Pandangan Mbah Maimoen soal Fenomena Belajar Islam dari Terjemah dan Internet
KH Maimoen Zubair
Sanhaji jongjing at-tanari Albantani NU Online |
Tidak terpungkiri, saat ini tidak sedikit Muslim yang belajar Islam melalui karya terjemahan dan internet. Hal ini turut mempengaruhi karakter Muslim tersebut dalam memahami Islam sehingga menjadi perhatian tersendiri bagi Mustasyar PBNU, KH Maimoen Zubair.
Pengasuh Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang, Rembang, Jawa Tengah ini menilai bahwa zaman sekarang memang sudah berubah. Banyak orang yang sudah masuk pada era terjemah. Banyak orang paham Islam lewat terjemah, malah terkadang orang yang hafal Al-Qur’an tidak tahu artinya.
“Dulu kalau ada orang hafal Al-Qur’an itu pasti orang alim,” ujar Mbah Maimoen seperti dilansir Majalah Nahdlatul Ulama AULA edisi 11/Tahun XXXVIII/November 2016, halaman 41.
Fenomena belajar dari terjemah dan internet menurut Mbah Maimoen memberikan pelajaran bahwa masyarakat harus tahu mana yang baik dan tidak. Jangan berkiblat dari terjemah Al-Qur’an atau terjemah kitab, apalagi pada internet yang tak jelas referensinya.
Kiai kelahiran Rembang 28 Oktober 1928 ini juga mengingatkan bahwa saat ini sudah memasuki akhir zaman. Orang Islam pintar-pintar karena pakai huruf latin atau terjemah. Menurutnya, jarang sekali bahkan tidak ada orang yang menulis skripsi dengan Bahasa Arab, andalannya selalu huruf latin.
“Semua itu sudah digambarkan sebelum manusia diciptakan. Jika tidak mengikuti segala aturan qadla Allah, maka cari Tuhan yang lain. Kita harus bisa menyesuaikan. Yang baru harus kita terima, tapi yang dulu harus kita pertahankan,” tandas kiai sepuh berumur 88 tahun ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar