Qurban dan Aqiqah dengan Ayam
Assalamu’alaikum wr. wb. Pak ustad kami ini orang yang hidupnya pas-pasan. Setiap datang Idul Adha kami selalu mendapatkan jatah daging qurban dari panitia qurban di kampung kami. Setiap Idul Adha pula kami selalu berkeingin untuk melakukan qurban seperti yang lainnya. Tapi keadaan kami yang tidak memungkinkan.<>
Bahkan kami juga sampai sekarang belum mengaqiqahi anak kami yang berumur tiga tahun. Yang ingin kami tanyakan apakah pada saat Idul Adha sampai hari Tasyriq dimana kami bisa mencukupi seluruh kebutuhan keluarga kemudian ada kelebihan, tetapi kelebihan tersebut hanya bisa untuk membeli ayam, apakah ada pendapat yang memperbolehkan qurban dengan ayam? Begitu juga aqiqah dengan Ayam? Atas penjelasannya kami sampaikan terimakasih. Wassalamu’alaikum wr. wb (Mahmud/Ujung Kulon-Banten)
Jawaban
Wa’alaikum salam wr.wb. Penanya yang budiman, semoga selalu dirahmati Allah swt. Sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa berqurban hukumnya adalah sunnah mu`akkad. Kesunahhan ini tentunya tidak bisa diberlakukan kepada setiap orang, tetapi bagi yang memang sudah memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan. Seperti, orang yang mampu.
Dalam konteks ini yang dimaksudkan orang yang mampu adalah orang yang memang mampu mencukupi kebutuhannya sendiri dan keluarganya serta memiliki kelebihan untuk berqurban pada hari hari Idul Adha dan hari-hari Tasyriq (11, 12, 13 Dzulhijjah) karena itu merupakan waktu untuk berqurban.
وَالْمُرَادُ بِهِ مَنْ يَقْدِرُ عَلَيْهَا فَاضِلَةً عَنْ حَاجَتِهِ وَحَاجَة مُمَوَّنِهِ يَوْمَ الْعِيدِ وَأَيَّامَ التَّشْرِيقِ لِأَنَّ ذَلِكَ وَقْتُهَا
“Dan yang dimaksud ‘orang yang mampu’ adalah orang yang mampu berqurban sebagai kelebihan dari kebutuhannya dan kebutuhan keluarganya pada hari Idul Adha dan hari-hari Tasyrik karena itu merupakan waktu berqurban” (Al-Bakri Muhammad Syatha ad-Dimyati, I’anah ath-Thalibin, Bairut-Dar al-Fikr, tt, juz, 2, h. 330)
Mengenai qurban dengan ayam memang ada yang membolehkan. Pandangan ini dasarkan kepada kepada Ibnu Abbas ra sebagaimana dipaparkan Ibrahim al-Baijuri dalam Hasyiyah-nya.
وَعَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّهُ يَكْفِي إِرَاقَةُ الدَّمِ وَلَوْ مِنْ دَجَاجٍ أَوْ إِوَزٍّ كَمَا قَالَ الْمَيْدَانِيُّ وَكَانَ شَيْخُنَا رَحِمَهُ اللهُ يَأْمُرُ الْفَقِيرَ بِتَقْلِيدِهِ وَيُقِيسُ عَلَى الْأُضِحِيَّةِ العَقِيقَةَ وَيَقُولُ لِمَنْ وُلِدَ لَهُ مَوْلُودٌ عَقَّ بِالدِّيَكَةِ عَلَى مَذْهَبِ ابْنِ عَبَّاسٍ
“Dari Ibnu Abbas ra bahwa sesungguhnya qurban itu cukup dengan mengalirkan darah walaupun dari ayam atau angsa sebagaimana yang dikemukakan al-Maidani. Sedangkan guru kami rahimallahu menganjurkan orang fakir untuk bertaklid kepada pendapat tersebut. Beliau menganalogikan aqiqah dengan qurban, dan mengatakan boleh bagi orang yang memiliki anak untuk beraqiqah dengan ayam jantan menurut madzhab Ibnu Abbas” (Ibrahim al-Baijuri, Hasyiyah al-Baijuri, Bairut-Dar al-Kutib al-‘Ilmiyyah, cet ke-2, 1420 H/1999 M, juz, 2, h. 555)
Pandangan Ibnu Abbas ra ini bisa dibaca dalam konteks ada seseorang yang hidup sehari-harinya pas-pasan tetapi pada saat Idul Adha sampai hari-hari Tasyriq ternyata kebutuhan dasar dirinya dan keluarganya tercukupi. Seperti yang digambarkan dalam pertanyaan di atas. Namun kelebihan yang dimiliki tidak cukup untuk membeli kambing, tetapi hanya bisa untuk membeli ayam, sedang ia kepengin berqurban. Maka jika mengacu kepada pendapat Ibnu Abbas ra berqurban dengan ayam bisa diperbolehkan, begitu juga dengan aqiqah. Meskipun mayoritas ulama menyatakan tidak sah berqurban dan beraqiqah dengan ayam.
Demikian penjelasan singkat yang dapat kami sampaikan. Semoga bermanfaat, dan saran kami pertahankan terus keinginan dan semangat untuk berqurban. Sebab, keinginan itu menunjukkan anda adalah orang sebenarnya mau berbagi dengan sesama. Dan kami do`akan semoga dengan diiringi semangat dan tekad kuat mimpi anda berqurban dengan kambing bahkan sapi bisa terwujud.
Wallohu a'lam bisshowab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar