Selasa, 12 Mei 2020

Syekh Ciliwulung - Cakung

Syekh Ciliwulung - Cakung
Syekh Ciliwulung - Cakung

SYEKH CILIWULUNG

Pangeran Seda Ing Cakung

Oleh:

Imaduddin Utsman, MA

Diterbitkan oleh Ponpes Nahdlatul Ulum

Cempaka-Kresek-Tangerang

Banten

Sekapur Sirih Penulis

Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah swt. Yang telah memberikan taufik dan hidayah kepada Penulis dalam penyusunan buku yang kecil ini. Salawat dan salam senantiasa tercurah keharibaan Baginda junjungan Nabi besar Muhammad saw.

Buku yang ada di tangan pembaca ini adalah buku tentang silsilah Syekh Ciliwulung. Hanya buku silsilah, bukan buku biografi atau buku sejarah syekh Ciliwulung secara lengkap. Karena, kisah hidup syekh ciliwulung memang masih misteri bagi masyarakat, termasuk para turunannya, sampai sekarang.

Namun penulis menganggap walau hanya silsilah, buku kecil ini mudah-mudahan akan bermanfaat bagi pembaca, khususnya bagi mereka yang mencintai para ulama dan waliyullah semacam Syekh Ciliwulung. Paling tidak Silsilah ini bisa sedikit membuat para pembaca mengenal syekh Ciliwulung. Terutama bagi mereka yang sering berziarah ke maqbarah beliau.

Tegur dan sapa atas terbitnya buku kecil ini mungkin akan bisa membuat buku ini lebih sempurna untuk perbaikan cetakan berikutnya.

Cempaka, jumadil Akhir 1431 h./ 9 Juni 2010

Penulis

Imaduddin Utsman, MA.

I

SYEKH CILIWULUNG

Tidak banyak riwayat yang dapat digali dari tokoh ini, berkaitan dengan kisah-kisah kehidupannya. selain bahwa beliau sangat dihormati setelah wafatnya oleh masyarakat sekitar yang berziarah ke maqbarah beliau yang dianggap berkaromat. Setiap hari terutama malam jum'at para peziarah dari berbagai daerah mendatangi maqbarah beliau untuk mendoakan beliau dan memohon berkah kepada Allah dengan berziarah itu untuk melancarkan dan dikabulkannya hajat mereka.

Banyak kisah mistis yang berkembang di tengah masyarakat mengenai Syekh Ciliwulung yang diyakini sebagai waliyullah ini justeru berkaitan dengan kejadian-kejadian sesudah wafatnya beliau.

Kisah karamnya kapal angkutan menuju Jakarta yang kemudian menewaskan banyak penumpang menjadi mashur ketika salah seorang penumpang yang selamat mengatakan bahwa ia selamat karena memohon kepada Allah dengan menyebut nama Syekh Ciliwulung.

Juga kisah Ki Astari Cakung (w.1985) yang terbawa arus sungai Cidurian dari Pendawa kemudian ia selamat tepat di pinggir sungai yang bersebelahan dengan makam Syekh Ciliwulung. Menurut keyakinan masyarakat Ki Astari selamat karena dibantu oleh Syekh Ciliwulung yang merupakan kakek buyut dari Ki Astari.

II

MASA HIDUP SYEKH CILIWULUNG

Berbagai kontroversi tentang siapakah beliau dan kapan beliau hidup berkembang di tengah masyarakat. Sebagian mengatakan beliau hidup pada masa Maulana Hasanuddin sulthan Banten pertama. Pendapat ini diperkuat oleh cerita rakyat Banten bahwa ketika Maulana Hasanuddin mengadu kesaktian dengan Pucuk Umun (Adipati Banten di bawah Pajajaran) Syekh Ciliwulung membantu Maulana Hasanuddin dengan menjadi ayam aduan untuk bertarung dengan ayam jago milik Pucuk Umun dan kemudian pertarungan ini dimenangkan oleh ayam jago milik Maulana Hasanuddin yang tak lain adalah Syekh Ciliwulung.

Menurut versi ini, Syekh ciliwulung adalah salah seorang dari sembilan pengawal Maulana Hasanuddin bersama dengan sahabat-sahabatnya yaitu Cilikored (Raden Saleh Gunung Santri), Cilimede, Cilijohar, Ciliglebeg, Cilibadrin, Cilibred, Cilibayun dan Ciliwangsa. Ada juga pendapat yang mengatakan bahwa kesembilan orang pengawal itu adalah sembilan bersaudara.

Versi kedua mengatakan bahwa Syekh Ciliwulung adalah cucu buyut dari Maulana Hasanuddin. Versi ini dipegang oleh sebagian kecil mereka yang memiliki silsilah garis keturunan kepada Syekh Ciliwulung. Menurut versi ini Syekh Ciliwulung adalah putra Raden Kenyep putra Pangeran Jaga Lautan putra Maulana Hasanuddin. Namun versi ini kurang begitu kuat karena dalam silsilah keturunan Maulana Hasanuddin yang dimiliki oleh para keluarga keraton Surasowan nama Pangeran Jaga Lautan tidak termasuk salah seorang anak Maulana Hasanuddin.

Sedangkan versi ketiga, dan inilah versi paling banyak dipegang mereka yang memiliki silsilah garis keturunan dengan Syekh Ciliwulung, bahwa Syekh Ciliwulung adalah keturunan dari raja-raja kerajaan Sumedang Larang. Dari urutan silsilah yang beredar ditangan para keturunan ini di antara mereka ada yang menempati mulai keturunan ketujuh sampai kesebelas.

Dari versi ini dapat diperkirakan bahwa Syekh ciliwulung hidup sekitar 350 tahun silam yakni sekitar pertengahan abad 18 pada masa pemerintahan Banten di bawah Pangeran Syarif.

Pada masa ini terjadi pemberontakan para kiyai yang dipimpin oleh Kiyai Tapa dan Tubagus Buang yang menuntut Pangeran Syarif turun tahta.

Pangeran Syarif adalah keponakan Ratu Syarifah. Ia adalah wanita keturunan arab isteri Sulthan Zainul Arifin. Dengan licik perempuan ini meminta bantuan Belanda untuk menangkap suaminya, Sulthan Zainul Arifin dan mengangkat keponakannya sebagai sultan Banten. Inilah yang menggerakan Kiayi Tapa dan Tubagus Buang memberontak.

Dengan semangat perang sabil, akhirnya wadyabala Banten di bawah pimpinan Kiayi Tapa dan Tubagus Buang dapat mengalahkan Belanda dan pasukan Pangeran Syarif. Pangeran Syarif kemudian turun tahta dan ia bersama Ratu Syarifah kemudian melarikan diri ke Batavia. Diperkirakan, selain sebagai penyebar agama Islam, Syekh Ciliwulung juga aktif dalam pergolakan itu dalam membantu Kiayi Tapa dan Tubagus Buang.

III

SILSILAH SYEKH CILIWULUNG

Dalam mengurut silsilah ini penulis akan menggunakan versi ketiga dari masa hidup Syekh Ciliwulung karena versi ketiga inilah yang nampaknya paling popular dari risalah silsilah yang dimiliki oleh para keturunannya.

Penulis mendapatkan risalah silsilah dari salah seorang keturunannya. Dalam risalah ini silsilah keturunan syekh Ciliwulung sampai pada Nyai Raja Mantri Putri Sunan Tuakan raja Sumedang Keenam. Setelah penulis teliti dengan silsilah keturunan yang dimiliki oleh keraton sumedang Larang, maka terdapat perbedaan yang tajam. Sunan Tuakan memiliki tiga orang putri yaitu: Ratu Nyai Raja Mantri, Ratu Nyai Sintawati dan dan Ratu Nyai Sari Kencana. Keturunan Syekh Ciliwulung yang sampai pada Prabu Geusan Ulun, menurut urutan silsilah dari keraton sumedang Larang, bukan melalui Nyai Raja Mantri tetapi melalui adiknya yaitu Nyai Sintawati.

Maka penulis akan mengurutkan silsilah Syekh Ciliwulung sampai ke Prabu geusan Ulun dengan menggunakan pendekatan risalah silsilah yang dimiliki salah seorang keturunannya tadi, tapi ketika mengurut dari Prabu Geusan Ulun ke atas penulis menggunakan silsilah dari keraton Sumedang Larang, karena agaknya inilah yang bisa lebih dipertanggung jawabkan.

Sedangkan ketika penulis mengurut silsilah Syekh Ciliwulung sampai kepada Rasulullah melalui Syekh Dzatul Kahfi, Kakek Buyut Prabu Geusan Ulun, penulis menggunakan buku Sejarah Banten yang ditulis oleh Drs. Yosef Iskandar yang membahas buku Pangeran Wangsakerta, pangeran Cirebon, yang berjudul Rajya-rajya I bumi Nusantara yang menerangkan tentang silsilah para raja nusantara dan para penyebar agama islam.

SILSILAH DARI SYEKH DZATUL KAHFI CIREBON

Syekh Ciliwulung bin Raden Kenyep bin Pangeran Lautan bin Raden Tohir bin Raden Kejaksan bin Raden Diwangsa bin Pangeran Jaga Lautan bin Raden Tajuwangsa bin Raden Danugasa bin Raden Fatah bin Pangeran Sumedang bin Prabu Geusan ulun/Pangeran Angkawijaya bin Pangeran Santri bin Maulana Muhammad/Pangeran Palakaran bin Maulana Abdurrahman/Pangeran Panjunan bin Syekh Dzatul Kahfi bin Maulana Isa (Malaka) bin syekh Abdul Qadir bin Abdullah Khanuddin (Al Amir Abdullah Khanuddin-India) bin sayyid Abdul Malik (Adzomat Khan) bin Alwi Amir Al Faqih bin Sayyid Muhammad bin Ali Al Ghayyam bin Sayyid Alwi bin Sayyid Muhammad bin Sayyid Ubaidillah bin Ahmad Al Muhajir bin Isa Al Bashri bin Muhammad Al Naqib bin Ali Al Uraidli bin Imam Ja'far Shodiq bin Muhammad Al Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Sayyidina Husein Al Sibthi bin Sayidatina Fatimah binti Rasulullah Muhammad saw.

SILSILAH DARI KERAJAAN SUMEDANG

Syekh Ciliwulung bin Raden Kenyep bin Pangeran Lautan bin Raden Tohir bin Raden Kejaksan bin Raden Diwangsa bin Pangeran Jaga Lautan bin Raden Tajuwangsa bin Raden Danugasa bin Raden Fatah bin Pangeran Sumedang bin Prabu Geusan ulun/Pangeran Angkawijaya bin Ratu Inten/Ratu Pucuk Umun binti Ratu Sintawati binti Sunan Tuakan Tirtakusuma bin sunan Guling Mertalaya bin Prabu Pagulingan Wirajaya bin Prabu Gajah Agung bin Prabu Lembu Agung bin Prabu Tajimalela.

SYEKH DZATUL KAHFI

Syekh Dzatul Kahfi bernama asli Syekh Idhofi Mahdi, dikenal juga dengan sebutan Syekh Nurjati. adalah seorang ulama pedagang turunan hadramaut. Sekitar tahun 1420 M Syekh Dzatul Kahfi datang ke Muara Jati. Oleh Ki Surawijaya, rombongan Syekh Dzatul Kahfi diijinkan tingggal di Kampung Pasambangan di mana terletak gunung Jati.

Sejak itu mulailah ia berdakwah menyebarkan agama Islam di wilayah Cirebon. Itulah mengapa sebelum kedatangan Sunan Gunung Jati telah banyak orang Cirebon yang beragama Islam. Raden Kian Santang dan adiknya Ratu Rara Santang anak Prabu Siliwangi Pajajaran masuk Islam dan berguru kepada Syekh Dzatul Kahfi. Rara Santang kemudian menikah dengan Syarif Abdullah dari Mesir dan mempunyai anak Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati.

PANGERAN SANTRI DAN PRABU GEUSAN ULUN

Pangeran Santri bernama asli Raden Sholih ia adalah penyebar agama Islam di Kerajaan Sumedang. Pangeran santri adalah putra Maulana Muhammad bin Maulana Abdurrahman bin Syekh Dzatul Kahfi.

Pangeran Santri menikah dengan ratu penguasa Sumedang yang bernama Ratu Inten dewata dan memiliki anak Pangeran angkawijaya. Pangeran Santri kemudian bersama isterinya memerintah di kerajaan Sumedang. Setelah menjadi raja Pangeran Santri bergelar Pangeran Kusumadinata satu.. Pangeran Angkawijaya kemudian menggantikan ayah dan ibunya dan dinobatkan sebagai raja Sumedang pada tanggal 22 April 1578 dengan gelar Prabu Geusan Ulun. Ia memerintah Kerajaan Sumedang sampai tahun 1601.

Kerajaan Sumedang adalah kerajaan bawahan dari kerajaan Pajajaran Bogor. Setelah Kerajaan Pajajaran sirna ing bumi ditaklukan wadyabala (tentara) Banten 8 mei 1579, Sumedang mewarisi wilayah bekas kerajaan Pajajaran.

PANGERAN SUMEDANG

Pangeran Sumedang bernama asli Pangeran Suradiwangsa adalah putra Prabu Geusan Ulun dengan Ratu Harisbaya/Marsabaya, putri dari Mataram. Karena ibunya asli Mataram ia memilih bergabung dengan Mataram pada tahun 1620 karena khawatir di serang kesultanan Surasowan Banten. Sejak itu Sumedang hanya menjadi sebuah kadipaten di bawah kerajaan Mataram. Pangeran Suradiwangsa kemudian menjadi Bupati pertama dengan gelar Pangeran Adipati Rangga Gempol I.

Wallahu a'lamu bia al shawwab.

Wallahu a'lamu bi naps al amr

Tidak ada komentar:

Posting Komentar