CABANG IMAN MENURUT SYECH NAWAWI TANARA AL-BANTANI.
77 CABANG IMAN MENURUT SYECH NAWAWI TANARA AL-BANTANI.
(Sanhaji Tanara)
Assalamu`alaikum Wr. Wb,
Menurut Syekh Nawawi Tanara Al-Bantani, iman itu memiliki 77 cabang, Syekh Muhammad Nawawi bin Umar al-Jawi al-Bantani dikenal sebagai seorang ulama yang memiliki ilmu sangat luas. Hal ini dibuktikan dengan sejumlah karya-karyanya dalam berbagai disiplin ilmu agama. Mulai dari fikih, tafsir, akidah (tauhid), hingga dalam bidang tasawuf. Tak kurang dari 40 judul kitab yang ditulis oleh ulama kelahiran Tanara, Banten, ini. Dan, kitab karya Syekh Nawawi al-Bantani dipelajari di lembaga pendidikan Islam (pesantren). Tidak hanya di Indonesia, tetapi juga hingga mancanegara. Karena itu, selain dijuluki sebagai Sayyid ulama al-Hijaz, Syekh Nawawi al-Bantani juga dijuluki sebagai 'Si Pena Emas' karena karyanya yang sangat banyak.
Salah satu karya Syekh Nawawi Al-Bantani adalah kitab Qami' al-Thughyan 'ala al-Syu'ub al-Iman. Kitab ini masuk dalam bidang tasawuf yang membahas tentang masalah keimanan.
Dalam kitab tersebut disebutkan bahwa cabang iman itu 77, pendapat beliau ini berdasarkan keterangan hadist diantaranya :
sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
الإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الإِيمَانِ
“Iman itu ada 70 atau 60 sekian cabang. Yang paling tinggi adalah perkataan ‘laa ilaha illallah’ (tiada sesembahan yang berhak di sembah selain Allah), yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalanan, dan sifat malu merupakan bagian dari iman.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Penjelasan:
Hadits yang agung ini menjelasan tentang cabang-cabang iman, ia berjumlah tujuh puluh sekian atau enam puluh sekian, al-bidha’ maknanya hitungan dari tiga sampai sembilan.
Cabang-cabang ini mengumpulkan puncak-puncak iman dan yang paling tingginya yaitu tauhid, perkataan beliau (Laa Ilaaha Illallah), kalimah ini adalah pintunya islam sampai kepada akhir cabang dan paling rendahnya, yaitu membuang segala yang menyakiti di jalanan muslim.
Perkataan beliau (Iman tujuh puluh sekian atau senam puluh sekian cabang), yang dimaksud dengan demikian adalah bahwa cabang iman tidak keluar dari bilangan-bilangan ini. Ia bertingkat-tingkat, termasuk pula padanya amalan hati, amalan anggota tubuh, amalan lidah, dan darinya terpecah cabang-cabang yang lain dari amalan badan, seperti amalan yang mengalir manfaatnya seperti sadaqah, amar ma’ruf nahi mungkar, dan dakwah ke jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Selanjutnya perkataan Nabi (yang paling utamanya adalah ucapan Laa Ilaaha Illallah) dan dalam lafaz AHmad (tertinggi dan paling tingginya adalah ucapan Laa Ilaaha Illallah), dan ia tidaklah bisa menjadi cabang tertinggi pada diri seseorang melainkan mengakuinya dengan penuh keikhlasan, jujur, yakin, sungguh demikian akan membuat hati tentram dan jiwa menjadi tenang.
Dan kalimah Laa Ilaaha Illallah bukan hanya sekedar ucapan lisan, tapi ia harus dengan pembenaran hati, amalan anggota tubuh. Syarat-syaratnya harus dipenuhi, yaitu: Ilmu, yakin, ikhlas, jujur, cinta, tunduk/taat dan menerima.
Dan perlu diketahui bahwa iman dengan amal tidak bisa dipisahkan. Sehingga dikatakan bahwa amalan adalah bukti keimanan. Bahkan iman bisa tanggal apabila amal tidak ada.
Apabila seseorang beramal maka menunjukkan dia punya iman. Maka kita jumpai pula di dalam ayat-ayat ketika Allah menyeru orang beriman kemudian dikaitkan dengan amalan, seperti seruan puasa, shalat dan zakat, dan amalan-amalan lainnya.
Faedah hadits:
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjelaskan bahwa iman seperti pohon dan pohon tersebut memiliki cabang/dahan.
Seperti itu pulalah dengan iman, ia memiliki cabang-cabang.
Dan ini adalah kesempatan bagi hamba mendekati cabang-cabang tersebut, untuk menguatkan keimanannya.
Iman itu adalah perkataan dan perbuatan.
Iman itu bertambah dan berkurang. Bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan.
Seorang muslim harus mendatangi semua cabang-cabang iman sesanggupnya, sebab ia tidak tahu amalan apa yang menyebabkan ia masuk surga.
Menurut hadits riwayat Imam Tirmidzi jumlahnya ada 64.
Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
((الإيمان بضع وسبعون شعبة، والحياء شعبة من الإيمان))
IMAN itu ada lebih dari tujuh puluh cabang, dan MALU merupakan salah satu cabang dari IMAN
dalam riwayat yang lain :
((الإيمان بضع وسبعون، أو بضع وستّون شعبة، فأفضلها قول لا إله إلا الله، وأدناها إماطة الأذى عن الطريق، والحياء شعبة من الإيمان))
Iman itu ada lebih dari tujuh puluh atau enam puluh cabang, cabang yang paling utama adalah ucapan “La Iilaha Iillallah”, tingkatan cabang yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan di jalan, dan malu merupakan salah satu cabang dari iman.
[Muttafaqun ‘alaih]
Dan Sabda Nabi SAW yang lainnya
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْإِيمَانُ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنْ الْإِيمَانِ
Dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Iman memiliki lebih dari enam puluh cabang, dan malu adalah bagian dari iman”.
(HR. Bukhari. Kitab Iman).
Pembagian cabang iman menurut kitab Qami' al-Thughyan 'ala al-Syu'ub al-Iman :
3 Cabang iman yaitu yang berhubungan dengan :
1) Niat, aqidah, dan amalan hati;
2) Lidah; dan
3) Seluruh anggota tubuh.
1. Yang Berhubungan dengan Niat, Aqidah, dan Hati
1) Beriman kepada Allah, kepada Dzat-Nya, dan segala sifat-Nya, meyakini bahwa Allah adalah Maha Suci, Esa, dan tiada bandingan serta perumpamaannya.
2) Selain Allah semuanya adalah ciptaan-Nya. Dialah yang Esa.
3) Beriman kepada para malaikat.
4) Beriman kepada kitab-kitab yang diturunkan Allah kepada para Rasul-Nya.
5) Beriman kepada para Rasul.
6) Beriman kepada takdir yang baik maupun buruk, bahwa semua itu datang dari Allah.
7) Beriman kepada hari Kiamat, termasuk siksa dan pertanyaan di dalam kubur, kehidupan setelah mati, hisab, penimbangan amal, dan menyeberangi shirat.
8) Meyakini akan adanya Syurga dan Insya Allah semua mukmin akan memasukinya.
9) Meyakini neraka dan siksanya yang sangat pedih untuk selamanya.
10) Mencintai ALLAH
11) Mencintai karena Allah dan membenci karena Allah termasuk mencintai para sahabat, khususnya Muhajirin dan Anshar, juga keluarga Nabi Muhammad saw dan keturunannya.
12) Mencintai Rasulullah saw, termasuk siapa saja yang memuliakan beliau, bershalawat atasnya, dan mengikuti sunnahnya.
13) Ikhlash, tidak riya dalam beramal dan menjauhi nifaq.
14) Bertaubat, menyesali dosa-dosanya dalam hati disertai janji tidak akan mengulanginya lagi.
15) Takut kepada Allah.
16) Selalu mengharap Rahmat Allah.
17) Tidak berputus asa dari Rahmat Allah.
18) Syukur.
19) Menunaikan amanah.
20) Sabar.
21) Tawadhu dan menghormati yang lebih tua.
22) Kasih saying, termasuk mencintai anak-anak kecil.
23) Menerima dan ridha dengan apa yang telah ditakdirkan.
24) Tawakkal.
25) Meninggalkan sifat takabbur dan membanggakan diri, termasuk menundukkan hawa nafsu.
26) Tidak dengki dan iri hati.
27) Rasa malu.
28) Tidak menjadi pemarah.
29) Tidak menipu, termasuk tidak berburuk sangka dan tidak merencanakan keburukan atau maker kepada siapapun.
30) Mengeluarkan segala cinta dunia dari hati, termasuk cinta harta dan pangkat.
2. Yang Berhubungan dengan Lidah
31) Membaca kalimat Thayyibah.
32) Membaca Al Quran yang suci.
33) Menuntut ilmu.
34) Mengajarkan ilmu.
35) Berdoa.
36) Dzikrullah, termasuk istighfar.
37) Menghindari bicara sia-sia.
3. Yang berhubungan dengan Anggota Tubuh
38) Bersuci. Termasuk kesucian badan, pakaian, dan tempat tinggal.
39) Menjaga shalat. Termasuk shalat fardhu, sunnah, dan qadha’.
40) Bersedekah. Termasuk zakat fitrah, zakat harta, member makan, memuliakan tamu, serta membebaskan hamba sahaya.
41) Berpuasa, wajib maupun sunnah.
42) Haji, fardhu maupun sunnah.
43) Beriktikaf, termasuk mencari lailatul qadar di dalamnya.
44) Menjaga agama dan meninggalkan rumah untuk berhijrah sementara waktu.
45) Menyempurnakan nazar.
46) Menyempurnakan sumpah.
47) Menyempurnakan kifarah.
48) Menutup aurat ketika shalat dan di luar shalat.
49) Berkorban hewan, termasuk memperhatikan hewan korban yang akan disembelih dan menjaganya dengan baik.
50) Mengurus jenazah.
51) Menunaikan utang.
52) Meluruskan mu’amalah dan meninggalkan riba.
53) Bersaksi benar dan jujur, tidak menutupi kebenaran.
54) Menikah untuk menghindari perbuatan keji dan haram.
55) Menunaikan hak keluarga dan sanak kerabat, serta menunaikan hak hamba sahaya.
56) Berbakti dan menunaikan hak orang tua.
57) Mendidikan anak-anak dengan tarbiyah yang baik.
58) Menjaga silaturrahmi.
59) Taat kepada orang tua atau yang dituakan dalam agama.
60) Menegakkan pemerintahan yang adil
61) Mendukung jemaah yang bergerak di dalam kebenaran.
62) Mentaati hakim (pemerintah) dengan syarat tidak melanggar syariat.
63) Memperbaiki mu’amalah dengan sesama.
64) Membantu orang lain dalam kebaikan.
65) Amar makruh Nahi Mungkar.
66) Menegakkan hukum Islam.
67) Berjihad, termasuk menjaga perbatasan.
68) Menunaikan amanah, termasuk mengeluarkan 1/5 harta rampasan perang.
69) Memberi dan membayar utang.
70) Memberikan hak tetangga dan memuliakannya.
71) Mencari harta dengan cara yang halal.
72) Menyumbangkan harta pada tempatnya, termasuk menghindari sifat boros dan kikir.
73) Memberi dan menjawab salam.
74) Mendoakan orang yang bersin.
75) Menghindari perbuatan yang merugikan dan menyusahkan orang lain.
76) Menghindari permainan dan senda gurau.
77) Menjauhkan benda-benda yang mengganggu di jalan.
Demikian penjelasan tentang cabang iman, dikutip dari kitab Qami' al-Thughyan 'ala al-Syu'ub al-Iman karya syech Nawawi Tanara Al-Bantani, yang banyak dipakai oleh Santri Nasional bahkan Mancanegara,Cabang iman ini yang paling termasyur dikalangan Para Santri Ahlussunah waljam'ati, kalangan Nahdhotul 'Ulama.
(Sanhaji)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar