Yang sering disapa Gus Baha, menerangkan bahwa Sayyidina Ali pernah mengalami kasyaf (melihat alam gaib) tentang Sayyidina Umar membentak Malaikat Munkar-Nakir saat ditanya di alam kubur.
Umar enggan menjawab pertanyaan “Man rabbuka wa man nabiyyuka” (siapa Tuhanmu dan siapa Nabimu) karena beralasan dirinya merupakan teman dari Nabi Muhammad sebagai Kekasih Allah.
Singkat cerita, akhirnya pertanyaan kepada Umar tidak dilanjutkan oleh Munkar-Nakir setelah Allah membenarkan pengakuan Umar.
Bagi Gus Baha, peristiwa itu merupakan kabar gembira. Akan tetapi, kita ini kan tidak punya nyali untuk membentak Munkar-Nakir. Oleh karenanya, Gus Baha memberikan semacam tips bagi beberapa orang agar kelak di alam kubur tidak mendapatkan pertanyaan dari malaikat.
“Semoga dengan gelar kita seperti Doktor Tafsir, Doktor Tauhid, Guru Tauhid, atau paling tidak siswa terbaik dalam materi Tauhid, harus kita bawa status itu ketika di alam kubur,” tutur Pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an LP3IA, Kragan, Rembang.
“Sehingga nanti di alam kubur (ngomong kepada malaikat), ‘Saya ini rangking satu Tauhid, masak masih ditanya Man Rabbuka wa Man Nabiyyuka (siapa Tuhanmu dan siapa Nabimu?!’” lanjutnya.
Ulama kelahiran tahun 1970 ini menilai bahwa cara demikian itu menurutnya sah-sah saja. “Anda tidak usah protes, ‘Mana dalilnya, Gus?!’ Tidak sudah dalil-dalilan,” ungkapnya.
Gus Baha menegaskan dalilnya adalah wali-wali Allah itu لاخوف عليهم ولاهم يحزنون (tiada ketakutan dan tiada keresahan). Mereka tidak akan mengalami ketakutan baik di dunia maupun di akhirat.
Gus Baha mengungkapkan, sebetulnya Sayyidina Ali mengandalkan temannya (Nabi Muhammad), bukan dirinya sendiri. Sehingga Gus Baha pun percaya bahwa tidak semua orang di alam kubur akan mendapatkan pertanyaan “Man Rabbuka (siapa Tuhanmu?)”.
Menemukan Allah (Tauhid) Lewat Ilmu Matematika
Yang paling efektif, kata Gus Baha, adalah kamu harus punya rumus Tauhid seperti Imam Amudy menemukan Tuhan. Ia menemukan Allah lewat ilmu Matematika.
Saking senengnya Allah, ia (Imam Amudy) lantas disuruh untuk mengajarkan Tauhid ke para malaikat. “Wahai para malaikat, kalian harus mendengar, inilah orang alim Saya yang ahli Matematika!” kata Allah.
Imam Amudy lah yang justru mengerti bahwa asal-usul alam semesta itu dari Dzat yang Satu (من الواحد القهار).
Akhirnya, Imam Amudy mulai mengajari malaikat tentang hubungan antara angka dua, tiga, empat, hingga angka yang tidak terhingga. Semua itu berasal dari angka Satu.
Gus Baha menilai, iman seperti itu akan setingkat keyakinannya dan keakurasiannya sama dengan imannya para malaikat.
Makanya Nabi Saw bersabda:
طُوبَى لِمَنْ آمَنَ بِي وَلَمْ يَرَنِي
Beruntung sekali orang yang mengimaniku, namun tidak pernah bertemu aku.
Sebagian riwayat hadits menyebutkan Nabi mengulang-ulang kalimat itu sampai tujuh kali. Betul-betul keren orang yang tidak melihat Nabi, tapi iman kepada Nabi.
“Apa yang bisa menemukan itu? Hanya akal!” ujar Gus Baha.
Contoh yang paling gampang yang sering dialami ulama. Ketika ulama menemukan ilmu, maka hal itu yang menjadi sebab mereka semakin mencintai Rasulullah Saw.
Demikian penjelasan Gus Baha tentang orang-orang yang bisa terhindar dari pertanyaan kubur saat mengisi mauidhoh hasanah dalam pengajian Haul ke-62 KH Raden Asnawi Kudus pada 19 Februari 2020.
Wallahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar