Senin, 06 April 2020

Syekh Nawawi al-Bantani, Gurunya Para Ulama

Syekh Nawawi al-Bantani, Gurunya Para Ulama

 

Abu Abdul Mu’thi Muhammad Nawawi bin ‘Umar bin Arabi al-Jawi al-Bantani atau lebih dikenal oleh masyarakat luas dengan nama Syekh Nawawi al-Bantani ialah seorang ulama besar yang masih mempunyai garis keturunan  dengan Maulana Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati (Cirebon). Putra pasangan Kyai Umar bin Arabi dan Nyai Zubaidah.

Syekh Nawawi al-Bantani dilahirkan di Tanara, serang, Banten sekitar tahun 1230 H/1813 M. Lahir dilingkungan pesantren yang membuat Beliau sudah sangat akrab dengan berbagai macam ilmu agama, terlebih sudah sedari kecil pula Beliau diajari langsung oleh sang ayah mengaji berbagai macam kitab.

    Demi memperdalam ilmu agama. Saat usia Syekh Nawawi al-Bantani masih 15 tahun, Beliau mendapatkan kesempatan belajar langsung kepada para ulama yang ada di Tanah Suci Makkah, diantaranya Sayid Ahmad Nahrawi, Sayyid Ahmad Dhimyati, Ahmad Zaini Dahlan, Muhammad Khatib al-Hambali, dan Ulama-ulama besar lainnya.

    Setelah menuntut ilmu di Makkah, Syekh Nawawi al-Bantani sempat kembali ke tanah air dengan maksud ingin meyampaikan ilmu yang didapatkannya kepada masyarakat. Namun ternyata kondisi tanah air yang saat itu masih di bawah jajahan Belanda yang membatasi kegiatan pendidikan. Akhirnya membuat Beliau memutuskan kembali ke Makkah.

    Di periode kedua di Makkah itulah, Syekh Nawawi al-Bantani kembali memperdalam ilmu agama serta mulai mengamalkan lmu-ilmunya terutama kapada orang-orang dari tanah air yang menuntut ilmu di Makkah. Diantara murid Beliau dari tanah air ialah KH Hasyim Asyari (pendiri NU), KH Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah), Abdulkarim Amrullah (Sumatera Barat), Syekhana Chalil (Bangkalan), KH Asyari (Bawean) dan masih banyak lagi murid-murid Beliau baik dari tanah air maupun dari mancanegara yang kemudian menjadi seorang ulama besar yang sangat berpengaruh.

    Dengan semakin banyaknya orang-orang yang ingin belajar kepada Syekh Nawawi al-Bantani, membuat nama Beliau semakin dikenal secara luas. Tak hanya di Mekkah dan Madinah, tapi nama serta keilmuan Beliau juga dikenal sampai Suriah, Mesir, Turki, bahkan hingga Hindustan. Terlebih setelah Beliau ditunjuk untuk mengantikan Syekh Achmad Khotib Al-Syambasi menjadi Imam Masjidil Haram.

    Keilmuan Syekh Nawawi al-Bantani memang tak perlu diragukan lagi. Beliau merupakan ulama yang produktif menuangkan pemikirannya melalui tulisan. Disebutkan selama hidupnya Beliau berhasil menulis lebih dari seratus judul kitab yang hingga saat ini karya-karya Beliau masih dikaji dikalangan pesantren di seluruh tanah air.

    Dari pernikahan pertamanya dengan Nyai Nasimah, Syekh Nawawi al-Bantani dikarunia tiga orang putri, yakni Nafisah, Maryam dan Rubi’ah. Sedangkan dengan Nyai Hamdanah, yang tak lain putri Kiai Saleh Darat. Beliau dikaruniai seorang putri bernama Zuhroh.

      Tentang wafatnya Syekh Nawawi al-Bantani, ada beberapa sumber yang menyebutkan bahwa Beliau wafat di Makkah pada tanggal 25 Syawal 1314 Hijriyah atau 1897 Masehi. Sedangkan dari kitab yang membahas tentang tokoh dan guru yang berpengaruh di dunia Islam, Al-A’lam dan Mu’jam Mu’allim menyebutkan bahwa Beliau wafat pada 1316 H/1898 M.

      Makam Syekh Nawawi al-Bantani terletak di Jannatul Mu’alla, Makkah. Bersebelahan dengan putri Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq, Asma΄ binti Abû Bakar al-Siddîq. Sekalipun makam Syekh Nawawi al-Bantani berada di Makkah, namun haul Beliau yang diadakan setiap tahun di Pondok Pesantren An-Nawawi Tanara, Serang, Banten tak pernah sepi dari jamaah baik dari dalam maupun luar negri.


      Tidak ada komentar:

      Posting Komentar