Dalam kisah di atas setidaknya terdapat beberapa pelajaran yang dapat kita ambil, bahwa amal yang dikerjakan selama hidup di dunia tidak lantas dapat menjadi jaminan kita untuk masuk surga, melainkan hanya kehendak Allah swt yang akan mengantarkan manusia untuk kembali ke surga atau berpindah ke neraka.
Kehendak Allah bukan segala yang tidak bisa diminta, sebagai seorang makhluk kita memang diperintahkan oleh Allah swt untuk meminta, Allah berfirman dalam QS. Al Ghafir: 60
وقال ربكم ادعونى استجبلكم ءانالدىن يستكبر ونءن ءبادتى سيدخلون جهنم داخرين
Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Ku-perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina”.
Dalam Syarah Tanqihul Qaul karangan Syaikh Muhammad Nawawi al-Bantani disebutkan bahwa Rida Allah lah yang akan mengantarkan kita ke surga atau neraka. Di sisi lain kita dapat meminta kepada Allah SWT untuk dimasukan ke dalam surga-Nya. Namun untuk mendapatkan kehendak Allah SWT, maka kita mebutuhkan Rida-Nya. Bagi seorang yang mengharap rida Allah SWT maka ia akan senantiasa berpasrah diri pada-Nya dan hanya fokus untuk melaksanakan perintah-Nya.
Syaikh Abdul Qadir al-Jailani mengatakan bahwa jangan tertipu dengan ketaatan dan berbangga hati dengan ketaatanmu. Mintalah selalu kepada Allah SWT agar berkenan menerima amal-amal kita. Hati-hati serta takutlah jika Allah memindahkan kita pada selain-Nya (berpaling). Sesungguhnya Dialah yang maha membolak-balikkan hati.
Barangsiapa yang mengenal Allah, makai ia tidak akan terpaku pada sesuatu apalagi tertipu dengan sesuatu, termasuk dengan amalan. Hingga pada akhirnya segala amalan dan ibadah adalah dimaksudkan sebagai pengantar kita untuk mendapatkan Ridho Allah swt. Sehingga ketika Ridho Allah didapat kita akan menerima apapun yang dikehendaki-Nya. Bukankah jika sudah cinta kita akan mengikuti apa-apa yang di mau Sang Pecinta.
Wallahu A’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar