Sabtu, 27 Februari 2021

ZAKAT FITRAH

ZAKAT FITRAH 

NIAT ZAKAT FITRAH UNTUK DIRI SENDIRI

ﻧَﻮَﻳْﺖُ ﺍَﻥْ ﺍُﺧْﺮِﺝَ ﺯَﻛَﺎﺓَ ﺍﻟْﻔِﻄْﺮِ ﻋَﻦْ ﻧَﻔْﺴِﻰْ ﻓَﺮْﺿًﺎ ِﻟﻠﻪِ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ

~NAWAITU AN UKHRIJA ZAKAATAL FITHRI 'AN NAFSII 
   FARDLOL LILLAAHI TA'AALAA 

Artinya :
      Sengaja saya mengeluarkan zakat fitrah pada diri saya sendiri, 
      fardhu karena Allah Ta'ala

NIAT ZAKAT FITRAH UNTUK ISTRI

ﻧَﻮَﻳْﺖُ ﺃَﻥْ ﺃُﺧْﺮِﺝَ ﺯَﻛَﺎﺓَ ﺍﻟْﻔِﻄْﺮِ ﻋَﻦْ ﺯَﻭْﺟَﺘِﻲْ ﻓَﺮْﺿًﺎ ِﻟﻠﻪِ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ

~NAWAITU AN UKHRIJA ZAKAATAL FITHRI 'AN ZAUJATII 
   FARDHOL LILLAATI TA'AALAA 

Artinya :
      Saya niat mengeluarkan zakat fitrah atas istri saya fardhu 
      karena Allah Ta'ala

NIAT ZAKAT FITRAH UNTUK ANAK LAKI LAKI

ﻧَﻮَﻳْﺖُ ﺃَﻥْ ﺃُﺧْﺮِﺝَ ﺯَﻛَﺎﺓَ ﺍﻟْﻔِﻄْﺮِ ﻋَﻦْ ﻭَﻟَﺪِﻱْ ... ﻓَﺮْﺿًﺎ ِﻟﻠﻪِ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ

~NAWAITU AN UKHRIJA ZAKAATAL FITHRI 'AN WALADII 
   (Sebutkan Nama Anaknya) FARDHOL LILLAAHI TA'AALAA 

Artinya :
      Sengaja saya mengeluarkan zakat fitrah atas anak laki-laki saya 
      (sebut namanya) Fardhu karena Allah Ta’ala

NIAT ZAKAT FITRAH UNTUK ANAK PEREMPUAN

ﻧَﻮَﻳْﺖُ ﺃَﻥْ ﺃُﺧْﺮِﺝَ ﺯَﻛَﺎﺓَ ﺍﻟْﻔِﻄْﺮِ ﻋَﻦْ ﺑِﻨْﺘِﻲْ ... ﻓَﺮْﺿًﺎ ِﻟﻠﻪِ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ

~NAWAITU AN UKHRIJA ZAKAATAL FITHRI 'AN BINTII 
   (Sebutkan Nama Anaknya) FARDHOL LILLAAHI TA'AALAA 

Artinya :
      Sengaja saya mengeluarkan zakat fitrah atas anak perempuan saya 
      (sebut namanya), fardhu karena Allah Ta’ala

NIAT ZAKAT FITRAH UNTUK DIRI SENDIRI DAN KELUARGA

ﻧَﻮَﻳْﺖُ ﺃَﻥْ ﺃُﺧْﺮِﺝَ ﺯَﻛَﺎﺓَ ﺍﻟْﻔِﻄْﺮِ ﻋَﻨِّﻰْ ﻭَﻋَﻦْ ﺟَﻤِﻴْﻊِ ﻣَﺎ ﻳَﻠْﺰَﻣُﻨِﻰْ ﻧَﻔَﻘَﺎﺗُﻬُﻢْ ﺷَﺮْﻋًﺎ ﻓَﺮْﺿًﺎ ِﻟﻠﻪِ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ

~NAWAITU AN UKHRIJA ZAKAATAL FITHRI 'ANNII WA'AN JAMII'I MAA 
   YALZAMUNII NAFAQOOTUHUM SYAR'AN FARDHOL LILLAAHI TA'AALAA 

Artinya :
      Saya niat mengeluarkan zakat atas diri saya dan atas sekalian 
      yang saya diwajibkan memberi nafkah pada mereka secara syari’at, 
      fardhu karena Allah Ta’aala.

NIAT ZAKAT FITRA UNTUK ORANG YANG DIWAKILKAN

ﻧَﻮَﻳْﺖُ ﺃَﻥْ ﺃُﺧْﺮِﺝَ ﺯَﻛَﺎﺓَ ﺍﻟْﻔِﻄْﺮِ ﻋَﻦْ ..…) ) ﻓَﺮْﺿًﺎ ِﻟﻠﻪِ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ

~NAWAITU AN UKHRIJA ZAKAATAL FITHRI 'AN 
   (Sebutkan nama orangnya) FARDHOL LILLAAHI TA'AALAA 

Artinya :
      Niat saya mengeluarkan zakat fitrah atas…. (sebut nama orangnya), 
      Fardhu karena Allah Ta’ala

BACAAN DOA KETIKA MENERIMA ZAKAT

ﺁﺟَﺮَﻙ ﺍﻟﻠﻪُ ﻓِﻴْﻤَﺎ ﺍَﻋْﻄَﻴْﺖَ، ﻭَﺑَﺎﺭَﻙَ ﻓِﻴْﻤَﺎ ﺍَﺑْﻘَﻴْﺖَ ﻭَﺟَﻌَﻠَﻪُ ﻟَﻚَ ﻃَﻬُﻮْﺭًﺍ

~AAJAROKALLAAHU FIIMAA A'THOITA WABAAROKA FIIMAA ABQOITA 
   WAJA'ALAHU LAKA THOHUURON 

Artinya :
      Semoga Allah memberikan pahala kepadamu pada barang yang engkau 
      berikan (zakatkan) dan semoga Allah memberkahimu dalam harta-harta 
      yang masih engkau sisakan dan 
      semoga pula menjadikannya sebagai pembersih (dosa) bagimu

" WAKTU MENGELUARKAN ZAKAT "
       Waktu pelaksanaan mengeluarkan zakat fitrah terbagi
        menjadi 5 kelompok :

1. Waktu wajib.

      Yaitu, ketika menemui bulan Ramadhan dan menemui sebagian 
       awalnya bulan Syawwal. 
      Oleh sebab itu orang yang meninggal setelah maghribnya 
      malam 1 Syawwal, wajib dizakati. 
      Sedangkan bayi yang lahir setelah maghribnya 
      malam 1 Syawwal tidak wajib dizakati.

2. Waktu jawaz.

       Yaitu, sejak awalnya bulan Ramadhan sampai memasuki waktu wajib.

3. Waktu Fadhilah.

       Yaitu, setelah terbit fajar dan sebelum sholat hari raya.

4. Waktu makruh.

      Yaitu, setelah sholat hari raya sampai menjelang tenggelamnya 
      matahari pada tanggal 1 Syawwal kecuali jika ada udzur 
      seperti menanti kerabat atau orang yang lebih membutuhkan, 
      maka hukumnya tidak makruh.

5. Waktu haram.

      Yaitu, setelah tenggelamnya matahari tanggal 1 Syawwal 
      kecuali jika ada udzur seperti hartanya tidak ada ditempat tersebut 
      atau menunggu orang yang berhak menerima zakat, 
      maka hukumnya tidak haram.

Sedangkan dari zakat yang dikeluarkan setelah 
      tanggal 1 Syawwal adalah qodho’.

Adapun cara dalam melakukan melakukan zakat fitrah adalah 
      bisa dengan membayar sebesar satu sha' (1 sha'=4 mud, 1 mud=675 gr). 
      Perhitungan tersebut jika di implementasikan dalam bentuk yang lebih 
      general lagi kira-kira setara dengan 3,5 liter atau 2.7 kg makanan pokok 
      (tepung, kurma, gandum, aqith) atau yang biasa dikonsumsi 
      di daerah bersangkutan (Mazhab syafi'i dan Maliki).

Sebagai contoh jika di Indonesia sebagian besar penduduknya 
      mengkonsumsi beras maka zakat bisa dibayarkan dalam bentuk beras. 

8 GOLONGAN YANG DAPAT MENERIMA  ZAKAT

1.FAQIR : 

     Yaitu yang tidak punya harta tidak punya pekerjaan, atau 
     punya pekerjaan atau harta akan tetapi tidak mencukupi dari kebutuhannya
     sekiranya dia cuma mencukupi KURANG dari setengah kebutuhannya.
     Contoh sebulan dia butuh 500ribu akan 
     tetapi penghasilannya kurang dari 250ribu.

2.MISKIN: 

      Orang yang punya harta/pekerjaan lebih dari kebutuhan hidupnya 
      akan tetapi masih kurang dari kebutuhannya.
      sekiranya dia cuma mencukupi LEBIH dari setengah kebutuhannya.
      Contoh: sebulan dia butuh 500ribu dan pengasilanya lebih dari 
      setenggahny(500) penghasilan perbulan cuma 400ribu.

3.AMIL :

      Sesoarang yang di tunjuk oleh pemerintah untuk mengambil zakat 
      dan membagikannya, maka mereka boleh menerima zakat walupun 
      mereka termasuk orang kaya, dan ini jika mereka TIDAK DIBAYAR 
      oleh pemerintah, kalau mereka di bayar maka tidak boleh menerima zakat.
      dan hanya di beri upah yang wajar untuk pekerjaannya.

4.MUALLAF QULUBUHUM(ORANG2 YANG LEMAH IMANNYA) : 

      Yaitu mereka yang baru masuk islam/pemimpin yang diharapkan 
      ketika dia di kasih zakat maka pengikutnya akan ikut memeluk islam.

5.MUKATIB : 

      Budak yang punya perjanjian secara tertulis dengan tuannya untuk merdeka.

6.GHORIM (ORANG YANG BERHUTANG) : 

      Orang yang berhutang bukan untuk maksiat.

7.ALGHUZZA (FI SABIlILLAH): 

      Orang yang berperang dan berjihad dan tidak mendapatkan bayaran 
      maka mereka boleh di beri zakat walupun mereka kaya.

8.IBN SABIL: 

      Musafir yang kehabisan bekal nafakah untuk sampai ke tempat tujuannya,
      maka boleh di berikan zakat.
      walaupun mereka termasuk orang yang kaya di kampungnya.

MENUNAIKAN ZAKAT FITRAH MENGGUNAKAN UANG

Ada khilafiyah di kalangan fuqaha dalam masalah 
      penunaian zakat fitrah dengan uang.

Pertama
      Pendapat yang membolehkan. 

Ini adalah pendapat sebagian ulama seperti Imam Abu Hanifah, 
      Imam Tsauri, Imam Bukhari, dan Imam Ibnu Taimiyah. 

(As-Sarakhsi, al-Mabsuth, III/107).
      Dalil mereka antara lain firman Allah SWT ,
     ”Ambillah zakat dari sebagian harta mereka.” 
     (QS At-Taubah [9] : 103). 
     Menurut mereka, ayat ini menunjukkan zakat asalnya diambil dari harta (mal),
     yaitu apa yang dimiliki berupa emas dan perak (termasuk uang). 
     Jadi ayat ini membolehkan membayar zakat fitrah dalam bentuk uang. 

(Rabi’ Ahmad Sayyid, Tadzkir al-Anam bi Wujub Ikhraj Zakat al-Fithr Tha’am, hal. 4).

      Mereka juga berhujjah dengan sabda Nabi SAW,
      ”Cukupilah mereka (kaum fakir dan miskin) dari meminta-minta 
      pada hari seperti ini (Idul Fitri).” 
       (HR Daruquthni dan Baihaqi). 
      Menurut mereka, memberi kecukupan (ighna`) kepada fakir dan miskin 
      dalam zakat fitrah dapat terwujud dengan memberikan uang. 
(Abdullah Al-Ghafili, Hukm Ikhraj al-Qimah fi Zakat al-Fithr, hal. 3).

Kedua
      Pendapat yang tidak membolehkan 
      dan mewajibkan zakat fitrah dalam bentuk bahan makanan pokok 
     (ghalib quut al-balad). 

Ini adalah pendapat jumhur ulama Malikiyah, Syafi’iyah, dan Hanabilah. 
(Al-Mudawwanah al-Kubra, I/392; Al-Majmu’, VI/112; Al-Mughni, IV/295)
       
Karena ada dua pendapat yang berbeda, 
       maka kita harus bijak dalam menyikapinya. 
       Ulama sekaliber Imam Syafi’i, mujtahid yang sangat andal saja 
       berkomentar tentang pendapatnya dengan mengatakan, 
       ”Bisa jadi pendapatku benar, tapi bukan tak mungkin di dalamnya 
       mengandung kekeliruan. Bisa jadi pendapat orang lain salah, 
        tapi bukan tak mungkin di dalamnya juga mengandung kebenaran.”

Dalam masalah ini, sebagai orang awam (kebanyakan), 
      kita boleh bertaqlid (mengikuti salah satu mazhab yang menjadi panutan 
      dan diterima oleh umat). 
      Allah tidak membebani kita di luar batas kemampuan yang kita miliki. 
      “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai 
       dengan kesanggupannya…”  
       (Al-Baqarah [2]: 286).

Sesungguhnya masalah membayar zakat fitrah dengan uang sudah 
      menjadi perbincangan para ulama salaf, 
      bukan hanya terjadi akhir-akhir ini saja. 
      Imam Abu Hanifah, Hasan Al-Bisri, Sufyan Ats-Tsauri, 
      bahkan Umar bin Abdul Aziz sudah membincangkannya, 
      mereka termasuk orang-orang yang menyetujuinya. 
      Ulama Hadits seperti Bukhari ikut pula menyetujuinya, 
     dengan dalil danargumentasi yang logis serta dapat diterima.

Menurut kami, membayar zakat fitrah dengan uang itu boleh, 
       bahkan dalam keadaan tertentu lebih utama. 
      Bisa jadi pada saat Idul Fitri jumlah makanan (beras) yang dimiliki 
      para fakir miskin jumlahnya berlebihan. 
      Karena itu, mereka menjualnya untuk kepentingan yang lain. 
      Dengan membayarkan menggunakan uang, 
      mereka tidak perlu repot-repot menjualnya kembali 
      yang justru nilainya menjadi lebih rendah.
      Dan dengan uang itu pula, mereka dapat membelanjakannya sebagian 
      untuk makanan, selebihnya untuk pakaian dan keperluan lainnya. 

Wallahu a’lam bish-shawab. 

Semoga bermanfaat

" Kitab Taqrirat Assadidah"
"Dari berbagai sumber"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar