Jumat, 06 November 2020

Gembira Atas Kelahiran Nabi Muhammad SAW

Gembira Atas Kelahiran Nabi Muhammad SAW

Gembira Atas Kelahiran Nabi Muhammad SAW

Berbagai nikmat telah kita terima dari Allah SWT. Sejak kita lahir ke dunia sampai dengan saat ini tak hentinya nikmat-nikmat tersebut mengucur. Tak sanggup kita menghitung jumlahnya, sebagaimana Allah SWT katakan dalam Q.S. An Nahl ayat 18: “wa in ta'uddụ ni'matallāhi lā tuḥṣụhā, innallāha la ghafụrur raḥīm”, yang artinya: ”Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.

Dan nikmat Allah yang terbesar dan tidak ada bandingannya adalah nikmat Islam. Namun kadangkala kita lebih mengedepankan syukur atas rezeki atau anugerah-anugerah lain yang lebih instan. Padahal Sayyidina ‘Ali sendiri pernah berkata: “Nikmat yang paripurna adalah mati dalam kondisi Islam”.

Kelahiran Nabi Muhammad SAW
Lalu, siapakah yang telah membawa Islam sehingga kita yang dahulunya dalam kegelapan dibawa menuju cahaya terang benderang (minazh-zhulumaati ilan nuur). Beliaulah yang kelahirannya kita peringati bulan ini Rabi’ul Awwal setiap tanggal 12 Rabi’ul Awwal: “Al Musthofa Sayyiduna wa Maulana Muhammad SAW”. Shollu ‘alan Nabi!

Diutusnya Nabi SAW ke dunia tidak lain untuk menjadi “rahmat” bagi semesta alam, sebagaimana Firman Allah SWT dalam Q.S. Al Anbiya’ ayat 107: “Wa mā arsalnāka illā raḥmatal lil-'ālamīn”, yang artinya: “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”. Sebagai rahmat bagi semesta alam, maka patutlah kita bergembira.

Begitu pula kita di Indonesia, dimana pun berada, gembira atas kelahiran Nabi Muhammad SAW. Nabi yang dilahirkan pada hari Senin, Malam 12 Rabi’ul Awwal Tahun Gajah (lebih kurang abad ke-6 Masehi/ 570 M).

Berbagai ekspresi, artikulasi, bentuk-bentuk suka cita, ditujukan umat Islam atas lahirnya Nabi Muhammad SAW. Macam-macam tradisi merayakan Maulid di Indonesia. Dari Tradisi Masak Lemang di Aceh, Bungo Lado di Padang, Perahu Hias di Tangerang, Ampyang Maulid di Kudus, Grebeg Maulid di Yogya, Muludhen di Madura, Dulangan di Lombok, Baayun Maulid di Banjarmasin, hingga Maudu Lompoa di Sulawesi Selatan.
Pada umumnya warga berkumpul di Masjid/ Mushalla/ Panggung/ Pendopo membacakan ayat-ayat suci Al Quran, Riwayat Nabi Muhammad SAW (Maulid Nabi), ceramah agama, doa, dan makan bersama.

Karunia Nabi Muhammad SAW
Kegembiraan tersebut sejalan dengan Firman Allah Q.S. Yunus ayat 58: “Qul bifaḍlillāhi wa biraḥmatihī fa biżālika falyafraḥụ”, yang artinya: “Katakanlah: "Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira”.
Ibnu Abbas r.a. menafsirkan karunia tersebut adalah ilmu dan rahmat, yakni Nabi Muhammad SAW. Senada dengan itu, Sayyid Ahman bin Alwi Al Maliki Al Hasani menafsirkannya sebagai “Kegembiraan atas keberadaan Rasulullah SAW adalah sesuatu yang diperintahkan agama” (Lihat Kitab “Haulal Bidzikril Maulidin Nabawi Asy Syafi’i”).

Sudah sepatutnyalah kita merasa gembira dengan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Seorang Abu Lahab saja, pamannya Nabi SAW yang kafir diringankan dari siksa kubur dan siksa neraka setiap malam Senin sampai dengan Seninya karena dia senang dengan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Ia pun membebaskan seorang budak bernama Tsuwaibah sebagai ekspresi rasa syukur dan senang.

Riwayat di atas sebagaimana dikisahkan Al Imam Al Hafizh Syamsuddin Ibn Al Jazari seperti yang dinukil oleh Al Hafizh Jalaludin Al Suyuthi dalam Kitab “Al Hawi lil Fataawa”. “Jika Abu Lahab yang kafir dan disebutkan jelas-jelas dalam Al Quran tetap diberi balasan meski ia di dalam Neraka karena rasa senangnya pada malam Maulid Nabi SAW, maka “Bagaimana keadaan seorang Muslim yang bertauhid dari umat Nabi Muhammad SAW yang senang, gembira dengan kelahirannya dan mengerahkan segenap kemampuannya dalam mencintai Rasulullah SAW? Sungguhlah pasti balasan dari Allah SWT dimasukkan dalam SurgaNya Allah SWT karena karunia dan rahmat Allah SWT.

Ketokohan Nabi Muhammad SAW
Beliau pernah mengimami para Nabi dan Rasul sebelum Mi’rajnya di Masjidil Aqsha (Al Quds). Jadi imam di masjid RW saja sudah istimewa, apalagi imamnya para Nabi dan Rasul, sangat istimewa. Bahkan Surga diharamkan dimasuki oleh para Nabi-Nabi sampai Aku (Nabi SAW) masuk dahulu ke dalamnya dan Surga diharamkan dimasuki oleh umat-umat terdahulu sampai umatku dahulu masuk ke dalamya. Sabda Nabi: “Al jannatu hurrimat alal anbiya-i hatta adkhulaha wa hurrimat alal umami hatta tadkhulaha ummati ". Pada hadits lain Nabi SAW bersabda: “ "Nahnu al aakhirunal awwaluuna yaumal qiyaamati, wa nahnu awwalu man yadkhulul Jannah” (H.R. Muslim).

Tak heran, banyak tokoh-tokoh dunia baik Muslim maupun non Muslim mengakui ketokohan Nabi Muhammad SAW. Salah satunya pejuang kemerdekaan India, Mahatma Gandhi pernah berkata, “Ketika saya menutup halaman terakhir volume 2 “Biografi Muhammad”, saya sedih karena saya tiada lagi cerita yang tersisa dari hidupnya yang agung”.

Iqra’ al Firdaus (2013) menyebutkan bahwa seorang penulis Barat, Michael H. Hart, di dalam bukunya yang sangat terkenal, “The 100 Ranking of Most Influential Person in History”, meletakkan Nabi Muhammad SAW pada nomor urut satau sebagai sosok atau tokoh yang paling berpengaruh di dunia.

Gembira di Tengah Pandemi
Di era pandemi COVID-19 yang masih belum berakhir ini, kegembiraan merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW tidak akan berkurang tentunya. Namun acara peringatan Maulid Nabi yang biasanya dihelat secara meriah dalam kemasan Tabligh Akbar dan sejenisnya dan sifatnya mengumpulkan orang banyak, sepertinya harus diredam dulu.

Kaidah Fiqh “La Dharara wala Dhirar“, yang intinya adalah tidak ada satupun kemudharatan atau bahaya yang dibenarkan Islam, kita kedepankan untuk kemaslahatan bersama. Cukuplah kita adakan secara terbatas dengan memperhatikan protokol kesehatan: memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan. Semoga pandemi segera berakhir. 

waalohu'alam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar