Latar Belakang
Namanya Abul al-Hasan Ali bin Ismail al-Asy'ari keturunan dari Abu Musa al-Asy'ari, salah seorang perantara dalam sengketa antara,Ali bin Abi Thalib dan Mu'awiyah. Al-Asy'ari lahir tahun 260 H/873 M dan wafat pada tahun 324 H/935 M [1] Al-Asy'ari lahir di Basra, tetapi sebagian besar hidupnya di Baghdad. pada waktu kecilnya ia berguru pada seorang Mu'tazilah terkenal, yaitu Al-Jubbai, mempelajari ajaran-ajaran Muktazilah dan mendalaminya. Aliran ini diikutinya terus ampai berusia 40 tahun, dan tidak sedikit dari hidupnya digunakan untuk mengarang buku-buku kemuktazilahan. namun pada tahun 912 dia mengumumkan keluar dari paham Mu'tazilah, dan mendirikan teologi baru yang kemudian dikenal sebagai Asy'ariah.Ketika mencapai usia 40 tahun ia bersembunyi di rumahnya selama 15 hari, kemudian pergi ke Masjid Basrah. Di depan banyak orang ia menyatakan bahwa ia mula-mula mengatakan bahwa Quran adalah makhluk; Allah Swt tidak dapat dilihat mata kepala; perbuatan buruk adalah manusia sendiri yang memperbuatnya (semua pendapat aliran Muktazilah). Kemudian ia mengatakan: "saya tidak lagi memegangi pendapat-pendapat tersebut; saya harus menolak paham-paham orang Muktazilah dan menunjukkan keburukan-keburukan dan kelemahan-kelemahanya".[1]
Dia cenderung kepada pemikiran Aqidah Ahlussunnah Wal jama'ah dan telah mengembangkan ajaran seperti sifat Allah 20. Pada akhir masa hidupnya beliau benar-benar kembali ke pemikiran ahlusunnah Wal jama'ah, yang bisa dilihat dari bukunya al-ibanah 'an ushuli ad-diyanah. Banyak tokoh pemikir Islam yang mendukung pemikiran-pemikiran dari imam ini, salah satunya yang terkenal adalah "Sang hujjatul Islam" Imam Al-Ghazali, terutama di bidang ilmu kalam/ilmu tauhid/ushuludin.
Walaupun banyak juga ulama yang menentang pamikirannya,tetapi banyak masyarakat muslim yang mengikuti pemikirannya. Orang-orang yang mengikuti/mendukung pendapat/paham imam ini dinamakan kaum/pengikut "Asyariyyah", dinisbatkan kepada nama imamnya. Di Indonesia yang mayoritas penduduknya muslim banyak yang mengikuti paham imam ini, yang dipadukan dengan paham ilmu Tauhid yang dikembangkan oleh Imam Abu Manshur Al-Maturidi. Ini terlihat dari metode pengenalan sifat-sifat Allah yang terkenal dengan nama "20 sifat Allah", yang banyak diajarkan di pesantren-pesantren yang berbasiskan Nahdhatul Ulama (NU) khususnya, dan sekolah-sekolah formal pada umumnya.
Karya-karyanya
Ia meninggalkan karangan-karangan, kurang lebih berjumlah 90 buah dalam berbagai lapangan.[1] Kitabnya yang terkenal ada tiga:
1 Maqalat al-Islamiyyin
2 Al-Ibanah 'an Ushulid Diniyah
3 Al-Luma[1]
Kitab-kitab lainnya:
4 Idhāh al-Burhān fi ar-Raddi 'ala az-Zaighi wa ath-Thughyān
5 Tafsir al-Qur'ān (Hāfil al-Jāmi')
6 Ar-Radd 'ala Ibni ar-Rāwandi fi ash-Shifāt wa al-Qur'ān
7 Al-Fushul fi ar-Radd 'ala al-Mulhidin wa al-Khārijin 'an al-Millah
8 Al-Qāmi' likitāb al-Khālidi fi al-Irādah
9 Kitāb al-Ijtihād fi al-Ahkām
10 Kitāb al-Akhbār wa Tashhihihā
11 Kitāb al-Idrāk fi Fununi min Lathif al-Kalām
12 Kitāb al-Imāmah
13 At-Tabyin 'an Ushuli ad-Din
14 Asy-Syarhu wa at-Tafshil fi ar-Raddi 'ala Ahli al-Ifki wa at-Tadhlil
15 Al-'Amdu fi ar-Ru'yah
16 Kitāb al-Maujiz
17 Kitāb fi Khalqi al-A'māl
18 Kitāb ash-Shifāt
19 Kitāb ar-Radd 'ala al-Mujassimah
20 An-Naqdh 'ala al-Jubbā'i
21 An-Naqdh 'ala al-Balkhi
22 Jumal Maqālāt al-Mulhidin
23 Kitāb fi ash-Shifāt
24 Adab al-Jidal
25 Al-Funan fi ar-Raddhi 'ala al-Mulhidin
26 An-Nawādir fi Daqaiqi al-Kalām
27 Jawāz Ru'yat Allah bil Abshār
28 Risālah ila Ahli Ats-Tsughar].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar