MENYAMBUT BULAN SUCI RAMADHAN
==============================Jamaah shalat Jumat Rahimakumullâh, Para ulama sepakat bahwa Ramadhan adalah bulan paling mulia dalam Islam.
Di dalamnya terhampar rahmat, keberkahan, Maghfiroh ampunan, dan jaminan pembebasan dari api neraka bagi yang sungguh-sungguh mengisi bulan suci ini dengan berbagai macam ibadah dan amal sholeh.
Keistimewaan Ramadhan tercermin dalam sebuah hadits Qudsi yang diriwayatkan Imam Bukhari 1761 dan Muslim, 1946
عن أَبي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قال : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : قَالَ اللَّهُ : كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلا الصِّيَامَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu berkata, Rasulullah Shallallahu’alai wa sallam bersabda, “Allah berfirman, ‘Semua amal anak Adam untuknya kecuali puasa. Ia untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya.”
Hadist Qudsi ini merupakan Penegasan Allah—yang menisbatkan puasa sebagai milik-Nya dan Dia sendiri yang akan mengganjarnya— ini merupakan penanda betapa spesialnya bulan Ramadhan.
Ada hubungan langsung, sangat intim, antara Ramadhan dan Allah. Sehingga, manusia yang serius menapaki Ramadhan akan benar-benar menjadi pribadi yang mulia, Karena istimewanya Ramadhan.
Maka tak heran bila sejak memasuki bulan Rajab, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sudah menampakkan kerinduannya dalam lantunan doa:
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ
“ Yaa Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan bulan Sya’ban dan sampaikanlah (pertemukanlah) kami dengan bulan Ramadhan.”
Dalam doa tersebut, Nabi Muhammad SAW tak hanya meminta berkah bulan Rajab dan Sya’ban tapi juga memohon panjang umur agar bisa berjumpa dengan bulan Ramadhan.
Artinya, Ramadhan bagi beliau adalah momen utama yang ditunggu-tunggu, Bahkan, Rasulullah melakukan persiapan khusus di bulan Sya’ban antara lain dengan memperbanyak puasa.
Jamaah shalat Jumat Rahimakumullâh, Mengingat pentingnya bulan Ramadhan, hal pertama perlu kita tinjau adalah persiapkan rohani kita.
Sudahkah kita menata niat yang baik untuk menyambut bulan suci ramadhan ?
kita gembira menyambut ramadhan apakah sekadar karena ada peluang keuntungan duniawi, bisnis misalnya mencari pahala, atau yang lebih mendalam dari itu semua: ridha Allah?
Kita tahu, Ramadhan tidak semata bulan ibadah.
Dalam kehidupan masyarakat, pada momen tersebut juga beriringan perubahan aktivitas sosial dan kebutuhan ekonomi. Bagi para pedagang dan pengusaha jasa, Ramadhan bisa jadi adalah berkah materi karena meningkatnya omzet mereka.
Momen jelang lebaran, juga kesempatan bagi para pekerja untuk mendapatkan tunjangan hari raya.
Bagi kita pasukan Brimob menjelang ahir Ramadhan kitapun banyak disibukkan dengan tugas Operasi ketupat lodaya misalnya.
Dalam situasi seperti ini, sejauh mana hati kita tetap fokus pada kesucian Ramadhan tanpa tenggelam terlalu jauh ke dalam kesibukan yang melalaikan? artinya Seberapa sanggup kita menjernihkan niat bahwa bekerja sebagai bagian dari ibadah; tugas tetap dijalankan puasa tetap dilaksanakan, jelang istirahat memperbanyak baca Alquran diPos2 yg kita tempati, meningkatkan ibadah tanpa rasa ujub dan pamer; gemar membantu orang lain tanpa berharap imbalan (ikhlas)?
Jamaah shalat Jumat Rahimakumullâh, Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalm kitab al-Ghuniyah menganjurkan agar umat Islam menyambut bulan Ramadhan dengan menyucikan diri dari dosa dan bertobat dari kesalahan-kesalahan yang telah lampau.
Imbauan Syekh Abdul Qadir ini amat relevan. Sebab, jika hendak bertemu temen saja seseorang merasa perlu untuk tampil bersih dan berdandan rapi, apalagi bila yang dijumpai ini adalah hari-hari yang penuh keistimewaan sebulan penuh.
Melakukan introspeksi diri, mengevaluasi buruknya perilaku, lalu memohon ampun kepada Allah adalah satu tahapan rohani yang penting agar kita semua memasuki bulan suci dengan pribadi yang juga suci.
Dengan demikian, Ramadhan kelak tidak hanya menjadi ajang meningkatkan jumlah ibadah tapi juga nilai ketulusan.
Persiapan rohani ini penting supaya amal kita selama bulan puasa berjalan lancar dan berkah. Lancar, karena kita secara mental sudah siap sedia, baik menunaikan segenap ibadah wajib dan sunnah maupun menghadang godaan-godaan yang akan menghalangi kita.
Jangan sampai kita termasuk orang-orang tekun berpuasa tapi mendapat kritik dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلَّا الْجُوعُ
Artinya: “Banyak orang yang berpuasa, namun ia tak mendapatkan apa pun dari puasanya selain rasa lapar saja.” (HR Imam Ahmad)
Jamaah shalat Jumat Rahimakumullâh,
Puasa atau shiyâm secara bahasa bermakna imsâk yang berarti ‘menahan’. Melalui persiapan rohani yang matang, kita diharapkan bisa menahan gejolak nafsu yang mungkin menyenangkan tapi sebetulnya menjerumuskan.
Di era media sosial yang riuh ini, kita bisa menyaksikan bagaimana sikap berlebih-lebihan diumbar, kebencian dipertontonkan, hoaks disebar, serta hujatan dan caci-makian disasarkan kepada pemimpin dan kelompok2 tertentu, Aurat diumbar, Semoga kita semua selamat dari akhlak tercela ini dan menapaki Ramadhan yang mulia dengan hati yang bersih, pikiran yang tenang, dan perilaku yang maslahat bagi semua orang.
Wallahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar