Senin, 03 Juli 2017

PEMAHAMAN TENTANG BID'AH

PEMAHAMAN TENTANG BID'AH

Assalamu โ€˜alaikum wr.wb.
Pengasuh rubrik Bahtsul Masail NU Online yang terhormat. Pada Rabu (20/4) siang, saya menyaksikan acara Aswaja TV yang salah satu poin bahasannya adalah "Tidak semua bidโ€˜ah itu adalah dhalalah(sesat)."

Saya mau meminta penjelasan lebih lanjut perihal kriteria seseorang boleh membuat bid'ah hasanah. Berikutnya saya mohon diberikan contoh-contoh yang termasuk bid'ah hasanah. Demikian mohon penjelasannya. Terima kasih. (Sukron Ma'mun)

Jawaban
Assalamu โ€˜alaikum wr. wb.
Penanya yang budiman dan pembaca di mana pun berada, semoga selalu dirahmati Allah swt. Pada kesempatan ini kita mencoba melihat hadits-hadits Rasulullah SAW yang berkaitan dengan bidโ€˜ah. Kita akan mengawalinya dengan hadits yang diriwayatkan oleh Imam An-Nasai berikut ini.

ุนูŽู†ู’ ุฌูŽุงุจูุฑู ุจู’ู†ู ุนูŽุจู’ุฏู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ูุŒ ู‚ูŽุงู„ูŽ: ูƒูŽุงู†ูŽ ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ูŠูŽู‚ููˆู„ู ูููŠ ุฎูุทู’ุจูŽุชูู‡ู: ูŠูŽุญู’ู…ูŽุฏู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ูŽ ูˆูŽูŠูุซู’ู†ููŠ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ุจูู…ูŽุง ู‡ููˆูŽ ุฃูŽู‡ู’ู„ูู‡ูุŒ ุซูู…ู‘ูŽ ูŠูŽู‚ููˆู„ู: ยซู…ูŽู†ู’ ูŠูŽู‡ู’ุฏูู‡ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ููŽู„ูŽุง ู…ูุถูู„ู‘ูŽ ู„ูŽู‡ูุŒ ูˆูŽู…ูŽู†ู’ ูŠูุถู’ู„ูู„ู’ู‡ู ููŽู„ูŽุง ู‡ูŽุงุฏููŠูŽ ู„ูŽู‡ูุŒ ุฅูู†ู‘ูŽ ุฃูŽุตู’ุฏูŽู‚ูŽ ุงู„ู’ุญูŽุฏููŠุซู ูƒูุชูŽุงุจู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ูุŒ ูˆูŽุฃูŽุญู’ุณูŽู†ูŽ ุงู„ู’ู‡ูŽุฏู’ูŠู ู‡ูŽุฏู’ูŠู ู…ูุญูŽู…ู‘ูŽุฏูุŒ ูˆูŽุดูŽุฑู‘ู ุงู„ู’ุฃูู…ููˆุฑู ู…ูุญู’ุฏูŽุซูŽุงุชูู‡ูŽุงุŒ ูˆูŽูƒูู„ู‘ู ู…ูุญู’ุฏูŽุซูŽุฉู ุจูุฏู’ุนูŽุฉูŒ ูˆูŽูƒูู„ู‘ู ุจูุฏู’ุนูŽุฉู ุถูŽู„ูŽุงู„ูŽุฉูŒุŒ ูˆูŽูƒูู„ู‘ู ุถูŽู„ูŽุงู„ูŽุฉู ูููŠ ุงู„ู†ู‘ูŽุงุฑูยปุŒ 

Artinya, โ€œDari Jabir bin Abdullah, ia mengatakan bahwa Rasulullah SAW dalam khothbahnya bertahmid dan memuji Allah SWT. Lalu Rasulullah SAW berkata, โ€˜Siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tiada yang dapat menyesatkannya. Siapa yang Allah sesatkan jalan hidupnya, maka tiada yang bisa menunjuki orang tersebut ke jalan yang benar. Sungguh, kalimat yang paling benar adalah kitab suci. Petunjuk terbaik adalah petunjuk Nabi Muhammad SAW. seburuk-buruknya perkara itu adalah perkara yang diada-adakan. Setiap yang diada-adakan adalah bidโ€˜ah. Setiap bidโ€˜ah itu sesat. Setiap kesesatan membimbing orang ke neraka,โ€™โ€ (Lihat Ahmad bin Syuโ€˜aib bin Ali Al-Khurasani,Sunan An-Nasai, Maktab Al-Mathbuโ€˜at Al-Islamiyah, Aleppo, Cetakan Kedua, tahun 1986 M/ 1406 H).

Untuk memahami hadits riwayat An-Nasai, kita perlu menyandingkannya dengan hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan di Shahih Bukhari sebagai berikut.

ูˆู‚ูˆู„ู‡ ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ: "ูˆูƒู„ ุจุฏุนุฉ ุถู„ุงู„ุฉ" ูˆู‡ูˆ ู…ู† ุงู„ุนุงู… ุงู„ุฐูŠ ุฃุฑูŠุฏ ุจู‡ ุงู„ุฎุงุต ุจุฏู„ูŠู„ ู‚ูˆู„ู‡ ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ุงู„ู…ุฎุฑุฌ ููŠ "ุงู„ุตุญูŠุญ": "ู…ู† ุฃุญุฏุซ ููŠ ุฃู…ุฑู†ุง ู‡ุฐุง ู…ุง ู„ูŠุณ ู…ู†ู‡ ูู‡ูˆ ุฑุฏ". ูˆู‚ุฏ ุซุจุช ุนู† ุงู„ุฅู…ุงู… ุงู„ุดุงูุนูŠ ู‚ูˆู„ู‡: ุงู„ู…ุญุฏุซุงุช ู…ู† ุงู„ุฃู…ูˆุฑ ุถุฑุจุงู† ุฃุญุฏู‡ู…ุง: ู…ุง ุฃุญุฏุซ ูŠุฎุงู„ู ูƒุชุงุจุงู‹ ุฃูˆ ุณู†ุฉ ุฃูˆ ุฃุซุฑุงู‹ ุฃูˆ ุฅุฌู…ุงุนุงู‹ุŒ ูู‡ุฐู‡ ุงู„ุจุฏุนุฉ ุงู„ุถู„ุงู„ุฉ. ูˆู…ุง ุฃุญุฏุซ ู…ู† ุงู„ุฎูŠุฑ ู„ุง ุฎู„ุงู ููŠู‡ ู„ูˆุงุญุฏ ู…ู† ู‡ุฐุงุŒ ูู‡ุฐู‡ ู…ุญุฏุซุฉ ุบูŠุฑ ู…ุฐู…ูˆู…ุฉ. ุฑูˆุงู‡ ุงู„ุจูŠู‡ู‚ูŠ ููŠ "ุงู„ู…ุฏุฎู„".

Artinya, โ€œUcapan Rasulullah SAW โ€˜Setiap bidโ€˜ah itu sesatโ€™ secara bahasa berbentuk umum, tapi maksudnya khusus seperti keterangan hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan dalam Shahih Bukhari, โ€˜Siapa saja yang mengada-ada di dalam urusan kami yang bukan bersumber darinya, maka tertolakโ€™. Riwayat kuat menyebutkan Imam Syafiโ€™i berkata, โ€˜Perkara yang diada-adakan terbagi dua :

I. Pertama, perkara baru yang bertentangan dengan Al-Quran, Sunah Rasul, pandangan sahabat, atau kesepakatan ulama, ini yang dimaksud bidโ€˜ah sesat.

II. Kedua, perkara baru yang baik-baik tetapi tidak bertentangan dengan sumber-sumber hukum tersebut, adalah bidโ€˜ah yang tidak tercela,โ€™โ€ (Lihat Al-Baihaqi dalam Al-Madkhal, Halaman 206).

Imam Syafiโ€™i dalam keterangan di atas jelas membuat polarisasi antara bidโ€˜ah yang tercela menurut syaraโ€™ dan bidโ€˜ah yang tidak masuk kategori sesat. Pandangan Imam Syafiโ€™i kemudian dipertegas oleh ulama Madzhab Hanbali, Ibnu Rajab Al-Hanbali sebagai berikut.

ูˆู‚ุงู„ ุงู„ุญุงูุธ ุงุจู† ุฑุฌุจ ุงู„ุญู†ุจู„ูŠ: ูˆุงู„ู…ุฑุงุฏู ุจุงู„ุจุฏุนุฉ: ู…ุง ุฃุญุฏุซ ู…ู…ุง ู„ุง ุฃุตู„ ู„ู‡ ููŠ ุงู„ุดุฑูŠุนุฉ ูŠูŽุฏูู„ ุนู„ูŠู‡ุŒ ุฃู…ุง ู…ุง ูƒุงู† ู„ู‡ ุฃุตู„ ู…ู† ุงู„ุดุฑุน ูŠุฏู„ ุนู„ูŠู‡ุŒ ูู„ูŠุณ ุจุจุฏุนุฉ ุดุฑุนุงู‹ุŒ ูˆุฅู† ูƒุงู† ุจุฏุนุฉ ู„ุบุฉ.

Artinya, โ€œIbnu Rajab Al-Hanbali mengatakan, โ€˜Yang dimaksud bidโ€˜ah sesat itu adalah perkara baru yang tidak ada sumber syariah sebagai dalilnya. Sedangkan perkara baru yang bersumber dari syariah sebagai dalilnya, tidak termasuk kategori bidโ€˜ah menurut syaraโ€™/agama meskipun masuk kategori bidโ€˜ah menurut bahasa,โ€™โ€ (Lihat Ibnu Rajab Al-Hanbali padaSyarah Shahih Bukhari).

Perihal hadits Rasulullah SAW itu, Guru Besar Hadits dan Ulumul Hadits Fakultas Syariah Universitas Damaskus Syekh Mushtofa Diyeb Al-Bugha membuat catatan singkat berikut ini.

(ุฃุญุฏุซ) ุงุฎุชุฑุน. (ุฃู…ุฑู†ุง ู‡ุฐุง) ุฏูŠู†ู†ุง ู‡ุฐุง ูˆู‡ูˆ ุงู„ุฅุณู„ุงู…. (ู…ุง ู„ูŠุณ ููŠู‡) ู…ู…ุง ู„ุง ูŠูˆุฌุฏ ููŠ ุงู„ูƒุชุงุจ ุฃูˆ ุงู„ุณู†ุฉ ูˆู„ุง ูŠู†ุฏุฑุฌ ุชุญุช ุญูƒู… ููŠู‡ู…ุง ุฃูˆ ูŠุชุนุงุฑุถ ู…ุน ุฃุญูƒุงู…ู‡ุง ูˆููŠ ุจุนุถ ุงู„ู†ุณุฎ (ู…ุง ู„ูŠุณ ู…ู†ู‡). (ุฑุฏ) ุจุงุทู„ ูˆู…ุฑุฏูˆุฏ ู„ุง ูŠุนุชุฏ ุจู‡]

Artinya, โ€œSiapa saja yang mengada-ada (membuat hal baru) di dalam urusan (agama) kami (agama Islam) yang bukan bersumber darinya (tidak terdapat dalam Al-Quran atau sunah, tidak berlindung di bawah payung hukum keduanya atau bertolak belakang dengan hukumnya), maka tertolak (batil, ditolak, tidak diperhitungkan),โ€™ (Lihat Taโ€™liq Syekh Mushtofa Diyeb Al-Bugha pada Jamius Shahih Al-Bukhari, Daru Tauqin Najah, Cetakan Pertama 1422 H, Juz IX).

Izzuddin Abdul Aziz bin Abdussalam, ulama madzhab Syafiโ€™i abad 7 H kemudian membuat rincian lebih detail perihal bidโ€˜ah beserta contohnya seperti keterangan sebagai berikut.

ุงู„ู’ุจูุฏู’ุนูŽุฉู ููุนู’ู„ู ู…ูŽุง ู„ูŽู…ู’ ูŠูุนู’ู‡ูŽุฏู’ ูููŠ ุนูŽุตู’ุฑู ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู - ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ -. ูˆูŽู‡ููŠูŽ ู…ูู†ู’ู‚ูŽุณูู…ูŽุฉูŒ ุฅู„ูŽู‰: ุจูุฏู’ุนูŽุฉู ูˆูŽุงุฌูุจูŽุฉูุŒ ูˆูŽุจูุฏู’ุนูŽุฉู ู…ูุญูŽุฑู‘ูŽู…ูŽุฉูุŒ ูˆูŽุจูุฏู’ุนูŽุฉู ู…ูŽู†ู’ุฏููˆุจูŽุฉูุŒ ูˆูŽุจูุฏู’ุนูŽุฉู ู…ูŽูƒู’ุฑููˆู‡ูŽุฉูุŒ ูˆูŽุจูุฏู’ุนูŽุฉู ู…ูุจูŽุงุญูŽุฉูุŒ ูˆูŽุงู„ุทู‘ูŽุฑููŠู‚ู ูููŠ ู…ูŽุนู’ุฑูููŽุฉู ุฐูŽู„ููƒูŽ ุฃูŽู†ู’ ุชูุนู’ุฑูŽุถูŽ ุงู„ู’ุจูุฏู’ุนูŽุฉู ุนูŽู„ูŽู‰ ู‚ูŽูˆูŽุงุนูุฏู ุงู„ุดู‘ูŽุฑููŠุนูŽุฉู: ููŽุฅูู†ู’ ุฏูŽุฎูŽู„ูŽุชู’ ูููŠ ู‚ูŽูˆูŽุงุนูุฏู ุงู„ู’ุฅููŠุฌูŽุงุจู ููŽู‡ููŠูŽ ูˆูŽุงุฌูุจูŽุฉูŒุŒ ูˆูŽุฅูู†ู’ ุฏูŽุฎูŽู„ูŽุชู’ ูููŠ ู‚ูŽูˆูŽุงุนูุฏู ุงู„ุชู‘ูŽุญู’ุฑููŠู…ู ููŽู‡ููŠูŽ ู…ูุญูŽุฑู‘ูŽู…ูŽุฉูŒุŒ ูˆูŽุฅูู†ู’ ุฏูŽุฎูŽู„ูŽุชู’ ูููŠ ู‚ูŽูˆูŽุงุนูุฏู ุงู„ู’ู…ูŽู†ู’ุฏููˆุจู ููŽู‡ููŠูŽ ู…ูŽู†ู’ุฏููˆุจูŽุฉูŒุŒ ูˆูŽุฅูู†ู’ ุฏูŽุฎูŽู„ูŽุชู’ ูููŠ ู‚ูŽูˆูŽุงุนูุฏู ุงู„ู’ู…ูŽูƒู’ุฑููˆู‡ู ููŽู‡ููŠูŽ ู…ูŽูƒู’ุฑููˆู‡ูŽุฉูŒุŒ ูˆูŽุฅูู†ู’ ุฏูŽุฎูŽู„ูŽุชู’ ูููŠ ู‚ูŽูˆูŽุงุนูุฏู ุงู„ู’ู…ูุจูŽุงุญู ููŽู‡ููŠูŽ ู…ูุจูŽุงุญูŽุฉูŒุŒ ูˆูŽู„ูู„ู’ุจูุฏูŽุนู ุงู„ู’ูˆูŽุงุฌูุจูŽุฉู ุฃูŽู…ู’ุซูู„ูŽุฉูŒ.

Artinya, โ€œBidโ€˜ah adalah suatu perbuatan yang tidak dijumpai di masa Rasulullah SAW. Bidโ€˜ah itu sendiri terbagi atas bidโ€˜ah wajib, bidโ€˜ah haram, bidโ€˜ah sunah, bidโ€˜ah makruh, dan bidโ€˜ah mubah. Metode untuk mengategorisasinya adalah dengan cara menghadapkan perbuatan bidโ€˜ah yang hendak diidentifikasi pada kaidah hukum syariah. Kalau masuk dalam kaidah yang menuntut kewajiban, maka bidโ€˜ah itu masuk kategori bidโ€˜ah wajib. Kalau masuk dalam kaidah yang menuntut keharaman, maka bidโ€˜ah itu masuk kategori bidโ€˜ah haram. Kalau masuk dalam kaidah yang menuntut kesunahan, maka bidโ€˜ah itu masuk kategori bidโ€˜ah sunah. Kalau masuk dalam kaidah yang menuntut kemakruhan, maka bidโ€˜ah itu masuk kategori bidโ€˜ah makruh. Kalau masuk dalam kaidah yang menuntut kebolehan, maka bidโ€˜ah itu masuk kategori bidโ€˜ah mubah. Bidโ€˜ah wajib memiliki sejumlah contoh,โ€ (Lihat Izzuddin Abdul Aziz bin Abdussalam As-Salami, Qawaidul Ahkam fi Mashalihil Anam, Darul Kutub Ilmiyah, Beirut, Cetakan kedua, Tahun 2010, Juz II, Halaman 133-134).

Contoh bidโ€˜ah wajib antara lain mempelajari ilmu nahwu (gramatika Arab) sebagai perangkat untuk memahami Al-Quran dan Hadits, mendokumentasikan kata-kata asing dalam Al-Quran dan Hadits, pembukuan Al-Quran dan Hadits, penulisan ilmu Ushul Fiqh. Sementara contoh bidโ€˜ah haram adalah hadirnya madzah Qadariyah, Jabariyah, Murjiah, atau Mujassimah. Contoh yang dianjurkan adalah sembahyang tarawih berjamaah, membangun jembatan, membangun sekolah. Contoh bidโ€™ah makruh adalah menghias mushhaf dengan emas. Sedangkan contoh bidโ€™ah mubah adalah jabat tangan usai sembahyang subuh dan ashar, mengupayakan sandang, pangan, dan papan yang layak dan bagus. Contoh bidโ€˜ah di Indonesia antara lain peringatan tahlil berikut hitungan hari-harinya, peringatan Isra dan Miraj dan lain sebagainya yang kesemuanya bahkan dianjurkan oleh agama. Contoh-contoh ini dapat dikembangkan sesuai tuntutan kaidah hukumnya seperti diterangkan Izzuddin Abdul Aziz bin Abdussalam.

Demikian jawaban yang dapat kami kemukakan. Semoga bisa dipahami dengan baik. Semoga pengertian dan pembagian bidโ€˜ah di atas dapat menurunkan intensitas kontroversi di masyarakat perihal bidโ€˜ah. Kami selalu terbuka dalam menerima saran dan kritik dari para pembaca.

Wallahul muwaffiq ila aqwamith thariq,
Wassalamu โ€™alaikum wr. wb

Tidak ada komentar:

Posting Komentar