Sabtu, 23 Januari 2021

SA'AH WA SA'AH

SA'AH WA SA'AH
==============


ungkapan sa’ah wa sa’ah dari Rasulullah SAW; artinya sekali-kali bolehlah. Apa pasalnya?...

Seorang sahabat yang benama Hanzhalah Al-Usaidi bercerita tentang dirinya. “Waktu itu, aku berpapasan dengan Abubakar. Ia bertanya, apa kabar wahai Hanzhalah? Hanzhalah telah munafik,” jawabku.

Abubakar terkejut dan bertanya, “Subhanallah, apa katamu?” Aku menjawab, “Ketika berada di sisi Rasul, beliau mengingatkan kami tentang neraka dan surga, sehingga kami seakan-akan melihatnya dengan kasat mata; tetapi setelah keluar dari tempat beliau, aku bercengkrama dengan istri, anak-anak, dan bergelimang dengan pekerjaan sehingga lupa akan tutur Nabi. Ternyata Abubakar mengatakan yang sama kepadaku,” demikian tutur Hanzhalah.

Keduanya sepakat untuk menemui Rasulullah SAW dan menceritakan akan hal keduanya. Mendengar hal itu, Rasulullah SAW bersabda, 

"Demi Dzat yang jiwaku berada dalam genggaman kekuasaan-Nya, sesungguhnya andai kata kalian tetap bertahan seperti ketika berada di sisiku dan selalu ingat, niscaya para malaikat menjabat tangan kalian di tempat-tempat tidur kalian dan di setiap jalan yang kalian lewati. Akan tetapi, wahai Hanzhalah, ‘sa’ah wa sa’ah,’ sekali-kali bolehlah (maksudnya berguraulah sekadarnya, ucapan ini diulanginya sampai tiga kali). (HR Muslim).

Lewat hadist ini dapat ditarik pelajaran, bahwa bergurau, bermain, bercanda, humor adalah dibenarkan dalam Islam untuk menambah giat aktivitas hidup dan kesegaran jiwa dan perasaan, tetapi tidak sampai lupa beribadah kepada Allah dan mengingat-Nya.

Rasulullah SAW sendiri bisa bergurau. Suatu ketika, seorang perempuan tua datang kepada beliau, seraya berkata, “Wahai Rasulullah, mohonkanlah kepada Allah agar Dia memasukkan aku ke dalam surga.”

Beliau menjawab, “Wahai ummu fulan, surga itu tidak dimasuki oleh orang tua.” Mendengar hal itu, ia menangis karena mengira bahwa dirinya tidak akan masuk surga. Melihat reaksi perempuan ini, lalu beliau menjelaskan ucapannya.

“Sesungguhnya orang tidak masuk surga dalam keadaan tua. Allah menciptakannya dalam bentuk yang lain, lalu memasukkan ke dalam surga dalam keadaan muda belia.” Kemudian beliau membaca ayat yang artinya, “Sesungguhnya Kami menciptakan mereka dengan langsung, dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan, penuh cinta lagi sebaya umurnya.” (QS Al-Waqi’ah ayat 35-37).

Rasulullah SAW tidak suka kesedihan dan hal-hal yang membawa sedih, sehingga beliau berdoa, Allahumma inni a’udzubika minal-hammi wal-hazani,” artinya “Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari duka dan kesedihan.” (HR Abu Daud).

Para sahabat pun, mereka bergurau, tertawa, bermain-main dan melucu sebagai respons atas kebutuhan jiwa, panggilan fitrah dan pemenuhan atas hak jiwa untuk bisa relaks selama tidak mengandung unsur dosa dan kemaksiatan.

Ali bin Abi Thalib berkata, “Hati ini bisa jenuh sebagai mana jenuhnya fisik, karena itu carilah hikmah yang menghibur. Hiburlah hati sekali-kali sebab bila hati selalu dipaksa, ia bisa jadi buta.”

Jenis hiburan banyak sekali. Nabi membolehkan bentuk-bentuk hiburan seperti lomba lari, gulat, bermain panah, bermain anggar, pacuan kuda, berburu, bermain catur, dan dadu tanpa judi. Yang diharamkan adalah judi, yang diistilahkan dengan al-maisir.”

Dibolehkan pula nyanyian dan musik, selama tidak mengandung kata-kata keji dan kotor atau membuka pintu kemaksiatan, seperti pengagungan minuman keras, diiringi tari-tarian berlenggang-lenggok, dan dengan pakaian kasiat ‘ariyat (berpakaian tapi telanjang), membangkitkan gairah nafsu dan sahwat, serta membuang-buang waktu tanpa guna.

Hal ini haram hukumnya. Nabi SAW mensinyalir, “Sungguh akan ada sekolompok orang dari umatku yang minum khamar, mereka namai dengan nama lain lalu diiringi dengan musik-musik dan para biduan wanita…” (HR Ibnu Majah).

Dewasa ini hiburan yang ditayangkan di berbagai chanel TV, Medsos tiktok, dll dan di tempat-tempat hiburan sudah terpenuhi kriteria yang dilarang oleh Nabi SAW. Untuk bangkit, bangsa ini memerlukan pribadi-pribadi yang cerdas, pandai memanfaatkan waktu untuk bekerja keras dan beribadah yang mantap, bukan menghabiskan waktu sepanjang hari dan malam dengan canda, humor dan hiburan; 

sa’ah wa sa’ah (sekali-kali bolehlah). tapi jangan lalai terhadap Alloh SWT.

Wallohua'lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar