Dasar Hukum Bacaan Bilal Menjelang Khatib Naik Mimbar Khutbah
Sebelum khatib maju menyampaikan khutbahnya, terlebih dahulu biasanya kita mendengar pembacaan tarqiyyah, bacaan sebagai tanda khatib akan segera naik ke atas mimbar. Secara bahasa tarqiyyah berarti โmenaikanโ.
Petugas yang membacanya disebut muraqqi atau bilal, biasanya ia sekaligus bertindak sebagai muadzin. Apakah tradisi pembacaan tarqiyyah oleh muraqqi tersebut disebut bidโah dan bagaimana hukumnya?
Sebelum dijawab mengenai status hukumnya, perlu diketahui terlebih dahulu bacaan yang terkandung dalam tarqiyyah. Demikian teks pembacaan tarqiyyah yang terlaku di beberapa daerah:
ู ูุนูุงุดูุฑูุงููู ูุณูููู ููููุ ููุฒูู ูุฑูุฉู ุงููู ูุคูู ูููููู ุฑูุญูู ูููู ู ุงููููุ ุฑููููู ุนููู ุฃูุจูู ููุฑูููุฑูุฉู ุฑูุถููู ุงูููู ุนููููู ุฃูููููู ููุงููุ ููุงูู ุฑูุณูููู ุงูููู ุตููููู ุงูููู ุนููููููู ููุณููููู ู ุฅูุฐูุง ููููุชู ููุตูุงุญูุจููู ููููู ู ุงููุฌูู ูุนูุฉู ุฃูููุตูุชูุ ููุงููุฅูู ูุงู ู ููุฎูุทูุจู ููููุฏู ููุบูููุชู (ุฃูููุตูุชููุง ููุงุณูู ูุนููุง ููุฃูุทููุนููุง ุฑูุญูู ูููู ู ุงูููู ูขร) ุฃูููุตูุชููุง ููุงุณูู ูุนููุง ููุฃูุทููุนููุง ููุนููููููู ู ุชูุฑูุญูู ูููู ูกร
Setelah bilal selesai membaca kalimat di atas, kemudian khatib maju menerima tongkat dan ketika naik ke atas mimbar, bilal membaca doa shalawat di bawah ini:
ุงููููููฐููู
ูู ุตูููู ุนูููู ุณููููุฏูููุง ู
ูุญูู
ููุฏู ูขร ุ ุงููููููฐููู
ูู ุตูููู ุนูููู ุณููููุฏูููุง ููุญูุจููุจูููุง ููุดููููุนูููุง ููู
ููููุงูููุง ู
ูุญูู
ููุฏู ููุณููููู
ู ููุฑูุถููู ุงูููู ุชูุจูุงุฑููู ููุชูุนูุงููู ุนููู ุณูุงุฏูุชูููุง ุฃูุตูุญูุงุจู ุฑูุณูููู ุงูููู ุฃูุฌูู
ูุนูููู
Kemudian setelah khatib berada di atas mimbar, bilal menghadap kiblat dan membaca doa sebagai berikut:
ุงููููููฐููู
ูู ุตูููู ููุณููููู
ู ุนูููู ุณููููุฏูููุง ููู
ููููุงูููุง ู
ูุญูู
ููุฏู ููุนูููู ุขูู ุณููููุฏูููุง ู
ูุญูู
ููุฏูุ ุงููููููฐููู
ูู ููููู ุงููุฅูุณููุงูู
ู ููุงููุฅููู
ูุงููุ ู
ููู ุงููู
ูุณูููู
ูููู ููุงููู
ูุณูููู
ูุงุชูุ ููุงููู
ูุคูู
ูููููู ููุงููู
ูุคูู
ูููุงุชูุ ุงููุฃูุญูููุงุกู ู
ูููููู
ู ููุงููุฃูู
ูููุงุชูุ ููุงููุตูุฑูููู
ู ุนูููู ู
ูุนูุงููุฏููู ุงูุฏููููู ุฑูุจูู ุงุฎูุชูู
ู ููููุง ู
ููููู ุจูุงููุฎูููุฑูุ ููุงุฎูููุฑู ุงููููุงุตูุฑููููุ ุจูุฑูุญูู
ูุชููู ูุขุฃูุฑูุญูู
ู ุงูุฑููุงุญูู
ูููู
Dari bacaan di atas, setidaknya mengandung empat hal. Pertama, anjuran mendengarkan secara seksama khutbahnya khatib. Kedua, larangan berbicara saat khutbah berlangsung. Ketiga, pembacaan shalawat kepada Nabi. Keempat, mendoakan kaum muslimin dan muslimat. Keempat isi kandungan tarqiyyah tersebut merupakan hal yang positif.
Tradisi pembacaan tarqiyyah menurut mayoritas ulama adalah bidโah hasanah (positif). Meski tidak pernah ada di zaman Nabi dan tiga khalifah setelahnya, namun isi kandungan tarqiyyah mengarah kepada hal yang positif. Tidak setiap hal yang baru disebut bidโah yang tercelaโselama tercakup dalam dalil-dalil anjuran umum, maka tergolong hal yang baik, sebagaimana ditegaskan oleh para ulama dalam kajian tentang bidโah.
Syekh Syihabuddin al-Qalyubi mengatakan:
ูุฑุน - ุงุชุฎุงุฐ ุงูู
ุฑูู ุงูู
ุนุฑูู ุจุฏุนุฉ ุญุณูุฉ ูู
ุง ูููุง ู
ู ุงูุญุซ ุนูู ุงูุตูุงุฉ ุนููู ุตูู ุงููู ุนููู ูุณูู
ุจูุฑุงุกุฉ ุงูุขูุฉ ุงูู
ูุฑู
ุฉ ูุทูุจ ุงูุฅูุตุงุช ุจูุฑุงุกุฉ ุงูุญุฏูุซ ุงูุตุญูุญ ุงูุฐู ูุงู ุตูู ุงููู ุนููู ูุณูู
ููุฑุคู ูู ุฎุทุจู ููู
ูุฑุฏ ุฃูู ููุง ุงูุฎููุงุก ุจุนุฏู ุงุชุฎุฐูุง ู
ุฑููุง
โ(Sebuah cabangan permasalahan). Mengangkat muraqqi sebagaimana tradisi yang terlaku adalah bidโah yang baik karena mengandung hal yang positif berupa anjuran membaca shalawat kepada Nabi dengan membaca ayat Al-Qurโan, anjuran diam saat khutbah dengan menyebutkan dalil hadits shahih yang dibaca Nabi dalam beberapa khutbahnya. Tidak ada dalil yang menyebutkan bahwa Nabi dan tiga khalifah setelahnya mengangkat seorang muraqqi.โ (Syekh Syihabuddin al-Qalyubi, Hasyiyah al-Qalyubi โala al-Mahalli, Beirut, Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 2009, juz 1, halaman 419).
Saat ditanya tentang ritual yang dilakukan muraqqi, Syekh Muhammad bin Ahmad al-Ramli mengatakan:
ูุนูู
ุฃู ูุฐุง ุจุฏุนุฉ ููููุง ุญุณูุฉ ููู ูุฑุงุกุฉ ุงูุขูุฉ ุงููุฑูู
ุฉ ุชูุจูู ูุชุฑุบูุจ ูู ุงูุฅุชูุงู ุจุงูุตูุงุฉ ุนูู ุงููุจู ูู ูุฐุง ุงูููู
ุงูุนุธูู
ุงูู
ุทููุจ ููู ุฅูุซุงุฑูุง ููู ูุฑุงุกุฉ ุงูุฎุจุฑ ุจุนุฏ ุงูุฃุฐุงู ููุจู ุงูุฎุทุจุฉ ู
ููุธ ููู
ููู ูุงุฌุชูุงุจ ุงูููุงู
ุงูู
ุญุฑู
ุฃู ุงูู
ูุฑูู ูู ูุฐุง ุงูููุช ุนูู ุงุฎุชูุงู ุงูุนูู
ุงุก ููู ููุฏ ูุงู ุงููุจู ูููู ูุฐุง ุงูุฎุจุฑ ุนูู ุงูู
ูุจุฑ ูู ุฎุทุจุชู ุฅูู
โMaka dapat diketahui bahwa tarqiyyah adalah bidโah akan tetapi bidโah yang baik. Dalam pembacaan ayat suci Al-Qurโan (yang berkaitan anjuran membaca shalawat) merupakan sebuah peringatan dan motivasi untuk mebaca shalawat kepada Nabi di hari Jumat ini yang dianjurkan untuk memperbanyak bacaan shalawat. Pembacaan hadits setelah adzan dan sebelum khutbah mengingatkan mukallaf untuk menjauhi perkataan yang diharamkan atau dimakruhkan pada waktu ini (saat khutbah) sesuai dengan ikhtilaf ulama dalam masalah tersebut. Dan sesungguhnya Rasulullah membaca hadits tersebut saat menyampaikan khutbahnya di atas mimbarโ. (Syekh Muhammad bin Ahmad al-Ramli, Fatawa al-Ramli Hamisy al-Fatawa al-Kubra, juz.1, hal.276, Beirut-Dar al-Fikr, cetakan tahun 1983, tanpa keterangan cetak).
Bahkan, menurut pandangan Syekh Ibnu Hajar sebagaimana dikutip oleh Syekh Sulaiman al-Jamal, tradisi muraqqi sama sekali tidak bisa disebut bidโah, bahkan tarqiyyah hukumnya sunah. Sebab tradisi tersebut memiliki dalil dalam hadits, yaitu saat melaksanakan khutbah haji wadaโ, Rasulullah memerintahkan salah seorang sahabat untuk memberi instruksi kepada jamaah untuk mendengarkan secara seksama khutbahnya Nabi.
Syekh Sulaiman al-Jamal menegaskan:
ูุงู ุญุฌ ูุฃููู ูุณุชุฏู ูุฐูู ุฃู ููุณูุฉ ุจุฃูู ุตูู ุงููู ุนููู ูุณูู
ุฃู
ุฑ ู
ู ูุณุชูุตุช ูู ุงููุงุณ ุนูุฏ ุฅุฑุงุฏุชู ุฎุทุจุฉ ู
ูู ูู ุญุฌุฉ ุงููุฏุงุน ููุฐุง ุดุฃู ุงูู
ุฑูู ููุง ูุฏุฎู ูู ุญุฏ ุงูุจุฏุนุฉ ุฃุตูุง ุฅูู
โSyekh Ibnu Hajar berkata, saya mengatakan, dalil mengangkat muraqqi dari sunah Nabi adalah bahwa Rasulullah memerintahkan seseorang untuk mengintruksikan manusia untuk diam saat beliau Nabi hendak menyampaikan khutbah Mina di Haji wadaโ, yang demikian ini adalah ciri khas dari seorang muraqqi, maka tradisi tarqiyyah sama sekali tidak masuk dalam kategori bidโah.โ (Syekh Sulaiman al-Jamal, Hasyiyah al-Jamal โala Fath al-Wahhab, Beirut, Dar al-Fikr, tanpa tahun, juz 2, halaman 35).
Simpulannya, tradisi pembacaan tarqiyyah merupakan hal yang baik untuk dilakukan dan dilestarikan. Meski ulama masih berbeda pendapat mengenai status bidโahnya, namun mereka sepakat dalam satu titik kesimpulan yaitu tradisi tersebut bukan hal yang tercela, bahkan mengandung banyak hal positif. Oleh karena itu, tidak ada sama sekali dasar yang kuat untuk melarang atau memvonisnya sesat.
Wallahu aโlam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar