Senin, 19 Agustus 2019

Amalan doa dan wirid

Inilah Lafal dan Keutamaan Sayidul Istighfar Menurut Rasulullah

Sayidul istighfar merupakan lafal istighfar yang paling utama dari sekian bentuk istighfar. Sayidul istighfar memuat pengakuan nikmat dan dosa. Lafal istighfar terbaik ini juga mengandung pengakuan status penciptaan. Ini yang membuat sayidul istighfar lebih utama dari bentuk-bentuk istighfar lainnya. Bunyi sayidul istighfar adalah sebagai berikut.

اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ. أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ. أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ. وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ. فَاغْفِرْ لِيْ فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلَّا أَنْتَ

Allâhumma anta rabbî, lâ ilâha illâ anta khalaqtanî. Wa anâ ‘abduka, wa anâ ‘alâ ‘ahdika wa wa‘dika mastatha‘tu. A‘ûdzu bika min syarri mâ shana‘tu. Abû’u laka bini‘matika ‘alayya. Wa abû’u bidzanbî. Faghfirlî. Fa innahû lâ yaghfirudz dzunûba illâ anta.

Artinya, “Hai Tuhanku, Engkau Tuhanku. Tiada tuhan yang disembah selain Engkau. Engkau yang menciptakanku. Aku adalah hamba-Mu. Aku berada dalam perintah iman sesuai perjanjian-Mu sebatas kemampuanku. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan yang kuperbuat. Kepada-Mu, aku mengakui segala nikmat-Mu padaku. Aku mengakui dosaku. Maka itu ampunilah dosaku. Sungguh tiada yang mengampuni dosa selain Engkau,” (Lihat Sayid Utsman bin Yahya, Maslakul Akhyar, Cetakan Al-‘Aidrus, Jakarta).

Sayidul istighfar mengandung keutamaan yang luar biasa. Keindahan dan bobot lafal pengakuan di dalamnya memberikan nilai khusus bagi pembacanya di sisi Allah SWT. Rasulullah SAW menyebut ganjaran khusus bagi mereka yang mengamalkan sayidul istighfar pagi dan sore.

Imam Al-Bukhari meriwayatkan sebuah hadits dari Syaddad bin Aus bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Siapa yang membaca sayidul istighfar di sore hari, lalu ia meninggal di malam itu, niscaya ia termasuk penghuni surga. Demikian juga berlaku bagi mereka yang membaca sayidul istighfar di pagi hari, lalu wafat di hari itu juga, niscaya ia termasuk penghuni surga.”

Keterangan ini disebutkan Imam An-Nawawi dalam Al-Adzkar. Dalam karyanya itu Imam Nawawi memasukkan sayidul istighfar ke dalam doa harian yang dianjurkan untuk dibaca pagi dan sore hari. 

Wallahu a‘lam. 



APA YANG DIBACA ROSULULLAH SAAT ZIARAH KUBUR?

Ilustrasi: Peziarah memadati kompleks pemakaman di Pesantren Tebuireng

Ziarah kubur termasuk di antara amalan yang dianjurkan dalam Islam. Mengunjungi makam lalu melantunkan dzikir dan doa-doa menjadi sarana (wasilah) seorang hamba untuk menghormati para pendahulu, mendoakan mereka, atau merenungi hidup yang kelak pasti akan berakhir.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam termasuk orang yang tak hanya mempraktikkan ziarah kubur tapi mengajarkan apa yang hendaknya dibaca saat seseorang berkunjung ke tempat pembaringan terakhir itu. Dalam Shahih Muslim dipaparkan bahwa setiap kali keluar rumah pada akhir malam menuju Baqi’ (makam para sahabat di Madinah yang kini menjadi makam Rasulullah sendiri), Rasulullah menyapa penduduk makam dengan kalimat berikut:

السَّلامُ عَلَيْكُمْ دَارَ قَوْمٍ مُؤْمِنينَ وَأتاكُمْ ما تُوعَدُونَ غَداً مُؤَجَّلُونَ وَإنَّا إنْ شاءَ اللَّهُ بِكُمْ لاحقُونَ

Assalâmu‘alaikum dâra qaumin mu’minîn wa atâkum mâ tû‘adûn ghadan mu’ajjalûn, wa innâ insyâ-Allâhu bikum lâhiqûn (Assalamu’alaikum, hai tempat bersemayam kaum mukmin. Telah datang kepada kalian janji Tuhan yang sempat ditangguhkan besok, dan kami insyaallah akan menyusul kalian).

Usai membaca salam ini, Rasulullah lalu menyambungnya dengan berdoa “Ya Allah, ampunilah orang-orang yang disemayamkan di Baqi’.” Doa ini bisa kita ganti dengan memohonkan ampun kepada para ahli kubur tempat peziarah berkunjung.

Istri Baginda Nabi, Siti A’isyah pernah bertanya tentang apa yang seharusnya dibaca kala ia pergi ke kuburan. Rasulullah mengajarkan bacaan dengan redaksi lain, namun dengan substansi yang tetap mirip, yakni mengucapkan salam, mendoakan kebaikan bagi ahli kubur, dan menyadari bahwa peziarah pun suatu saat akan berbaring di dalam tanah. Berikut jawaban Rasulullah: 

السَّلامُ على أهْلِ الدّيارِ مِنَ المُؤْمنينَ وَالمُسْلمينَ وَيَرْحَمُ اللَّهُ المُسْتَقْدِمِينَ مِنْكُمْ وَمِنَّا وَالمُسْتأخِرِين وَإنَّا إنْ شاءَ اللَّه بِكُمْ لاحِقُونَ

Assalâmu ‘alâ ahlid diyâr minal mu’minîna wal muslimîn yarhamukumuLlâhul-mustaqdimîn minkum wa minnâ wal musta’khirîn, wa wa innâ insyâ-Allâhu bikum lâhiqûn (Assalamu’alaikum, hai para mukmin dan muslim yang bersemayam dalam kubur. Semoga Allah melimpahkan rahmat kepada mereka yang telah mendahului dan yang akan menyusul kalian dan [yang telah mendahului dan akan menyusul] kami.  Sesungguhnya kami insyaallah akan menyusul kalian."  

Jawaban Nabi atas pertanyaan Siti A’isyah yang terekam dalam Shahih Muslim itu sekaligus memberi isyarat bahwa ziarah juga bisa dilakukan oleh kaum perempuan. Hanya saja, para peziarah dilarang menangis di atas kuburan. Imam Nawawi dalam Al-Adzkâr mengatakan, para peziarah disunnahkan memperbanyak baca Al-Qur'an, dzikir, dan doa untuk penghuni kubur yang diziarahi serta seluruh umat Islam yang telah meninggal dunia. Ziarah dianjurkan dilaksanakan sesering mungkin dan diutamakan ke kuburan orang-orang saleh.



DOA SAAT KESUSAHAN SEPERTI SAKIT DAN BALA

Manusia tidak selalu sehat dan senang. Sekali waktu ia terserang penyakit. Adakala ia menanggung sebuah musibah entah kerugian terus menerus, kekeringan tak kunjung usai, tanaman di sawah yang tak pernah hasil, kecelakaan, penipuan, dan bentuk musibah lainnya. Dalam keadaan sehat dan sakit, senang dan susah, manusia mesti mengembalikan hati dan pikirannya kepada Allah SWT.

Terlebih lagi dalam keadaan sakit dan tertimpa bala. Dalam keadaan terjepit seperti ini manusia dianjurkan untuk berdoa sebagai berikut agar beban sakit dan musibah yang diderita terkurangi. Berikut ini doanya.

بِسْمِ اللهِ الرَحْمَنِ الرَّحِيْمِ تَوَكَّلْتُ عَلَى الحَيِّ الَّذِيْ لَا يَمُوْتُ وَالحَمْدُ لِلهِ الَّذِي لَمْ يَتَّخِذْ وَلَدًا وَلَمْ يَكُنْ لَّهُ شَرِيْكٌ فِي المُلْكِ وَلَمْ يَكُنْ لَّهُ وَلِيٌّ مِّنَ الذُّلِّ وَكَبِّرْهُ تَكْبِيْرًا وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ العَلِيِّ العَظِيْمِ.

لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ العَظِيْمُ الحَلِيْمُ. لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ رَبُّ العَرْشِ العَظِيْمِ. لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ رَبُّ السَّمَوَاتِ وَرَبُّ الأَرْضِ. لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ رَبُّ العَرْشِ الكَرِيْمِ. اَللَّهُمَّ اجْعَلْ لِيْ مِنْ كُلِّ ضِيْقٍ فَرَجًا وَمَخْرَجًا.

وَمَنْ يَّتَّقِ اللهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ. وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللهِ فَهُوَ حَسْبُه. إِنَّ اللهَ بَالِغُ أَمْرِهِ. قَدْ جَعَلَ اللهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا. وَمَنْ يَّتَّقِ اللهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّآتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا.

Setelah itu membaca dzikir berikut ini sebanyak empat puluh kali.

لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِيْنَ  

Bismillâhirrahmânirrahîm, tawakkaltu ‘alal hayyil ladzî lâ yamût. Walhamdulillâhil ladzî lam yattakhidz waladan, wa lam yakullahû syarîkun fil mulki, wa lam yakullahû waliyyun minadz dzulli, wa kabbirhu takbîrâ, wa lâ haula wa lâ quwwata illâ billâhil ‘aliyyil ‘adzîm.

Lâ ilâha illallâhul adhîmul halîm. Lâ ilâha illallâhu rabbul ‘arsyil adhîm. Lâ ilâha illallâhu rabbus samâwâti wa rabbul ardhi. Lâ ilâha illallâh rabbul ‘arsyil karîm. Allâhummaj‘al lî min kulli dlîqin farajaw wa makhrajâ.

Wa man yattaqillâha yaj‘al lahû makhrajâ, wa yarzuqhu min haitsu lâ yahtasib. Wa man yatawakkal ‘alallâhi fahuwa hasbuh. Innallâha bâlighu amrih. Wad ja‘alallâhu likulli syai’in qadrâ. Wa man yattaqillâha yukaffir ‘anhu sayyi’âtihi wa yu‘dhim lahû ajrâ.

Setelah itu membaca dzikir berikut ini sebanyak empat puluh kali.

Lâ ilâha illâ anta. Subhânaka innî kuntu minadh dhâlimîn.

Artinya, “Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Aku serahkan diriku kepada Tuhan yang hidup, yang tidak mati. Segala puji bagi Allah yang tidak memiliki anak, tidak menjadikan sekutu di dalam kerajaan-Nya, dan tidak menjadikan pelindung yang menjaga-Nya dari kehinaan. Besarkanlah Allah dengan kebesaran-Nya. Tiada daya dan upaya melainkan dengan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.

Tiada Tuhan yang disembah selain Allah Yang Maha Besar lagi tiada lekas murka. Tiada Tuhan yang disembah selain Allah, Tuhan ‘Arasy yang besar. Tiada Tuhan yang disembah selain Allah, Tuhan langit dan bumi. Tiada Tuhan yang disembah selain Allah, Tuhan ‘Arasy yang mulia. Hai Tuhanku, jadikan bagiku keluasan dari setiap kesusahan dan jadikan bagiku jalan keluar daripadanya.

Siapa saja yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah memberikan keluasan jalan dan memberinya rezeki dari sesuatu yang tak terduga olehnya. Siapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, niscaya Allah memeliharanya. Sungguh Allah menggagahi kita dalam segala perintah-Nya. Alah telah menjadikan segala sesuatu itu ada batasnya. Siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah mengampuni akan segala dosanya dan akan membesarkan pahalanya.

Tiada tuhan selain Engkau. Maha suci Engkau. Sungguh aku termasuk orang-orang yang melakukan aniaya,” (Lihat Sayid Utsman bin Yahya, Maslakul Akhyar, Cetakan Al-‘Aidrus, Jakarta).

Dengan kembali kepada Allah, semua beban yang diderita manusia akan terasa ringan. Karena Allah hadir menyertai mereka yang bersabar. Dari sanalah pintu kemudahan diharapkan terbuka. Simpulan dan kebuntuan mulai terurai. 

Wallahu a‘lam. 


DOA DAN SEJUMLAH AMALAN ROSULULLAH JELANG TIDUR

Di zaman serba instan begini tidak banyak orang melakukan upacara terlebih dahulu sebelum tidur. Kalau mau tidur, mereka langsung melemparkan diri di kasur atau sofa lalu memejamkan mata atau buka hape sambil menunggu kantuk.

Namun demikian sebagian orang hingga kini masih mengamalkan amalan jelang tidur yang diwariskan oleh Rasulullah SAW. Mereka sebagaimana Rasulullah SAW membaca surat Al-Fatihah, Qulhu, Al-Falaq, dan An-Nas masing-masing sekali. Setelah itu mereka meniup kedua telapak tangannya sebanyak tiga kali sebelum diusapkan di sekujur badannya. Setelah mengusap sekujur badan, mereka membaca doa sebagai berikut.

بِسْمِكَ رَبِّيْ وَضَعْتُ جَنْبِيْ وَبِكَ أَرْفَعُهُ إِنْ أَمْسَكْتَ نَفْسِيْ فَارْحَمْهَا وَإِنْ أَرْسَلْتَهَا فَاحْفَظْهَا بِمَا تَحْفَظُ بِهِ عِبَادَكَ الصَّالِحِيْنَ

Bismika rabbî wadla‘tu janbî wa bika arfa‘uhu. In amsakta nafsî farhamhâ. Wa in arsaltahâ fahfazhhâ bimâ tahfazhu bihî ‘ibâdakas shâlihin.

Artinya, “Dengan nama-Mu hai Tuhanku, aku berbaring. Dengan nama-Mu juga aku terbangun. Jika Kau tahan nyawaku, berilah rahmat untuknya. Jika Kau lepaskan nyawaku, peliharalah sebagaimana Kau memelihara para hamba-Mu yang saleh,” (Lihat Sayid Utsman bin Yahya, Maslakul Akhyar, Cetakan Al-‘Aidrus, Jakarta).

Setelah itu dianjurkan membaca Ayat Kursi, Âmanar rasûlu hingga akhir surat, dan istighfar tiga kali. Semua ini diamalkan Rasulullah SAW sebelum tidur. 

Wallahu a‘lam. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar