Selasa, 24 November 2020

INI JAWABAN SINGKAT DI MANA, BAGAIMANA, KAPAN, DAN BERAPA ALLAH


INI JAWABAN SINGKAT DI MANA, BAGAIMANA, KAPAN, DAN BERAPA ALLAH
==============================
Orang yang beriman merindukan Allah. Bahkan sebagian tradisi tasawuf menyatakan bahwa Allah memerintahkan manusia untuk beribadah hanya karena Allah tahu bahwa manusia merindukan-Nya. 

Tetapi di tengah kerinduan itu, manusia mungkin saja membayangkan Allah sesuai dengan imajinasinya. 

Yang paling mungkin, manusia membayangkan Allah dengan sifat-sifat makhluk sebagai model yang dikenalnya. Ketika pikiran tentang Allah sudah mengembara kian kemari, maka sebaiknya kita membatasi diri dan meminta ampun karena telah menyifatkan Allah dengan sifat-sifat makhluk yang tidak layak bagi-Nya. 

Syekh M Nawawi Banten menawarkan jawaban ringkas atas empat pertanyaan terkait Allah, yaitu pertanyaan tempat, kualitas, waktu, dan jumlah bagi Allah. Empat jawaban ringkas ini sudah memadai bagi mereka yang menghadapi pertanyaan ini. 

فإن قال لك قائل أين الله فجوابه ليس في مكان ولا يمر عليه زمان وإن قال لك كيف الله فقل ليس كمثله شيء وإن قال لك متى الله فقل له أول بلا ابتداء وآخر بلا انتهاء وإن قال لك كم الله فقل له واحد لا من قلة قل هو الله أحد 

Artinya, “Jika seseorang bertanya kepadamu, ‘Allah di mana?’ maka jawablah, ‘Ia tidak bertempat dan tidak mengalami waktu.’ Jika kau ditanya, ‘Bagaimana Allah?’, jawablah, ‘Allah tidak serupa dengan sesuatu apa pun itu.’ Jika kau ditanya, ‘Kapan Allah (ada)?’, jawablah, ‘Dia awal yang tidak memiliki permulaan dan (Dia) akhir yang tidak memiliki penghabisan.’ Jika kau ditanya, ‘Allah berapa?’ jawablah, ‘Allah esa, bukan karena sedikit (kekurangan). Katakanlah Allah itu esa,’” 

(Lihat Syekh M Nawawi Banten, Kasyifatussaja [Indonesia, Daru Ihyail Kutubil Arabiyyah], halaman 9). 

Ini merupakan jawaban singkat yang perlu diyakini oleh umat Islam secara umum. Mereka yang tidak memiliki kesempatan untuk mempelajari ilmu tauhid, ilmu aqidah, atau ilmu kalam secara detil cukup berpegang pada empat jawaban ringkas ini dan tidak menambahkannya. 

Adapun penjelasan rincinya dapat dipelajari di dalam ilmu, tauhid, ilmu aqidah atau ilmu kalam. Mereka yang masih menyimpan penasaran atau memiliki waktu luang untuk mempelajarinya dapat merujuk pada buku atau kitab ilmu tauhid, ilmu aqidah, atau ilmu kalam yang berhaluan Ahlussunnah wal Jamaah. 

Adapun mereka yang tidak lagi mempersoalkan empat masalah ini adalah mereka yang mencapai kesempurnaan iman. Keimanan mereka ini sudah cukup mapan tanpa keterangan dalil aqli. Mereka bisa jadi adalah ahli makrifat atau orang yang telah mencapai derajat makrifatullah. 
من ترك أربع كلمات كمل إيمانه أين وكيف ومتى وكم 

Artinya, “Siapa saja yang meninggalkan empat kalimat ini, maka keimanannya kepada Allah telah sempurna, yaitu di mana, bagaimana, kapan, dan berapa Allah,” (Lihat Syekh M Nawawi Banten, Kasyifatus Saja, [Indonesia, Daru Ihyail Kutubil Arabiyyah], halaman 9). 

Yang perlu diingat adalah bahwa tingkat keimanan dan makrifat orang berbeda-beda. Oleh karenanya, kita tidak perlu tercengang dengan orang yang masih mengangkat empat pertanyaan tersebut dan mencoba memecahkannya. 

Tetapi ada juga orang yang tidak lagi memerlukan dalil aqli atau pembuktian apa pun perihal Allah. Semoga Allah membimbing jalan pikiran kita dari penisbatan sifat-sifat yang tidak layak bagi Allah SWT. 

Wallahu a‘lam. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar