Wirid dari Kiai As'ad Syamsul Arifin agar Mudah Naik Haji
Semuanya berpulang kepada Allah Swt saat awal tahun ini penulis mendapat tugas meliput Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Kementerian Agama di Jakarta. Di sela tugas peliputan, sembari menghirup kopi, penulis menikmati senja di lobi hotel tempat penyelenggaraan. Dari jauh terlihat Rektor UIN Sunan Ampel (waktu itu) Prof. Dr. Abd A’la. Tak menunggu lama, penulis mendekatinya. “Sore Prof, lagi nyantai?” Basa-basi penulis kepadanya. “Iya, Mas,” sahutnya pendek. Kami pun terlibat obrolan ringan hingga entah—malaikat dari mana—membisiki penulis untuk bertanya kepada Prof Abd A’la. “Prof, mbok saya dikasih amalan harian...”
Tercenung agak lama, Prof. Abd A’la memandang penulis. Hingga akhirnya beliau berbisik, “Saya dulu dapat ijazah wirid dari guru saya KH As’ad Syamsul Arifin Situbondo:
صلٌÙ‰ اللٌٰÙ‡ عليْÙƒ يا رسوْÙ„ اللٌٰÙ‡
Shalallâhu alaika yâ Rasûlallâh.” Menurut Prof. Abd A’la, wirid itu dibaca 1.000 kali dalam sehari semalam. Boleh dicicil usai shalat ataupun di waktu senggang. “Yang penting dibaca dalam sehari-semalam seribu kali,” ujarnya.
“Kalau mau baca wirid itu, mendawamkan tiap hari Anda bisa sesegera mungkin ziarah langsung ke makam Nabi ï·º,” tegasnya mantap. “Dalam shalawat ini menggunakan kata ganti orang kedua ‘alaika yâ Rasûlâllâh’ yakni "atasmu wahai Rasulullah", jadi seolah-olah Rasulullah hadir di depan kita, Mas, atau tepatnya kita hadirkan,” sambungnya.
Kejadian pada akhir Januari 2018 itu tentu tak akan terlupa. Singkat cerita, Maret 2018, dibuka lowongan petugas haji sebagai bagian dari Media Center Haji (MCH). Beberapa yang dipersyaratkan penulis masuk untuk mendaftar. Sebulan berikutnya ikut tahapan seleksi. Dan kabar bahagia datang di bulan Mei 2018: penulis dinyatakan lolos menjadi MCH. Bulan Juni 2018 penulis mengikuti pelatihan selama 10 hari di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta. Pada 17 Juli 2018 berangkat ke Jakarta untuk keesokan harinya terbang ke Jeddah.
Selama 61 hari, penulis mendapat kesempatan yang tak ternilai harganya untuk meliput aneka macam pemberitaan di Tanah Suci. Masjidil Haram yang selama ini hanya ada di benak dan bayangan, kini nyata di depan mata. Tak terbayangkan bahwa ini semua menjadi riil, bukan angan semata. Selama di Tanah Suci, penulis mendapat amanah menjadi MCH Daerah Kerja Makkah. Pula mendapat kesempatan untuk liburan ziarah ke makam Nabi Muhammad ï·º selama tiga hari di Madinah. Alhamdulillah ya Allah. Semua menjadi nyata...
Semoga Allah limpahkan ampunan kepada kita, permudah jalan untuk ziarah ke Makkah dan Madinah. Wabil khusus kepada KH As’ad Syamsul Arifin Situbondo dan Prof. Abd A’la, al-fâtihah...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar