==================================
Kita sering mendengar penceramah atau membaca tulisan dalam kitab-kitab yang dibuka dengan basmalah, hamdalah, shalawat dan salam, lalu dipungkasi dengan kalimat โamma baโduโ sebelum kemudian melanjutkan pembahasan berikutnya. Menurut aturan dasar gramatika bahasa Arab (ilmu nahwu), pada kalimat ุฃูู
ููุง ุจูุนูุฏู terdiri dari dua lafaz, yaitu ุฃู
ูุง dan ุจุนุฏ.
Apabila kita urai satu persatu dari kalimat dasarnya maka kita akan menemukan bahwa lafaz ุฃู
ููุง berasal dari kalimat: ู
ูููู
ูุง ูููููู ู
ููู ุดูููุฆู ุจูุนูุฏู Berikut penjelasan lengkap dari Imam al-Baijuri:
ูุงูุฃุตู ุงูุฃุตูู: ู
ูู
ุง ููู ู
ู ุดูุฆ ุจุนุฏู. ูููู "ู
ูู
ุง" ุงุณู
ุดุฑุท ู
ุจุชุฏุฃุ ูููู ูุนู ุงูุดุฑุทุ ููู ู
ุถุงุฑุน "ูุงู" ุงูุชุงู
ุฉุ ููุงุนูู ุถู
ูุฑ ู
ุณุชุชุฑ ุชูุฏูุฑู "ูู" ูุนูุฏ ุนูู "ู
ูู
ุง" ู "ู
ู ุดูุฆ" ุจูุงู ูู
ูู
ุง ูุฅู ูุงู ุดุฃู ุงูุจูุงู ููุชุฎุตูุต. ููุฏ ูููู ู
ุณุงููุง ุฅุดุงุฑุฉ ุฅูู ุฃู ุงูู
ุฑุงุฏ ุงูุฌูุณ ุจุชู
ุงู
ู.
Artinya: โAsalnya ู
ูู
ุง adalah isim syarat yang menjadi mubtadaโ, ููู sebagai fiโil syarat, mudhariโ dari madhi ูุงู dengan faโil berupa dhamir mustatar dengan mengira-ngirakan adanya lafaz ูู yang kembali pada ู
ูู
ุง. Sedangkan ู
ู ุดูุฆ sebagai penjelas dari ู
ูู
ุง meskipun sifatnya penjelas adalah takhsish namun juga terkadang mempunyai sifat sama yang menunjukkan kesempurnaan jenis tersebutโ (Ibrahim Al-Baijuri, Hasyiyah al-Allamah al-Baijuri ala Jauharotit Tauhid, [Darus Salam: 2002], hlm. 53). Syekh Ibrahim lebih lanjut menjelaskan:
ูุญุฐูุช "ู
ูููู
ูุง" ู "ูููููู" ู "ู
ู ุดูุฆ" ูุฃููู
ุช "ุฃูู
ููุง" ู
ูุงู
ุฐููุ ุซู
ุงู ุจุนุถูู
ููุทู ุจุฐูู ููููู "ุฃู
ุง ุจุนุฏ" ูู
ุง ูู ุงูุณูุฉุ ูุจุนุถูู
ูุญุฐู "ุฃู
ุง" ููุฃุชู ุจุฏููุง ุจุงููุงูุ ููููู "ูุจุนุฏ" ูู
ุง ููุงุ ูุงููุงู ูุงุฆุจุฉ ุงููุงุฆุจ.
Artinya: โKemudian ู
ูู
ุงุ ูููุ ู
ู ุดูุฆ dibuang, lalu ganti dengan ุฃู
ุง untuk menduduki posisi tersebut.
Berikutnya, sebagian ulama membaca โุฃู
ุง ุจุนุฏโ sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Muhammad ๏ทบ. Sebagian ulama lain ada yang membuang ุฃู
ููุง seraya menggantinya dengan wawu, maka menjadi ูุจุนุฏ. Wawu di sini berkedudukan menjadi penggantinya pengganti.
Sekarang membahas pada lafaz baโd. Pembahasan tentang qabl dan baโd (ูุจูุ ุจุนุฏ) dalam ilmu nahwu cukup panjang. Secara singkat, qabl dan baโd dibaca muโrab (berubah-ubah harakat akhirnya) di tiga tempat.
Sedangkan pada satu tempat dibaca mabni dlammah yaitu ketika qabl atau baโd di-idhafah-kan kepada lafaz berikutnya namun idhafahnya hanya perkiraan saja (taqdiriyyan), tanpa menunjukkan secara eksplisit.
ูุฅู ููู ู
ุนูู ุงูู
ุถุงู ุฅููู ุฏูู ููุธูุ ุจููุง ุนูู ุงูุถู
ุ ูุญู: {ููููู ุงููุฃูู
ูุฑู ู
ููู ููุจููู ููู
ููู ุจูุนูุฏู}ุ ูู ูุฑุงุกุฉ ุงูุฌู
ุงุนุฉ.
Artinya: โJika diniatkan makna mudhaf ilaih tanpa menyebut lafaznya maka dimabnikan dhammah.
Contohnya adalah ูููู ุงููุฃูู
ูุฑู ู
ููู ููุจููู ููู
ููู ุจูุนูุฏู sesuai bacaan qiraah jamaโah. (Ibnu Hisyam, Audhahul Masalik, [Darul Fikr], juz 3, hlm. 135). Secara harfiah, amma baโdu mempunyai kandungan makna tersirat lebih panjang.
Ia mengandung pemisah (fashlul khithab) antara pembahasan sebelumnya dengan pembahasan berikutnya. Pada konteks ceramah atau kepenulisan kitab, biasanya kalimat ini digunakan untuk memisah pembahasan antara pembuka yang berisi basmalah, hamdalah, serta shalawat dan salam dengan topik pembahasan berikutnya.
Sehingga seumpama diartikan secara harfiah dalam sebuah pidato, misalnya, maka mempunyai arti โAdapun setelah untaian basmalah, hamdalah, serta shalawat dan salamโ.
Baru kemudian penceramah menyampaikan topik yang sangat jauh dengan urusan hamdalah, shalawat, dan salam. Dahulu Nabi Muhammad ๏ทบ sering membaca ุฃู
ุง ุจุนุฏ (amma baโdu).
Hal ini terekam di berbagai hadits beliau. Di antaranya pada potongan hadits panjang yang diriwayatkan oleh Ibnu abbas sebagai berikut:
ุฅูููู ุงููุญูู
ูุฏู ูููููุ ููุญูู
ูุฏููู ููููุณูุชูุนููููููุ ู
ููู ููููุฏููู ุงูููู ููููุง ู
ูุถูููู ููููุ ููู
ููู ููุถููููู ููููุง ููุงุฏููู ููููุ ููุฃูุดูููุฏู ุฃููู ููุง ุฅููููู ุฅููููุง ุงูููู ููุญูุฏููู ููุง ุดูุฑูููู ููููุ ููุฃูููู ู
ูุญูู
ููุฏูุง ุนูุจูุฏููู ููุฑูุณููููููุ ุฃูู
ููุง ุจูุนูุฏูยป ููุงูู: ููููุงูู: ุฃูุนูุฏู ุนูููููู ููููู
ูุงุชููู ููุคูููุงุกู
Artinya: โSesungguhnya segala puji milik Allah, kami memuja-Nya dan meminta pertolongan kepada-Nya. Barangsiapa diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak ada kesesatan baginya. Barangsiapa yang disesatkan oleh Allah, tidak ada petunjuk baginya. Saya bersaksi sesungguhnya tidak ada Tuhan yang layak disembah kecuali Allah dengan ke-Esaan-Nya, tidak ada sekutu bagi-Nya.
Sesungguhnya Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. โAmma baโduโSetelah hamdalah dan syahadat (Rasul bersabda) โulangilah kalimat-kalimatmu tadi itu kepadaku!โโ (HR Muslim).
Pada hadits di atas pada mulanya Nabi memuji Allah dan lain sebagainya. Namun setelah amma baโda, tiba-tiba Nabi melontarkan kalimat perintah pada salah seorang.
Ini bisa terjadi dengan mendadak karena sudah ada kalimat pemisah antar paragraf yang tidak ada kaitannya sama sekali. Dan hadits yang terdapat amma baโdu-nya cukup banyak.
Lalu siapakah yang pertama kali mengucapkan โamma baโduโ? Apakah Nabi Muhamamd ๏ทบ? Jawabnya ulama berbeda pendapat.
Menurut Syekh Ibrahim Al-Baijuri yang mengutip dari kitab Al-Awaโil, dari hadits Abu Musa AlโAsyโari menyatakan, pendapat yang dianggap paling mendekati kebenaran, yang pertama kali mengucapkan amma baโdu adalah Nabi Dawud alaihis salam.
ูุงุฎุชูู ูู ุฃูู ู
ู ูุทู ุจูุง ุนูู ุฃููุงู: ุงูุฑุจูุง ุฃูู ุฏุงูุฏ
Artinya: โTerjadi perbedaan pendapat pada masalah siapa yang pertama kali mengucapkan itu (kalimat amma baโdu) dengan beberapa pendapat. Yang paling mendekati kebenaran adalah Nabi Dawud (sebagai yang pertama)โ (Ibrahim Al-Baijuri, 53-54).
Dalam footnotenya dituliskan:
ููู ุงูุญุฏูุซ ุนู ุฃุจู ู
ูุณู ุงูุฃุดุนุฑู: ุงูู ู
ู ูุงู "ุงู
ุง ุจุนุฏ" ุฏุงูุฏ ุงููุจู ุนููู ุงูุณูุงู
ูุงู: ููู ูุตู ุงูุฎุทุงุจ. ุงุฎุฑุฌู ุงุจู ุนุงุตู
ูู ุงูุฃูุงุฆู (191) ูุงูุทุจุฑุงูู ูู ุฃูุงุฆูู (40). ููู ุงุณูุงุฏู ู
ุชุฑูู
Artinya: โDalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Musa al-Asyโari โOrang yang pertama kali membaca amma baโdu adalah Nabi Dawud alaihis salam, -beliau mengatakan- itu sebagai pemisah pembicaraan. Dikeluarkan oleh Ibnu Ashim dalam kitab al-Awail (191) dan kitab al-Awail-nya Imam Thabarani (40). Sanadnya matruk.
Wallahu aโlam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar