PERSIAPAN RAMADHAN
====================
Ramadhan yang insya Allah sebentar lagi akan kita masuki, adalah bulan yang sangat mulia, bulan tarbiyah
(pembinaan) untuk mencapai derajat yang paling tinggi, paling mulia: derajat taqwa.
“Hai or ang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa, sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa.
(QS Al Baqarah: 183).
“Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu adalah yang paling bertaqwa.” (QS Al Hujurat: 13).
Predikat taqwa ini tidak mudah untuk diper oleh. Ia baru akan diperoleh manakala seseorang melakukan persiapan yang
cukup, dan mengisi bulan Ramadhan itu dengan berbagai kegiatan yang baik dan mensikapinya dengan benar.
MINIMAL ADA TIGA HAL YANG PERLU DIPERSIAPKAN
Minimal ada tiga hal yang perlu dipersiapkan dalam menyongsong bulan Ramadhan yang penuh berkah itu:
1. Persiapan Ruhani dan jasmani
Dengan cara mengkondisikan diri agar pada bulan Sya’ban (bulan sebelum Ramadhan) kita telah terbiasa dengan
berpuasa. Sehingga kondisi ruhiyah imaniyah meningkat , dan tubuh sudah terlatih berpuasa Dengan kondisi seperti ini, maka ketika kita memasuki bulan Ramadhan, kondisi ruh dan iman telah membaik, yang selanjut nya dapat langsung menyambut bulan Ramadhan yang mulia ini dengan amal dan kegiat an yang dianjurkan.
Di sisi lain, tidak akan terjadi lagi
gejolak phisik dan proses penyesuaian yang kadang-kadang dirasakan oleh orang-orang yang pertama kali ber puasa, seperti: lemah badan, demam atau panas dingin dan sebagainya.
Rasulullah saw menganjurkan kepada kita agar kita memper banyak puasa sunnah pada bulan Sya’ban ini dengan cara memberikan contoh langsung dan
aplikatif.
‘Aisyah RadhiyaLlahu ‘anha ber kata: ”Rasulullah saw berpuasa, sampai-sampai kami mengiranya tidak pernah meninggalkannya”.
Demikian dalam riwayat Bukhari dan Muslim.
Dalam riwayat lain dikatakan bahwa: ”Beliau melakukan puasa sunnah bulan Sya’ban sebulan penuh, beliau sambung bulan
itu dengan Ramadhan”.
(Hadits shahih diriwayat kan oleh para ulama’ hadit s, lihat Riyadhush-Shalihin, Fat hul Bari, Sunan At-Tirmidzi dan lain-lain).
Anjuran tersebut dikuatkan lagi dengan menyebutkan keutamaan bulan Sya’ban. Usamah bin Zaid pernah bertanya
kepada Rasulullah saw. Katanya: ”Ya Rasulullah, saya tidak melihat engkau berpuasa pada bulan-bulan yang lain sebanyak puasa di bulan Sya’ban ini?” Beliau saw menjawab: ”Itulah bulan yang dilupakan orang, antara Rajab dan Ramadhan, bulan ditingkatkannya amal perbuatan kepada Allah swt Rabbul ‘Alamin.
Dan aku ingin amalku diangkat sedang aku dalam keadaan berpuasa”. (HR An-Nasa-i).
2. Persiapan Materi.
Bulan Ramadhan merupakan bulan muwaasah (bulan santunan). Sangat
dianjurkan memberi santunan kepada orang lain, betapapun kecilnya.
Pahala yang sangat besar akan didapat oleh orang yang tidak punya, manakala ia memberi kepada orang lain yang berpuasa, sekalipun Cuma sebuah kurma, seteguk air atau sesendok mentega. Rasulullah saw pada bulan Ramadhan ini sangat dermawan, sangat pemurah. Digambarkan bahwa sentuhan kebaikan dan santunan Rasulullah saw kepada masyarakat sampai merata, lebih merata ketimbang sentuhan angin terhadap benda- benda di sekitarnya.
Hal ini sebagaimana diceritakan oleh Ibnu Abbas RadhiyaLlahu ‘anhu: ”Sungguh, Rasulullah saw saat bertemu dengan
malaikat Jibril, lebih derma dari pada angin yang dilepaskan”. (HR Muttafaqun ‘alaih).
Santunan dan sikap ini sudah barang
tentu tidak dapat dilakukan dengan baik kecuali manakala jauh sebelum Ramadhan
telah ada persiapan-persiapan materi yang memadai.
3. Persiapan Fikri (Persepsi).
Minimal persiapan fikri ini meliputi dua hal, yaitu:
1. Mempunyai persepsi yang utuh tentang Ramadhan dan keutamaan bulan Ramadhan.
2. Dapat memanfaatkan dan mengisi bulan Ramadhan dengan kegiatan-kegiatan yang secara logis dan konkrit
mengantarkannya untuk mencapai ketaqwaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar