Minggu, 30 April 2017

Fadhilah bulan Rajab dan Sya’ban menyambut Ramadhan


Fadhilah bulan Rajab dan Sya’ban menyambut Ramadhan

اللهم بارك لنا فى رجب و شعبان وبلغنا رمضان

“Allaahumma baariklanaa fii Rajaba wa Sya’baana wa ballighna Ramadhana.”
Yang artinya: “Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban ini, dan sampaikanlah umur kami bertemu Ramadhan.”

I. KEUTAMAAN BULAN RAJAB

Beberapa hadis Rasulullah saw menunjukkan kelebihan bulan rajab:

1.Hendaklah kamu memuliakan bulan Rajab, niscaya Allah memuliakan kamu dengan seribu kemuliaan di hari Qiamat.

2.Bulan Rajab bulan Allah, bulan Sya’ban bulanku, dan bulan Ramadhan bulan umatku.

3.Kemuliaan Rajab dengan malam Isra’ Mi’rajnya, Sya’ban dengan malam nisfunya dan Ramadhan dengan Lailatul-Qadarnya.

4.Puasa sehari dalam bulan Rajab mendapat syurga yang tertinggi (Firdaus).Puasa dua hari dilipatgandakan pahalanya.

5.Puasa 3 hari pada bulan Rajab, dijadikan parit yang panjang yang menghalangnya ke neraka (panjangnya setahun perjalanan).

6.Puasa 7 hari pada bulan Rajab, ditutup daripadanya 7 pintu neraka.

7.Puasa 16 hari pada bulan Rajab akan dapat melihat wajah Allah di dalam syurga, dan menjadi orang yang pertama menziarahi Allah dalam syurga.

8.Kelebihan bulan Rajab dari segala bulan ialah seperti kelebihan Al-Quran keatas semua kalam (perkataan).

9.Puasa sehari dalam bulan Rajab seumpama puasa empat puluh tahun dan iberiminum air dari syurga.

10.Bulan Rajab Syahrullah (bulan Allah), diampunkan dosa orang-orang yang meminta ampun dan bertaubat kepada-Nya. Puasa dalam bulan Rajab, wajib bagi yang ber puasa itua.Diampunkan dosa-dosanya yang lalu. Dipelihara Allah umurnya yang tinggal.Terlepas daripada dahaga di akhirat.

11.Puasa pada awal Rajab, pertengahannya dan pada akhirnya, seperti puasa sebulan pahalanya.

12.Siapa bersedekah dalam bulan Rajab, seperti bersedekah seribu dinar,dituliskan kepadanya pada setiap helai bulu roma jasadnya seribu kebajikan, diangkat seribu derjat, dihapus seribu kejahatan –

“Dan barang siapa berpuasa pada tgl 27 Rajab/ Isra Mi’raj akan mendapat pahala seperti 5 tahun berpuasa.”

– “Barang siapa yang berpuasa dua hari di bulan Rajab akan mendapat kemuliaan di sisi ALLAH SWT.” “Barang siapa yang berpuasa tiga hari yaitu pada tgl 1, 2, dan 3 Rajab, maka ALLAH akan memberikan pahala seperti 900 tahun berpuasa dan menyelamatkannya dari bahaya dunia, dan siksa akhirat.”

– “Barang siapa berpuasa lima hari dalam bulan ini, permintaannya akan dikabulkan.”

– “Barang siapa berpuasa tujuh hari dalam bulan ini, maka ditutupkan tujuh pintu neraka Jahanam dan barang siapa berpuasa delapan hari maka akan dibukakan delapan pintu syurga.”
-----------“Barang siapa berpuasa lima belas hari dalam bulanini, maka ALLAH akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan menggantikan kesemua kejahatannya dengan kebaikan, dan barang siapa yang menambah(hari-hari puasa) maka ALLAH akan menambahkan pahalanya.”-----------

Sabda Rasulullah SAW lagi : “Pada malam Mi’raj, saya melihat sebuah sungai yang airnya lebih manis dari madu, lebih sejuk dari air batu dan lebih harum dari minyak wangi, lalu saya bertanya pada Jibril a.s.: “Wahai Jibril untuk siapakan sungai ini ?”Maka berkata Jibrilb a.s.: “Ya Muhammad sungai ini adalah untuk orang yang membaca salawat untuk engkau dibulan Rajab ini”. Dalam sebuah riwayat Tsauban bercerita : “Ketika kami berjalan bersama-sama Rasulullah SAW melalui sebuah kubur,lalu Rasulullah berhenti dan beliau menangis dengan amat sedih, kemudian beliau berdoa kepada ALLAH SWT.

Lalu saya bertanya kepada beliau: “Ya Rasulullah mengapakah engkau menangis?” Lalu beliau bersabda : “Wahai Tsauban, mereka itu sedang disiksa dalam kuburnya, dan saya berdoa kepada ALLAH, lalu ALLAH meringankan siksa ke atas mereka”. Sabda beliau lagi: “Wahai Tsauban, kalaulah sekiranya mereka ini mau berpuasa satu hari dan beribadah satu malam saja di bulan Rajab niscaya mereka tidak akan disiksa di dalam kubur”.

Tsauban bertanya: “Ya Rasulullah, apakah hanya berpuasa satu hari dan beribadah satu malam dalam bulan Rajab sudah dapat mengelakkan dari siksa kubur?” Sabda beliau: “Wahai Tsauban, demi ALLAH Zat yang telah mengutus saya sebagai nabi, tiada seorang muslim lelaki dan perempuan yang berpuasa satu hari dan mengerjakan sholat malam sekali dalam bulan Rajab dengan niat karena ALLAH, kecuali ALLAH mencatatkan baginya seperti berpuasa satu tahun dan mengerjakan sholat malam satu tahun.”

Sabda beliau lagi: “Sesungguhnya Rajab adalah bulan ALLAH, Sya’ban adalah bulan aku dan bulan Ramadhan adalah bulan umatku”. “Semua manusia akan berada dalam keadaan lapar pada hari kiamat, kecuali para nabi, keluarga nabi dan orang-orang yang berpuasa pada bulan Rajab, Sya’ban dan bulan Ramadhan. Maka sesungguhnya mereka kenyang, serta tidak akan merasa lapar dan haus bagi mereka.”

Amalan dan Dzikir Di Bulan Rajab

Di bulan Rajab terdapat amalan khusus dan amalan umum. Amalan khusus adalah amalan yang dilakukan pada hari atau malam tertentu di bulan Rajab. Adapun amalan umum adalah amalan yang dilakukan selama di bulan Rajab. Amalannya sebagai berikut:

Pertama: Rasulullah saw juga bersabda: “Bulan Rajab adalah bulan permohonan pengampunan bagi ummatku, maka hendaknya mereka memperbanyak istighfar di dalamnya.” Yakni:

اَسْتَغْفِرُ اللهَ وَاَتُوبُ اِلَيْهِ

Astaghfirullâha wa atûbu ilayh
Aku mohon ampun kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya

Kedua: Dalam suatu riwayat disebutkan: Bagi yang tidak mampu berpuasa agar memperoleh pahala puasa di bulan Rajab, maka hendaknya setiap hari ia membaca tasbih berikut 100 kali:

سُبْحَانَ اْلاِلَهِ الْجَلِيلِ، سُبْحَانَ مَنْ لاَ يَنْبَغِي التَّسْبِيحُ إِلاَّ لَهُ، سُبْحَانَ اْلأَعَزِّ اْلاَكْرَمِ، سُبْحَانَ مَنْ لَبِسَ الْعِزَّ وَهُوَ لَهُ اَهْلٌ

Subhânal ilâhil jalîl, subhâna Man lâ yanbaghit tasbîhu illâ lahu, subhânal a’azzil akram, subhâna Man labisal ‘izzi wa huwa lahu ahlun.

Mahasuci Tuhan Yang Maha Agung, Mahasuci yang tak layak bertasbih kecuali kepada-Nya, Mahasuci Yang Maha Agung dan Maha Mulia, Mahasuci Yang Menyandang keagungan dan hanya Dia yang layak memilikinya.

Ketiga: Membaca:

يَا ذَا الْجَلالِ وَاْلاِكْرَامِ، يَا ذَا النَّعْمَاءِ وَالْجُودِ، يَا ذَا الْمَنِّ وَالطَّوْلِ، حَرِّمْ شَيْبَتِي عَلَى النَّارِ

Yâ Dzal jalâli wal-ikrâm, yâ Dzan na’mâi wal-jûd, yâ Dzal manni wath-thawl, harrim syaibatî `alan nâri.

Wahai Yang Maha Agung dan Maha Mulia, wahai Pemilik kenikmatan dan kedermawanan, wahai Pemilik anugerah dan karunia, selamatkan putihnya rambutku dari api neraka.

Keempat: Rasululah saw bersabda: “Barangsiapa yang membaca di bulan Rajab Istighfar berikut sebanyak 100 kali dan mengakhirnya dengan bersedekah, Allah akan mengakhirinya dengan rahmat dan maghfirah. Barangsiapa yang membacanya 400 kali, Allah memcatat baginya pahala 100 syuhada’:

اَسْتَغْفِرُ اللهَ لا اِلهَ إِلاّ هُوَ وَحْدَهُ لا شَريكَ لَهُ وَاَتُوبُ اِلَيْهِ

Astaghfirullâha lâilaha illa Huwa wahdahu lâ syarîkalah, wa atûbu ilayh.
Aku memohon ampun kepada Allah, tiada Tuhan kecuali Dia Yang Maha Esa, Yang tiada sekutu bagi-Nya, aku bertaubat kepada-Nya.”

Kelima: Membaca Lailâha illallâh (1000 kali).
Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang membaca di bulan Rajab Lâilâha illallâh sebanyak seribu kali , Allah mencatat baginya seratus ribu kebaikan dan membangunkan baginya seratus kota di surga.”

Keenam: membaca Astaghfirullâh wa atûbu ilayh, pagi dan sore sebanyak (70 kali), dan diakhiri dengan membaca doa:

اَللّهُمَّ اغْفِرْ لي وَتُبْ عَلَيَّ

Allâhummaghfirlî wa tub `alayya
Ya Allah, ampuni aku dan bukakan pintu taubat bagiku.

Dalam suatu hadis dikatakan: Barangsiapa yang membaca Istighfar pagi dan sore sebanyak 70 kali dan kemudian diakhiri dengan doa tersebut dengan mengangkat tangannya, jika ia mati di bulan Rajab matinya diridhai oleh Allah dan tidak disentuh oleh api neraka karena berkah bulan Rajab.

Ketujuh: membaca istighfar berikut sebanyak seribu kali agar diampuni dosanya oleh Allah Yang Maha Penyayang:

اَسْتَغْفِرُ اللهَ ذَا الْجَلالِ وَالاِْكْرامِ مِنْ جَميعِ الذُّنُوبِ وَالاثامِ

Astaghfirullâha Dzal jalâli wal-ikrâm min jamî`idz dzunûbi wal-âtsâm
Aku mohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung dan Maha Mulia dari semua dosa dan kesalahan.

Kedelapan: membaca Surat Al-Ikhlash sebelas ribu kali atau seribu kali atau seratus kali.
Dalam suatu riwayat dikatakan: “Barangsiapa yang membaca Surat Al-Ikhlash seratus kali pada hari Jum’at bulan Rajab, ia akan memperoleh cahaya yang mengantarkan ke surga.”

Kesembilan: Dalam suatu hadis disebutan: “Barangsiapa yang berpuasa sehari di bulan Rajab, dan melakukan shalat sunnah empat rakaat (2 kali salam). Rakaat pertama setelah Fatihah membaca ayat Kursi seratus kali, dan rakaat kedua setelah Fatihah membaca Surat Al-Ikhlash dua ratus kali, maka saat matinya ia akan menyaksikan tempatnya di surga atau diperlihatkan kepadanya.”

Kesepuluh: Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang melakukan shalat sunnah empat rakaat (2 kali salam) pada hari Jum’at di bulan Rajab antara shalat Zuhur dan Ashar; setiap rakaat setelah Fatihah membaca ayat Kursi tujuh kali dan Surat Al-Ikhlash, kemudian sesudah salam membaca Astaghfirullâhalladzî lâilâha illâ Huwa wa as-aluhut tawbah (10 kali), Allah mencatat baginya dari hari itu (hari ia melakukan shalat) sampai hari kematiannya setiap hari seribu kebaikan; memberinya untuk setiap ayat yang ia baca satu kota di surga dari yaqut merah; untuk setiap hurufnya satu istana di surga dari mutiara; diberinya pasangan bidadari dan diridhai tanpa sedikitpun murka; dan Allah mencatatnya sebagai orang-orang ahli ibadah, dan mengakhiri hidupnya dengan kebahagiaan dan pengampunan yang terbaik.”

Kesebelas: Puasa tiga hari: hari kamis, Jum’at dan Sabtu.
Dalam suatu hadis disebutkan: “Barangsiapa yang berpuasa pada Kamis, Jum’at dan Sabtu di bulan-bulan yang mulia, Allah mencatat baginya ibadah sembilan ratus tahun.”

Kedua belas: Shalat enam puluh rakaat selama bulan Rajab; setiap malam dua rakaat, setiap rakaat setelah Fatihah membaca Surat Al-Kafirun (3 kali) dan Surat Al-Ikhlash (sekali). Sesudah salam membaca doa berikut sambil mengangkat tangan:

لا اِلهَ إلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لا شَريكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، يُحْيي وَيُميتُ، وَهُوَ حَيٌّ لا يَمُوتُ، بِيَدِهِ الْخَيْرُ وَهُوَ عَلى كُلِّ شَيْيء قَديرٌ، وَاِلَيْهِ الْمَصيرُ، وَلا حَوْلَ وَلا قُوَّةَ إِلاّ بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظيمِ، اَللّهُمَّ صَلِّ عَلى مُحَمَّد النَّبِيِّ الاُْمِّيِّ وَآلِهِ

Lâilaha illallâhu wahdahu lâ syarîkalah, lahul mulku wa lahul hamdu, yuhyî wa yumît, wa Huwa hayyun lâ yamût, biyadihil khayr wa Huwa ‘alâ kulli syay-in qadîr, wa ilayhil mashîr, walâ hawla wala quwwata illâ billahil `aliyyil `azhîm. Allahumma shalli `alâ Muhammadin an-nabiyyil ummi wa âlihi. 

Tiada Tuhan kecuali Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya segala kekuasaan dan pujian. Dialah Yang Menghidupkan dan mematikan. Dia Yang Hidup dan tidak mati, di tangan-Nya segala kebaikan, Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, kepada-Nya kembali segalanya, tiada daya dan kekuatan kecuali dengan Allah Yang Tinggi dan Maha Agung. Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Muhammad Nabi yang ummi dan keluarganya.

Diriwayatkan dari Nabi saw bahwa orang yang melakukan amalan tersebut Allah mengijabah doanya dan memberinya enam puluh pahala haji dan umrah.

Ketiga belas: Rasulullah saw bersabda: “orang yang membaca Surat Al-Ikhlash (100 kali) dalam shalat sunnah dua rakaat di malam bulan Rajab, nilainya sama dengan berpuasa seratus tahun di jalan Allah, dan memberinya seratus istana di surga, setiap istana bertetangga dengan para Nabi (as).”

Keempat belas: Imam Ali bin Abi Thalib (as) berkata bahwa Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang membaca setiap hari dan malam di bulan Rajab, Sya’ban dan Ramadhan Surat Al-Fatihah, ayat Kursi, Surat Al-Kafirun, Al-Ikhlash, Al-Falaq, dan An-Nas masing-masing (3 kali), kemudian membaca masing-masing (3 kali):

سُبْحانَ اللهِ وَالْحَمْدُ للهِ وَلا اِلهَ إلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ، وَلا حَوْلَ وَلا قُوَّةَ إِلاّ بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظيمِ

Subhânallâhi wal-hamdulillâhi, wa lâilâha illallâh wallâhu akbar, walâ hawla walâ quwwata illâ billâhil `aliyyil `azhîm.
Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada Tuhan kecuali Allah, Allah Maha Besar, tiada daya dan kekuatan kecuali dengan Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Agung

اَللّـهُمَّ صَلِّ عَلى مُحَمَّد وَآلِ مُحَمَّد

 

Allâhumma shalli `alâ Muhammadin waâli Muhammad
Sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad

اَللّـهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤمِنينَ وَالْمُؤمِناتِ

Allâhummaghfir lil-mu’minîna wal-mu’minât
Ya Allah, ampuni kaum mukminin dan mukminat

Kemudian membaca istighfar berikut (400 kali):

اَسْتَغْفِرُ اللهَ وَاَتُوبُ اِلَيْهِ

Astaghfirullâha wa atûbu ilayh
Aku mohon ampun kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya,

maka Allah swt akan mengampuni dosa-dosa hamba-Nya walaupun sebanyak tetesan hujan, daun-daun pepohonan, dan buih di lautan.”

II. KUTAMAAN BULAN SYA’BAN

Sya’ban adalah istilah bahasa Arab yang berasal dari kata syi’ab yang artinya jalan di atas gunung. Islam kemudian memanfaatkan bulan Sya’ban sebagai waktu untuk menemukan banyak jalan, demi mencapai kebaikan.

Karena bulan Sya’ban terletak di antara bulan Rajab dan bulan Ramadhan, karena diapit oleh dua bulan mulia ini, maka Sya’ban seringkali dilupakan. Padahal semestinya tidaklah demikian. Dalam bulan Sya’ban terdapat berbagai keutamaan yang menyangkut peningkatan kualitas kehidupan umat Islam, baik sebagai individu maupun dalam lingkup kemasyarakatan.

Karena letaknya yang mendekati bulan Ramadhan, bulan Sya’ban memiliki berbagai hal yang dapat memperkuat keimanan. Umat Islam dapat mulai mempersiapkan diri menjemput datangnya bulan termulia dengan penuh suka cita dan pengharapan anugerah dari Allah SWT karena telah mulai merasakan suasana kemuliaan Ramadhan.

Rasulullah SAW bersabda,

ذاكَ شهر تغفل الناس فِيه عنه ، بين رجب ورمضان ، وهو شهر ترفع فيه الأعمال إلى رب العالمين، وأحب أن يرفع عملي وأنا صائم — حديث صحيح رواه أبو داود النسائي

Bulan Sya’ban adalah bulan yang biasa dilupakan orang, karena letaknya antara bulan Rajab dengan bulan Ramadan. Bulan Sya’ban adalah bulan diangkatnya amal-amal. Karenanya, aku menginginkan pada saat diangkatnya amalku, aku dalam keadaan sedang berpuasa.” (HR Abu Dawud dan Nasa’i)

Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan pengakuan Aisyah, bahwa Rasulullah SAW tidak pernah berpuasa (sunnah) lebih banyak daripada ketika bulan Sya’ban. Periwayatan ini kemudian mendasari kemuliaan bulan Sya’ban di antar bulan Rajab dan Ramadhan.

Karenanya, pada bulan ini, umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak berdzikir dan meminta ampunan serta pertolongan dari Allah SWT. Pada bulan ini, sungguh Allah banyak sekali menurunkan kebaikan-kebaikan berupa syafaat (pertolongan), maghfirah (ampunan), danitqun min adzabin naar (pembebasan dari siksaan api neraka).

Dari sinilah umat Islam, berusaha memuliakan bulan Sya’ban dengan mengadakan shodaqoh dan menjalin silaturrahim. Umat Islam di Nusantara biasanya menyambut keistimewaan bulan Sya’ban dengan mempererat silaturrahim melalui pengiriman oleh-oleh yang berupa makanan kepada para kerabat, sanak famili dan kolega kerja mereka. Sehingga terciptalah tradisi saling mengirim parcel di antara umat Islam.

Karena, di kalangan umat Islam Nusantara, bulan Sya’ban dinamakan sebagai bulan Ruwah, maka tradisi saling kirim parcel makanan ini dinamakan sebagai Ruwahan. Tradisi ini menyimbolkan persaudaraan dan mempererat ikatan silaturrahim kepada sesama Muslim.

Nishfu Sya’ban

Sya’ban adalah bulan kedelapan dalam penanggalan Hijriyah. Keistimewaan bulan ini terletak pada pertengahannya yang biasanya disebut sebagai Nishfu Sya’ban. Secara harfiyah istilah Nisfu Sya’ban berarti hari atau malam pertengahan bulan Sya’ban atau tanggal 15 Sya’ban.

Kaum Muslimin meyakini bahwa pada malam ini, dua malaikat pencatat amalan keseharian manusia, yakni Raqib dan Atid, menyerahkan catatan amalan manusia kepada Allah SWT, dan pada malam itu pula buku catatan-catatan amal yang digunakan setiap tahun diganti dengan yang baru.

Imam Ghazali mengistilahkan malam Nisfu Sya’ban sebagai malam yang penuh dengan syafaat (pertolongan). Menurut al-Ghazali, pada malam ke-13 bulan Sya’ban Allah SWT memberikan seperti tiga syafaat kepada hambanya. Sedangkan pada malam ke-14, seluruh syafaat itu diberikan secara penuh. Dengan demikian, pada malam ke-15, umat Islam dapat memiliki banyak sekali kebaikan sebagai penutup catatan amalnya selama satu tahun. Karepa pada malam ke-15 bulan Sya’ban inilah, catatan perbuatan manusia penghuni bumi akan dinaikkan ke hadapan Allah SWT.

Para ulama menyatakan bahwa Nisfu Sya’ban juga dinamakan sebagai malam pengampunan atau malam maghfirah, karena pada malam itu Allah SWT menurunkan pengampunan kepada seluruh penduduk bumi, terutama kepada hamba-Nya yang saleh.

Dengan demikian, kita sebagai umat Islam semestinya tidak melupakan begitu saja, bahwa bulan sya’ban dalah bulan yang mulia. Sesungguhnya bulan Sya’ban merupakan bulan persiapan untuk memasuki bulan suci Ramadhan. Dari sini, umat Islam dapat mempersiapkan diri sebaik-baiknya dengan mempertebal keimanan dan memanjatkan doa dengan penuh kekhusyukan.

III. KEISTIMEWAAN BULAN ROMADHON

Bulan Ramadhan memiliki keutamaan dan keistimewaan yang besar. Semua amal soleh yang dilakukan pada bulan ini akan mendapat balasan lebih banyak dan lebih baik. Oleh karena itu kita sangat dianjurkan untuk memperbanyak amal kebajikan dan meninggalkan kemaksiatan. Diantara keutamaan dan keistimewaan bulan Ramadhan tersebut, disebutkan dalam beberapa riwayat:

1. Ramadhan adalah bulan penuh berkah, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan pun dibelenggu. Pada bulan Ramadhan terdapat satu malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan. Rasulullah SAW bersabda:

قَدْ جَاءَكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌمُبَارَكٌ افْتَرَضَ اللهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ تُفْتَحُ فَيْهِ أبْوَابُ الْجَنَّةِ وَيُغْلَقُ فَيْهِ أبْوَابُ الْجَحِيْمِ وَتُغَلًّ فَيْهَ الشَّيَاطَيْنُ فَيْهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ ألْفِ شَهْرٍ

Telah datang Bulan Ramadhan, bulan penuh berkah, maka Allah mewajibkan kalian untuk berpuasa pada bulan itu, saat itu pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, para setan diikat dan pada bulan itu pula terdapat satu malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan. (HR. Ahmad)

2. Allah SWT membebaskan penghuni neraka pada setiap malam bulan Ramadhan. Rasulullah SAW bersabda:

إذَا كَانَ أوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِرَمَضَانَ صُفِّدَتْ الشَّيَاطِيْنُ وَمَرَدَةُ الْجِنِّ وَغُلِّقَتْ أبْوَابُ النَّارِ فَلَمْ يُفْتَحْ مِنْهَا بَابٌ وَفُتِّحَتْ أبْوَابُ الجَنَّةِ فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ وَيُنَادِيْ مُنَادٍ يَا بَاغِيَ الْخَيْرِ وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ أقْصِرْ وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ مِنَ النَّارِ وَذَلِكَ كُلُّ لَيْلَةٍ
Jika awal Ramadhan tiba, maka setan-­setan dan jin dibelenggu, pintu-pintu neraka ditutup, tidak ada satu pintu pun yang dibuka. Sedangkan pintu-pintu surga dibuka, dan tidak satu pintu pun yang ditutup. Lalu ada seruan (pada bulan Ramadhan); Wahai orang yang menginginkan kebaikan, datanglah. Wahai orang yang ingin kejahatan, tahanlah dirimu. Pada setiap malam Allah SWT memiliki orang-orang yang dibebaskan dari neraka. (HR Tirmidzi)

3. Puasa bulan Ramadhan adalah sebagai penebus dosa hingga datangnya bulan Ramadhan berikutya. Rasulullah SAW bersabda:

اَلصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ وَالْجُمْعَةُ إلَى الْجُمْعَةِ وَرَمَضَاُن إلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاةٌ مَا بَيْنَهُنَّ إذَاجْتَنَبَ اْلكَبَائِرَ

Jarak antara shalat lima waktu, shalat jum’at dengan jum’at berikutnya dan puasa Ramadhan dengan Ramadhan berikutnya merupakan penebus dosa-­dosa yang ada diantaranya, apabila tidak melakukan dosa besar. (HR Muslim)

4. Puasa Ramadhan bisa menebus dosa-dosa yang telah lewat, dengan syarat puasanya ikhlas. Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إيْمَا نًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Barangsiapa berpuasa dibulan Ramadhan karena Iman dan mengharap pahala dari Allah maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. (HR Bukhari dan Muslim)

5. Barangsiapa memberi buka orang yang puasa maka mendapat pahala sebanyak pahala orang puasa tersebut.

مَنْ فَطَرَ صَائِمًا كُتِبَ لَهُ مِثْلُ أجْرِ الصَّا ئِمِ لَا يَنْقُصَ مِنْ أجْرِ الصَّائِمِ شَيْئٌ

Barangsiapa memberi perbukaan (makanan atau minuman) kepada orang yang berpuasa, maka dia akan mendapat pahala seperti pahala orang yang berpuasa itu, tanpa mengurangi sedikitpun pahala orang yang berpuasa tersebut. (HR Ahmad)

6. Sedekah yang paling baik adalah pada bulan Ramadhan.

أيُّ الصَّدَقَةِ أفْضَلُ؟ قَالَ صَدَقَةٌ فَيْ رَمَضَانَ

Rasulullah SAW pemah ditanya; Sedekah apakah yang paling mulia? Beliau menjawab: “Yaitu sedekah dibulan Ramadhan.” (HR Tirmidzi)

7. Orang yang banyak beribadah (menghidupkan) bulan Ramadhan, maka dosa-­dosanya diampuni oleh Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إيْمَا نًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Barangsiapa beribadah (menghidupkan) bulan Ramadhan dengan iman dan mengharap pahala, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR Bukhari dan Muslim)

8. Doa orang yang berpuasa adalah mustajab Rasulullah SAW bersabda:

ثَلَاثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٍ ؛دَعْوَةُ الصَّائِمِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُوْمِ

Ada tiga macam doa yang mustajab, yaitu doa orang yang sedang puasa, doa musafir dan doa orang yang teraniaya. (HR Baihaqi)

9. Puasa dan ِAl-Qur’an yang dibaca pada malam Ramadhan akan memberi syafaat kepada orang yang mengerjakannya kelak dihari kiamat. Rasulullah SAW bersabda:

اَلصُّيَامُ وَاْلقُرْآنُ يَشْفَعَانِ لِلْعَبْدِ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ يَقُوْلُ اَلصِّيَامُ أيْ رَبِّ مَنَعْتُهُُ الطَّعَامَ وَالشَّهَوَاتَ بِالنَّهَارِ فَشَفِّعْنِى فَيْهِ وَيَقُوْلُ اْلقُرْآنُ مَنَعْتُهُ النَّوْمَ بِالَّيْلِ فَشَفِّعْنِي فِيْهِ قَالَ فَيُشَفِّعَانِ

Puasa dan Al-Qur’an akan memberikan syafaat seorang hamba pada hari kiamat. Puasa berkata: “Ya Rabbi, aku mencegahnya dari makan dan minum di siang hari”, ِAl-Qur’ an juga berkata: “Aku mencegahnya dari tidur dimalam hari, maka kami mohon syafaat buat dia.” Beliau bersabda: “Maka keduanya dibolehkan memberi syafaat.”  (HR Ahmad)

10. Orang yang melaksanakan Umrah pada bulan Ramadhan maka mendapat pahala seperti melakukan Haji. Rasulullah SAW bersabda:

فَإِنَّ عُمْرَةَ فِيْ رَمَضَانَ حَجَّةٌ

Sesungguhnya umrah dibulan Ramadhan sama dengan pahala haji. (HR Bukhari)

Dan di bawah ini 5 keistimewaan bulam ramadhan:

Pada awal-awal bulan ramadhan. Allah akan senantiasa memperhatikan ummat muhammad dengan detail. Segala amal perbuatan baik akan dilipat gandakan. Yang sunnah-sunnah seakan mejadi wajib sedangkan amalan-amalan wajib akan menjadi lebih dari biasanya. Dan barangsiapa yang diperhatikan oleh allah niscaya dia akan terhindar dari adzab.Bau mulut orang yang berpusa yang berbau tidak sedap akan berubah menjadi wangi sekali melebihi wangi kasturi pada saat hari kiamat nanti.pada setiap malam bulan ramadhan akan ada berpuluh puluh ribu malaikat yang tuun ke bumidan senentiasa memohonkan ampun bagi mereka orang orang yang memanfaatkan malmnya dengan bersimpuh, berdzikir serta beribadah pada allah.allah akan memerintahakn surga untuk berhiasa diri, sehingga ummat muhammad yang akan masuk surganya allah akan senatiasa merasa nyaman dan tenang.pada akhir-akhir bulan ramadhan allah akan melebur dosa-dosa bagi orang yang selalu bertakwa dan beriman pada Alloh SWT.

Wallohu a'lam bisshowab.

Tanda-tanda Isim (عَلَامَاتُ الاِسْمِ)

Tanda-tanda Isim (عَلَامَاتُ الاِسْمِ)
 
Pelajaran Keenam (اَلدَّرْسُ السَّادِسُ)

Tanda-tanda Isim (عَلَامَاتُ الاِسْمِ)

Alhamdulillah, Pembaca Shanjongjing yang semoga dijaga oleh Allahl, pada edisi kali ini kita memasuki pembahasan baru. Setelah menyelesaikan pembahasan isim isyarah pada edisi-edisi sebelumnya, kita akan membahas tanda-tanda isim.Sebelumnya, kita perlu mengetahui pembagian kata dalam bahasa Arab.

Kata (الْكَلِمَةُ) dalam bahasa Arab terbagi menjadi 3 (tiga), yaitu:

Isim (اِسْمٌ).Fi’il (فِعْلٌ).

Fi’il adalah kata kerja yang menunjukkan suatu kejadian pada salah satu waktu dari tiga waktu tertentu, yaitu masa lampau (الْمَاضِي), masa sekarang (الْحَالُ), atau masa yang akan datang (الْاِسْتِقْبَالُ).

Contoh: خَرَجَ (keluar), دَخَلَ (masuk), dan lain-lain.

Akan datang penjelasannya pada edisi-edisi mendatang, insya Allah.

Huruf (حَرْفٌ).

Huruf adalah kata yang tidak mempunyai arti kecuali setelah bersambung dengan kata lain, baik dengan isim maupun fi’il, sehingga memberikan arti pada isim atau fi’il tersebut.

Contoh: هَلْ, فِيْ, لَمْ, dan lain-lain.

Sebagaimana telah kita ketahui, isim sering kali diterjemahkan sebagai kata benda. Sebenarnya, cakupan isim lebih luas. Dalam bahasa Arab, isim mencakup kata benda, kata sifat, keterangan waktu, keterangan tempat, dan sebagainya.

Contoh isim yang berupa kata benda telah kami jelaskan pada edisi-edisi sebelumnya, seperti كِتَابٌ (buku), بَيْتٌ (rumah).

Contoh isim yang berupa kata sifat adalah كَبِيْرٌ (besar), نَظِيْفٌ (bersih).

Contoh isim yang berupa keterangan waktu adalah صَبَاحًا (pagi), مَسَاءً (sore).

Yang berupa keterangan tempat adalah أَمَامَ (di depan), خَلْفَ (di belakang), dan sebagainya.

Kesimpulannya, isim adalah kata yang digunakan untuk menunjukkan arti kata itu sendiri dan tidak terkait dengan waktu. Demikian para ahli nahwu mendefinisikan isim.

Kata كِتَابٌ menunjukkan kata benda “buku”, sedangkan نَظِيْفٌ menunjukkan kata sifat “bersih”. Kedua kata ini tidak terkait dengan waktu kejadian. Dengan pengertian inilah isimterbedakan dengan kedua saudaranya, yaitu fi’il dan huruf.

Isim menunjukkan arti pada dirinya sendiri, sedangkan hurufbaru memiliki arti setelah bergabung dengan kata yang lain.Isim juga tidak berkaitan dengan waktu, sedangkan fi’il terkait dengan waktu sebagaimana telah dijelaskan di atas.

Tanda-tanda Isim (عَلَامَاتُ الاِسْمِ)

Isim dapat dikenali dengan tanda-tanda sebagai berikut.

Bisa menerima tanwin (ـًـ ـٍـ ـٌـ), seperti قَلَمٌ, بَيْتٌ, رَجُلٌ.Bisa menerima jar (kasrah atau pengganti kasrah), seperti pada kalimat بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ .

Keterangan:

Kata-kata (اسْمِ), (اللهِ), (الرَّحْمنِ), (الرَّحِيْمِ) semuanya berharakat akhir kasrah.Jar/khafdh adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkankasrah atau pengganti kasrah, yang akan dijelaskan pada pembahasan masalah i’rab (perubahan akhir suatu kata),insya Allah.Bisa dimasuki/didahului huruf jar (huruf yang menyebabkan suatu isim berharakat akhir kasrah atau pengganti kasrah). Huruf-huruf jar itu di antaranya (البَاءُ), (مِنْ), (إِلىَ), (عَلَى), (فِي), dan lain-lain.

Contoh:

Keterangan:

Kata-kata di atas, yaitu (زَيْدٍ), (اْلَبيْتِ), (اْلمَسْجِدِ), (الْمَكْتَبِ), ( الْحَمَّامِ), semuanya berharakat akhir kasrah (ــِـ) karena didahului olehhuruf-huruf jar.

Bisa dimasuki/didahului huruf nida’ (panggilan).

Contoh:

Keterangan:

Kata (مُحَمَّدُ) dan (رَجُلُ) tidak bertanwin karena berkaitan dengan salah satu hukum isim yang terletak di belakang huruf nida’. Akan datang penjelasannya pada pelajaran-pelajaran selanjutnya, insya Allah.

Bisa disambung/disandarkan dengan isim lain yang diakhirijar (kasrah atau pengganti kasrah) pada isim

Contoh:

Keterangan:

Kata-kata (مُحَمَّدٍ), (الْمُدِيْرِ), dan (الْمَسْجِدِ) semuanya berharakat akhir kasrah.Pada contoh (سَيَّارَةُ الْمُدِيْرِ), (سَيَّارَةُ) disebut mudhaf dan (الْمُدِيْرِ) disebut mudhaf ilaihi. Demikian pula pada contoh lainnya. Akan datang penjelasannya pada pelajaran-pelajaran berikutnya, insya Allah.

Bisa menerima huruf alif lam (ال).

Contoh:

Keterangan:

Setelah isim menerima alif lam (ال), tanwin (ــٌـ) pada isimdihilangkan dan diganti dengan harakat biasa, yaitudhammah (ــُـ), seperti pada contoh-contoh diSebelum menerima alif lam (ال), isim disebut isim nakirah(umum/tidak tertentu), sedangkan setelah menerima alif lam (ال), disebut isim ma’rifah (sudah dikenal/tertentu).Alif lam (ال) yang masuk kepada isim terbagi menjadi dua:alif lam syamsiyah (الشَّمْسِيَّةُ) dan alif lam qamariyah (الْقَمَرِيَّةُ).(الشَّمْسِيَّةُ) adalah alif lam yang apabila masuk pada isim-isimyang dimulai dengan huruf-huruf tertentu, alif lamtersebut tidak terbacatetapi melebur dengan huruf tersebut. Contoh: (الشَّمْسُ).(الْقَمَرِيَّةُ) adalah alif lam yang apabila masuk pada isim-isimyang dimulai dengan huruf-huruf tertentu pula, alif lamtersebut tetap terbaca. Contoh: (الْقَمَرُ).

Berikut perincian huruf-huruf الْقَمَرِيَّةُ dan huruf الشَّمْسِيَّةُ beserta contohnya.

Alhamdulillah, Pembaca—rahimakumullah, dari pembahasan di atas kita telah mengenal tanda-tanda isim. Apabila suatu kata menerima satu tanda saja dari tanda-tanda tersebut, bisa dikatakan bahwa kata tersebut adalah isim.

Ringkasan:

Kata (الْكَلِمَةُ) dalam bahasa Arab terbagi menjadi tiga (3), yaitu isim (اِسْمٌ), fi’il (فِعْلٌ), dan huruf (حَرْفٌ).Isim dapat dikenali dengan tanda-tanda:Bisa menerima tanwin: قَلَمٌ, بَيْتٌ, رَجُلٌBisa menerima jar: (بِسْمِ اللهِ الَّرَحْمنِ الَّرَحِيْمِ)Bisa dimasuki/didahului dengan huruf jar: عَلَى اْلمَكْتَبِ, اِلىَ اْلمَسْجِدِ, مِنَ اْلبَيْتِBisa dimasuki/didahului dengan huruf nida’ (panggilan) : يَا رَجُلُ, يَا مُحَمَّدُBisa disambung/disandarkan dengan isim yang lain: قَلَمُ مُحَمَّدٍ,الْمُدِيْرِ سَيَارَةُBisa menerima alif lam (ال) : الْقَلَمُ, الْبَيْتُ, الرَّجُلُAlif lam (ال) yang masuk pada isim terbagi menjadi dua: alif lam syamsiyah (الشَّمْسِيَّةُ) dan alif lam qamariyah (الْقَمَرِيَّةُ).

Kantong Kosakataku

Alhamdulillah, Pembaca, kita mulai mengenal kata-kata baru dari ketiga jenis kata dalam pelajaran kali ini. Rajin-rajinlah dan teruslah bersemangat menuntut ilmu!

Latihan (تَمْرِيْنٌ)

Tentukanlah isim pada kalimat-kalimat berikut ini dengan menyebutkan tandanya, barakallahu fikum!

الْحَمْدُ لِلهِ، وَاللهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَابِ

kata benda bahasa arab, tanda kata benda, tanda tanda isim. Bookmark.

Wakil Rais ‘Aam PBNU Kritik Gerakan HTI dan FPI


Wakil Rais ‘Aam PBNU Kritik Gerakan HTI dan FPI

KH Miftahul Akhyar

NU Online | Ahad, 30 April 2017

Kubu Raya, NU Online
Dalam Halaqah Alim Ulama NU yang digelar PWNU Kalimantan Barat di Pondok Pesantren Darul Ulum, Kubu Raya, Kalimantan Barat, Ahad (30/4/2017), Wakil Rais 'Aam PBNU, KH Miftahul Akhyar mengungkapkan perlunya kewaspadaan warga NU terhadap organisasi transnasional seperti HTI, Wahabi, Syiah, termasuk Jaulah.

"Kalau kita runut, kelompok ini adalah kelompok Khawarij. Karena mereka nolak madzhab," ujarnya.

Mengenai maraknya penolakan-penolakan terhadap kelompok tersebut, menurut Kiai Miftah adalah wajar. "Kalian datang melawan tradisi dan madzhab di Indonesia. Ingin membentuk madzhab dan akidah baru, secara frontal, jadi wajar ditolak," tandasnya.

Lebih lanjut, kata Kiai Miftah, penolakan terhadap kelompok transnasional ini semakin mengental lantaran kelompok tersebut juga ingin mengubah dasar negara RI, serta rajin menebar fitnah dan berita palsu.

Kebiasaan menebar kabar dusta tanpa tabayyun itu juga kerap dilakukan oleh FPI. Laskar bentukan Habib Rizieq itu, menurut Kiai Miftah, juga kurang melakukan tabayyun. Sehingga FPI juga mendapat penolakan di berbagai tempat, termasuk di Kalbar.

"Ini kritik saya terhadap FPI. Meski amar ma'ruf nahi munkar perlu diupayakan, tapi harus lebih santun. FPI juga sering bicara keras, menuduh kita (NU), tanpa tabayyun. Ini kekurangan FPI yang membuat banyak resistensi masyarakat," ungkapnya.

Kiai Miftah juga menyesalkan para pengurus FPI yang kurang selektif dalam rekrutmen anggotanya. Sehingga banyak anggota yang masuk berlatar belakang dendam dan menunggangi gerakan-gerakan FPI.

"Jadi banyak anggota FPI berlatar belakang tidak jelas. Sehingga malah menunggangi dan merusak citra FPI," ujarnya. Meski demikian, Kiai Miftah mengakui bahwa secara amaliah dan akidah, FPI serupa dengan NU. 

Nabi Pernah Shalat Tarawih Berjama’ah

Nabi Pernah Shalat Tarawih Berjama’ah

Jum'at , 20 July 2012 (6:57 am)

Nabi Pernah Shalat Tarawih Berjama’ah

Aisyah Ummul Mukminin Radhiyallahu ‘Anha berkata,

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى فِي الْمَسْجِدِ ذَاتَ لَيْلَةٍ فَصَلَّى بِصَلَاتِهِ نَاسٌ ثُمَّ صَلَّى اللَّيْلَةَ الْقَابِلَةَ فَكَثُرَ النَّاسُ ثُمَّ اجْتَمَعُوا مِنْ اللَّيْلَةِ الثَّالِثَةِ أَوْ الرَّابِعَةِ فَلَمْ يَخْرُجْ إِلَيْهِمْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمَّا أَصْبَحَ قَالَ قَدْ رَأَيْتُ الَّذِي صَنَعْتُمْ وَلَمْ يَمْنَعْنِي مِنْ الْخُرُوجِ إِلَيْكُمْ إِلَّا أَنِّي خَشِيتُ أَنْ تُفْرَضَ عَلَيْكُمْ وَذَلِكَ فِي رَمَضَانَ .

“Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah shalat pada suatu malam di masjid. Orang-orang pun turut shalat mengikuti shalat beliau. Kemudian pada malam berikutnya beliau shalat lagi dan orang-orang semakin banyak. Kemudian mereka berkumpul pada malam ketiga atau keempat. Namun, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak keluar menemui mereka. Keesokan harinya, Nabi berkata, “Sungguh aku melihat apa yang kalian lakukan, dan tidak ada yang menghalangiku keluar kepada kalian selain aku takut jika ini diwajibkan atas kalian." Dan itu pada bulan Ramadhan."

Takhrij

Hadits ini diriwayatkan Imam Al Bukhari dari Abdullah bin Yusuf dari Malik bin Anas dari Ibnu Syihab Az Zuhri dari Urwah bin Az Zubair dari Aisyah.[1]

Hadits ini juga diriwayatkan oleh Imam Muslim (1819), Malik (229), Abu Dawud (1166), Ahmad (24274), Ath Thabarani dalam Al Ausath (5439), Al Baihaqi dalam Asy Syu’ab (3120), Ibnu Hibban (2592), dan Al Baghawi (988); juga dari Aisyah.

Hikmah dan Ibrah

Yang dimaksud shalat di masjid dalam hadits ini adalah shalat sunnah.Kata “pernah" atau “pada suatu malam" di sini menunjukkan bahwa Nabi biasa shalat sunnah di rumah. Tetapi, sekali-kali beliau pernah melakukannya di masjid. Adapun shalat wajib, Nabi melaksanakannya berjamaah di masjid. Dalam hadits shahih disebutkan,

فَإِنَّ أَفْضَلَ الصَّلَاةِ صَلَاةُ الْمَرْءِ فِي بَيْتِهِ إِلَّا الْمَكْتُوبَةَ .

“Sesungguhnya sebaik-baik shalat adalah shalat seseorang di rumahnya kecuali shalat wajib."[2]

Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah shalat malam pada bulan Ramadhan berjamaah bersama para sahabat di masjid.Nabi hanya melakukan shalat malam[3] ini beberapa kali.Nabi tidak melanjutkan shalat malam berjamaah bersama para sahabat bukan karena dilarang Allah, melainkan karena beliau khawatir jika shalat malam (baca: tarawih) diwajibkan atas umatnya.Nabi sangat sayang dan mencintai umatnya, sehingga beliau takut umatnya dibebani shalat malam berjamaah di masjid pada bulan Ramadhan yang belum tentu umatnya sanggup melakukannya.Bisa juga bermakna, bahwa Nabi khawatir jika umatnya menganggap shalat tarawih ini hukumnya wajib.Shalat tarawih berjamaah di masjid ada dasarnya, karena Nabi pernah melakukannya, meskipun hanya beberapa kali. Namun demikian, apa yang dilakukan Nabi ini adalah sunnah.Jika Nabi tidak melanjutkan tarawihnya bersama para sahabat karena khawatir akan diwajibkan, maka tidak ada yang perlu dikhawatirkan ketika kaum muslimin setelah Nabi melakukannya. Sebab, Nabi telah tiada, dan tidak mungkin ada syariat baru sepeninggal beliau.

Umar Mengumpulkan Orang Untuk Shalat Tarawih Berjama’ah

Abdurrahman bin Abdil Qari[4] berkata,

خَرَجْتُ مَعَ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ فِي رَمَضَانَ إِلَى الْمَسْجِدِ فَإِذَا النَّاسُ أَوْزَاعٌ مُتَفَرِّقُونَ يُصَلِّي الرَّجُلُ لِنَفْسِهِ وَيُصَلِّي الرَّجُلُ فَيُصَلِّي بِصَلَاتِهِ الرَّهْطُ فَقَالَ عُمَرُ وَاللَّهِ إِنِّي لَأَرَانِي لَوْ جَمَعْتُ هَؤُلَاءِ عَلَى قَارِئٍ وَاحِدٍ لَكَانَ أَمْثَلَ فَجَمَعَهُمْ عَلَى أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ قَالَ ثُمَّ خَرَجْتُ مَعَهُ لَيْلَةً أُخْرَى وَالنَّاسُ يُصَلُّونَ بِصَلَاةِ قَارِئِهِمْ فَقَالَ عُمَرُ نِعْمَتِ الْبِدْعَةُ هَذِهِ وَالَّتِي يَنَامُونَ عَنْهَا أَفْضَلُ مِنْ الَّتِي يَقُومُونَ يَعْنِي آخِرَ اللَّيْلِ وَكَانَ النَّاسُ يَقُومُونَ أَوَّلَهُ .

“Saya keluar ke masjid bersama Umar bin Al Khathab pada bulan Ramadhan. Di sana banyak sekali orang yang terpencar-pencar. Ada yang shalat sendirian. Ada juga yang shalat sendiri, tetapi ada beberapa orang yang mengikutinya. Umar berkata; ‘Demi Allah, sesungguhnya saya melihat jika saya satukan mereka dengan seorang imam tentu akan lebih baik.’ Maka, Umar pun mengumpulkan mereka dengan Ubay bin Ka’ab sebagai imam. Kemudian, saya keluar lagi bersama Umar pada malam yang lain, dimana ornag-orang shalat dengan qari` (imam) mereka. Umar berkata; ‘Ini adalah bid’ah yang sangat bagus. Tetapi, orang-orang yang sekarang tidur itu lebih baik daripada yang bangun.’ Maksud Umar, orang yang tidur untuk bangun di akhir malam. Waktu itu, orang-orang qiyamullail pada awal malam."

Takhrij

Hadits ini diriwayatkan Imam Malik bin Anas bin Malik Al Ashbahi Al Madani (w. 179 H) dari Ibnu Syihab Az Zuhri dari Urwah bin Az Zubair dari Abdurrahman bin Abdil Qari. [5]

Hadits ini juga diriwayatkan oleh Imam Al Bukhari (1871), Al Baihaqi dalam Syu’ab Al Iman (3122), dan Abdurrazaq dalam Al Mushannaf (7723).

Hikmah dan Ibrah

Menurut Umar bin Al-Khathab Radhiyallahu ‘Anhu, daripada orang-orang di masjid ada yang shalat sendiri-sendiri dan ada juga yang berjamaah, akan lebih baik jika mereka disatukan dalam satu shalat jamaah dengan seorang imam.Shalat tarawih berjamaah di masjid yang dilakukan Umar bukanlah sesuatu yang baru, melainkan pernah dilakukan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.Shalat tarawih di masjid adalah sunnah, dan shalat malam di rumah juga sunnah.

Imam Al Hakim berkata,

صَلَاةُ التَّرَاوِيْحِ فِي مَسَاجِدِ الْمُسْلِمِيْنَ سُنَّةٌ مَسْنُوْنَةٌ .

“Shalat tarawih di masjid-masjid kaum muslimin adalah sunnah yang disunnahkan."[6]

Yang dimaksud bid’ah oleh Umar bukanlah bid’ah secara syar’i, melainkan bid’ah dari sisi lughawi (bahasa), yakni menyatukan orang-orang secara sengaja berdasarkan instruksinya sebagai Amirul Mukminin untuk shalat tarawih berjamaah.Ditunjukkanya Ubay bin Ka’ab sebagai imam shalat tarawih, menunjukkan bahwa yang paling layak dan berhak menjadi imam adalah orang yang terbaik bacaan dan pengetahuan Al-Qur`annya.Kata Umar, “Orang-orang yang sekarang tidur itu lebih baik daripada yang bangun." Maksudnya, berjamaah tarawih di masjid pada awal malam adalah bagus. Namun, orang yang tidur pada awal malam agar bisa bangun tengah malam atau dini hari untuk shalat adalah lebih bagus lagi.

[1] Shahih Al Bukhari, Kitab Al-Jumu’ah, Bab Tahridh An Nabiy ‘Ala Shalati Al Lail wa An Nawafil, hadits nomor 1061.

[2] HR. Al Bukhari (689) dan Muslim (1301) dari Zaid bin Tsabit Radhiyallahu ‘Anhu.

[3] Shalat malam pada bulan Ramadhan ini selanjutnya dikenal sebagai “shalat tarawih".

[4] Abu Muhammad Abdurrahman bin Abdil Qari Al Madani, seorang tabi’in yang mulia. Waktu kecil, ia pernah dibawa ayahnya kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Tetapi dia tidak pernah mendengar dan meriwayatkan hadits langsung dari Nabi. Para ulama memasukkannya dalam kelompok tabi’in. Pada masa Umar, dia pernah diberi kepercayaan sebagai penanggung jawab Baitul Mal. Abdurrahman wafat tahun 80 H (ada yang mengatakan 81 H) dalam usia 78 tahun.

[5] Lihat Al Muwaththa`, Kitab An Nida` li Ash-Shalah, Bab Ma Ja`a fi Qiyam Ramadhan, hadits nomor 231.

[6] Al-Mustadrak ‘Ala Ash-Shahihain (1560).Lihat Al Muwaththa`, Kitab An Nida` li Ash-Shalah, Bab Ma Ja`a fi Qiyam Ramadhan, hadits nomor 231.

Sabtu, 29 April 2017

Hukum Tambahkan Nama Suami di Belakang Nama Istri


Hukum Tambahkan Nama Suami di Belakang Nama Istri

Foto: Ilustrasi

Sabtu, 29 April 2017

Dalam tradisi Indonesia, sangat lumrah di telinga kita mendengar nama-nama perempuan yang akhirnya ditambahkan nama seorang laki-laki. Biasanya, nama orang laki-laki yang ditambahkan di belakang nama si perempuan tersebut adalah nama ayahnya atau nama suaminya.

Lalu bagaimana dengan pendapat beberapa orang (ustaz/ustazah) yang mengharamkan penambahan nama suami pada nama istri yang berlandaskan pada hadits Muslim yang diriwayatkan oleh Abi Dzar?

لَيْسَ مِنْ رَجُلٍ ادَّعَى لِغَيْرِ أَبِيهِ وَهُوَ يَعْلَمُهُ إِلَّا كَفَرَ

Artinya, “Orang yang mengaku keturunan dari orang yang bukan ayahnya sendiri, sedangkan dia tahu, maka dia telah kafir.”

Bahkan dalam riwayat Bukhari dan Abu Dawud dijelaskan sebagai berikut.

فَالْجَنَّةُ عَلَيْهِ حَرَامٌ مَنْ ادَّعَى لِغَيْرِ أَبِيهِ وَهُوَ يَعْلَمُهُ

Artinya, “Siapa yang mengaku keterunan dari orang yang bukan ayahnya sendiri, sedangkan dia tahu, maka haram surga baginya.”

Memahami dua hadits di atas tidak lantas menelan mentah-mentah bentuk teksnya. Sehingga dianggap bahwa semua orang yang menambahkan nama orang lain di belakang namanya termasuk dalam kategori dua hadis di atas.

KH Ali Mustafa Yaqub mengutip pendapat Ibnu Hajar Al-Asqalani yang mengatakan bahwa dalam memahami sebuah hadits seseorang harus mengetahui illatnya termasuk dalam memahami hadits di atas. Dengan demikian kita tidak serta merta mengharamkan seseorang yang menambahkan nama suaminya setelah namanya.

Ibnu Hajar Al-Asqalani ketika memberi penjelasan pada hadits di atas mengatakan, yang dimaksud oleh hadits riwayat Bukhari di atas (dan hadits riwayat Muslim) sebenarnya bukan untuk semua orang yang menambahkan nama orang lain setelah namanya, namun lebih spesifik kepada orang yang mengakui orang lain sebagai ayahnya. Dengan demikian yang dimaksud dalam hal ini adalah menasabkan dirinya dengan orang yang bukan ayah kandungnya.

Hal itu dilarang karena seolah-olah dia mengatakan bahwa “Allah mencipatakanku dari air maninya si fulan”. Dan hal seperti ini secara otomatis orang tersebut telah berbohong atas nama Allah.

Hal ini senada dengan pendapat Ibnu Hajar yang mengutip pendapat Ibnu Bathal. Yang dimaksud dengan hadits di atas adalah tidak semua orang yang namanya terkenal dengan tambahan nama orang lain (seperti menambahkan nama suami setelah nama istri) melainkan hadits tersebut ingin mengomentari budaya Jahiliyah yang mengadopsi anak dan anak tersebut dinasabkan kepada orang yang mengadopsinya. Sehingga seolah-olah orang yang mengadopsi tersebut adalah ayahnya yang sesungguhnya.

Bahkan budaya Jahiliyah tersebut pernah menimpa Nabi Muhammad SAW. Pada saat itu nabi memiliki budak yang dimerdekakan bernama Zaid. Karena saking lekatnya Zaid dengan nabi, maka Zaid dipanggil Zaid bin Muhammad. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dari Ibnu Umar berikut ini.

أن زيد بن حارثة مولى رسول الله صلى الله عليه وسلم ما كنا ندعوه إلا زيد بن محمد. حتى نزل القرآن) ادعوهم لآبائهم هو أقسط عند الله  (فقال النبي صلى الله عليه وسلم: أنت زيد بن حارثة بن شراحيل

Artinya, “Sesungguhnya kami selalu memanggil Zaid, budak yang dimerdekakan Rasulullah dengan panggilan Zaid bin Muhammad sampai turunlah ayat ‘Panggillah mereka (anak angkat itu) dengan nama bapak-bapak mereka. Hal itu lebih adil di sisi Allah,’ (Surat Al-Ahzab ayat 5). Nabi pun berkata, ‘Kamu adalah Zaid bin Haritsah bin Syarahil.’”

Namun menurut Ibnu Hajar, masih ada beberapa orang yang dipanggil dengan nama bapak angkatnya seperti Miqdad bin Al-Aswad. Padahal nama bapak kandungnya adalah Amr bin Tsa’labah. Dia dinisbatkan kepada Al-Aswad bin Abdul Yaghuts Az-Zuhri karena Al-Aswad adalah bapak angkatnya. Menurut Ibnu Hajar, hal ini diperbolehkan karena bukan untuk tujuan nasab tapi untuk ta’rif.

Sebagaimana kasus Miqdad, sebenarnya ada berbagai alasan mengapa perempuan harus menambahkan nama suami di belakang namanya. Alasan tersebut adalah li ta’rif, yaitu untuk lebih mengetahui secara spesifik si pemilik nama itu. Bisa jadi ada beberapa nama perempuan yang sama. Ketika ditambahkan nama suaminya, maka akan lebih jelas dan spesifik lagi siapa nama yang dimaksud.

Dari beberapa penjelasan di atas, bisa disimpulkan bahwa sebenarnya menambahkan nama suami setelah nama istri adalah diperbolehkan karena bukan bertujuan untuk li nasab, melainkan hanya untuk ta’rif. 

Wallahu a’lam.

Salah Kaprah Kelompok Salafi



Salah Kaprah Kelompok Salafi

Gambar ilustrasi.

Pringsewu, NU Online

Wakil Sekretaris MWCNU Pringsewu Ustadz Ahmad Fauzan menjelaskan bahwa saat ini masih banyak orang yang belum memahami makna Salaf. "Salaf itu nama zaman yaitu merujuk kepada golongan ulama yang hidup antara kurun zaman kerasulan Nabi Muhammad hingga 300 Hijrah," ujar Pakar Bahasa Arab ini, Jumat (28/4).

Periodisasi masa tersebut menurutnya terbagi menjadi tiga generasi yaitu Sahabat Nabi, Tabi'in dan Tabi' Tabi'in. "Golongan generasi pertama dari 300 tahun hijrah itu disebut Sahabat Nabi karena mereka pernah bertemu Nabi. Golongan generasi kedua disebut Tabi'in yaitu golongan yang pernah bertemu Sahabat Nabi tapi tak pernah bertemu Nabi. Dan golongan generasi ketiga disebut  Tabi' tabi'in yaitu golongan yang tak pernah bertemu Nabi dan Sahabat tapi bertemu dengan Tabi'in," jelasnya.

Jadi, lanjutnya, Imam Abu Hanifah (Lahir 80 H) yang merupakan penggagas madzhab Hanafi adalah murid Sahabat Nabi sehingga beliau disebut seorang Tabi'in. "Imam Malik (93 Hijrah), Imam Syafie (150 Hijrah) Imam Hanbali (150H) dan Imam Asy'ari (240H) berguru dengan Tabi'in maka mereka adalah golongan Tabi'it Tabi'in," terangnya.

Jadi menurutnya, kesemua Imam yang mulia tersebut merupakan ulama salafus sholih dan golongan salaf yang benar dan paling layak dinamakan salafi yang bermakna pengikut golongan salaf.

Sementara, lanjutnya, saat ini ada sekelompok golongan yang menamai diri salafi namun tak seorangpun imam rujukan mereka yang hidup di zaman salaf. "Imam rujukan mereka seperti Al-Albani lahir 1333 Hijrah, Muhammad bin Abdul Wahab lahir 1115 Hijrah, Bin Baz lahir 1330 Hijrah," jelasnya.

Mereka ini, menurutnya, terlalu jauh dari zaman salaf sehingga aneh apabila mereka menggelarkan diri sebagai Salafi. 

Banyak Orang Gagal Paham Sunnah Taqririyyah Nabi

Banyak Orang Gagal Paham Sunnah Taqririyyah Nabi


Pimpinan Anak Cabang (PAC) IPNU dan IPPNU Kecamatan Sumowono menggelar acara peringatan Maulid Nabi Muhammad saw bertajuk "Sumowono Bershalawat," pada Sabtu (17/12) malam.

Hadir sebagai penceramah dan pengisi acara, Ustadz Nurul Huda beserta grup rebana binaannya: Shoutul Mahbub, dari Peleburan, Semarang.

Dalam ceramahnya, ustadz muda ini menjelaskan, bahwa sunnah itu adalah apa-apa yang disandarkan kepada Nabi, baik berupa perkataan (qauliyyah), perbuatan (fi'liyyah) dan ketetapan (taqririyyah). 

"Kadang, banyak yang gagal paham dengan yang terakhir: taqririyyah. Sunnah taqririyyah itu adalah apa-apa yang tidak dilakukan Nabi, tetapi Nabi tidak melarangnya, seperti puji-pujian yang dilakukan sahabat kepada Nabi," terangnya.

Ia berharap, dengan washilah shalawatan ini, Allah memberikan keberkahan kepada penduduk desa khususnya dan kaum muslimin pada umumnya.

Selain Ustadz Huda, hadir juga memberi ceramah, pengurus MWC NU Sumowono Kiai Mudzakir. Ia mengajak kaum muslimin untuk tidak meninggalkan tiang agama: shalat serta meminta untuk berjamaah di masjid.

"Tidak hanya pasar yang tiban (dadakan), shalat jamaah pun sekarang ada yang tiban, yaitu di hari raya Idul Fitri dan Idul Adha," sindirnya, diikuti gelaktawa hadirin.

Lebih lanjut, Kiai Mudzakkir menjelaskan bahwa setiap hari, pekan, bulan dan tahun Allah SWT selalu mengadakan lomba.

"Saya tanya: kira-kira, kalau bapak ibu dipanggil pak bupati, pak guberbur atau pak presiden esok hari langsung berangkat enggak?"

"Berangkat....!!!" jawab hadirin serempak.

"Tapi kalau yang memanggil adalah yang menciptakan bupati, gubernur dan presiden, yaitu azan di masjid, cepat-cepat betangkat enggak?"

"Ggggrrrr.....," hadirin jadi riuh.

Acara ini dihadiri ribuan orang. Beberapa tokoh dari Muspika kecamatan Sumowono hadir. Juga NU beserta banom-banomnya, larut dalam dakwah dan nada.

Ini Dalil Puasa Sya’ban Beserta Hikmahnya


Ini Dalil Puasa Sya’ban Beserta Hikmahnya


Puasa terbagi dua macam: puasa wajib dan puasa sunnah.
Puasa wajib ialah puasa yang diharuskan bagi setiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan. Misalnya, puasa Ramadhan.

Puasa sunnah ialah puasa yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW untuk dikerjakan dan tidak berdosa orang yang meninggalkannya. Dalam kitab fikih, ada banyak macam puasa sunnah, mulai yang mingguan, bulanan, dan tahunan.

Dari sekian banyak puasa sunnah, puasa Sya’ban termasuk puasa yang paling banyak keutamaan dan sangat dianjurkan untuk mengerjakannya. Bahkan Rasulullah SAW sendiri sangat senang melakukan puasa Sya’ban dan memperbanyak puasa di bulan tersebut. Oleh sebab itu, Syeikh Nawawi al-Bantani dalam Nihayatul Zein mengatakan:

صوم شعبان لحبه صلى الله عليه وسلم صيامه فمن صامه نال شفاعته صل الله عليه وسلم يوم القيامة

“Puasa Sya’ban (disunnahkan) karena Rasulullah SAW menyukai puasa pada bulan itu. Siapa yang puasa Sya’ban, dia akan memperoleh syafaat Rasulullah SAW di hari akhirat kelak.”

Penjelasan Syekh Nawawi ini diperkuat oleh banyak hadis dan kesaksian sahabat yang menunjukkan bahwa Rasulullah SAW menyukai puasa Sya’ban dan memperbanyak puasa pada bulan tersebut. Ibnu Khuzaimah dalam Shahih Ibnu Khuzaimah menampilkan sebuah riwayat dari ‘Aisyah,  dia berkata:

كان أحب الشهور إلى رسول الله عليه وسلم أن يصومه شعبان، ثم يصله برمضان

“Bulan yang paling disukai Rasulullah SAW untuk berpuasa ialah Sya’ban, kemudian dilanjutkan dengan puasa Ramadhan” 
    
Dalam riwayat al-Bukhari, ‘Aisyah  mengatakan:

وما رأيت رسول الله صلى الله عليه وسلم استكمل صيام شهر قط إلا رمضان، وما رأيته أكثر صياما منه في شعبان

“Aku tidak melihat Rasulullah SAW puasa sebulan penuh kecuali pada bulan Ramadhan dan aku tidak melihat melihat beliau banyak puasa kecuali pada bulan Sya’ban.

Selain dua riwayat di atas, ada banyak hadis shahih lain yang memperkuat kesunnahan puasa Sya’ban. Paling tidak dua hadis di atas sudah menggambarkan kecintaan Rasul pada bulan Sya’ban. Di antara hikmah puasa Sya’ban, menurut Syeikh Nawawi, orang yang memperbanyak puasa pada bulan tersebut akan mendapatkan syafaat Rasul di hari akhirat kelak, sebab sudah melakukan amalan ibadah yang disukai Rasulullah SAW. Wallahu a’lam. 

Perbandingan belajar Dahulu dan sekarang

Perbandingan belajar Dahulu dan sekarang

Zaman dahulu,.....
orang sulit mencari ILMU tapi mudah mengamalkannya.
Zaman sekarang...?
orang mudah mencari ilmu tapi sulit mengamalkannya.

Zaman dahulu,
Ilmu dikejar, ditulis, dihafal, diamalkan dan diajarkan.
Zaman sekarang...?
Ilmu diunduh, disimpan dan dikoleksi, lalu diperdebatkan.

Zaman dahulu,
Butuh peras keringat dan banting tulang untuk mendapatkan ilmu.
Zaman sekarang...?
Cukup peras kuota internet sambil duduk manis ditemani minuman dan snack.

Zaman dahulu,
Ilmu disimpan di dalam hati, selama hati masih normal, ilmu tetap terjaga.
Zaman sekarang...?
Ilmu disimpan di dalam memori gadget, kalau baterai habis, ilmu tertinggal. Kalau gadget rusak, hilanglah ilmu.

Zaman dahulu,
Harus duduk berjam-jam di hadapan guru penuh rasa hormat dan sopan,
maka ilmu merasuk bersama kebarokahan bertatap muka dengan guru.
Zaman sekarang...?
Cukup tekan tombol atau layar sambil tidur-tiduran,
maka ilmu merasuk bersama kemalasan.

Kita telah sampai di zaman dimana
Bicara tanpa perlu suara..
Melihat tanpa perlu tatap muka dan
Memanggil tanpa perlu teriak...

Hingga Bicara hanya perlu ketik saja..
Melihat hanya perlu klik saja..
Dan memanggil hanya perlu ping saja...

Social Media telah menjadi budaya,
Al-Qur’an pun semakin terlupa..._

Dari yang hanya melihat-lihat, sampai mereka yang beradu pendapat..
Dari tingkah yang dibuat-buat, sampai yang terang-terangan maksiat...

Hingga tak sadar jemari ini berkhianat, menulis sesuatu yang tak bermanfaat...
Hingga tak sadar mata ini berkhianat, melihat apa yang tak boleh dilihat...

Wahai diri ingatlah !!
Matamu akan menjadi saksi atas apa yang kau lihat..
Jemarimu akan menjadi saksi atas apa yang telah engkau tulis.

Suatu hari nanti apapun yang kau lakukan,
anggota badanmu akan bersaksi dihadapan Penciptanya...

Maka dapatkah engkau membantahnya
Maka, jangan sampai mereka menjadi musuhmu dihari perhitungan nanti..

Menjadi saksi keburukanmu di Sosial Media,
saksi atas apa yang kau lihat,
saksi atas apa yang kau tulis...
saksi atas segala apa yang kita lakukan di Sosial Media..

Gunakan Apa yang ada padamu sebagai ladang amal...
Ladang di mana engkau bisa menanam kebaikan dan menuai hasilnya di akhirat.

ياحَي ياقيوم برَحْمتك أَسْتعيْثُ أَصْلِحْ لِيْ شَأْنِيْ كُلَّهُ وَلَا تَكِلْنِيْ إِلَى نَفْسِيْ طَرْفَةَ عَيْنٍ

YAA HAYYU YAA QOYYUUM BI RAHMATIKA ASTAGHITSU ASLIH LII SYA’NI KULLAHU WA LAA TAKILNII ILAA NAFSII THORFATA ‘AININ

“Wahai yang Maha Hidup, wahai yang Maha Berdiri Sendiri,
dengan rahmat-MU aku mohon keselamatan,
perbaikilah segala urusanku dan janganlah ENGKAU serahkan urusanku
sekalipun sekejap mata (tanpa mendapat pertolongan dariMU)
Aamiin...

Jumat, 28 April 2017

MOTIVASI UTK SEBUAH KEGAGALAN

MOTIVASI UTK SEBUAH KEGAGALAN

Anakku......!!!  " Tidak ada suatu keberhasilan yg diraih tanpa ada pengorbanan yg kau persembahan terlebih dahulu "!!!, anakku....!!! Kau bercita-cita ingin berkarya dinegri ini, ingin mempersembahkan yg terbaik dari buah karyamu nanti, itu adalah cita-cita yg MULIA, Bapak mendukungmu, maka jadilah engkau anak yg dapat membanggakan bagi Bapakmu utk Negrimu, tugasmu sekarang adalah belajarlah terus, karena kalau kamu ingin menjadi seorang yg berguna bagi Negrimu tidak cukup dengan tidur atau bermain ditaman seperti tamasya, segera bangun, bangkit dari tempat tidurmu yg selama ini meninabobokanmu, bangun dari kemalasanmu, bangkit dari sifat yg membuatmu enggan utk meneruskan cita-citamu...!!!!....

Jangan jadi anak cengeng,.....!!! Karena Bapakmu lahir dari keluarga sederhana yg tak pernah menangis manakala perut Bapakmu keroncongan...!!!
Jangan jadi anak pemalas,.....!!! Karena Bapakmu lahir dari keluarga miskin yang kalau ingin mendapatkan makan harus bekerja keras demi sesuap Nasi,...!!!
Jangan jadi anak manja,...!!!, Karena Bapakmu belum pernah sedikitpun dimanjakan oleh kehidupan ini, Namun Bapakmu tetap bersyukur dengan diberinya Kesehatan Oleh Alloh SWT, sehingga dahulu Bapakmu bisa bekerja mencari sesuap Nasi, hidup Bapakmu dahulu sangat pahit, tetapi bisa merubahnya menjadi sedikit Manis, karena bagi Bapakmu hidup ini tidak perlu menjadi orang kaya raya, cukup menjadi orang yg sederhana akan tetapi bisa dan mampu utk mempersembahkan yg terbaik bagi Negri ini,....!!!...

Kegagalan, ketidakberhasilan, ketidaklulusan, yg kau alami.... dari cita-citamu bukan berarti akhir dari sebuah perjuangan, waktumu masih panjang, karena kamu masih muda, ingat, bagi IMAN kita,....!!! hidup adalah pilihan, kegagalan, ketidakberhasilan, ketidaklulusan, dari satu cita-cita itu hal yg wajar, karena perjalanan hidup tidak datar, (life is never flat).... Sekarang tugasmu adalah bagaimana menjalani hidup yg penuh dengan ujian itu kamu lewati dengan mudah, maka kamu harus belajar, belajar, belajar, belajar, belajar, dan belajar dari sebuah kegagalan,.... Bapakmu berharap kejar terus cita-citamu itu jangan patah semangat, teruslah berupaya, berusaha serta disertai do'a yg tak pernah bosan kamu memohon Pada Alloh SWT yg menciptakanmu, memberimu rezki, akal yang sehat dan fisik yg prima utk berjuang meraih mimpimu....!!!...

Akan tetapi Bapakmu hanya bisa berharap, kamulah sebenarnya yg menentukan pilihan hidupmu....baiklah kalau kamu menginginkan cita-cita yg lain yg kamu anggap itu lebih baik dari pulihanmu yg pertama,... itupun sama dalam rangka berkarya demi Negrimu bapak hanya bisa berdo'a dan memberimu saran, agar kamu berhasil....
masih banyak cita-citamu yg kau dapat raih, kegagalan dari satu cita-cita, masih ada harapan lain yg mungkin kamu bisa lebih baik dari hidup Bapakmu saat ini...!!!...

Pesan Bapak " Raihlah Bintang itu meskipun kamu tidak dapat menjangkaunya, tapi yakinkan dalam hati suatu saat Bintang itu ada digenggamanmu...."!!!
“ keberhasilan hidup bukan dari sesuatu yg nampak oleh kasat mata, akan tetapi bagaimana kamu bisa mempersembahkan yg terbaik bagi bangsa dan negara terlebih bagi Agamamu "....!!!

Kalau kamu ingin jadi presiden, maka jadilah presiden bagi dirimu terlebih dahulu...!!!
Kalau kamu ingin jadi menteri maka jadilah menteri terlebih dahulu bagi dirimu sendiri...!!!
Kalau kamu ingin jadi polisi maka jadilah polisi terlebih dahulu bagi dirimu...!!! Jadi Dokter, pengusaha, dllnya maka jadilah terlebih dahulu utk dirimu baru setelah itu utk orang lain, agar kelak mereka menikmati hasil jerih payah perjuanganmu, buat Negri ini senang, buat masyarakat senang, buat alam raya sekitarmu merasa senang atas perjuanganmu meraih cita-citamu demi Negrimu...

Dan terakhir pesan Bapakmu... Jangan buat Negrimu bersedih, karena kelakuanmu.... Jangan buat masyarakatmu menangis karena perutnya keroncongan, buatlah mereka bahagia karena kenyang... Buatlah mereka tertawa bahagia karena kamu bisa membuatnya riang bahagia.....
Teruskan perjuangan Bapakmu meski kamu berbeda keadaannya dengan Bapakmu.... Ingat berkarya utk Negrimu jalannya banyak... Bukan satu jalan saja maka ambillah yg terbaik jalan itu karena itulah yg akan membantumu dalam rangka cita-citamu itu....

Semoga Pesan ini bermanfaat untukmu anakku TUBAGUS IBRAHIM RUSTAM HAJI.... jangan kau sesali apa yg telah kamu lakukan jadilah anak yg dapat membanggakan bagi Bapakmu dan Negrimu.....

Rabu, 26 April 2017

Awal Sya’ban 1438 H Jatuh pada Jumat 28 April



Awal Sya’ban 1438 H Jatuh pada Jumat 28 April



Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengumumkan bahwa awal bulan Sya’ban 1438 Hijriah jatuh pada Jumat (28/4). Ikhbar ini berdasarkan hasil observasi langit oleh tim rukyah Lembaga Falakiyah PBNU.

Ketua Lembaga Falakiyah PBNU KH Ghazalie Masroeri mengatakan, rukyat yang dilakukan pada Rabu (26/4) petang atau bertepatan dengan 28 Rajab berkesimpulan bahwa hilal tidak terlihat di seluruh wilayah Indonesia. Sehingga, bulan Rajab disempurnakan menjadi tiga puluh hari (istikmal).

“Terima kasih atas partisipasi dan kontribusi Nahdliyin (dalam rukyat kali ini),” katanya dalam siaran pers.

Ikhbar ini sesuai dengan data hisab Lembaga Falakiyah PBNU yang memprediksi bahwa tanggal 1 Sya’ban akan berlangsung pada Jumat Pon, 28 april 2017. Tinggi hilal pada pantauan Rabu petang mencapai -0 derajat 23 menit 37 detik.

Sya'ban adalah bulan kedelapan dalam hitungan kalender hijriah. Dalam bahasa Arab ia berasal dari kata syi'ab yang artinya jalan di atas bukit. Di bulan ini umat Islam dianjurkan mengamalkan amalan-amalan tertentu, khususnya pada malam pertengahan Sya’ban atau populer disebut Nisfu Sya’ban. 

Selasa, 25 April 2017

KETIKA "ZINA" DIANGGAP BUKTI CINTA.

KETIKA "ZINA" DIANGGAP BUKTI CINTA.

APA yang terjadi di zaman kita saat ini sungguh patut membuat bergidik. Banyak orang yang menjadikan zina sebagai bukti cinta, bahkan memberi istilah Making Love untuk perbuatan keji ini.
“Dan janganlah kamu mendekati zina, karena sesungguhnya zina itu adalah faahisah (perbuatan yang keji) dan seburuk-buruk jalan (yang ditempuh oleh seseorang),” (QS. Al-Israa : 32).
Banyak bahaya zina yang perlu kita pahami, agar tidak sembarangan melakukannya dengan dalih sebagai bukti cinta pada non mahram:
1. Zina mencabut keimanan kita pada Allah, jika alasan melakukan zina karena cinta, justru lebih buruk lagi
Seseorang yang berzina, otomatis mencerabut keimanan di hatinya.
“Apabila seorang hamba berzina keluarlah iman darinya. Lalu iman itu berada di atas kepalanya seperti naungan, maka apabila dia telah bertaubat, kembali lagi iman itu kepadanya,” (Hadits shahih riwayat Abu Dawud no. 4690 dari jalan Abu Hurairah)

Jika dilakukan atas nama cinta, artinya ia telah sekaligus berbuat syirik pada Allah. Yakni mencintai makhluk melebihi cintanya pada Allah. Buktinya, ia rela menerabas larangan Allah demi cintanya pada makhluk.
2. Zina mengakibatkan tertutupnya pintu rezeki
Betapa banyak orang yang terhalang rezekinya karena melakukan zina. Jika ada pezina yang terlihat justru makin makmur, kelihatan penghidupannya makin baik, maka ketahuilah bahwa itu hanyalah istidroj alias penundaan siksaan dari Allah.
“Bila kamu melihat Allah memberi pada hamba dari (perkara) dunia yang diinginkannya, padahal dia terus berada dalam kemaksiatan kepada-Nya, maka (ketahuilah) bahwa hal itu adalah istidraj (jebakan berupa nikmat yang disegerakan) dari Allah,” (HR. Ahmad 4: 145)
3. Zina membawa penyakit
Ada yang terkena penyakit seksual menular, ada yang terkena HIV/Aids, kanker, kencing nanah, dan berbagai penyakit membahayakan bahkan mematikan lainnya. Na’udzubillah min dzalik.
Cepat atau lambat, seorang pezina akan mendapat azab dari perbuatan keji yang dilakukannya tersebut.
Sekalipun dibumbui sebagai bukti cinta, tidaklah mengubah zina menjadi perbuatan yang baik apalagi bisa diterima sebagai suatu kewajaran. Naudzubillah min dzalik.