Siksa Kubur dan Pertanyaan Munkar Nakir
Alloh SWT berfirman
َูุฅِْู ุกَุงู َُููุง ุจِู ِุซِْู ู َุง ุกَุงู َْูุชُู ْ ุจِِู ََููุฏِ ุงْูุชَุฏَْูุง َูุฅِْู ุชَََّْูููุง َูุฅَِّูู َุง ُูู ْ ِูู ุดَِูุงٍู
“Maka jika mereka beriman kepada apa yang kamu telah beriman kepadanya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk; dan jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan kamu)” [Al-Baqarah:137].
Alam kubur bagaikan ruang penantian. Ruang yang menghubungkan antara alam dunia dan alam akhirat. Di sanalah manusia menunggu hari penghitungan (penghitungan amal) sembari pengenalan alam lain setelah alam dunia.
Di alam kubur inilah manusia akan berjumpa dengan dua malaikat yang menanyakan hal-hal keimanan.
Malaikat itu datang setelah para pengantar jenazah kembali ke rumah masing-masing, ada pula ulama yang berpendapat 7 langkah para pengantar meninggalkan makam kita disaat Itulah 2 malaikat itu datang.
Anas bin Malik pernah memberitakan kepada para sahabat bahwa Rasulullah saw bersabda:
ุฅู ุงูุนุจุฏ ุงุฐุง ูุถุน ูู ูุจุฑู ูุชููู ุนูู ุงุตุญุงุจู ุฅูู ููุณู ุน ูุฑู ูุนุงููู ุงุชุงู ู ููุงู ูููุนุฏุงูู ูููููุงู ู ุงููุช ุชููู ูู ูุฐุง ุงูุฑุฌู ู ุญู ุฏ ุตูู ุงููู ุนููู ูุณูู ูุฃู ุง ุงูู ุคู ู ููููู ุฃุดูุฏ ุฃูู ุนุจุฏ ุงููู ูุฑุณููู ูููููู ุงูุธุฑ ุงูู ู ูุนุฏู ู ู ุงููุงุฑ ูุฏ ุงุจุฏูู ุงููู ุจู ู ูุนุฏุง ู ู ุงูุฌูุฉ ูุงู ุง ุงูู ูุงูู ูุงููุงูุฑ ูููุงู ูู ู ุงููุช ุชููู ูู ูุฐู ุงูุฑุฌู؟ ููููู ูุง ุงุฏุฑู ููุช ุงููู ู ุงููููู ุงููุงุณ ูููุงู ูุงุฏุฑูุช ููุงุชููุช ููุถุฑุจ ุจู ุทุงุฑู ู ู ุญุฏูุฏ ุถุฑุจุฉ ููุตูุญ ุตูุญุฉ ูุณู ุนูุง ู ู ูููู ุบูุฑ ุงูุซูููู (ุฑูุงู ุงูุจุฎุงุฑู)
Sesungguhnya jika seseorang telah diletakkan di dalam kuburnya lalu telah berpaling darinya teman-temannya dimana ia masih dengar suara jejak sandalnya, datanglah kepadanya dua malaikat yang mendudukkannya lalu berkata kepadanya “apa yang pernah kau katakan kepada laki-laki yang bernama Muhammad?”. Jika orang itu seorang mu’min maka dia akan menjawab sesungguhnya lelaki bernama Muhammad saw adalah hamba Allah swt dan Rasulnya” maka malaikat itu akan berkata padanya lihatlah Allah telah mengganti tempat dudukmu dari api neraka menjadi surga. Dan diperhatikanlah kedua tempat duduk itu. Dan begitupun jika (jenazah itu) orang munafik dan kaifr maka akan ditanya juga “apa yang pernah kau katakan kepada laki-laki ini (yang bernama Muhammad)?” maka jawabnya “aku tak tahu, aku ucapkan apa yang dikatan orang-orang. Malaikatpun bertanya kembali “apakah engkau tidak mengerti atau tidak membaca?” . Dan dipukullah ia dengan gada besi satu pukulan, maka ia menjerit, dan tak ada satupunn pengantar yang mendengarnya kecuali jin dan manusia khusus.
Mengenai gambaran kedua malaikat yang datang ini dalam hadits lain diterangkan dari Abu Hurairah:
ุงุณูุฏุงู ุงุฒุฑูุงู ููุงู ูุงุญุฏูู ุง ุงูู ููุฑ ูููุงุฎุฑ ุงููููุฑ
Yang hitam dan biru keduanya,yang satu dipanggil Munkar dan yang lain dipanggil Nakir.
Dalam hadist lain yang termaktub dalam kitab Austahnya Imam at-Tabharany, Abu Hurairah meriwayatkan:
ุงุนูููู ุง ู ุซู ูุฏูุฑ ุงููุญุงุณ ูุงููุงุจูู ุง ู ุซู ุตูุงุตู ุงูุจูุฑ ูุงุตูุชูู ุง ู ุซู ุงูุฑุนุฏ
Mata keduanya seperti belanga tembaga, taring keduanya seperti tanduk sapi dan suaranya seperti halilintar.
Hadist berikutnya Rosulullah SAW in bersabda bahwa ketika seseorang telah dibaringkan di dalam kubur dan para pengantar telah meninggalkannya, maka dua malaikat, yakni Munkar dan Nakir, segera mendatangi dan menanyakan tentang tiga hal pokok, yakni: siapa tuhannya, apa agamanya dan siapa nabinya. Hadits tersebut sebagaimana diriwayatkan dari Al-Barro’ bin Azib:
ََููุฃْุชِِูู ู َََููุงِู ุดَุฏِูุฏَุง ุงูุงِْูุชَِูุงุฑِ ََْูููุชِูุฑَุงِِูู َُููุฌِْูุณَุงِِูู ََُูููููุงَِู َُูู: ู َْู ุฑَุจَُّู؟ ู َุง ุฏَُِููู؟ ู َْู َูุจَُِّูู؟
ููุฃุชูู ู
ููุงู ุดุฏูุฏุง ุงูุงูุชูุงุฑ ูููุชูุฑุงูู، ููุฌูุณุงูู، ูููููุงู ูู: ู
ู ุฑุจู؟ ู
ุง ุฏููู؟ ู
ู ูุจูู؟
Dalam beberapa riwayat dikatakan ketiga pertanyaan pokok tersebut diikuti dengan tiga pertanyaan berikutnya sehingga berjumlah enam pertanyaan sebagai berikut:
1. Man rabbuka? Siapa Tuhanmu?
2. Ma dinuka? Apa agamamu?
3. Man nabiyyuka? Siapa Nabimu?
4. Ma kitabuka? Apa kitabmu?
5. Aina qiblatuka? Di mana kiblatmu?
6. Man ikhwanuka? Siapa saudaramu?
(RH.Imam Ahmad)
Sidang Jum’ah Rahimakumullah…
Keenam pertanyaan di atas tampak sepele untuk dijawab. Namun, sebenarnya tidak demikian sebab semua bergantung pada amal masing-masing semasa hidupnya.
Ketika seseorang sudah dibaringkan di dalam kubur, ia sendirian tanpa seorang pun menemani; sementara malaikat menyapa dengan garang sambil menarik orang itu agar berposisi duduk.
Kedua malaikat kemudian mengajukan keenam pertanyaan sebagaimana di atas, Mereka yang senantiasa melaksanakan shalat lima waktu, terlebih yang suka shalat berjamaah di masjid, sesungguhnya mereka telah memegang kunci sukses menjawab keenam pertanyaan itu.
Sidang Jum’ah Rahimakumullah…
Kalau kita camkan definsi shalat, yakni serangkaian kegiatan ibadah tertentu yang dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam, maka kita dapati kata pertama yang wajib kita ucapkan dalam shalat adalah ุงููู, yakni dalam takbiratul ihram: ุงููู ุงูุจุฑ. Jika dalam sehari semalam kita melakukan shalat fardhu lima waktu, maka kita akan menyebut ุงููู dalam takbiratul ihram sebanyak lima kali. Jika takibiratul ihram ditambah dengan takbir-takbir yang lain seperti takbir sebelum ruku’, sebelum sujud, dan sebagainya, maka dalam sehari semalam kita menyebut ุงููู sebanyak 68 kali, Itu belum termasuk yang kita sebut dalam shalat-shalat sunnah, Singkatnya orang yang taat menjalankan perintah shalat akan sangat terbiasa mengucapkan ุงููู.
Kaitannya dengan pertanyaan pertama di atas, seseorang yang semasa hidupnya senantiasa melaksanakan kewajiban shalat, kemudian di dalam kubur ditanya: ู ู ุฑุจู (siapa Tuhanmu) maka dengan mudah ia dapat menjawab: ุงููู ุฑุจู (Allah Tuhanku) karena ia terbiasa menyebut ุงููู setidaknya 68 kali dalam sehari semalam.
Bayangkan mereka yang malas shalat, apalagi tak pernah shalat sama sekali, Tentu mereka akan mengalami kesulitan menjawab pertanyaan ini.
Sidang Jum’ah Rahimakumullah…
Pertanyaan kedua, yakni ู ุง ุฏููู apa agamamu? seseorang yang semasa hidupnya senantiasa melaksanakan kewajiban shalat, ketika di dalam kuburnya ditanya: ู ุง ุฏููู - apa agamamu – maka dengan mudah ia dapat menjawab:ุงูุงุณูุงู ุฏููู (Islam agamaku) karena dalam konteks sekarang hanya Islam satu-satunya agama yang memerintahkan melaksanakan shalat.
Agama-agama sebelumnya pada zamannya juga memerintahkan umatnya melaksanakan shalat bahkan dengan jumlah rakaat yang lebih banyak dari pada Islam.
Agama-agama itu hingga sekarang masih ada, namun inti ajarannya tidak lagi menekankan iman tauhid dengan hanya menyembah Allah SWT sebagaimana Islam.
Maka bisa dimengerti agama-agama itu tidak lagi menyerukan umatnya melakukan shalat, Shalat telah identik dengan Islam karena sekali lagi dalam konteks sekarang Islam satu-satunya agama yang memerintahkan shalat.
Sidang Jum’ah Rahimakumullah,
Pertanyaan ketiga, yakni ู ู ูุจูู siapa Nabimu?seseorang yang senantiasa melaksanakan kewajiban shalat, tentu dengan lancar dapat menjawab pertanyaan itu karena di dalam shalat lima waktu setidaknya kita menyebut nama ู ุญู ุฏ sebanyak 10 kali dalam sehari semalam, yakni dalam bacaan tahiyat atau tasyahud akhir yang berbunyi:
ุฃุดูุฏ ุฃู ูุง ุงูู ุงูุง ุงููู ูุฃุดูุฏ ุงู ู ุญู ุฏุง ุฑุณูู ุงููู
dan dalam bacaan shalawat
ุงَُّูููู َّ ุตَِّู ุนََูู ู ُุญَู َّุฏٍ
Jumlah itu belum termasuk yang dibaca dalam tasyahud awal dan bacaan shalawat dalam rakaat kedua dalam shalat Dhuhur, Ashar, Maghrib dan Isya’ yang jumlahnya 15 sehingga seluruhnya berjumlah 25. Oleh karena itu, seseorang yang semasa hidupnya senantiasa melaksnakan shalat akan dengan mudah menjawab pertanyaan: ู ู ูุจูู (siapa nabimu), yakni dengan jawaban: ู ุญู ุฏ ูุจู (nabiku Muhammad SAW) karena setiap hari selalu menyebut nama ู ุญู ุฏ.
Sidang Jum’ah Rahimakumullah,
Pertanyaan keempat, yakni ู ุง ูุชุงุจู - Apa kitabmu, seseorang yang senantiasa melaksanakan kewajiban shalat, tentu dapat menjawab pertanyaan itu dengan jawaban: ุงููุฑุงู ูุชุงุจู – Kitabku Al-Qur’an, karena di dalam shalat terdapat rukun yang mengharuskan orang shalat membaca surah pertama dalam Al-Qur’an yakni Surah Al-Fatihah.
Seseorang yang melakukan shalat tanpa membaca surah ini dalam setiap rakaat, shalatnya tidak sah, kecuali bagi makmum masbuq yang di rakaat pertama tak selesai membacanya karena waktu tak mencukupi.
Selain surah Al-Fatihah, orang shalat juga membaca surah-surah lainnya di dalam Al-Qur’an yang dibaca sebagai bacaan sunnah. Surah-surah yang hukumnya sunnah ini dibaca setelah surah Al-Fatihah. Dengan dibacanya surah-surah dalam Al-Qur’an dalam shalat, maka dalam sehari semalam setidaknya orang membaca surah-surah Al-Qur’an sebanyak 27 kali. Dengan kata lain untuk menyebut ุงููุฑุงู sebagai sebagai kitab suci tidak sulit bagi mereka yang senantiasa melaksanakan shalat.
Sidang Jum’ah Rahimakumullah…
Pertanyaan kelima, yakni ุงูู ูุจูุชู di mana kiblatmu? seseorang yang senantiasa melaksanakan kewajiban shalat, tentu dapat menjawab pertanyaan itu dengan jawaban: ุงููุนุจุฉ ูุจูุชู (Ka’bah kiblatku) karena orang yang senantiasa melaksanakan kewajiban shalat, akan menghadap ke arah Ka’bah sebanyak 5 kali sehari. Jika ditambah dengan shalat-shalat sunnah, tentu frekuensinya lebih tinggi lagi.
Kebiasan setiap hari menghadap kiblat berupa Ka’bah ini tentu akan memudahkan menjawab pertanyaan kelima di atas. Apalagi di dalam niat shalat terdapat kata “kiblat” yang maksudnya adalah Ka’bah. Niat itu misalnya:
ุฃุตَِّْูู َูุฑْุถَ ุงูุธُّْูุฑِ ุงَุฑْุจَุนَ ุฑََูุนَุงุชٍ ู
ُุณْุชَْูุจَِู ุงِْููุจَْูุฉِ ุงَุฏَุงุกً َِِّููู ุชَุนَุงَูู
“Aku berniat melaksanakan shalat Dzuhur empat rakaat dengan menghadap Kiblat karena Allah SWT.
Dalam bacaan niat di atas secara eksplisit terdapat kata ุงِْููุจَْูุฉِ. Kata-kata kiblat ini tentu akan selalu mengingatkan Ka’bah di Tanah Suci Makkah Al-Mukarramah. Orang Islam yang taat kepada Allah senantiasa akan menghadap ke arah Ka’bah sedikitnya 5 kali dalam sehari. Artinya bagi orang yang senantiasa melaksanakn shalat untuk menyebut nama Ka’bah tidak sulit.
Sidang Jum’ah Rahimakumullah,
Pertanyaan keenam, yakni ู ู ุฅุฎูุงูู siapa saudara-saudaramu? seseorang yang senantiasa melaksanakan kewajiban shalat dengan berjamaah di masjid, tentu dapat menjawab pertanyaan itu dengan jawaban yang tepat, yakni ุงูู ุณูู ูู ูุงูู ุณูู ุงุช ุฅุฎูุงูู (kaum muslimin dan muslimat saudara-saudaraku).
Jawaban dari pertanyaan keenam ini memang memiliki keterkaitan langsung dengan masjid karena tempat suci ini merupakan tempat berkumpulnya kaum muslimin dan muslimat untuk melaksanakan jamaah shalat.
Seseorang yang membiasakan diri dengan shalat berjamaah di masjid, tentu akan ingat saudara-saudara seiman yang berjamaah shalat bersamanya walaupun mungkin tidak tahu nama mereka satu per satu. Tidak mungkin atau sangat kecil kemungkinannya orang-orang non-muslim melakukan shalat, apalagi di masjid.
Sidang Jum’ah Rahimakumullah,
Dari uraian di atas dapat kita lihat dengan jelas ada hubungan erat antara shalat, masjid dan kelancaran menjawab 6 pertanyaan di dalam kubur yang meliputi: siapa tuhanmu, apa agamamu, siapa nabimu, apa kitabmu, dimana kiblatmu, dan siapa saudara-saudaramu. Orang-orang yang senantiasa melaksanakan kewajiban shalat, apalagi dengan berjamaah di masjid, sudah pasti tidak akan mengalami kesulitan menjawab semua pertanyaan tersebut.
Kesuksesan menjawab semua pertanyaan itu menjadi penentu kesuksesan-kesuksesan berikutnya apakah seseorang akan masuk ke surga atau ke neraka. Semoga kita semua termasuk orang-orang yang senatiasa sukses dalam menghadapi semua pertanyaan di alam kubur. Amin ya rabbal alamin.
Demikianlah bahwasanyya ni’mat dan siksa kubur sungguh benar-benar adanya dan termasuk bagian dari masalah aqidah. Syiakh Ibrahim Allaqani menerangkan dalam Jauhartut Tauhid dengan sebuah nadhaman:
ุณุคุงููุง ุซู ุนุฐุงุจ ุงููุจุฑ * ูุนูู ู ูุงุฌุจ ูุจุนุซ ุงูุญุดุฑ
Ditanya kita soal adzab dan nimat kubur, adalah wajib seperti halnya kebangkitaan dari kubur untuk dikumpulkan.
PENYELAMAT DARI ADZAB KUBUR
Imam Abu Laits al-Samarqandi berkata: “Barang siapa ingin selamat dari adzab kubur, maka ia harus melestarikan empat perkara dan meninggalkan empat perkara. Empat perkara yang harus dilestarikan adalah: shalat lima waktu, sedekah, membaca al-Qur’an dan banyak bertasbih.
Sesungguhnya empat hal ini adalah menerangi kubur dan melapangkannya. Adapun empat perkara yang wajib dihindari adalah: Dusta, khianat, adu domba dan tidak hati-hati dalam buang air kecil”. [Tanbih al-Ghafilin hal. 45].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar