Hukum Bermakmum pada Imam yang Tidak Fasikhat
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Apakah hukumnya jika seseorang imam kedapatan membaca surat Al Quran tidak fasih padahal di dalamnya terdapat makmum yang mengetahui hukum tajwid dan tartil bacaan tersebut dengan baik, lalu bagaimana hukumnya si makmum tersebut?
Waalaikumussalam, Wr.Wb
Terima kasih kepada saudara penanya, Semoga Allah senantiasa memberikan limpahan hidayah dan rahmat kepada kita dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Aamiin aamiin yaa rabbal ‘alamiin.
Kata imam berasal dari akar kata ุฃู – ูุคู – ุฅู ุงู ุง yang dalam bahasa Arab bermakna pemimpin. Menurut istilah kata imaam bermakna pemuka/pemimpin dalam berbagai aspek kehidupan umat Islam. Sedangkan imam dalam konteks shalat merupakan sebutan bagi seseorang yang berada di barisan paling depan dari barisan para jamaah dan memimpin shalat berjamaah.
Dalam Islam, Allah selaku syari’ (pembuat syari’at) menaruh perhatian yang cukup besar terhadap penentuan imam dalam shalat. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad dari Ibnu Mas’ud yang diriwayatkan oleh Imam Muslim;
ุนَْู ุฃَุจِู ู َุณْุนُูุฏٍ ุงْูุฃَْูุตَุงุฑِِّู، َูุงَู: َูุงَู ุฑَุณُُูู ุงِููู ุตََّูู ุงُููู ุนََِْููู َูุณََّูู َ: «َูุคُู ُّ ุงَْْูููู َ ุฃَْูุฑَุคُُูู ْ ِِููุชَุงุจِ ุงِููู، َูุฅِْู َูุงُููุง ِูู ุงِْููุฑَุงุกَุฉِ ุณََูุงุกً، َูุฃَุนَْูู ُُูู ْ ุจِุงูุณَُّّูุฉِ، َูุฅِْู َูุงُููุง ِูู ุงูุณَُّّูุฉِ ุณََูุงุกً، َูุฃَْูุฏَู ُُูู ْ ِูุฌْุฑَุฉً، َูุฅِْู َูุงُููุง ِูู ุงِْููุฌْุฑَุฉِ ุณََูุงุกً، َูุฃَْูุฏَู ُُูู ْ ุณِْูู ًุง، ََููุง َูุคُู ََّّู ุงูุฑَّุฌُُู ุงูุฑَّุฌَُู ِูู ุณُْูุทَุงِِูู، ََููุง َْููุนُุฏْ ِูู ุจَْูุชِِู ุนََูู ุชَْูุฑِู َุชِِู ุฅَِّูุง ุจِุฅِุฐِِْูู» َูุงَู ุงْูุฃَุดَุฌُّ ِูู ุฑَِูุงَูุชِِู: ู ََูุงَู ุณِْูู ًุง ุณًِّูุง
Dari Ibnu Mas’ud, berkata bahwasannya Rasulullah SAW bersabda “yang paling berhak menjadi imam suatu kaum adalah yang paling pandai dalam membaca Al Quran. Jika mereka setara dalam bacaan Al Quran yang menjadi imam adalah yang paling mengerti tentang sunnah Nabi. Apabila mereka setingkat tentang pengetahuan mengenai sunnah Nabi maka yang paling pertama melakukan hijrah. Jika mereka sama dalam amalan hijrah yang lebih dulu masuk Islam.
Berdasarkan hadis di atas, dapat kita pahami bahwa Allah secara syari’ telah memberikan petunjuk kepada kita dalam proses menentukan seorang imam. Bahwasannya, seseorang yang memiliki kefasihan dalam membaca surat al Fatihah dan ayat-ayat Al Quran adalah yang harus di dahulukan. Namun, dalam proses pengambilan natijah (kesimpulan hukum), ulama berbeda pendapat tentang hukum shalat yang dipimpin oleh imam yang ummi (tidak fasih bacaan Al Qurannya) atau kebalikan dari qori’.
Lalu, bagaimanakah hukum shalat seorang makmum yang qori’ kepada orang yang ummi? Dalam hal ini, Jumhur al-Fuqaha’ menyepakati bahwa tidak sah bermakmum kepada orang yang tidak fasih bacaan Al Qurannya, Imam Syafi’i memiliki dua pendapat yang berbeda antara qaul qadim dan jadidnya, dalam qaul jadidnya Imam Syafi’i berpendapat bahwa hukumnya tidak sah, namun dalam qaul qadimnya justru berpendapat sah apabila dalam shalat sirriyah, semisal shalat Ashar dan Dhuhur, namun prakteknya Makmum tersebut harus mengulang sholatnya sendiri, Sebagaimana keterangan kitab Tuhfah al Muhtaj fii syarh al Minhaj juz 8 halaman 35 di bawah ini;
( ููุง ) ูุฏูุฉ ( ูุงุฑุฆ ุจุฃู ّّู ูู ุงูุฌุฏูุฏ ) ูุฅู ูู ูู ููู ุงูุชّุนّูู ููุง ุนูู ุจุญุงูู ูุฃّูู ูุง ูุตุญّ ูุชุญู ّู ุงููุฑุงุกุฉ ุนูู ูู ุฃุฏุฑูู ุฑุงูุนุง ู ุซูุง ูู ู ุดุฃู ุงูุฅู ุงู ุงูุชّุญู ّู ููุตุญّ ุงูุชุฏุงุคู ุจู ู ูุฌูุฒ ูููู ุฃู ّّูุง ุฅّูุง ุฅุฐุง ูู ูุฌูุฑ ูู ุฌูุฑّูุฉ ูุชูุฒู ู ู ูุงุฑูุชู ูุฅู ุงุณุชู ุฑّ ุฌููุง ุญุชّู ุณّูู ูุฒู ุชู ุงูุฅุนุงุฏุฉ ู ุง ูู ูุจู ุฃّูู ูุงุฑุฆ
Sah bermakmum kepada orang yang ummi kecuali dalam shalat jahriyyah. Adapun dalam shalat jahriyyah maka wajib mufaroqoh, apabila orang tersebut terus melanjutkan dalam posisi jahl (tanpa mengetahui apakah imam tersebut ummi atau qori’) maka wajib mengulangi shalatnya sampai jelas bahwa imam tersebut qori’.
Dalam redaksi lain, kitab al Mausu’ah al Fiqhiyyah al Kuwaitiyyah juz 6 halaman 34 dijelaskan bahwa tidak boleh bermakmumnya qori’ dengan ummi menurut jumhurul fuqoha’ (hanafiah, malikiyah, hanabilah, dan qaul jadid dari madzhab syafii’yah) karena imam itu orang yang menanggung terhadap bacaannya makmum, dan tidak mungkin bagi seorang yang ummi untuk menanggung bacaan karena tidak mampunya membaca, dan yang di maksud dengan ummi di sini menurut fuqoha’yaitu “orang yang tidak bagus bacaannya dan dia berada dalam keadaan shalat posisi Imam".
Menurut hemat kami, alangkah baiknya dalam menentukan imam shalat perlunya mempertimbangkan kenyamanan makmunnya. Dalam hal ini, kita bisa hubungkan kemampuan imam dalam membaca al Fatihah dan bacaan ayat Al Quran dengan baik, tartil, dan fasikhat sehingga kekhusyu’an shalat bisa tercapai dengan hal tersebut.
Wallahu a’alam bisshowab.
Sekian jawaban darinya semoga bermanfaat bagi kita, sehingga dapat melaksanakan shalat jamaah sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh syariat Islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar