melaksanakan shalat bahkan dengan jumlah rakaat yang lebih banyak dari pada Islam. 

Agama-agama itu hingga sekarang masih ada, namun inti ajarannya tidak lagi menekankan iman tauhid dengan hanya menyembah Allah SWT sebagaimana Islam. 

Maka bisa dimengerti agama-agama itu tidak lagi menyerukan umatnya melakukan shalat, Shalat telah identik dengan Islam karena sekali lagi dalam konteks sekarang Islam satu-satunya agama yang memerintahkan shalat.

Sidang Jum’ah Rahimakumullah,

Pertanyaan ketiga, yakni ู…ู† ู†ุจูŠูƒ siapa Nabimu?seseorang yang senantiasa melaksanakan kewajiban shalat, tentu dengan lancar dapat menjawab pertanyaan itu karena di dalam shalat lima waktu setidaknya kita menyebut nama ู…ุญู…ุฏ sebanyak 10 kali dalam sehari semalam, yakni dalam bacaan tahiyat atau tasyahud akhir yang berbunyi:

ุฃุดู‡ุฏ ุฃู† ู„ุง ุงู„ู‡ ุงู„ุง ุงู„ู„ู‡ ูˆุฃุดู‡ุฏ ุงู† ู…ุญู…ุฏุง ุฑุณูˆู„ ุงู„ู„ู‡

dan dalam bacaan shalawat

ุงู„ู„َّู‡ُู…َّ ุตَู„ِّ ุนَู„َู‰ ู…ُุญَู…َّุฏٍ

Jumlah itu belum termasuk yang dibaca dalam tasyahud awal dan bacaan shalawat dalam rakaat kedua dalam shalat Dhuhur, Ashar, Maghrib dan Isya’ yang jumlahnya 15 sehingga seluruhnya berjumlah 25. Oleh karena itu, seseorang yang semasa hidupnya senantiasa melaksnakan shalat akan dengan mudah menjawab pertanyaan: ู…ู† ู†ุจูŠูƒ (siapa nabimu), yakni dengan jawaban: ู…ุญู…ุฏ ู†ุจูŠ (nabiku Muhammad SAW) karena setiap hari selalu menyebut nama ู…ุญู…ุฏ.

Sidang Jum’ah Rahimakumullah,

Pertanyaan keempat, yakni ู…ุง ูƒุชุงุจูƒ - Apa kitabmu, seseorang yang senantiasa melaksanakan kewajiban shalat, tentu dapat menjawab pertanyaan itu dengan jawaban: ุงู„ู‚ุฑุงู† ูƒุชุงุจูŠ – Kitabku Al-Qur’an, karena di dalam shalat terdapat rukun yang mengharuskan orang shalat membaca surah pertama dalam Al-Qur’an yakni Surah Al-Fatihah. 

Seseorang yang melakukan shalat tanpa membaca surah ini dalam setiap rakaat, shalatnya tidak sah, kecuali bagi makmum masbuq yang di rakaat pertama tak selesai membacanya karena waktu tak mencukupi.

Selain surah Al-Fatihah, orang shalat juga membaca surah-surah lainnya di dalam Al-Qur’an yang dibaca sebagai bacaan sunnah. Surah-surah yang hukumnya sunnah ini dibaca setelah surah Al-Fatihah. Dengan dibacanya surah-surah dalam Al-Qur’an dalam shalat, maka dalam sehari semalam setidaknya orang membaca surah-surah Al-Qur’an sebanyak 27 kali. Dengan kata lain untuk menyebut ุงู„ู‚ุฑุงู† sebagai sebagai kitab suci tidak sulit bagi mereka yang senantiasa melaksanakan shalat.

Sidang Jum’ah Rahimakumullah…

Pertanyaan kelima, yakni ุงูŠู† ู‚ุจู„ุชูƒ di mana kiblatmu? seseorang yang senantiasa melaksanakan kewajiban shalat, tentu dapat menjawab pertanyaan itu dengan jawaban: ุงู„ูƒุนุจุฉ ู‚ุจู„ุชูŠ (Ka’bah kiblatku) karena orang yang senantiasa melaksanakan kewajiban shalat, akan menghadap ke arah Ka’bah sebanyak 5 kali sehari. Jika ditambah dengan shalat-shalat sunnah, tentu frekuensinya lebih tinggi lagi.

Kebiasan setiap hari menghadap kiblat berupa Ka’bah ini tentu akan memudahkan menjawab pertanyaan kelima di atas. Apalagi di dalam niat shalat terdapat kata “kiblat” yang maksudnya adalah Ka’bah. Niat itu misalnya:

ุฃุตَู„ِّูŠْ ูَุฑْุถَ ุงู„ุธُّู‡ْุฑِ ุงَุฑْุจَุนَ ุฑَูƒَุนَุงุชٍ ู…ُุณْุชَู‚ْุจِู„َ ุงْู„ู‚ِุจْู„َุฉِ ุงَุฏَุงุกً ู„ِู„َّู‡ِ ุชَุนَุงู„َู‰

“Aku berniat melaksanakan shalat Dzuhur empat rakaat dengan menghadap Kiblat karena Allah SWT.

Dalam bacaan niat di atas secara eksplisit terdapat kata ุงْู„ู‚ِุจْู„َุฉِ. Kata-kata kiblat ini tentu akan selalu mengingatkan Ka’bah di Tanah Suci Makkah Al-Mukarramah. Orang Islam yang taat kepada Allah senantiasa akan menghadap ke arah Ka’bah sedikitnya 5 kali dalam sehari. Artinya bagi orang yang senantiasa melaksanakn shalat untuk menyebut nama Ka’bah tidak sulit.

Sidang Jum’ah Rahimakumullah,

Pertanyaan keenam, yakni ู…ู† ุฅุฎูˆุงู†ูƒ  siapa saudara-saudaramu?  seseorang yang senantiasa melaksanakan kewajiban shalat dengan berjamaah di masjid, tentu dapat menjawab pertanyaan itu dengan jawaban yang tepat, yakni ุงู„ู…ุณู„ู…ูˆู† ูˆุงู„ู…ุณู„ู…ุงุช ุฅุฎูˆุงู†ูŠ (kaum muslimin dan muslimat saudara-saudaraku).

Jawaban dari pertanyaan keenam ini memang memiliki keterkaitan langsung dengan masjid karena tempat suci ini merupakan tempat berkumpulnya kaum muslimin dan muslimat untuk melaksanakan jamaah shalat. 

Seseorang yang membiasakan diri dengan shalat berjamaah di masjid, tentu akan ingat saudara-saudara seiman yang berjamaah shalat bersamanya walaupun mungkin tidak tahu nama mereka satu per satu. Tidak mungkin atau sangat kecil kemungkinannya orang-orang non-muslim melakukan shalat, apalagi di masjid.

Sidang Jum’ah Rahimakumullah,

Dari uraian di atas dapat kita lihat dengan jelas ada hubungan erat antara shalat, masjid dan kelancaran menjawab 6 pertanyaan di dalam kubur yang meliputi: siapa tuhanmu, apa agamamu, siapa nabimu, apa kitabmu, dimana kiblatmu, dan siapa saudara-saudaramu. Orang-orang yang senantiasa melaksanakan kewajiban shalat, apalagi dengan berjamaah di masjid, sudah pasti tidak akan mengalami kesulitan menjawab semua pertanyaan tersebut.

Kesuksesan menjawab semua pertanyaan itu menjadi penentu kesuksesan-kesuksesan berikutnya apakah seseorang akan masuk ke surga atau ke neraka. Semoga kita semua termasuk orang-orang yang senatiasa sukses dalam menghadapi semua pertanyaan di alam kubur. Amin ya rabbal alamin.

Demikianlah bahwasanyya ni’mat dan siksa kubur sungguh benar-benar adanya dan termasuk bagian dari masalah aqidah. Syiakh Ibrahim Allaqani menerangkan dalam Jauhartut Tauhid dengan sebuah nadhaman:

ุณุคุงู„ู†ุง ุซู… ุนุฐุงุจ ุงู„ู‚ุจุฑ  *   ู†ุนูŠู…ู‡ ูˆุงุฌุจ ูƒุจุนุซ ุงู„ุญุดุฑ

Ditanya kita soal adzab dan nimat kubur, adalah wajib seperti halnya kebangkitaan dari kubur untuk dikumpulkan.

PENYELAMAT DARI ADZAB KUBUR
Imam Abu Laits al-Samarqandi berkata: “Barang siapa ingin selamat dari adzab kubur, maka ia harus melestarikan empat perkara dan meninggalkan empat perkara. Empat perkara yang harus dilestarikan adalah: shalat lima waktu, sedekah, membaca al-Qur’an dan banyak bertasbih.

Sesungguhnya empat hal ini adalah menerangi kubur dan melapangkannya. Adapun empat perkara yang wajib dihindari adalah: Dusta, khianat, adu domba dan tidak hati-hati dalam buang air kecil”. [Tanbih al-Ghafilin hal. 45].

AMALAN TERDAHSYAT YG DIRAHASIAKAN RASULULLAH SAW DARI PARA SAHABATNYA 

Sholawat Al Fatih

 

AMALAN TERDAHSYAT YG DIRAHASIAKAN RASULULLAH SAW DARI PARA SAHABATNYA 

Syekh Ahmad at Tijani R.A : Sholawat Fatih adalah ูƒู„ุงู… ุงู„ุฐุงุช ุงู„ู‚ุฏุณูŠุฉ Kalam Allah yg suci, (bukan karangan makhluk, bukan karangan ‘ulama atau Auliya'), yg tahu hanya Rasulullah SAW, dan sengaja diberitakan pada akhir zaman, seandainya dikabarkan pada masa sahabat, maka sahabat hanya akan menyibukkan diri dengan shalawat fatih & mengabaikan amalan yang lain. Ini dikarenakan Fadhilah yg sangat besar dalam sholawat Fatih. 

(Kitab Kasyful Hijab 564) ••••••••••••••••••••••••••••••••••• 

*SHOLAWAT FATIH LIMAA UGHLIQ*

 ๏บ๏ปŸ๏ป َّ๏ปฌُ๏ปขَّ ๏บปَ๏ปžِّ ๏ป‹َ๏ป َ๏ปฐ ๏บณَ๏ปดِّ๏บชِ๏ปงَ๏บŽ ๏ปฃُ๏บคَ๏ปคَّ๏บชٍ  ۞ ๏บ๏ปŸ๏ป”َ๏บŽ๏บ—ِ๏บขِ ๏ปŸِ๏ปคَ๏บŽ ๏บƒُ๏ปْ๏ป ِ๏ป–َ ۞ ๏ปญَ๏บ๏ปŸ๏บจَ๏บŽ๏บ—ِ๏ปขِ ๏ปŸِ๏ปคَ๏บŽ ๏บณَ๏บ’َ๏ป–َ ۞ ๏ปงَ๏บŽ๏บปِ๏บฎِ ๏บ๏ปŸ๏บคَ๏ป–ِّ ๏บ‘ِ๏บŽ๏ปŸ๏บคَ๏ป–ِّ ۞ ๏ปญَ๏บ๏ปŸ๏ปฌَ๏บŽ๏บฉِ๏ปฑ ๏บ‡ِ๏ปŸَ๏ปฐ ๏บปِ๏บฎَ๏บ๏ปƒِ๏ปšَ ๏บ๏ปŸ๏ปคُ๏บดْ๏บ˜َ๏ป˜ِ๏ปด๏ปขِ  ۞ ๏ปญَ๏ป‹َ๏ป َ๏ปฐ ๏บ๏ปŸِ๏ปชِ ๏บฃَ๏ป–َّ ๏ป—َ๏บชْ๏บญِ๏ปฉِ ๏ปญَ๏ปฃِ๏ป˜ْ๏บชَ๏บ๏บญِ๏ปฉِ ๏บ๏ปŸ๏ปŒَ๏ปˆِ๏ปด๏ปขِ ۩ 

Allahumma sholli ‘ala Sayyidina Muhammad Al Faatihi Limaa Ughliq wal Khootimi Limaa Sabaq Naa Shiril Haqqi bil Haq Wal Haadii ilaa Shiroothikal Mustaqiim Wa ‘alaa aalihi Haqqo Qodrihi wa Miqdaarihil ‘Adziim


Artinya: 
“Ya Allah curahkanlah rahmat dan keselamatan serta berkah atas junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang dapat membuka sesuatu yang terkunci, penutup dari semua yang terdahulu, penolong kebenaran dengan jalan yang benar, dan petunjuk kepada jalanMu yang lurus. Semoga Allah mencurahkan rahmat kepada beliau, kepada keluarganya dan kepada semua sahabatnya dengan sebenar-benar kekuasaanNya yang Maha Agung.”

Sungguh kalimat terjemah sholawat ini, keutamaan, keistimewaan dan faedahnya sangat agung sekali, memuji junjungan Nabi Muhammad SAW. Seperti yang di sampaikan para ulama, Syekh Ahmad at-Tijany ra, berkata: ”Keistimewaan sholawat al-Fatih sangat sulit di terima oleh akal, karena ia merupakan rahasia Allah SWT yang tersembunyi. Seandainya ada 100,000 bangsa, yang setiap bangsa itu terdiri dari 100,000 kaum, dan setiap kaum terdiri dari 100,000 orang, dan setiap orang diberi umur panjang oleh Allah SWT sampai 100,000 tahun, dan setiap orang bersholawat kepada nabi setiap hari 100,000 kali, semua pahala itu belum dapat menandingi pahala membaca sholawat al-Fatih sebanyak 1 (satu) kali".

Demikian bacaan shalawat di atas, kami berharap kepada pembaca ayat doa islam dan terutama bagi kami sendiri, hendaklah shalawat nabi ini dijadikan sebagian amalan sehari-hari. Semoga kita mendapatkah rahmat dan pertolongan Allah ta'ala. 

Amin ya robbil alamin.


Sabtu, 05 Oktober 2019

DOA ORANG TUA UNTUK ANAK-ANAKNYA


DOA ORANG TUA UNTUK ANAK-ANAKNYA


DOA ORANG TUA UNTUK ANAK-ANAKNYA


Alhabib 'Ali bin Muhammad bin Husein Al-Habsyi (Pemilik maulid simthud Duror)

berkata : 

"Apabila kalian melihat anak2 kalian tidak sesuai dg tabi'at kalian, hendaknya kalian amalkan membaca doa ini."


ุงู„ู„َّู‡ُู…َّ ุจَุงุฑِูƒْ ู„ِู‰ ูِู‰ ุฃَูˆْู„ุงَุฏِู‰, 

ูˆَุงุญْูَุธْู‡ُู…ْ ูˆَู„ุงَ ุชَุถُุฑُّู‡ُู…ْ,

 ูˆَูˆَูٌِู‚ْู€ู‡ُู…ْ ู„ِุทَุงุนَุชِูƒَ, 

ูˆَุงุฑْุฒُู‚ْู†ِู‰ ุจِุฑَّู‡ُู€ู…ْ,

 ุจِุฑَุญْู…َุชِูƒَ ูŠَู€ุงุฃุฑْุญَู€ู…َ ุงู„ุฑَّุงุญِู…ِูŠْู†َ. 


Allahumma baarik lii fii aulaadiiy, 

wah-fadh-hum walaa tadhurruhum, 

wawaffiqhum li-thoo’atika, 

war-zuqnii birrohum,

birohmatika yaa ar-hamar-roohimiin.


Artinya : 

Ya Allah, berkahi aku pada diri anak-anakku, 

dan jagalah mereka serta janganlah Engkau bahayakan,

dan limpahi mereka taufik untuk taat kepada-Mu, 

dan karuniakan kepadaku “ketaatan mereka ( birrul waalidain ) kepadaku, 

dengan rahmat-Mu ya Allah, Dzat yang Maha Penyayang.


(Dibaca setiap hari ba'da shalat dan setelah membaca doa ba'da adzan).


Catatan :

- Doa ini juga mujarab bagi anak yang nakalnya melampaui batas dan susah mendengar nasehat orang tua.

(dibaca lalu ditiupkan ke dalam air dan diminumkan kepada si-anak).

- dan boleh juga baca ayat kursi sekali lalu tiupkan ke ubun-ubunnya pada saat anak itu sedang tidur.


- Semoga anak-anak kita dijadikan anak-anak yang sholeh & sholehah  

aamiin...

ุงู„ู„َّู‡ُู…َّ ุตَู„ِّ ุนَู„َู‰ ุณَูŠِّุฏِู†َุง ู…ُุญَู…َّุฏٍ ูˆَุนَู„َู‰ ุขู„ِ ุณَูŠِّุฏِู†َุง ู…ُุญَู…َّุฏٍ...